You are on page 1of 65

PERATURAN BUPATI

BANYUMAS
NOMOR 52 TAHUN
2012
PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU DI KABUPATEN
BANYUMAS

MENIMBANG
a.

b.

c.

Bahwa untuk mencapai pertumbuhan dan


perkembangan yang optimal, perlu upaya
peningkatan pemberian Air Susu Ibu yang terdiri dari
Insiasi Menyusui Dini pada bayi baru lahir, pemberian
Air Susu Ibu Eksklusif sampai bayi umur 6 (enam)
bulan, serta penyusunan lanjutan sampai anak
berumur 2 (dua) tahun.
Bahwa dalam rangka peningkatan pemberian Air Susu
Ibu sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu
percepatan program peningkatan Pemberian Air Susu
Ibu di Kabupaten Banyumas.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu di Kabupaten Banyumas.

Mengingat :
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten Banyumas dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Indonesia.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 56 Tahun 2011 tentang
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu di Provinsi Jawa Tengah.

TUJUAN
Pasal 2
Tujuan dari Peraturan Bupati ini adalah
percepatan peningkatan peran serta
masyarakat, unsur Pemerintah Daerah,
Swasta, dan Lembaga Swadaya Masyarakat
dlam Program PP-ASI di Kabupaten
Banyumas.

PELAKSANAAN PROGRAM
PENINGKATAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU
PASAL 3
1)

2)

Dalam rangka percepatan pencapaian


keberhasilan ASI Eksklusif, Pemerintah
Daerah mendukung dan melaksanakan
Program PP-ASI
Koordinator pelaksanaan Program PP-ASI
adalah Dinas

PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN


PEMBERIAN AIR SUSU IBU
SARANA PELAYANAN KESEHATAN DAERAH
PASAL 4
1)

a.

b.

Pada sarana pelayanan kesehatan Daerah pelaksanaan


Program PP-ASI berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah
menuju keberhasilan menyusui, yaitu :
Saran Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang
secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas
Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan
dan keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut

c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang


manfaat menyusui dan penatalaksaannya dimulai
sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur
2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan
menyusui
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30
menit setelah melahirkan, yang dilakukan di runag
bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayu
disusui setelah 30 menit ibu sadar
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang
benar dan cara mempertahankan menyusui meski
ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun
selain ASI kepada bayi baru lahir

g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan


ibu bersama bayi 24 jam sehari
h. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu,
tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi
menyusui
i.
Tidak memberikan Dot atau Empeng kepada bayi
yang diberi ASI
j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung
ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok
tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah
Bersalin/ Sarana Pelayana Kesehatan

2) Saran Pelayanan Kesehatan tingkat Daerah sebagai


mana dimaksud dalam ayat (1), dilarang
mempromosikan susu formula bayi baik secara
langsung dengan memasang poster iklan produk
susu formula dan/ atau mendisplay sampel produk
susu formula, maupun secara tidak langsung dengan
membekali ibu bersalin dengan produk susu formula
tertentu, serta tidak menerima sponsorship dalam
bentuk apapun

PELAKSANAAN PROGRAM
PENINGKATAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU
Penyedian Ruang Laktasi
1)
2)
3)

4)

5)
6)

Sarana Umum milik Pemerintah Daerah menyediakan ruang laktasi.


Dinas dapat secara aktif melakukan upaya untuk mendukung tersedianya
ruang laktasi pada sarana umum milik Pemerintah Daerah.
Kepala Perangkat Daerah atau Unit Pelaksana Teknis Daerah yang
membidangi sarana umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan koordinasi dengan Dinas dalam upaya penyediaan ruang
laktasi.
Kepala Perangkat Daerah selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
mengupayakan Ruang Laktasi di lingkungan kantor sesuai dengan
kebutuhan.
Pada lingkungan kantor yang saling berdekatan dapat disediakan satu
tempat ruang laktasi.
Pertimbangan sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4)
dilakukan dengan memperhatikan populasi dan keinginan ibu menyusui.

SARANA UMUM LAINYA


1)

2)

3)

Pada sarana pelayanan kesehatan selain milik


Pemerintah Daerah dilaksanakan pedoman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.
Dinas memberikan dorongan dan motivasi kepada
pemilik atau pengelola sarana umum selain milik
Pemerintah Daerah untuk menyediakan ruang
laktasi.
Dinas dapat melaksanakan program/kegiatan
yang ditunjukan untuk mendorong dan
memotivasi pihak pemilik atau pengelola sarana
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dalam upaya melaksanakan program PPASI.

RUANG LAKTASI
1)
2)

3)
4)

5)

Ruang laktasi dapat dibangun baru atau menggunakan


bagian dari bangunan yang telah ada.
Dalam ruang laktasi disediakan peralatan paling sedikit
meliputi meja dan kursi, tempat cuci tangan dan alat
pemerah ASI.
Dalam hal diperlukan ruang laktasi dapat dilengkapi dengan
lemari pendingin untuk tempat menyimpan ASI perah.
Dalam hal ruang laktasi merupakan bagian bentuk dan
ukuran ruang disesuaikan dengan kondisi bagian bangunan
yang ada dengan mempertimbangkan penempatan sarana
sebagimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).
Dalam hal ruang laktasi direncanakan dan dibangun baru,
bentuk dan ukuran ruang dirancang cukup lapang dan
proporsional sesuai dengan penempatan sarana
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).

PASAL 8
Penyedian ruang laktasi pada sarana umum dan
sarana pelayanan kesehatan yang bukan milik
Pemerintah Daerah menjadi beban biaya
masing-masing pemilik atau pengelola
tempat yang bersangkuta.

PASAL 9
1)

2)

3)

Pemilik atau Pengelola Sarana Pelayanan


Kesehatan dan sarana umum yang telah
menyediakan ruang laktasi memberikan
identiatas pada ruang laktasi.
Pemilik atau pengelola Sarana Pelayanan
Kesehatan dan saran umum menyediakan
informasi yang cukup mengenai ketersediaan
ruang laktasi.
Informasi dapat diberikan melalui papan
penunjuk atau media informasi lainnya yaitu
melalui sarana pengeras suara atau audio
video.

PASAL 10
1)

2)

3)

Ruang laktasi hanya dipergunakan untuk ibu yang akan


menyusui bayinya atau memberikan ASI kepada bayinya.
Pemilik atau Pengelola Sarana Pelayanan Kesehatan dan
sarana umum yang telah menyediakan ruang laktasi
memelihara kebersihan dan tindakan lain yang
diperlukan dalam mendukung program PP-ASI, termasuk
juga menegur orang yang memanfaatkan ruang laktasi
untuk keperluan selain untuk keperluan pemberian ASI.
Pemilih atau Pengelola Sarana Pelayanan Kesehatan dan
sarana umum yang telah menyediakan ruang laktasi
dapat melakukan tindakan yang diperlukan apabila orang
telah ditegur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap
tidak mengindahkan teguran yang dilakukan.

TINDAK LANJUT STRATEGIS


PASAL 11
Pemerintah Daerah dapat mengambil langkah-langkah
tindak lanjut untuk mendukung pencapaian sasaran
Program PP-ASI di daerah dengan cara yaitu :
a. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
tingkat Daerah dengan Dinas sebagai leading sektor
b. Melaksanakan penyebarluasan informasi dan advokasi
program
c. Mengefektifkan Forum Kesehatan Desa dan membentuk
Kelompok Pendukung ASI yang dimotori oleh motivator
ASI, kader Posyandu dan Tim Penggerak Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga

d. Melarang pemasaran produk susu formula bayi, baik dalam


bentuk promosi media massa maupun promosi langsung
disarana pelayanan kesehatan
e. Mengadvokasi pimpinan Tempat Kerja selain milik Pemerintah
Daerah untuk mengupayakan tersedianya fasilitas Ruang
Laktasi di tempat kerjanya dan memberikan kesempatan
kepada karyawati memanfaatkan sesuai kebutuhan
f. Mengadvokasi pengelola Sarana Umum untuk menyediakan
fasilitas Ruang Laktasi di lingkungannya dan mendorong
pemanfaatanya oleh ibu menyusui yang berkunjung ke tempat
tersebut
g. Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan LSM dalam
program PP-ASI
h. Memberi kesempatan secara proporsional kepada pegawai di
lingkungan Pemerintah Daerah yang sedang menyusui bayi di
bawah 6 bulan untuk memberikan ASI di tempat bayi berada.

PEMBINAAN DAN PEMANTAUAN


PASAL 12
1)

2)

3)

Bupati melaksanakan pembinaan dan pemantauan


Program PP-ASI Daerah
Dalam melaksanakan pembinaan dan pemantauan
Program PP-ASI di Daerah, Bupati menugaskan
Kepala Dinas sebagai koordinator
Dinas melakukan edukasi, mendorong dan
memotivasi kepada semua pihak untuk
melaksanakan Program PP-ASI, termasuk juga
mendorong kepada pemilik atau pengelola saran
umum dan pelayanan kesehatan untuk
menyediakan ruang laktasi.

4) Dinas melakukan upaya agar kualitas dan kuantitas


runag laktasi yang ada di Daerah semakin
meningkat
5) Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan
pemantauan secara intensif, Bupati membentuk Tim
Pembina Program PP-ASI, yang beranggotakan unsur
terkait dari unsur Tenaga Kesehatan, Perangkat
daerah terkait, Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi,
kalangan Swasta dan LSM
6) Susunan keanggotaan dan tugas Tim Pembina
Program PP-ASI sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) ditetapkan dengan Keputusan Bupati

PEMBIAYAAN
PASAL 13
Pembiyaan terhadap pelaksanaan Peraturan
Bupati ini dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Banyumas dan sumber lainnya yang sah dan
tidak mengikat

KETENTUAN PENUTUP
PASAL 14
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Banyumas
Ditetapkan di Banyumas
Pada tanggal 28 Desember 2012
BUPATI BANYUMAS,

MARDJOKO

PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2012
TENTANG
PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF
Oleh :
BAHARUDIN, SKM

DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN DHARMA WANITA KAB. BANYUMAS TANGGAL 14 NOVEMBER


2012

TUJUAN ASI EKSKLUSIF


Pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan
untuk:
a. menjamin pemenuhan hak Bayi untuk
mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan
memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya; dan
c. meningkatkan peran dan dukungan Keluarga,
masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud


dengan:
1. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI
adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara
ibu.
2. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada
Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain.

Tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota


dalam program pemberian ASI Eksklusif meliputi:
a. melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka
program pemberian ASI Eksklusif;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota;
c. memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam
skala kabupaten/kota;
d. menyediakan tenaga konselor menyusui di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya
dalam skala kabupaten/kota;

e. membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi


pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI
Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana
umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala
kabupaten/kota;
f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
program pemberian ASI Eksklusif yang mendukung
perumusan kebijakan kabupaten/kota;
g. mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan
edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif
dalam skala kabupaten/kota.

AIR SUSU IBU EKSKLUSIF


Pasal 6
Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan
ASI Eksklusif
Pasal 7
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 tidak berlaku dalam hal terdapat:
a. indikasi medis:
b. ibu tidak ada; atau
c. ibu terpisah dari Bayi.

INISIASI MENYUSU DINI


Pasal 9
(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib melakukan inisiasi
menyusu dini terhadap Bayi yang baru lahir
kepada ibunya paling singkat selama 1 (satu)
jam.
(2) Inisiasi menyusu dini sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan cara
meletakkan Bayi secara tengkurap di dada atau
perut ibu sehingga kulit Bayi melekat pada kulit
ibu.

Pasal 12
(1) Setiap ibu yang melahirkan Bayi harus
menolak pemberian Susu Formula Bayi
dan/atau produk bayi lainnya.
(2) Dalam hal ibu yang melahirkan Bayi
meninggal dunia atau oleh sebab lain
sehingga tidak dapat melakukan penolakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penolakan dapat dilakukan oleh Keluarga.

SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 14
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang
berwenang berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan izin.

SANKSI ADMINISTRATIF
(2) Setiap penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1),
Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif oleh pejabat yang
berwenang berupa:
a. teguran lisan; dan/atau
b. teguran tertulis.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
Pasal 30
(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara
tempat sarana umum harus mendukung program
ASI Eksklusif.
(2) Ketentuan mengenai dukungan program ASI
Eksklusif di Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perusahaan antara pengusaha
dan pekerja/buruh, atau melalui perjanjian
kerja bersama antara serikat pekerja/serikat
buruh dengan pengusaha.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
(3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat
sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus
untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai
dengan kondisi kemampuan perusahaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau
memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
Pasal 31
Tempat Kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 terdiri atas:
a. perusahaan; dan
b. perkantoran milik Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan swasta.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
Pasal 32
Tempat sarana umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 terdiri atas:
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. hotel dan penginapan;
c. tempat rekreasi;
d. terminal angkutan darat;
e. stasiun kereta api;

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
f. bandar udara;
g. pelabuhan laut;
h. pusat-pusat perbelanjaan;
i. gedung olahraga;
j. lokasi penampungan pengungsi; dan
k. tempat sarana umum lainnya.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
Pasal 33
Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhasilan
program pemberian ASI Eksklusif dengan berpedoman
pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui
sebagai berikut:
a. membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan
dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan
kesehatan;
b. melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusui tersebut;
c. menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang
manfaat dan manajemen menyusui;

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
d. membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam
puluh) menit pertama persalinan;
e. membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan
menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya;
f. memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada
indikasi medis;
g. menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang
waktu 24 (dua puluh empat) jam;
h. menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi;
i. tidak memberi dot kepada Bayi; dan
j. mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui
dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

TEMPAT KERJA DAN


TEMPAT SARANA UMUM
Pasal 34
Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan
kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk
memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi atau
memerah ASI selama waktu kerja di Tempat
Kerja.

DUKUNGAN MASYARAKAT
Pasal 37
(1) Masyarakat harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI
Eksklusif baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi.
(2) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui :
a. pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan kebijakan
dan/atau pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif;
b. penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan
pemberian ASI Eksklusif;
c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif; dan/atau
d. penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.
(3) Dukungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

POSISI BAYI

Kepala dan badan bayi dalam garis lurus


Bayi dipeluk dekat badan ibu
Seluruh badan bayi ditopang
Bayi mendekat ke payudara,hidung
berhadapan dengan puting

PELEKATAN BAYI

Tampak lebih banyak areola diatas bibir


Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

DIT. BINA GIZI MASYARAKAT DEPKES RI

MENYUSUI PADA UMUMNYA


AKAN BERHASIL BILA :

Ibu merasa senang tentang dirinya


Bayi melekat dengan benar pada payudara sehingga
ia menyusu secara efektif
Bayi menyusu sesering dan selama ia mau
Lingkungan mendukung kegiatan menyusui

( Lagu SATU-SATU AKU SAYANG IBU)


Satu-satu cuci tangan dulu
Dua-dua kluarkan ASI-mu
Tiga-tiga teruskan menyusu
Bayi, ibu senang
Ayah makin sayang
Satu-satu hanya ASI saja
Dua-dua tambahan tak perlu
Tiga-tiga sampai 6 bulan
Satu, Dua, Tiga
EKSKLUSIF namanya
64

(Lagu MAJU TAK GENTAR)


Berilah ASI pada bayi anda,
Menyusu Dini sangatlah berguna,
Sayangi bayi dengan ASI Eksklusif,
Libatkan ayah tindakan yang arif,
Posisi yang benar, pelekatan benar,
Membuat menyusu nyaman,
Bayi cerdas sehat, keuangan hemat,
Semua adalah rahmat.
65

You might also like