You are on page 1of 17

1. Anatomi dan Fisiologi sistem Reproduksi?

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

A.

GENITALIA EKSTERNAL

Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons
pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini
mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung
pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum

rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.Di bagian bawah perineum,
labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak
terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus
clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik
dengan penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak
pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene
kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat
lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval,
cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek
dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk
fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah
sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata)
menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian
kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix
disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix
lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang
elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan

untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri,
bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,
posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan
titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap
stimulasi orgasmus vaginal

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

B.

GENITALIA INTERNAL
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan.Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding
dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos,
jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam
rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri
externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan
ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat
melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks
mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat
(musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum
latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos
tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular),
serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan
runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica
urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama
pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Ligamenta penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,


ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri
ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan,
panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai
cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta
mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum
dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda
pada setiap bagiannya (gambar).
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada
hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.

Pars infundibulum (distal)


Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat
dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar saat
ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kirikanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari
sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi
(pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka
interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan
pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap
ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

Testis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan
panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum
bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada
rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika
vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum
primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam
skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
Epididimis
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral
testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang
disebut duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini
berawal dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, kemudian
berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis
merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.
Skrotum
Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi
testis dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis.
Spermatozoa sangat sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di
luar rongga tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam
abdomen.
Vas Deferens

Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm


yang berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis
dalam bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang
testis, duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen.
Vesicula Seminalis
Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar
kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm
dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah
ke vas deferens dan vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri
ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan arteri
testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna dan
eksterna. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah
fruktosa dan prostaglandin.
Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan
kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini
mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang
simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona transisional
berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius.
Penis
Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua
permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan
permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu
sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah.
Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut
ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke
proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan
pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita
memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus. (Sheerwod, 2009)

2. Epidemiologi, etiologi, klasifikasi dan faktor resiko infertilitas?

Epidemiologi
Infertil terjadi pada 10-15% Pasangan usia reproduksi di
Amerika Serikat. Satu dari tiga wanita dilaporkan terkait
masalah infertilitas. Beberapa variable demografis termasuk
usia dan status sosial ekonomi telah dhubungkan dengan
kejadian infertilitas. Prevalensi infertilitas tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan pada ras atau etnik.

Etiologi

a. Pada wanita biasanya disebabkan oleh : tuba falopi yang


tersumbat atau rusak, endometriosis, kelainan
hormon,tumor ptuitary, kelebihan prolaktin, PCOS,
menopause premature, tumor rahim, adesi, dan
kelainan anatomi bawaan.
b. Pada pria biasanya disebabkan oleh : bentuk dan
gerakan sperma yang tidak sempurna, konsentrasi
sperma rendah, tidak ada semen, varicocelle, testis
tidak turun, kekurangan hormon testosteron, kelainan
genetik, infeksi, ostium utethtra externa tidak pada
tempatnya dan kanker testis.

Klasifikasi
Disebut infertilitas primer ketika istri belum pernah hamil
walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan. Sedangkan disebut infertilitas
sekunder ketika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak
terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Faktor resiko
Ada beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya
infertilitas, seperti merokok, pola hidup yang tidak sehat,
obesitas atau terlalu kurus, stress dan faktor usia.
(Wijayanegara, 2007)

3. Prinsip diagnostik, pencegahan, penatalaksanaan dan prognosis


infertilitas.?
a. Prinsip Diagnosis
1) Anamnesis pada pria :
Anamnesis ditujukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan kebiasaan hidup
pasien yang dapat secara bermakna mempengaruhi fertilitas pria.
Anamnesis meliputi:
riwayat medis dan riwayat operasi sebelumnya,
riwayat penggunaan obat-obatan (dengan atau tanpa resep) dan alergi,
gaya hidup dan riwayat gangguan sistemik, 4) riwayat penggunaan alat
kontrasepsi
riwayat infeksi sebelumnya, misalnya penyakit menular seksual dan infeksi
saluran nafas.
2) Pemeriksaan Fisik pada pria
Pemeriksaan fisik pada pria penting untuk mengidentifikasi adanya penyakit
tertentu yang berhubungan dengan infertilitas. Penampilan umum harus

diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau


ginekomastia yang menunjukkan adanya defisiensi androgen. Tinggi badan,
berat badan, IMT, dan tekanan darah harus diketahui.
Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan
konsistensi testis. Apabila skrotum tidak terpalpasi pada salah satu sisi,
pemeriksaan inguinal harus dilakukan. Orkidometer dapat digunakan untuk
mengukur volume testis. Ukuran ratarata testis orang dewasa yang dianggap
normal adalah 20 ml.
Konsistensi testis dapat dibagi menjadi kenyal, lunak, dan keras. Konsistensi
normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat
mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu.
Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi.
Varikokel sering ditemukan pada sisi sebelah kiri dan berhubungan dengan
atrofi testis kiri. Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba
sekantung ulat pada tes valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan
adanya varikokel.
Pemeriksaan kemungkinan kelainan pada penis dan prostat juga harus
dilakukan. Kelainan pada penis seperti mikropenis atau hipospadia dapat
mengganggu proses transportasi sperma mencapai bagian proksimal vagina.
Pemeriksaan colok dubur dapat mengidentifikasi pembesaran prostat dan
vesikula seminalis.

3) Anamnesis Wanita :
Dilakukan terhadap pasien dengan menanyakan identitas pasangan suami istri
meliputi umur, pekerjaan, lama menikah dan evaluasi dari pasien wanita mengenai
ketidakteraturan siklus haid, dismenorea, infeksi organ reproduksi yang pernah
dialami, riwayat adanya bedah pelvis, riwayat sanggama, frekuensi sanggama,
dispareunia, riwayat komplikasi pascapartum, abortus, kehamilan ektopik,
kehamilan terakhir, konstrasepsi yang pernah digunakan, pemeriksaan infertilitas
dan pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit sistematik (tuberkulosis, diabetes
melitus, tiroid), pengobatan radiasi, sitostatika, alkoholisme.
4) Pemeriksaan Wanita
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik
kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur
dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), tentang
lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh
hormon, terdapat polip atau mioma dalam rahim), dan keterangan lain yang
diperlukan;
Pemeriksaan Laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik
kedalam ruang abdomen (perut) untuk mendapatkan keterangan tentang
keadaan indung telur (besarnya dan situasi permukaannya, adanya Graaf
folikel, korpus luteum, atau korpus albikantes, bentuk abnormal yang
dijumpai), keadaan tuba falopi (apakah normal, apakah terdapat kelainan

anatomi, apakah terdapat perlekatan), keadaan perinoteum (selaput yang


membungkus perut), rahim dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan
bekas infeksi). Pengambilan cairan pada perioneum untuk pemeriksaan
sitologi pengecatan dan pembiakan, sehingga faktor cairan dapat ditetapkan
dalam proses infertilitas;
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertilitas
terutama vaginal ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
situasi anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel
Graaf yang matang, penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel
Graaf untuk dilakukan pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal
dilakukan sekitar waktu ovulasi dandidahului dengan pemberian pengobatan
dengan klimofen sitral atau obat perangsang indung telur lainnya;
Pemeriksaan uji pascasenggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa menyerbu lendir serviks. Caranya dianjurkan melakukan
hubungan seks dirumah dan setelah dua jam, datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
jumlah spermotozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini
dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke-12, 13 dan 14 dengan
perhitungan menstruasi pertama dianggap hari pertama. Hasilnya masih belum
mendapat kesepakatan para ahli;
Pemeriksaan hormonal (setelah semua pemeriksaan dilakukan), bila belum
dapat memberikan tentang sebab infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan
hormonal untuk mengetahui keterangan tentang hubungan hipotalamus dengan
hipofise dan ovarial aksis. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin
(folicle stimulation hormon [FSH], hormon luteinisasi [LH]) dan hormon
(estrogen dan progesteron, prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini diharapkan
dapat menerangkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan
telur (ovulasi). Demikian rancangan pemeriksaan diharapkan dapat selesai
dalam waktu tiga siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat
dilakukan. Oleh karena itu, pasangan infertilitas diharapkan mengikuti
rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dapat ditegakkan
sebagai titik awal pengobatannya selanjutnya.

B. Penatalaksanaan
Pasangan suami istri harus dipandang sebagai suatu kesatuan biologis
Kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya sehingga
kehamilan dapat berlangsung.
Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga siklus (tiga
bulan).
Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah
dijadwalkan.
Suami dilakukan pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan pemeriksaan analisis
sperma

C. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari atau menurunkan
faktor risiko terjadinya infertilitas, diantaranya adalah.
Mengobati infeksi yang terjadi pada organ reproduksi. Diketahui bahwa infeksi
yang terjadi pada prostat maupun saluran sperma, dapat menyebabkan infertilitas
pada laki-laki.
Mengobati penyebab infertilitas pada perempuan
Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas dan jumlah dari
sperma dan sel telur seperti rokok dan alcohol.
Berperilaku hidup sehat
D. Prognosis
Prognosis terjadinya kehamilan pada pasangan infertilitas tergantung pada
umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan pada kemungkinan kehamilan
(frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, sementara fertilitas
maksimal pria dicapai pada umur 24 hingga 25 tahun.pengelolaan mutahir terhadap
pasangan infertile dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan,
walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui etiologinya.
Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan
lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor, atau mengangkat anak ( adopsi ).
(Manuaba , 2009)
4. Kontrasepsi
A. Jenis-jenis kontrasepsi.
a) Metode alamiah
Senggama terputus (Coitus Interuptus)
Senggama terputusadalah senggama biasa. Hanya pada saat hampir
terjadi ejakulasi, penis segera ditarik keluar sehingga cairan sperma
yang lekuar tidak masuk ke dalam liang senggama atau vagina.
Dengan cara ini kemungkinan terjadinya pembuahan (kehamilan)
bisa dikurangi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan
obat atau alat sama sekali.
Metode kalender
Metode kalender adalah cara menentukan kapan melakukan atau
tidak melakukan persetubuhan dengan memperhitungkan kalender
kesuburan perempuan. Sebelum menjalankan metode ini,
sebaiknya selama 3 bulan dilakukan pengamatan untuk mengetahui
lama siklus haid yang akurat. Anjuran bagi pengguna metode ini
adalah: jangan bersenggama pada masa subur yaitu dua hari
sebelum dan sesudah sel telur keluar.
b) Metode sederhana
Penggunaan kondom
Kondom dibuat dari karet yang sangat tipis dan relatif kuat yang
digunakan dengan cara menutupi atau membungkus penis agar

sperma yang keluar tidak tumpah ke dalam vagina. Kondom dibuat


setipis mungkin agar tidak terlalu menggangu persenggamaan.
Secara teoritis kondom juga dibuat sangat kuat, sehingga tidak
akan koyak akibat gesekan penis atau ejakulasi. Selain itu kondom
juga dilengkapi dengan jenis cairan pelumas yang memudahkan
dalam pemakaiannya.
Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan-bahan
kimia yang mematikan sperma dan dengan demikian mencegah
terjadinya kehamilan. Bentuknya bermacam-macam seperti: krim,
tablet, jeli, busa, dan lain-lain. Semuanya memiliki fungsi yang
sama yaitu mematikan sperma. Berbeda dengan tisu KB,
spermisida harus dioleskan kedalam liang sanggama sekitar 10
menit sebelum senggama.
IUD
IUD (intra uterine device), atau dalam bahasa Indonesia disebut
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang
oleh masyarakat awam biasa disebut spiral. Sesuai dengan
namanya AKDR, alat ini dipakai di dalam rahim. Sejak metode
AKDR dikenalkan banyak orang menggunakan untuk program
pengaturan jumlah anak dalam keluarga karena relatif aman,
mudah, dan murah. Pengguna alat kontrasepsi ini tidak perlu
mengulang pemakaiannya setiap kali, sehingga tidak merepotkan.
c) Metode hormonal
PIL
Cara kerja pil ini sama seperti telah disebutkan di atas, yakni
mencegah proses pematangan telur sehingga tidak bisa dibuahi.
Suntikan
Suntikan termasuk dalam kelompok alat kontrasepsi hormonal.
Sesuai dengan namanya, cara pemakaianya dengan menyuntikkan
zat hormonal ke dalam tubuh. Zat hormonal yang terkandung
dalam cairan suntikan dapat mencegah kehamilan dalam waktu
tertentu. Biasanya efektif selama 1-3 bulan, tergantung pada
kandungan dan jenis zat dan yang ada.
Implant
Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah progesterone,
yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon
estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan
dinding lemak dan, dengan demikian menyebabkan terjadinya
menstruasi. Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif
mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahanlahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir
ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB
bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut si

pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat segera


diangkat.
d) Metode Mantap (KONTAP)
Tubektomi
Pada tubektomi, tindakan operasi kecil untuk mencegah kehamilan
dilakukan pada saluran telur perempuan. Dengan memotong atau
mengikat salah satu bagian saluran yang dilalui sel telur,
diharapkan tidak terjadi pembuahan (kehamilan).
Vasectomi
Prinsipnya sama dengan tubektomi pada perempuan, yaitu menutup
saluran bibit laki-laki dengan melakukan operasi kecil pada
kantong zakar sebelah kanan dan kiri (Hanafi, 2010)

5. Definisi, prinsip kerja dan interpretasi pemeriksaan panel TORCH


a) Definisi
Torch merupakan singkatan dari beberapa penyebab penyakit infeksi yang
terkait dengan meningkatnya resiko terjadinya kecacatan pada janin jika
menginfeksi wanita hamil. Kepanjangan dari TORCH itu sendiri adalah
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Virus
b) Prinsip kerja
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi)
yangspesifik taerhad
ap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai
respon tubuhterhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk
dapat berupaImunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG).
c) Interpretasi
Bila igG(-) dan IgM (-)
Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Nila sedang
hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter
mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan) lakukan tindakan
pencegahan agar tidak terjadi infeksi
Bila igG(+) dan IgM (-)
Pernah terinfeksi sebelumnya, bila pemeriksaan dilakukan pada
awal kehamilan, berarti infeksinya sudah terjadi lama (sebelum
hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan, untuk selanjutnya
perlu diperiksa lagi.
Bila igG(+) dan IgM (+)
Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau juga infeksi
lampau tapi IgM nya masih terdeteksi (persisten=lambat
hilang)terinfeksi sekunder (Berulang) sehingga muncil IgM positiv
. (Obstetri dan ginekologi FK UNPAD, 2008)
6. Siklus menstruasi

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:


1) Fase Folikuler
Dimulai dari hari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar fsh
sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 30 folikel yang
masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh,
yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai
respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium
terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan
lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi
berlangsung selama 3 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak
28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika
perdarahannya sangat hebat.
2) Fase ovulasi
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur.
Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 32 jam setelah terjadi peningkatan
kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya
pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan
nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz,
yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3) Fase Lutuel
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus
luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan
suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang
baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya
ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan
dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai
menghasilkan HCG (hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara
korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar
HCG
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
a) Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan
hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena
dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel
epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari
uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 4 hari.

b)Fase pasca haid atau fase regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsurangsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari selsel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung
kurang lebih 4 hari.
c) Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi
dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut
kelenjar.
b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk
transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan
tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (nake
nukleus).
c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan padat.
d) Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang makin lama
makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
(Sheerwood, 2009)
7. Definisi, tujuan, prosedur kerja, indikasi, interpretasi, dan syarat Pap Smear :
Definisi dan Tujuan
Pap Smear merupakan pemeriksaan yang berguna sebagai skrining dan
pelacak adanya perubahan ke arah kanker leher rahim secara dini, sehingga
kelainan pra-kanker dapat dikenali dan pengobatannya dapat lebih mudah
Indikasi
Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk
pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang
pertama kali. American College Of Obsetrician and Gynecologist (ACOG)
merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun bagi wanita yang

berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun bagi wanita yang berumur lebih
dari 30 tahun.
Syarat
Menghidari hubungan seksual, penggunaan krim jelly 2 hari sebelum
pemeriksaan dapat menyamarkan hasil dan tidak melakukan pemeriksaan pada
saat menstruasi.
Prosedur kerja
a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve
(cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau
tanda, dan alkohol 95%.
b. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
c. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
d. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
e. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai
dari arah jam 12 dan diputar 360 searah jarum jam.
f. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang
telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 satu kali usapan.
g. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
h. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke
ahli patologi anatomi.
Interpretasi
- Kelas I : tidak ada sel abnormal.
- Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi
adanya keganasan.
- Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia
ringan sampai sedang.
- Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
- Kelas V : keganasan.
(Manuaba 2007)
8. USG Lower Abdomen
USG Lower Abdomen merupakan pemeriksaan penunjang untuk melihat organ-organ
yan berada di abdomen bagian bawah yang meliputi ginjal, kandung kemih, prostat
dan uterus.
9. Analisis sperma
Jika terdapat infertilitas pada pria, hampir selalu diperlukan analisis sperma. Evaluasi
pertama faktor infertiitas pria harus mencakup setidaknyaa dua analisis sperma yang
tepat diambil sekurang-kurangnya berjarak 4 minggu. Berikut merupakan nilai-nilai
normal yang direkomendasikan WHO
- Volume 1,5-5,0 ml
- pH >7,2
- viskositas <3 (skala 0-4)
- konsentrasi sperma > 20 juta/ml
- jumlah sperma total > 40 juta/ ejakulasi
- motilitas >50%
- kemajuan >2 (skala 0-4)

round cells <5 juta/ml


aglutinasi sperma <2 (skala 0-3)
. (Obstetri dan ginekologi FK UNPAD, 2008)

Daftar Pustaka
Bagian obstetri FK UNPAD,2008, Ginekologi : Bandung
Hidayat Wijayanegara. 2007. Pedoman diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi
RSUP dr. Hasan Sadikin. Bandung
Hartanto Hanafi, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta, CV Mulia sari
Manuaba., I.B.G., 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita. Jakarta: Penerbit
Arcan.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauree. 2009. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC

You might also like