Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
M. Faiz K. Anwar
G99141163
PENDAHULUAN
Penyakit karies gigi sampai sekarang masih menjadi masalah utama
dibidang kedokteran gigi. Oleh karena itu harus mendapat perhatian
sepenuhnya,tidak hanya dari segi cara menanganinya yang sudah terkena karies
saja, tetapi juga bagaimana cara mencegah karies (McDonald et al., 2000).
Menurut laporan Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) pada
tahun 2000 prevalensi karies gigi pada anak-anak di Indonesia masih sangat tinggi
dibadingkan dengan negara berkembang lainnya.
Besarnya prevalensi karies gigi pada masyarakat sangat mempengaruhi
tingkat kesehatan mulut pada umumnya. Oleh karena itu, perlu diadakan usahausaha penelitian di bidang pencegahan penyakit gigi
mendapatkan cara pencegahan yang dianggap lebih efektif dan efisien. Salah
satunya adalah penggunaan flour.
Fluoride yang dalam beberapa literatur dikenal sebagai fluorine, telah
digunakan sebagai bahan yang sangat efektif dalam mencegah karies gigi. Selama
sepuluh tahun terakhir telah banyakdilakukan penelitian klinis terhadap efek
pencegahan karies gigi dari aplikasi fluoride. Aplikasi fluoride secara topikal pada
gigi diantaranya dengan fluoride solutions, fluoride gels, fluoride varnishes serta
fluoride dalam pasta gigi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fluoride akan
menambah kecepatan remineralisasi pada enamel dan dentin yang mengalami
demineralisasi. Struktur gigi yang mengalami remineralisasi dengan adanya
fluoride akan terjadi peningkatan fluorhydroxyapatite yang menyebabkan gigi
lebih tahan terhadap serangan asam dibandingkan struktur aslinya. Hasil dari
penulisan ini merekomendasikan untuk aplikasi fluoride secara berkala untuk
pencegaan dan kontrol karies yang maksimal (Horowitz and Ismail, 1996;
Udin,1999; McDonald et al., 2000; Marinho et al., 2003).
TINJAUAN PUSTAKA
Flour seperti unsur halogen lainnya : chlor, yodium dan brom yang didapat
dalam bentuk binary compoun yang disebut flouride. Sumber utama dari flouride
adalah air, terutama air dari sumur sumur yang dalam. Pada tahun 1802 telah
ditemukan pertama kali flouride dalam jaringan tubuh binatang, dimana
menunjukkan adanya flouride dalam fosil gigi gajah. Selain terdapat dalam gigi,
flouride juga dijumpai dalam tulang.
A. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride
yang
diperoleh
tubuh
melalui
bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 4050% pada gigi susu
(Ami Angela, 2005).
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang
cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies
gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah,
contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup
mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan
hati-hati.
Makanan
tambahan
fluoride
hanya dianjurkan
untuk
mereka
fluor
dapat
juga
dilakukan
dengan
tablet, baik
itu
gigi
dari karies,
metabolisme bakteri
fluor
bekerja
dengan
cara
menghambat
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan
lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F
penempatan mineral
anorganik
pada
permukaan
gigi
yang
telah
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF
yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish
fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF
merupakan salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk
waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi
serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya
dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air
destilasi 10 ml (Yanti, 2002).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus
selalu memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991).
Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini
diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF 20,8 gram dengan air destilasi 10 ml.
Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8. APF lebih sering digunakan karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini
tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal
aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering
mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor,
tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat
perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam
bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi. Salah satu varnish
fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol varnis alami
yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm fluor). Varnish
dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak dibawah umur 6
tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga dikhawatirkan
varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel (Angela,
2005).
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan
tetapi pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya
mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta
giginya
bisa
yang
merubahkarbohidrat
menjadi asam dalam plak gigi dan adanya efek bakteriostatik yang menghambat
kolonisasi bakteri pada permukaan gigi (Lubis, 2001).
Penambahan flour pada permukaan gigi yang mengalami karies permulaan
atau karies dini dapat mempercepat proses reminerilasasi. Tetapi walaupun flour
mendorong proses remineralisasi, namun yang paling utama adalah permukaan
gigi secara teratur harus dibersihkan dari plak dengan menggunakan bahan yang
mengandung flour.
Efek Kariostatik
Tahap permulaan dari pembentukan karies adalah penghancuran lapisan
dalam dari enamel yang disebut karies dini atau dikenal dengan white spot. Karies
dini adalah suatu keadaan dekalsifikasi di bawah permukaan enamel dimana
terlihat secara klinis permukaan enamel yang kelihatannya utuh, agak kasar,
buram, warna opak dan putih. Mekanisme pembentukan karies dini dapat
digambarkan sebagai berikut (Darling 1959 dan Nizel 1981): Asam yang dibentuk
oleh bakteri asidogenis tidak dapat melarutkan permukaan enamel (surface
enamel), tapi ion-ion H+ dapat masuk secara difus ke permukaan dalam dari
enamel (sub surface enamel). Struktur enamel rod dari gigi tegak lurus pada
permukaan enamel dan ini merupakan suatu jalan masuk secara difus bagi ion- ion
H+ ke permukaan dalam dari enamel. Bila jumlah ion-ion H+ sudah melampui
bagian dari enamel yang tidak mudah larut, maka terjadilah reaksi dimana kristalkristal hidroksilapatit dilarutkan.
Bila reaksi terulang secara terus-menerus, maka terbentuklah suatu
dekalsifikasi atau demineralisasi di bawah permukaan enamel yang disebut karies
dini atau white spot dengan tanpa terlihat lubang pada permukaan enamel. Bahan
bahan yang mengandung fluoride dapat mencegah karies. Fluoride Varnish
banyak digunakan sebagai bahan pencegahan karies. Konsentrasi bahan agent
oleh kalsium fluoride sama seperti bahan yang ada di permukaan gigi yaitu
hidroksilapatit yang mempunyai rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Perawatan
pencegahan dengan flouride dapat diaplikasikan dengan menggunakan pasta gigi
yang mengandung fluoride, tablet fluoride dan berkumur-kumur dengan fluoride.
Efek Anti Bakteri
Peningkatan jumlah konsentrasi pada aplikasi flour berguna dalam
pencegahan karies. Mekanisme ini dapat digunakan dalam mencegah karies.
Beberapa penelitian melaporkan pengurangan jumlah bakteri kariogenik seperti
Streptococcus mutans terjadi pada saat penggunaan topikal fluoride. Dengan
konsentrasi yang tinggi maka efek ini dapat menjadi efek bakteriosida. Fluoride
sebagai bahan anti bakteri memiliki mekanisme pencegahan karies dengan
mengurangi tempat berkembangbiaknya bakteri kariogenik. Indikasi pemberian
fluoride sebagai efek bakteriosida terhadap Stereptococcus mutans tergantung
pada konsentrasi fluoride yang diberikan dan pH.
Bakteri Streptococcus mutans sebagai etiologi dari karies merupakan
bakteri yang banyak berada di rongga mulut. Penggunaan Flouride sebagai bahan
anti bakteri sangat berperan dalam mencegah timbulnya karies gigi. Oleh karena
itu Flouride Varnish memiliki efek anti bakteri sebagai bahan yang digunakan di
kedokteran gigi.
Efek Bakteriostatik
Bakteri yang melekat di permukaan gigi disebut dengan plak. Beberapa
jenis bakteri didalam mulut, salah satunya bakteri Sreptococcus mutans
menghasilkan asam yang merupakan metabolisme karbohidrat. Salah satu
senyawa pembentuk elemen gigi yang berperan penting dalam mekanisme
Flouride Varnish adalah hidroksilapatit. Hidroksilapatit merupakan bagian dari
senyawa-senyawa kalsium fosfat dan merupakan senyawa terpenting untuk
melindungi gigi.
Secara lokal flour diikat di permukaan luar dari kristal hidroksilapatit,
sebagai reaksi pertamanya flour akan membentuk endapan calsium fluoride di
DAFTAR PUSTAKA
Panjaitan M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Ed 1st. Medan: USU
Press,1997: 26-33
Panjaitan M. Ilmu Pencegahan Karies Gigi. Ed 1st. Medan: USU Press,1997: 2357
Tarigan R. Karies Gigi. Editor: Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates, 1991: 49-62
James C, Gerald A.. Oral Health Resources & Information for Kansas medical
Professionals. Kentucky: Kentucky Department for Public Health and The
University of Kentucky College of Dentistry,2006: 4-9
Beltran, Aguilar ED, Goldstein JW, Lockwoad SA. Flouride Varnishes. JAD 2000;
131: 589-94
Marya CM. Flouride Varnish : A useful Dental Public Health Tool. The Internet
Journal of Dental Science 2007; 4: 1-5
Olson, Aisner, Ginnis MC. Flouride Varnish : An Evidance Based Approach
Research Brief. German. ASTDD, 2007: 1-5
Berlin CM, May DG,. Fluoride Varnish Guide. Nevada : Department of Health
and Family Services Division of Health Care Financing, 2000: 1-6
Muray JJ, Gun Rugg JA, Jenkis NG. Flouride In Caries Preventions. Britain:
Butterworth LTD, 1991: 130; 187
Judith M. Flouride Varnish Manual. Nevada: Health Resources and services
administration Maternal and Child Health Berau, 2005: 3-19
Weintraub JA. Flouride Varnish Efficacy in Preventing Early Childhood Caries. J
Dent Res 2006; 85(2); 172