Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang
bersifat reversibel.
Dengan anestesi umum akan diperoleh trias anestesia,
yaitu:
Hipnotik (tidur)
Analgesia (bebas dari nyeri)
Relaksasi otot (mengurangi ketegangan tonus otot)
Perektal
(biasanya pada
anak, Tindakan
singkat/induksi
anesthesia)
Lama narkose 2030 menit
Perinhalasi
(menggunakan
volatile agent
dengan O2)
Sirkulasi
- Sebagian zat anastesi diserap
melalui jaringan dan vena
- Jaringan akan menjadi jenuh dan
yang kembali ke vena lebih banyak
- Berdasarkan aliran darah paru dan
curah jantung
Jaringan
- Perbedaan tekanan parsial obat
antara darah arteri/ jaringan
- koef. Partisi jaringan/darah
- Aliran darah (JKPDN, intermediate,
lemak, JSPDN)
Zat Anestetika
(berdasarkan MAC)
KLASIFIKASI GUEDEL
Stadium-stadium anestesi
Manajemen perioperatif
Periode
prabeda
h
Periode
intrabed
ah
Periode
pasca
bedah
Periode
Periode
prabedah
prabedah
Anamnesis
Identifikasi
pasien
Riwayat
penyakit
Riwayat
obat-obatan
Alergi /alergi
obat
Penyakit
penyerta
Riwayat
operasi
PEMERIKSAA
N FISIK
Gigi-geligi
Tindakan
buka mulut
Lidah
Leher
Punggung
Pemeriksaan
darah
Radiologi
EKG
Masukan oral
Operasi
elektif
dengan
anestesia
harus
dipuasakan
: dewasa 6-8
jam, anak 46 jam, bayi
3-4 jam
ASA I
ASA II
ASA III
ASA IV
ASA V
Premedikasi
(Pemberian obat antikolinergik, sedative, dan analgetic)
Menimbulkan rasanyaman bagi pasien, yang meliputi: bebas dari
rasa takut, tegang dan khawatir, bebas nyeri, dan mencegah mualmuntah
Mengurangi sekresi kelenjar dan mnekan reflak vagus
Memperlancar induksi
eriode Intrabedah
Persiapan Anestesia
MESIN
(V) = Vaporizer
(A)= Absorber
(N) = Nitrous Oxide
(C) = Corrougating
tube
(O) = Oksigen
(M) = Mask
(B) = Bag
ALAT
(S) = Scope
(T) = Tube (ETT )
(A)= Air way
(T) = Tapes
(I) = Introducer
(mandrene)
(C) = Connector
(S) = Sucction
OBAT
(P) = Premedikasi
(I) = Induksi
(M) = Maintanace
(E) = Emergency
(R) = Relaxan
Periode Intrabedah
Monitoring perianastesi :
1. Monitoring standart
( penyakit sistemik)
2. Tingkat kedalaman anastesi
3. Kardiovascular
. Non invasif ( TD, Nadi,
Perdarahan, EKG)
. Invasif ( CVP , kateter vena
sentral, kateter arteri
pulmonalis)
4. Respirasi
5. Suhu badan
6. Urine
7. Pemantauan system syaraf.
Pemantauan &
Pencatatan
Oksimeter denyut
Pengukuran tekanan
darah
EKG
Stetoskop
Kapnografi
Anesthetic gas
monitor
1.
Sadar penuh
Bangun bila dipanggil
Tidak ada respon
e Pascabedah
2. Respirasi:
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan
Apneu
3. Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi
Perbedaan 20
Perbedaan 20-50
Perbedaan lebih dari 50
4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:
4 ekstremitas
2 ekstremitas
Tidak dapat
5. Warna kulit
Normal
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik
Sianotik
Nilai
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
eriode Pascabedah
Hal yang dinilai
1. Pergerakan:
Gerak bertujuan
Gerak tak bertujuan
Tidak bergerak
1. Pernafasan:
Batuk, menangis
Pertahankan jalan napas
Perlu bantuan
1. Kesadaran
Menangis
Bereaksi terhadap rangsangan
Tidak bereaksi
Nilai
2
1
0
2
1
0
2
1
0
Monitor pasca
bedah :
Observasi tanda
vital
Pengendalian
nyeri
Hipoksia
Pengembalian
keruangan
Teknik Anestesi
Propofol
Ketamin
Bekerja menghambat NMDA,
dikenal dengan anestetika
disosiatif
Etomidat
Midazolam
Benzodiazepin,
Mempunyai awitan yang
cepat, efek amnesia
anterograd.
Opioid
Anestesi Inhalasi
Pelumpuh Otot
A. Analgetik Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB)
intramuskular. Dosis dewasa biasa 8-10 mg i.m.obat ini
digunakan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan
pasien menjelang pembedahan. Morfin adalah depresan
susunan syaraf pusat. Bila rasa nyeri telah ada sejak sebelum
tindakan bedah
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB)
intravena. Diberikan untuk menekan tekanan darah dan
pernafasan serta merangsang otot polos.
B. Barbiturat
Pentothal
Menghilangkan kesadaran denganblockade systemsirkulasi
(perangsangan) diformasio retikularis
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau 5% dengan dosis permulaan 4-6
mg/kg BB dan selanjutnya dapat ditambah sampai 1 gram.
Penggunaan:
Untuk induksi, selanjutnya diteruskan dengan inhalasi.
Operasi-operasi yang singkat seperti: curettage, reposisi, insisi abses.
Cara Pemberian:
Larutan 2,5% dimasukkan IV pelan-pelan 4-8 CC sampai
penderita tidur,pernapasan lambat dan dalam. Apabila penderita dicubit
tidak bereaksi, operasi dapat dimulai. Selanjutnya suntikan dapat
ditambah secukupnya apabila perlu sampai 1 gram.
C. Antikolinergik
Atropin
Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah
dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg
intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Penggunaan hiosin dan atropine efektif sebagai anti mual
dan muntah,tetapi bila hiosin dikombinasikan dengan
morfin atau papaveratum menambah sedasi
D. Obat Penenang
(transquillizer)
Diazepam
Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis
besar hipnotik. Menyebabkan tidur dan penurunan
kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat,
tetapi tidak berefek analgesic.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 510 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15
mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,040,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB
intravena.
Halotan
Halotan merupakan obat anestetik dengan
Enfluran (ethran)
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk
cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak
bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran
cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mualdan
muntah serta masa pemulihannya cepat.
Isofluran (forane)
Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak
mudah terbakar. Induksi dengan enfluran (ethran),
isofluran ( foran, aeran ) atau desfluran jarang
dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi
menjadi lama.
Sevofluran
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena
pasien jarang batuk walaupun langsung diberikan
dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %.
Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan
sesuai kebutuhan
Ketamin
Ketamin menyebabkanreflek faring danlaring
tetapnormal.Ketamin sering menimbulkan halusinasi terutama pada
orang dewasa. . Untuk induksi ketamin secara intravena dengan
dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai
dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan
dosis ulangan setengah dari semula. Ketamin intramuscular untuk
induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 1225menit
Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan)
Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan
untukmenimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1
mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara intravena (1 ml
setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bilasudah timbul
kantuk.
Diprivan (diisopropil fenol, propofol)
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada
penurunan curah jantung. Propofol menghambat transmisi neuron
yang dihantarkan oleh GABA.
Dosis 2-2,5 mg/kgbb, 6-10 mg/kgbb/jam, dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0,2 mg/kg.
Induksi Inhalasi
Halotan
Isofluran
Sevofluran
SSP
Hipnotik, analgesia,
relaxan, vasodilatasi
Menurunkan
konsumsi O2 otak
= isofluran
KV
Depresi <
Tidak menimbulkan
aritmia, tahanan
vaskular dan curah
jantung sedikit menurun
respirasi
Liver
Induksi
2-3 %
2-3 %
3-5 %
Nafas Spontan
1-2,5 %
1-2,5 %
2-3 %
Nafas kendali
0,5-1 %
0,5 1 %
0,5-1 %
KI
Keuntungan
Tidak menggigil,
pemulihannya
lebih cepat
Kelemahan
Hipotensi, gg irama
jantung, hepatotoksik,
menggigil. Analegesi
dan relaksasi kurang
Tidak toksik
RELAXANT
Manfaat obat ini di bidang anestesi :
Memudahkan dan mengurangi cedera dari tindakan laringoskopi
dan intubasi trakea
Membuat relaksasi otot lurik selama tindakan pembedahan
Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas
selama anestesi
Memudahkan pernapasan kendali selama anestesi
RELAXANT
PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI (NONKOMPETITIF)
Suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan dekametonium
Bekerja spt asetil kolin tp tidak dirusak oleh kolinesterase shg menyebabkan
depolarisasi (kontraksi otot) dan berakhir menjadi relaksasi otot lurik
PELUMPUH OTOT NON-DEPOLARISASI (INHIBITOR KOMPETITIF)
tidak menyebabkan depolarisasi
Nondepol Long acting
( durasi kerja 30-120 menit )
d-tubokurarin (tubarin), pankuronium, metakurin, pipekuronium,
doksakurium, alkurium (alloferin)
RELAXANT
Nondepol Intermediate acting ( 15-30 menit )
gallamin (flaxedil), atrakurium (notrixum), vekuronium
(norcuron), rokuronium (esmeron), cistacuronium
Nondepol Short-acting ( 10-15 menit)
mivakurium (mivacron), ropacuronium
Obat
Dosis
OOA
DOA
(mg/kg)
(menit)
(Menit)
1-1,5
0,5-1
5-10
Atracurium
0,5
2,5
30-40
Vecuronium
0,008-0,12
2,5
45-60
0,6-1,0
1-1,5
30-45
0,08-0,12
120
Succinylcho
line
Recuroniu
m
Pancuroniu
m
DAFTAR PUSTAKA
Mangku, Gde Tjokorda Gde Agung. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta : Indeks. 2010.
Soenarjo , Jatmiko HD. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi. Edisi Pertama , Bagian Anestesiologi
TERIMA KASIH