You are on page 1of 10

SINTESA AWAL KOMPOSIT ALUMINIUM HASIL PROSES CROSS SECTION

ACCUMULATIVE ROLL BONDING (C ARB) UNTUK APLIKASI PERALATAN


MILITER
Muhammad Imansyah, Slamet Wiyono, ST., MT, Anistasia Milandia, ST., MT
Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jendral Sudirman km 03, Cilegon 42435
Email: miSyah3@gmail.com
ABSTRAK
Perkembangan material baru pada perangkat dan peralatan militer dibutuhkan sifat yang
lebih unggul, hal ini sejalan dengan definisi komposit yang merupakan gabungan dari dua material
atau lebih untuk mendapatkan sifat yang lebih unggul, perkembangan material komposit saat ini
berkembang dengan sangat pesat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas material dan kekuatan
dengan yang telah ada. Material dari logam umumnya digunakan pada aplikasi di industri otomotif
dan juga untuk peralatan militer seperti body tank (Agus Pramono, 2014). Pada penelitian ini
membahas proses cross section accumulative roll bonding (C-ARB) untuk material komposit yang
menggunakan plat aluminium seri 1xxx sebagai matriks dan alumina (Al 2O3) dalam bentuk
continous fiber, short fiber, dan particle sebagai penguat atau (reinforce). Proses pengerolan CARB dilakukan dengan reduksi dan penekanan pada roll sebesar 50% dengan dua arah yaitu arah
melintang dan arah tegak lurus serat. Pada tahap awal proses pengerolan dilakukan dengan
pengerolan melintang, berikutnya sampel yang telah di roll searah melintang tersebut, di roll
kembali dengan searah serat. Pemilihan bentuk alumina sebagai penguat berpengaruh pada
karakterisasi material, hal ini dikarenakan bentuk material yang tepat untuk metode C-ARB ini
adalah alumina yang dapat menutup bidang kontak sehingga meminimalisir rongga udara pada
material saat proses pengerolan. Alumina serat sangat tepat untuk metode ini, karena saat
dilakukan proses roll pertama arah melintang alumina serat dapat bertambah panjang dan pada saat
pengerolan kedua alumina terjadi pelebaran sehingga meinimalisir rongga yang terjadi dan
meningkatkan kerapatan. Nilai densitas dan kekerasan material berbanding terbalik dengan nilai
porositas, semakin tinggi nilai porositas maka densitas dan kekuatan material semakin menurun
serta didapat unsur yang terdapat pada aluminium komposit yang tertinggi adalah unsur aluminium
(Al) dan beberapa persennya terdapat unsur alumina (Al2O3).
Kata Kunci: cross section accumulative roll bonding (C-ARB), komposit aluminium, alumina,
alumina reinforce dan bodi tank.
1. Pendahuluan
Perkembangan material baru pada
perangkat
dan
peralatan
militer
dibutuhkan sifat yang lebih unggul, hal
ini sejalan dengan definisi komposit yang
merupakan gabungan dari dua material
atau lebih untuk mendapatkan sifat yang
lebih unggul, perkembangan material
komposit saat ini berkembang dengan
sangat
pesat.
Tujuannya
untuk
meningkatkan kualitas dari produk dan
kekuatan dengan produk yang telah ada.
Material dari logam umumnya digunakan
pada aplikasi di industri otomotif dan
juga untuk peralatan militer seperti body
tank. Untuk meningkatkan kualitas dari
body tank itu, maka material yang
dikembangkan harus memiliki sifat

mekanik yang lebih baik. Komposit


merupakan material potensial dapat
digunakan untuk memenuhi permintaan
material body tank dengan sifat lebih baik
daripada material yang telah digunakan
sekarang. (Agus Pramono, Kompasiana,
Komposit manufaktur sebagai trend
teknologi masa depan).
Secara umum bahan komposit terdiri
dari dua macam, yaitu bahan komposit
partikel (particulate composite) dan bahan
komposit serat (fiber composite). Bahan
komposit partikel terdiri dari partikel
partikel yang diikat oleh matrik. Bentuk
partikel ini dapat bermacammacam
seperti bulat, kubik, tetragonal atau
bahkan berbentuk yang tidak beraturan
secara acak. Sedangkan bahan komposit
serat terdiri dari serat serat yang diikat

oleh matrik. Bentuknya ada dua macam


yaitu serat panjang dan serat pendek
(eatrenkz.blogspot.co.id).
Berdasarkan
jenisnya terdapat beberapa bentuk pada
komposit yaitu:
a. Komposit Partikel
Dalam struktur komposit, bahan
komposit partikel tersusun dari partikel
partikel disebut bahan komposit partikel
(particulate
composite)
menurut
definisinya partikel ini berbentuk
beberapa macam seperti bulat, kubik,
tetragonal atau bahkan berbentuk yang
tidak beraturan secara acak, tetapi rata
rata berdimensi yang sama. Bahan
komposit partikel umunya digunakan
sebagai pengisi dan penguat bahan
komposit keramik (ceramic matrik
composites). Bahan komposit partikel
pada umunya lebih lemah dibanding
bahan komposit serat. Bahan komposit
partikel mempunyai keunggulan, seperti
ketahanan terhadap aus, tidak muda retak
dan mempunyai daya pengikat dengan
matrik yang baik.

sekarang
semakin
diunggulkan
dibandingkan materialmaterial yang
digunakan. Cara yang digunakan untuk
mengkombinasi serat berkekuatan tarik
tinggi dan bermodulus elastisitas tinggi
dengan matrik yang bermasa ringan,
berkekuatan tarik renda, serta bermodulus
elastisitas
rendah
makin
banyak
dikembangkan guna untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Komposit pada
umumnya mengunakan bahan plastik
yang merupakan material yang paling
sering digunakan sebagai bahan pengikat
seratnya selain itu plastic mudah didapat
dan mudah perlakuannya, dari pada bahan
dari logam yang membutuhkan bahan
sendiri.

Gambar 2 komposit serat


(www.princeton.edu)
2.

Gambar 1 komposit partikel


(www.everychina.com)
b. Komposit Serat
Unsur utama komposit adalah serat
yang mempunyai banyak keunggulan,
oleh karena itu bahan komposit serat yang
paling banyak dipakai. Bahan komposit
serat terdiri dari seratserta yang terikat
oleh matrik yang saling berhubungan.
Bahan komposit serat ini terdiri dari dua
macam, yaitu serat panjang (continous
fiber) dan serat pendek (short fiber dan
whisker). Penggunaan bahan komposit
serat sangat efesien dalam menerima
beban dan force. Karena itu bahan
komposit serat sangat kuat dan kaku bila
dibebani searah serat, sebaliknya sangat
lemah bila dibebani dalam arah tegak
lurus serat. Komposit serat dalam dunia
industry mulai dikembangkan dari pada
menggunakan bahan partikel. Bahan
komposit serat mempunyai keunggulan
yang utama yaitu strong (kuat), stiff
(tangguh), dan lebih tahan terhadap panas
pada saat didalam matrik (Schwartz,
1984). Dalam penggembangan teknologi
pengolahan
serat,
membuat
serat

Proses C-ARB
Dalam
penelitian
ini,
untuk
memperbaiki properieties dari proses
Accumulative Roll Bonding (ARB),
maka
metode
Cross
Section
Accumulative Roll Bonding digabungkan
bersama dengan metode Accumulative
Roll Bonding (ARB) untuk memperbaiki
sifat mekanik yang dihasilkan.
Proses C-ARB digunakan sebagai
metode yang efektif untuk perbaikan
struktur mikro dan perbaikan sifat
mekanik. Beberapa jurnal menunjukkan
hasil Uji Mikro yang Struktur Mikro
memiliki distribusi yang sangat baik dari
hasil proses C-ARB.
Paduan aluminium dipilih sebagai
matrik dan alumina sebagai bahan
penguat dengan temperatur pemanasan
sebesar 3500C. Setelah material uji sudah
siap, tumpuk dua aluminium yang
diantara tumpukan aluminium di beri
penguat alumina, setelah itu diikat pada
kedua
ujungnya
dengan
kawat,
pengikatan ini bertujuan agar material uji
tetap pada posisinya. Proses C-ARB
dilakukan tidak memerlukan pelumasan
seperti oli atau pelumas jenis lainnya.
(Mohammad
RezaKamaliArdakani,
2014)

Proses pengerolan C-ARB dilakukan


dengan reduksi/ penekanan pada roll
sebesar 50% dengan dua arah yaitu arah
melintang dan arah tegak lurus serat.
Pada tahap awal proses pengerolan
dilakukan dengan pengerolan melintang,
berikutnya sampel yang telah di roll
searah melintang, di roll kembali dengan
searah serat. Poin penting pada proses CARB adalah ketika dilakukan pengerolan,
material mengalami penekanan dengan
reduksi yang diberikan, sehingga ada
pengurangan dimensi material uji, jumlah
peneknan/ reduksi yang diberikan adalah
sebesar 50%. Ilustrasi skematik dari
proses C-ARB ditunjukkan pada Gambar
3 (Mohammad RezaKamaliArdakani,
2014).

Interface dari komposit sangat


menpengaruhi karakteristik komposit,
karena interface berpengaruh terhadap
proses tranfer beban antara matrik dan
penguat. Interface yang kuat memberikan
kekuatan yang tinggi begitu juga
sebalikanya. Sifat-sifat seperti ketahanan
creep, kekuatan fatik dan ketahanan
korosi
juga
dipengaruhi
oleh
interfacenya. (Maman kartamana, 2010).
3.

Metodologi Penelitian
3.1 Diagram air

Gambar 3 Metode C-ARB


(www.Snipview.com)
Proses C-ARB terfokus pada tebal
dan tipisnya batas interface yang
terbentuk, tebal dan tipisnya interface
yang terbentuk menyatakan baik atau
tidaknya persatuan antara penguat dengan
matriknya. Interface merupakan daerah
dengan ketebalan hanya beberapa mikron
dan pada daerah ini terjadi perubahan
sifat dari matrik ke penguat. Interface
matrik dan penguat. Pengertian klasik
dari interface yaitu permukaan yang
terbentuk diantara matrik dan penguat
dan mengalami kontak dengan keduanya
dengan membuat ikatan antara keduanya
untuk perpindahan beban. (Maman
kartamana, 2010)

Gambar 4 Skematik interface matrik


dengan penguat
(Maman karamana, 2010)

3.2 Alat dan bahan

Adapun
bahan

bahan yang digunakan


dalam
melakukan
percobaan
C-ARB
adalah sebagai berikut:
a. 2
lapis
plat
alumunium
murni
X3 dengan ukuran
(20 X 230 mm).
b. Alumina (Al2O3).
c. Cairan kimia aseton.
d. 4
potong
kawat
tembaga/
baja
sebagai pengikat.

Gambar 4.1.2 Diagram densitas


Dari gambar digram batang
densitas terendah adalah Al seri
1xxx C2, hal ini disebabkan bidang
kontak berpenguat alumina serbuk
ini lebih renggang dan terisi ruang
oleh udara, sehingga menurunkan
nilai densitas, Al seri 1xxx C3
memiliki nilai densitas yang
tertinggi yang disebabkan oleh
kerapatan bidang kontak, hal ini
dikarena saat proses pengerolan
pertama arah melintang bidang
kontak alumina serat memanjang,
dan saat proses pengerolan kedua,
arah sejajar bidang kontak melebar.
Hal ini dapat meminimalisir
porositas dalam material dan
memiliki nilai kerapatan tertinggi
sehingga densitas meningkat. Al seri
1xxx C1 memiliki nilai densitas
sebesar 2.8 g/cm2, hal ini
disebabkan
bidang
kontak
alumunium berpenguat alumina
fiber
ada
perenggangan,
dikarenakan
saat
pengerolan
melintang alumina mengalami
pemanjangan yang menyebabkan
perluasan bidang kontak, sedangkan
pada saat proses roll kedua arah
sejajar alumina melebar dan terjadi
perpotongan alumina tersebut, hal
inilah yang menyebabkan kerapatan
dan menurunkan nilai densitas.

3.3 Alat alat yang digunakan


Adapun alat alat yang
digunakan dalam melakukan
percobaan
sandwich
roll
bonding metode menggunakan
proses C-ARB ini adalah:
a. Grinda potong.
b. Amplas.
c. Kain pembersih.
d. Tang.
e. Penggaris.
f. Hand bor.
g. Stopwacth.
h. Muffle/ furnace/ tungku
pemanas.
i. Ragum.
j. Mesin roll.
k. Sikat baja automatic.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Uji Densitas
Hasil Pengujian densitas pada
spesimen hasil proses C-ARB dapat
dilihat tabel 4.1.1 dibawah ini.
Table 4.1.1 Hasil uji densitas
material komposit
No

Sampel Uji

Densitas

Fiber (C1)

2.803

Serbuk (C2)

2.730

Serat (C3)

2.924

Tabel 4.1.2 memperlihatkan


bahwa densitas cross section
accumulativ roll bonding berkisar
antara 2.730 g/cm2 2.924 g/cm2
Berdasarkan teori densitas matrial
alumunium adalah 2.7 g/cm2.
Faktor
yang
menyebabkan
peningkatan
densitas
adalah
perubahan bentuk butir dari bulat
menjadi pipih pada saat pengerolan.
Pengerolan adalah suatu proses
yang digunakan untuk memadatkan
dan menghaluskan bentuk butir dari
material.

4.2

Hasil Uji Porositas


Hasil porositas terhadap material
komposit logam aluminium dengan
penguat alumina dapat dilihat pada
tabel 4.2.1 dibawah ini.
Table 4.2.1 Hasil uji porositas
material komposit
No

Sampel Uji

Porositas (%)

Fiber (C1)

0.06

Serbuk (C2)

0.09

Serat (C3)

0.03

Tabel 4.2.1 memperlihatkan nilai


porositas aluminium hasil proses CARB berpenguat alumina fiber yang
memiliki nilai porositas sebesar
0.059%, sampel hasil proses C-ARB
berpenguat alumina serbuk memiliki
nilai porositas yang tertinggi, sebesar
0.086% dan sampel hasil proses CARB berpenguat alumina serat
memiliki nilai porositas yang
terendah, sebesar 0.031%. Dari data
diatas dapat dibuat diagram batang
untuk perbandingan tingkat porositas
dapat dilihat pada gambar 4.2.2:

Gambar 4.2.2 Diagram porossitas


Gambar 4.4.2 menunjukan Al
seri 1xxx C2 memiliki tingkat
porositas tertinggi karena jenis
alumina yang digunakan adalah
serbuk,
maka
bidang
kontak
alumunium memiliki kerenggangan
dan
ruang
udara,
sehingga
menyebabkan meningkatnya nilai
porositas dan menurunnya densitas
serta kekuatan material. Aluminium
seri 1xxx C2 memiliki nilai porositas
cukup rendah, hal ini dikarenakan
alumina yang digunakan adalah fiber
dan memiliki ruang kerapatan yang
masih
kurang
akibat
proses
pengerolan, sehingga masih ada
ruang udara yang tersimpan. Hal ini
dapat menurunkan nilai kekuatan
serta
densitas material
tetapi
meningkatkan
nilai
porositas
material. Sedangkan Al seri 1xxx C3
memiliki nilai porositas terendah
diantara yang lain. Hal ini
dikarenakan bentuk alumina yang
digunakan adalah serat, sehingga
pada proses pengerolan bidang
kontak aluminium terisi rapat oleh
alumina dan mengurangi ruang udara
yang ada pada bidang kontak
tersebut. Hal ini dapat menurunkan
nilai
porositas
tetapi
dapat

meningkatkan
kekuatan
serta
densitas material.
Porositas didefenisikan sebagai
perbandingan volume rongga udara
(volume yang ditempati oleh gas)
terhadap volume total material
(volume benda uji). Besarnya rongga
pada material umumnya terjadi
akibat metode yang digunakan dan
proses pemanasan material, semakin
tinggi tingkat densitas maka semakin
besar kekuatan material, sebaliknya
semakin besar porositas material,
maka kekuatan material semakin
kecil. (Eche, 2013).
4.3

Hasil Uji Kekerasan (Vickers)


Pengujian kekerasan dilakukan 5
titik penetrasi yang berbeda. Dari
hasil 5 titik penetrasi tersebut dapat
ditentukan nilai rata rata pada
setiap materialnya, adapun hasil
pengujian kekerasan yang telah
dilaksanakan dapat dilihat pada tabel
4.3.1 dibawah ini.
Tabel 4.3.1 Hasil uji kekerasan
micro-vickers hardeness
Kekerasan

No

Sampel Uji

(VHN)

Fiber (C1)

38.62

Serbuk (C2)

36.98

Serat (C3)

39.86

Tabel 4.3.1 memperlihatkan


kekerasan sampel hasil proses CARB berpenguat alumina fiber
memiliki tingkat kekerasan sebesar
38.62 VHN, sampel hasil proses CARB berpenguat alumina serbuk
memiliki tingkat kekerasan yang
rendah sebesar 36.98 VHN dan
sampel
hasil
proses
C-ARB
berpenguat alumina serat dengan
metode roll sandwich material
memiliki tingkat kekerasan yang
tinggi sebesar 39.86 VHN. Dari data
diatas dapat dibuat diagram batang
perbandingan rata rata pada setiap
sampel yang dapat dilihat pada
gambar 4.3.2:

Gambar 4.3.2 Diagram kekerasan


Gambar 4.3.2 memperlihatkan
sampel C3 (hasil proses C-ARB
berpenguat alumina serat) memiliki
nilai kekerasan yang tinggi sebesar
39.86 VHN, sampel C1 (Hasil proses
C-ARB berpenguat alumina fiber)
dengan nilai kekerasan sebesar 38.62
VHN dan sampel C2 (Hasil proses
C-ARB berpenguat alumina serbuk)
memiliki nilai kekerasan yang rendah
dengan nilai kekerasan sebesar 36.98
VHN. Jika reduksi ditingkatkan
maka kepadatan material meningkat,
sehingga nilai densitas naik. Nilai
densitas sebanding dengan nilai
kekerasannya. Peningkatan densitas
ini mempengaruhi nilai kekerasan
dari
material
komposit
yang
terbentuk, besarnya reduksi yang
diberikan
sangat
berpengaruh
terhadap kekuatan material, hal ini
dikarenakan ketika material diberi
reduksi pada saat pengerolan dapat
merubah dimensi ketebalan menjadi
lebih tipis dari ketebalan awal
ditambah
dengan
terdifusinya
material
dapat
meningkatkan
kekuatan
material
komposit
aluminium berpenguat alumina.
Disamping
proses
pengerolan,
pemilihan bentuk alumina juga
berpengaruh
penting
dalam
pertambahan
kekuatan
material
karena
ketika
alumina
dapat
merapatkan bidang kontak makan
rongga udara menurun dan kerapatan
material meningkat.

Gambar 4.3.3 Jejak indentor Vickers


pembesaran 500x
Gambar

4.3.4

menunjukan

pengaruh reinforce terhadap nilai


kekerasan material, pada pengujian
vicker terdapat perbedaan lokasi
penekanan saat uji vicker, titik
pertama pada gambar 4.3.4 terlihat
indentor tepat menginjak interface
material komposit sehingga nilai
kekerasan tinggi, pada titik ke 2
indentor saat menekan masih
menyentuh batas interface sehingga
nilai
kekerasannya
masih
dipengaruhi oleh interface dan pada
titik ke 3 indentor menakan cukup
jauh dari interface, sehingga ada
perbedaan nilai kekerasan.
4.4

Hasi Uji Metalografi


Dari hasil pengujian struktur
mikro ini dapat di analisa perekatan
dua material sehingga terbentuknya
interface antara matrik dan reinforce.
Untuk melihat morfologi yang terjadi
pada sampel diperlukan uji struktur
mikro untuk analisa. Adapun hasil
morfologi struktur mikro dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4.2 pembesaran mikro


optik 200x (A) Al 1xxx berpenguat
alumina fiber (B) Al 1xxx berpenguat
alumina serbuk (C) Al 1xxx
berpenguat alumina serat
Uji struktur mikro pada proses
C-ARB untuk mengetahui interface
yang terjadi antara matriks Al
terhadap penguat Al2O3 dengan
perbesaran 200X. Perbesaran ini
dilakukan untuk mengetahui batas
interface yang terbentuk pada
material hasil proses C-ARB. Batas
interface adalah batas daerah/ zona
dua material aluminium yang
diantara kedua material tersebut
diberi penguat alumina.
Pada sampel C1 (material
komposit Al 1xxx berpenguat
alumina fiber) terlihat adanya

penurunan besar rongga udara,


porositas pada material akan lebih
kecil serta kekuatan material C1 akan
meningkat
dengan
semakin
menipisnya batas interface antara dua
material akan membuktikan proses
pengerolan proses C-ARB ini sangat
dipengaruhi oleh bentuk alumina
yang digunakan sebagai penguat,
pada sampel C2 (material komposit
Al 1xxx berpenguat alumina serbuk)
terlihat jelas batas interface antara
dua material serta mulai terlihat
rongga udara yang terjadi pada
aluminium.
Porositas
adalah
kekosongan berisi gas/ udara yang
disebabkan bentuk alumina yang
digunakan masih memiliki rongga
udara yang dapat menurunkan
kekuatan material, ketika material
tersebut
diproses
pengerolan,
alumina serbuk tidak memperluas
bidang kontak sehingga timbulnya
rongga udara dan pada sampel C3
(material
komposit
Al
1xxx
berpenguat alumina serat) terlihat
interface yang baik, hal ini
dibuktikan bidang kontak interface
material aluminium dengan Al2O3
terlihat lebih tipis. Gambar 4.4.2
menunjukan bahwa material C3
terlihat adanya penipisan porositas.
Dengan
melakukan
proses
pengerolan
C-ARB
dapat
meningkatkan kekuatan material uji
dan tejadinya penipisan rongga udara
yang terisi gas atau udara dapat
terminimalisir
akibat
campuran
alumina serat yang memperluas
bidang kontak material sehingga
porositas berkurang.

Gambar 4.4.2 Batas Interface AlAl2O3 hasil proses C-ARB


Dari
hasil
pengamatan,
aluminium komposit berpenguat
alumina serat memiliki porositas

yang lebih rendah dan batas interface


antara dua material menipis, hal ini
membuktkan
bahwa
dengan
menggunakan proses pengerolan CARB ini dipengaruhi oleh bentuk
alumina yang digunakan sehingga
bidang kontak tertutup rapat oleh
alumina sehingga meningkatkan nilai
kekerasa material.
4.5

Hasil Uji Tarik


Data hasil uji tarik terhadap
material komposit logam aluminium
dengan penguat alumina, dapat
ditunjukan pada tabel dibawah ini.

Gambar 4.5.1 hasil uji tarik material


komposit berpenguat alumina
Grafik 4.5.1 memperlihatkan
elongasi sampai titik putus pada
alumunium komposit berpenguat
alumina serbuk dengan proses
pengerolan C-ARB cukup panjang,
ketika material komposit berpenguat
alumina serbuk di ganti menjadi
material
komposit
berpenguat
alumina
serat
dengan
proses
pengerolan
C-ARB
terlihat
penambahan panjang yang sangat
signifikan
sehingga
kekuatan
alumunium akan bertambah lebih
tinggi sehingga material memiliki
sifat keras dan ulet, tetapi ada
penurunan pada aluminium komposit
berpenguat alumina fiber, jarak
elongasi sampai titik putus ini lebih
pendek dibanding material komposit
berpenguat alumina serbuk dan serat,
hal ini menyatakan bahwa material
komposit berpenguat alumina fiber
memiliki keras dan sifat getas.
Kerapatan alumina memperluas
bidang kontak aluminium pada
proses
pengerolan
sehingga
meningkatkan kekuatan material,
ketika material diberi pembebanan
material mampu menahan beban
sampai titik patah, sehingga bentuk
alumina yang digunakan dan proses

pengerolan C-ARB ini sangat


mempengaruhi karakteristik material
aluminium komposit berpenguat
alumina.

nilai tegangan tarik sebesar 19.6623


N/mm2.
Pada
material
ini,
aluminium memiliki sifat kekuatan
material yang tinggi dan memiliki
sifat elongitas terhaap deformasi
plastis yang tinggi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa material C3 ini
memiliki sifat material yang keras
dan ulet. Hal ini disebabkan fungsi
utama dari serat adalah sebagai
peningkat kekuatan dari material
komposit, sehingga tinggi rendahnya
kekuatan komposit sangat tergantung
dari serat yang digunakan, karena
tegangan
yang
dipakai
pada
komposit awalnya diterima oleh
matrik akan diteruskan kepada serat,
sehingga serat akan menahan beban
sampai beban maksimum. Oleh
karena itu serat harus mempunyai
tegangan
tarik
dan
modulus
elastisitas yang lebih tinggi daripada
matrik penyusun komposit.

Tabel 4.5.2 hasil analisa uji tarik


Sampel
UTS
Yield
Brake
No
1
2
3

Uji
(mm)
Fiber
Serbuk
Serat

Strenght
(N/mm2)
12.0626 10.8760
11.9939 9.2370
19.6623 13.5370

Strain
(%)
1.942
4.099
9.917

Tabel 4.5.2 menunjukan nilai


tegangn tarik sampel C1 (komposit
aluminium berpenguat alumina fiber)
sebesar 12.0626 N/mm2, pada
material ini, aluminium memiliki
batas elastisitas yang tinggi dan
elongasi yang pendek, sehingga
dapat disimpulkan bahwa material
C1 ini memiliki sifat material yang
keras tapi getas. Hal ini disebabkan
oleh penggunaan bahan komposit
serat panjang (fiber continue) sangat
efesien dalam menerima beban dan
gaya, oleh karena itu bahan komposit
fiber sangat kuat dan kaku jika diberi
pembebanan searah serat (fiber),
sebaliknya sangat lemah jika diberi
pembebanan dalam arah tegak lurus
arah serat, sedangkan sampel C2
(komposit aluminium berpenguat
alumina serbuk) didapat nilai
tegangan tarik sebesar 11.9939
N/mm2. Pada material ini, memiliki
sifat kekuatan material yang rendah
dengan elongasi terhadap deformasi
plastis yang cukup tinggi, sehingga
dapat disimpulkan bahwa material
C2 ini memiliki kekerasan yang
rendah tetapi ulet. Hal ini disebabkan
bahan komposit partikel pada
umunya lebih lemah dibanding bahan
komposit serat. Komposit partikel
mempunyai keunggulan, seperti
ketahanan terhadap aus, tidak muda
retak dan mempunyai daya pengikat
dengan matrik yang baik dan pada
sampel C3 (komposit aluminium
berpenguat alumina serat) didapat

4.6

Hasil Uji XRD


Dari proses metode C-ARB
berpenguat
Alumina
(Al2O3)
dilakukan uji XRD untuk mengetahui
unsur
yang
terkandung
pada
alumunium komposit berpenguat
alumina. Adapun hasil XRD dapat
dilihat pada gambar 4.6.1.

Dari hasil analisa XRD material


aluminium komposit berpenguat
alumina hasil proses C-ARB didapat
unsur yang terdapat pada aluminium
komposit yang tertinggi adalah unsur
aluminium (Al) dan beberapa
persennya terdapat unsur alumina
(Al2O3). Hal ini membuktikan
bahwa ketika sinar X ditembak ke
material uji terdeteksi unsur unsur
yang terdapat pada material uji.

Sehingga terditeksi oleh peak pada


gambar 4.6.1. Alumina yang
terkandung pada aluminium murni
1XXX ini hanya sebesar 0.1%
sampai 1% saja dan sisanya adalah
kandungan aluminium murni sebesar
99% sampai 99.9
Gambar 4.6.1 memperlihatkan
perbedaan
pada
intensitasnya,
intensitas
ini
adalah
suatu
kemampuan mesin XRD untuk
mendeteksi adanya kandungan unsur
pada material uji, sehingga ketika
peak intensitasnya tinggi, mesin
XRD membutuhkan energi lebih
besar untuk mendeteksi unsur yang
terdapat pada material uji.
Penurunan nilai persentase alumina
disebabkan bentuk alumina yang
tersebar merata saat dilakukan
pengerolan arah melintang. Saat
proses C-ARB, alumina terpotong
dan tersebar merata pada bidang
kontak
aluminium
dan
yang
menentukan besar atau kecilnya nilai
persentase alumina adalah besar
kecilnya alumina yang terkandung
hasil perpotong saat proses C-ARB.
Bentuk alumina sangat berpengaruh
dalam persentase yang terditeksi oleh
mesin XRD, untuk serbuk bentuk
yang halus mengakibatkan saat
ditembak kandungan alumina sangat
kecil, sedangkan alumina fiber
dengan diameter dan bentuk yang
cukup besar ini ketika ditembak
XRD kandungan alumina cukup
tinggi.
5. Hasil Penelitian
5.1 Kesimpulan
Penelitian komposit Aluminium
berpenguat Alumina (Al2O3) hasil
proses metode Cross Section
Accumulative Roll Bonding dapat
di ambil kesimpulan sebagai
berikut:
A. Pemilihan bentuk alumina
sebagai penguat berpengaruh
pada karakterisasi material, hal
ini dikarenakan bentuk material
yang tepat untuk metode CARB ini adalah alumina yang

dapat menutup bidang kontak


sehingga meminimalisir rongga
udara pada material saat proses
pengerolan. Alumina serat
sangat tepat untuk metode ini,
karena saat dilakukan proses
roll pertama arah melintang
alumina serat dapat bertambah
panjang
dan
pada
saat
pengerolan kedua alumina
terjadi pelebaran sehingga
meinimalisir
rongga
yang
terjadi
dan
meningkatkan
kerapatan. Nilai densitas dan
kekerasan material berbanding
terbalik dengan nilai porositas,
semakin tinggi nilai porositas
maka densitas dan kekuatan
material semakin menurun.
B. Pada sampel C1 terjadi
penurunan
rongga
udara,
porositas pada material akan
lebih kecil serta kekuatan
material C1 akan meningkat
dengan semakin menipisnya
batas interface, pada sampel C2
terlihat jelas batas interface dan
mulai terlihat rongga uara yang
terjadi pada aluminium dan
pada sampel C3 terlihat
interface yang baik, hal ini
dibuktikan
bidang
kontak
interface terlihat lebih tipis.
C. Hasil analisa XRD material CARB didapat unsur yang
terdapat
pada
aluminium
komposit yang tertinggi adalah
unsur aluminium (Al) dan
beberapa persennya terdapat
unsur
alumina
(Al2O3).
Alumina yang terkandung pada
aluminium murni 1XXX ini
hanya sebesar 0.1% sampai 1%
saja dan sisanya adalah
kandungan aluminium murni
sebesar 99% sampai 99.9.
5.2 Saran
Proses roll sandwich material
dengan metode C-ARB untuk
komposit aluminium berpenguat
alumina bukan final dari proses,
oleh karna itu perlu adanya
penelusuran lebih lanjut terkait
parameter dan variable proses
untuk menciptakan material
yang lebih sesuai dengan
properties aplikasi.

Daftar Pustaka
Pramono, Agus, Komposit sebagai trend
teknologi masa depan, Kompasiana:
2014.
Schwartz, M. M, Composite Material
Handbook, New York: 1991.
www.everychina.com.
https://ramatawa.wordpress.com/2008/11/23/k
omposit-partdefinisiklasifikasiaplikasi/
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal
-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekaniklogam/
http://wahyuandfriends.blogspot.co.id/2010/1
1/pengertian-komposit.html.
www.princeton.edu.
http://cdeworld.com.
http://classconnection.s3.amazonaws.com.
http://eatrenkz.blogspot.co.id/2012/06/bab-iipengertian-komposit-secaraluas.html.
https://fitransyah.wordpress.com/2013/10/22/f
ungsi-matrik-komposit/
B, Daniel, ASM International Handbook Vol
21, USA: ASM International 2001.
http://wanxinyuanaluminum.en.made-inchina.com
Ms. Met. E, Ir. Tata Surdia, Pegetahuan
Bahan Teknik, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1999.
Syahbuddin, Paduan Al A356 Setengah Padat
Dengan Menggunaan Las Asetelin
Dan Las Listrik, Jakarta: Uiversitas
Gunadarma.
http://zircarzirconia.com.
Sinaga, Herman, Definisi Material Komposit,
Medan: 2015.
Elsayed, Ibrahim M, Characterization of Fine
Grained Aluminum Alloy Sheets
Produced By Accumulative RollBonding (ARB) Process, Egypt:
Cairo University, 2007.
Kartamana, Maman, Fabrikasi Komposit
Al/Al2O3 Coated Dengan Metode
Stir Casting Dan Karakterisasinya,
Depok: 2010.
http://awritesof573.blogspot.co.id.
http://pengetahuanmiliter.blogspot.com.
http://cintabelanegara.blogspot.com.

http://indonesia.weldedsteel-pipe.com.
http://ronggolawee.file.wordpress.com.
http://raditboyza.blogspot.com.
http://id.wikipedia.org/wiki/pengecoran.
http://smkn2kandangan.forumid.net/t190proses-mesin-press.
http://4.bp.blogspot.com.
http://garudamiliter.blogspot.com.
Segment, Downstream, Tank Inspection,
Repair,
Alteration,
and
Reconstruction, America: American
Petroleum Intitute, 2003
Tsuji, Nobuhiro, Y. Saito., S. H. lee, ARB
(Accumulative Roll-Bonding) and
other new Techniques to Produce
Bulk Ultrafine Grained Materials,
Utsunomiya: Advanced Engineering
Materials, 2003.
Dian P, Kharisma, Tugas Matakuliah Material
Teknik, Malang: 2013.
www.struers.com.
http://erulmesin09.blogspot.com.
D. Callister, William, Materials Science and
Engineering:
An
Introduction,
American:
Department
of
Metallurgical
Engineering
the
University of Utah, 2007.
Ahmad, Khaire rafezi, Penghasilan Dan
Pencirian Komposit Aluminium
Tulen/Partikel Alumina Melalui
Kaedah Metalurgi Serbuk, Malaysia:
2009.
Kamali A, M. Reza, Cross accumulative roll
bonding a novel mechanical
technique
for
significant
improvement of stir-cast Al/Al2O3
nanocomposite properties, Iran:
2014.
http://central-laboratory.um.ac.id.
Ratnasari, Dina, Tugas Kimia Fisika X-Ray
Diffraction
(XRD),
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2009.
Askarotillah S, Asmaa, Pengaruh Komposit
Core Berbasis Limbah Kertas
Dengan Pencampur Sekam Padi Dan
Serabut Kelapa Terhadap Kekuatan
Bending
Panel,
Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2010.
Laboratorium Metalurgi Fisik, Laporan Akhir
Praktikum
Material
Teknik
Pengujian Metalografi Dan HST,
Jakarta: Departemen Metalurgi Dan
Material FTUI, 2010.

You might also like