You are on page 1of 34

Anastesi Umum

Oleh : Nurul Ulfa .S.


030.11.223
Bagian Anestesiologi
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Definisi
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang
bersifat reversibel.
Dengan anestesi umum akan diperoleh trias anestesia,
yaitu:
Hipnotik (tidur)
Analgesia (bebas dari nyeri)
Relaksasi otot (mengurangi ketegangan tonus otot)

Metode anestesi umum


Parenteral
(iv, im )
Tindakan
singkat/
induksi
anesthesia

Perektal
(biasanya pada
anak, Tindakan
singkat/induksi
anesthesia)
Lama narkose 2030 menit

Perinhalasi
(menggunakan
volatile agent
dengan O2)

Faktor yang Mempengaruhi Anestesi


Respirasi
- Makin > konsentrasi yang dihirup ,
makin >> naik tekanan parsial zat
anastetik.
- Makin > ventilasi alveolus makin
>> meninggi kadar anastetik.

Sirkulasi
- Sebagian zat anastesi diserap
melalui jaringan dan vena
- Jaringan akan menjadi jenuh dan
yang kembali ke vena lebih banyak
- Berdasarkan aliran darah paru dan
curah jantung

Jaringan
- Perbedaan tekanan parsial obat
antara darah arteri/ jaringan
- koef. Partisi jaringan/darah
- Aliran darah (JKPDN, intermediate,
lemak, JSPDN)

Zat Anestetika
(berdasarkan MAC)

Keuntungan anestesi umum


Pasien tidak sadar, mencegah ansietas pasien selama prosedur
medis berlangsung
Efek amnesia meniadakan memori buruk pasien yang didapatkan
akibat ansietas dan bebagai bebagai kejadian intraoperative yang
mungkin memberikan trauma psikologis.
Memungkinkan melakukan prosedur yang lama
Memudahkan control penuh ventilasi pasien

Kerugian anestesi umum


Sangat memengaruhi fisiologis
Memerlukan pemantauan yang lebih holistik
Tidak dapat mendeteksi gangguan SSP, misalnya penurunan
kesadaran
Risiko komplikasi pasca bedah lebih besar
Memerlukan persiapan pasien lebih seksama

KLASIFIKASI GUEDEL

Stadium-stadium anestesi

Manajemen perioperatif

Periode
prabeda
h

Periode
intrabed
ah

Periode
pasca
bedah

Periode
Periode
prabedah
prabedah
Anamnesis
Identifikasi
pasien
Riwayat
penyakit
Riwayat
obat-obatan
Alergi /alergi
obat
Penyakit
penyerta
Riwayat
operasi

PEMERIKSAA
N FISIK

PEM. LAB &


PENUNJANG

Gigi-geligi
Tindakan
buka mulut
Lidah
Leher
Punggung

Pemeriksaan
darah
Radiologi
EKG

Masukan oral
Operasi
elektif
dengan
anestesia
harus
dipuasakan
: dewasa 6-8
jam, anak 46 jam, bayi
3-4 jam

Klasifikasi Status Fisik


Pasien sehat
Pasien dengan penyakit sistemik
ringan atau sedang tanpa
pembatasan aktifitas
Pasien dengan penyakit sistemik
berat yang membatasi aktivitas
rutin
Pasien dengan kelainan sistemik berat
yang menyebabkan ketidak mampuan
melakukan aktivitas rutin, yang
mengancam nyanwa setiap waktu

Pasien tidak ada harapan, dengan


atau tanpa pembedahan
diperkirakan akan meninggal
dalam 24jam

ASA I
ASA II
ASA III
ASA IV
ASA V

Premedikasi
(Pemberian obat antikolinergik, sedative, dan analgetic)
Menimbulkan rasanyaman bagi pasien, yang meliputi: bebas dari
rasa takut, tegang dan khawatir, bebas nyeri, dan mencegah mualmuntah
Mengurangi sekresi kelenjar dan mnekan reflak vagus

Memperlancar induksi

Mengurangi dosis obat anesthesia

Mengurasi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah

eriode Intrabedah
Persiapan Anestesia
MESIN
(V) = Vaporizer
(A)= Absorber
(N) = Nitrous Oxide
(C) = Corrougating
tube
(O) = Oksigen
(M) = Mask
(B) = Bag

ALAT
(S) = Scope
(T) = Tube (ETT )
(A)= Air way
(T) = Tapes
(I) = Introducer
(mandrene)
(C) = Connector
(S) = Sucction

OBAT
(P) = Premedikasi
(I) = Induksi
(M) = Maintanace
(E) = Emergency
(R) = Relaxan

Periode Intrabedah
Monitoring perianastesi :
1. Monitoring standart
( penyakit sistemik)
2. Tingkat kedalaman anastesi
3. Kardiovascular
. Non invasif ( TD, Nadi,
Perdarahan, EKG)
. Invasif ( CVP , kateter vena
sentral, kateter arteri
pulmonalis)
4. Respirasi
5. Suhu badan
6. Urine
7. Pemantauan system syaraf.

Pemantauan &
Pencatatan
Oksimeter denyut
Pengukuran tekanan
darah
EKG
Stetoskop
Kapnografi
Anesthetic gas
monitor

1.

Hal yang dinilai Alldrettes


Kesadaran:
score

Sadar penuh
Bangun bila dipanggil
Tidak ada respon

e Pascabedah

2. Respirasi:
Dapat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk
Sesak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan
Apneu
3. Sirkulasi: perbedaan dengan tekanan preanestesi
Perbedaan 20
Perbedaan 20-50
Perbedaan lebih dari 50
4. Aktivitas: dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah:
4 ekstremitas
2 ekstremitas
Tidak dapat
5. Warna kulit
Normal
Pucat, gelap, kuning atau berbintik-bintik
Sianotik

Nilai

2
1
0

2
1
0

2
1
0

2
1
0

2
1
0

>9 dapat keluar


dari ruang
pemulihan

eriode Pascabedah
Hal yang dinilai
1. Pergerakan:
Gerak bertujuan
Gerak tak bertujuan
Tidak bergerak
1. Pernafasan:
Batuk, menangis
Pertahankan jalan napas
Perlu bantuan
1. Kesadaran
Menangis
Bereaksi terhadap rangsangan
Tidak bereaksi

Nilai

2
1
0

2
1
0

2
1
0

Monitor pasca
bedah :
Observasi tanda
vital
Pengendalian
nyeri
Hipoksia
Pengembalian
keruangan

Teknik Anestesi

Teknik anestesi nafas spontan dengan sungkup muka


Teknik anestesi nafas spontan dengan pipa endotrakea
Teknik anestesi dengan pipa endotrakea dan nafas kendali
Ekstubasi

Obat Anestesi Umum


Tiopental
Barbiturat, bekerja sebagai
modulator GABA di SSP. Awitan
sangat cepat dan durasinya
pendek

Propofol

Bekerja meningkatkan tonus


GABA di SSP. Awitan sangat cepat
dan durasinya sangat singkat

Ketamin
Bekerja menghambat NMDA,
dikenal dengan anestetika
disosiatif

Etomidat

Kerjanya pada GABA tidak secara


langsung. Efeksamping
mendepresi korteks adrenal

Midazolam
Benzodiazepin,
Mempunyai awitan yang
cepat, efek amnesia
anterograd.

Opioid

Anestesi Inhalasi
Pelumpuh Otot

Obat-obat yang dapat diberikan sebagai


premedikasi pada tindakan anestesi

A. Analgetik Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB)
intramuskular. Dosis dewasa biasa 8-10 mg i.m.obat ini
digunakan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan
pasien menjelang pembedahan. Morfin adalah depresan
susunan syaraf pusat. Bila rasa nyeri telah ada sejak sebelum
tindakan bedah
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB)
intravena. Diberikan untuk menekan tekanan darah dan
pernafasan serta merangsang otot polos.

Droperidol dan fentanil


Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan
untuk menimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan
dosis 1 mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara
intravena (1 ml setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O
atau O2 bila sudah timbul kantuk. Sebagai dosis
penunjang digunakan N2O atau fentanil saja (0,05-0,1mg
tiap 30-60 menit) bila anesthesia kurang dalam

B. Barbiturat
Pentothal
Menghilangkan kesadaran denganblockade systemsirkulasi
(perangsangan) diformasio retikularis
Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau 5% dengan dosis permulaan 4-6
mg/kg BB dan selanjutnya dapat ditambah sampai 1 gram.
Penggunaan:
Untuk induksi, selanjutnya diteruskan dengan inhalasi.
Operasi-operasi yang singkat seperti: curettage, reposisi, insisi abses.
Cara Pemberian:
Larutan 2,5% dimasukkan IV pelan-pelan 4-8 CC sampai
penderita tidur,pernapasan lambat dan dalam. Apabila penderita dicubit
tidak bereaksi, operasi dapat dimulai. Selanjutnya suntikan dapat
ditambah secukupnya apabila perlu sampai 1 gram.

C. Antikolinergik
Atropin
Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah
dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg
intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
Penggunaan hiosin dan atropine efektif sebagai anti mual
dan muntah,tetapi bila hiosin dikombinasikan dengan
morfin atau papaveratum menambah sedasi

D. Obat Penenang
(transquillizer)
Diazepam
Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis
besar hipnotik. Menyebabkan tidur dan penurunan
kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara lambat,
tetapi tidak berefek analgesic.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 510 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15
mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,040,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB
intravena.

OBAT ANESTESI INHALASI


Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)
N2O merupakan Berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak
iritasi, tak terbakar dan beratnya1,5 kali berat udara.
Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat anastetik
lemah, analgesinya kuat
Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi
N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan 50%:50%. Dosis untuk
mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan
20%;80%, untuk induksi 80%:20%, dan pemeliharaan
70%:30%.

Halotan
Halotan merupakan obat anestetik dengan

kekuatan 4-5 kali eter atai 2 kali kloroform.


Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi
cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan nafas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi
terhadap syok, jarang menyebabkan
mual/muntah. Kerugiannya adalah sangat poten,
relatif terjadi over dosis, analgesi dan relaksasi
yang kurang, harus dikombinasika dengan obat
analgetik dan relaksan
Induksi halotan memerlukan gas pendorong
O2 atau campuran N2O dan O2.
Induksidimulai dengan aliran O2 > 4 ltr/mnt atau
campuran N2O:O2 = 3:1. Aliran > 4 ltr/mnt.
Kalau pasien batuk konsentrasi halotan
diturunkan, untuk kemudian kalausudah tenang

Enfluran (ethran)
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk
cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak
bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran
cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mualdan
muntah serta masa pemulihannya cepat.
Isofluran (forane)
Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak
mudah terbakar. Induksi dengan enfluran (ethran),
isofluran ( foran, aeran ) atau desfluran jarang
dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi
menjadi lama.
Sevofluran
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena
pasien jarang batuk walaupun langsung diberikan
dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %.
Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan
sesuai kebutuhan

OBAT ANESTESI INTRAVENA


Natrium Tiopental (tiopental,pentotal)
Tiopental berupa bubuk kuning yang bila akan digunakan
dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%.
Indikasi pemberian tiopental adalah induksi anestesi umum,
operasi/tindakan yang singkat(reposisi fraktur, insisi, jahit
luka, dilatasi serviks, dan kuretase), sedasi pada analgesi
regional, dan untuk mengatasi kejang-kejang eklampsia
atau epilepsi. Kontra indikasinya adalah status asmatikus,
syok, anemia, disfungsi hepar, asma bronkial, miastenia
gravis dan riwayat alergi terhadap tiopental.
Keuntungan penggunaan tiopental adalah induksi mudah dan
cepat, tidak ada delirium, masa pemulihan cepat, tidak ada
iritasi mukosa jalan napas. Sedangkan kerugiannya adalah
dapat menyebabkan depresi pernapasan, depresi
kardiovaskuler, cenderung menyebabkan spasme laring,
relaksasi otot perut kurang dan bukan analgetik.

Ketamin
Ketamin menyebabkanreflek faring danlaring
tetapnormal.Ketamin sering menimbulkan halusinasi terutama pada
orang dewasa. . Untuk induksi ketamin secara intravena dengan
dosis 2 mm/kgBB dalam waktu 60 detik, stadium operasi dicapai
dalam 5-10 menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat diberikan
dosis ulangan setengah dari semula. Ketamin intramuscular untuk
induksi diberikan 10 mg/kgBB, stadium operasi terjadi dalam 1225menit
Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan)
Tersedia dalam kombinasi tetap, dan tidak diperguna-kan
untukmenimbulkan analgesia neuroleptik. Induksi dengan dosis 1
mm/9-15 kg BB diberikan perlahan-lahan secara intravena (1 ml
setiap 1-2 menit) diikuti pemberian N2O atau O2 bilasudah timbul
kantuk.
Diprivan (diisopropil fenol, propofol)
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada
penurunan curah jantung. Propofol menghambat transmisi neuron
yang dihantarkan oleh GABA.
Dosis 2-2,5 mg/kgbb, 6-10 mg/kgbb/jam, dosis sedasi untuk perawatan
intensif 0,2 mg/kg.

Induksi Inhalasi
Halotan

Isofluran

Sevofluran

SSP

Hipnotik, analgesia,
relaxan, vasodilatasi

Menurunkan
konsumsi O2 otak

= isofluran

KV

Depresi SA Node, otot


jantung, relaksasi otot
polos

Depresi <

Tidak menimbulkan
aritmia, tahanan
vaskular dan curah
jantung sedikit menurun

respirasi

Depresi pusat nafas

Liver

Nekrosis sel hati?

Induksi

2-3 %

2-3 %

3-5 %

Nafas Spontan

1-2,5 %

1-2,5 %

2-3 %

Nafas kendali

0,5-1 %

0,5 1 %

0,5-1 %

KI

gg. Fungsi hati, gg. Irma


jantung, kraniotomi

Keuntungan

Induksi cepat, tidak


iritatif mukosa jln nafas

Tidak menggigil,
pemulihannya
lebih cepat

Tidak iritatif, pemulihan


paling cepat

Kelemahan

Hipotensi, gg irama
jantung, hepatotoksik,
menggigil. Analegesi
dan relaksasi kurang

Iritatif jln nafas,


analgesi dan
relaksasi kurang

Analgesi dan relaksasi


kurang

Tidak toksik

RELAXANT
Manfaat obat ini di bidang anestesi :
Memudahkan dan mengurangi cedera dari tindakan laringoskopi
dan intubasi trakea
Membuat relaksasi otot lurik selama tindakan pembedahan
Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas
selama anestesi
Memudahkan pernapasan kendali selama anestesi

RELAXANT
PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI (NONKOMPETITIF)
Suksinil-kolin (diasetil-kolin) dan dekametonium
Bekerja spt asetil kolin tp tidak dirusak oleh kolinesterase shg menyebabkan
depolarisasi (kontraksi otot) dan berakhir menjadi relaksasi otot lurik
PELUMPUH OTOT NON-DEPOLARISASI (INHIBITOR KOMPETITIF)
tidak menyebabkan depolarisasi
Nondepol Long acting
( durasi kerja 30-120 menit )
d-tubokurarin (tubarin), pankuronium, metakurin, pipekuronium,
doksakurium, alkurium (alloferin)

RELAXANT
Nondepol Intermediate acting ( 15-30 menit )
gallamin (flaxedil), atrakurium (notrixum), vekuronium
(norcuron), rokuronium (esmeron), cistacuronium
Nondepol Short-acting ( 10-15 menit)
mivakurium (mivacron), ropacuronium

Obat

Dosis

OOA

DOA

(mg/kg)

(menit)

(Menit)

1-1,5

0,5-1

5-10

Atracurium

0,5

2,5

30-40

Vecuronium

0,008-0,12

2,5

45-60

0,6-1,0

1-1,5

30-45

0,08-0,12

120

Succinylcho
line

Recuroniu
m
Pancuroniu
m

DAFTAR PUSTAKA
Mangku, Gde Tjokorda Gde Agung. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta : Indeks. 2010.
Soenarjo , Jatmiko HD. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi. Edisi Pertama , Bagian Anestesiologi

dan Terapi Intensif. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro , 2010.


Soenarto, Ratna F. Chandra, Susilo. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta : Departemen Anestesiologi dan
Intensive Care. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, 2012.
Said A.Latief dkk. Anestesi Umum . Dalam : Anestesiologi . Edisi Kedua, Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002.
General Anaesthesia dikutip dari : http://www.nlm.nih.gov/mdlineplus/ency/article/0074 pada tanggal
Juli 2015.
A simplified scoring sistem for the post-operative recovery room dikutip dari :
http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF03004827 pada tanggal 20 Juli 2014.
Soesardi EH, Satriyanto DM, Susanto E. Dalam : Obat-obat Anesthesia Sehari-hari. Bandung:
Keperawatan Anestesi dan Gawat Darurat Medik

TERIMA KASIH

You might also like