You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Menurut Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud
dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sebuah
ungkapan mengatakan Health is created in everyday live, bahwa kesehatan itu dibentuk
atau dihasilkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Kehidupan manusia adalah berada dalam lingkungan dimana manusia hidup seharihari, mulai dari lahir sampai meninggal dunia. Pada usia bayi sampai balita hampir dikatakan
manusia hidup dilingkungan keluarga atau rumah tangga saja. Tetapi pada usia sekolah
sampai mahasiswa, sebagian besar waktu manusia dihabiskan di lingkungan keluarga dan
sekolah atau kampus. Sedangkan pada usia dewasa, lepas dari pendidikan manusia cenderung
menghabiskan waktunya di dalam keluarga dan di tempat kerja. Oleh sebab itu lingkungan
kerja mempunyai peranan yang penting juga dalam membentuk atau mempengaruhi
kesehatan seseorang.
Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit dan
kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah
yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan seterusnya. Mengingat pentingnya faktor
lingkungan kerja sebagai faktor risiko bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja,
maka dari itulah perlu dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah mengetahui tentang keperawatan komunitas
khususnya di lingkungan pekerjaan
3. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini di harapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang
keperawatan komunitas khusunya di lingkungan pekerjaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Defenisi keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan salah satu cabang keperawatan spesialis dalam
ilmu keperawatan yang berkembang dari gabungan antara ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat, dan ilmu sosial.Sasaran utama dalam cabang ilmu ini adalah suatu komunitas
dalam masyarakat.(Effendy, 1998).
2. Tujuan keperawatan komunitas
a. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan keperawatan komunitas yaitu untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
yang optimal sehingga dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas
yang mereka miliki (Effendy, 1998), yang dilakukan melalui upaya (Mubarak
danChayatin, 2009):
Pelayanan keperawatan

secara langsung

terhadap

individu,keluarga, dan

kelompok dalam konteks komunitas. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh


masyarakat

dengan

mempertimbangkan

permasalahan

atau

isu

kesehatan

masyarakatyang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.


b. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat dalam hal (Effendy, 1998; Mubarak dan Chayatin, 2009):
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan / keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternative/pemecahan masalah kesehatan / keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/ keperawatan.
e. Mengevaluasi hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan/keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri.
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu,
balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap masalah
kesehatan.

B. KONSEP KESEHTAN KERJA


1. Kesehatan Kerja
Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health Organization
(WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaankesejahteraan fisik, mental,
dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya (Harrington & Gill, 2005).
Upaya kesehatan kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya
kesehatan kerja dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal.
Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan/instansi,
diperlukan adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun mental yang nantinya
hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja
serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Tidak pengelola atau
pengusaha saja yang berperan dalam penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga
pekerjanya. Pekerja wajib menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan
menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).
2. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans No
Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang
dilaksanakan dengan tujuan:

Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun

mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja


Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan

atau lingkungan kerja


Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga

kerja
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan


pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri oleh pengurus, diselenggarakan
oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan
atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu
pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
f. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
g. Pertolongan pertama pada kecelakaan
h. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama
pada kecelakaan
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan
alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat
kerja
j. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
k. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu
dalam kesehatannya
l. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang
dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan ini
diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki
tempat-tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan - pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut
wajib diberikan kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per
03/Men/1982).
3.

Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan

kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen

paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu. Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara
berkala maupun secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam pekerjaannya,
serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang
perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. jika pada pemeriksaan kesehatan secara
berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja
maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan
tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan
kerja.
Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas,
maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar perusahaan. Sedangkan yang
dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini
dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan
kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula terhadap:

Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan

perawatan lebih dari 2 (dua minggu)


Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan

tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan

diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja,
atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas
pendapat umum di masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan
ini adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan

syarat-syarat lain yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan Perburuhan
dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).
4. Penyakit Akibat Kerja
Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan
atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit
akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi
pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara
penyakit dan pekerjaannya.setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter
pemeriksa maka dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep
333/Men/1989).
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakantindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya (Per 01/Men/1981)
5. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang
kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa setiap
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia,
moral dan agama. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara
lain:

Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah
hukum kekuasaan RI. (Pasal 2).

Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:


- Mencegah dan mengurangi kecelakaan
- Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
- Mencegah dan mengurangi peledakan
- Memberi pertolongan pada kecelakaan
- Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
- Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
- Memelihara kesehatan dan ketertiban
Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, direktur melakukan pelaksanaan
umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya

undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).


Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk
melaksanakan tugas bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk

melancarkan produksi. (Pasal 10).


Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1). (Sumamur. 1981: 2934).

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas yang diberikan oleh
dosen pengajar maka mahasiswa memilih Sekolah dasar tersebut untuk menerapkan konsepkonsep keperawatan komunitas yang ada.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali
dengan permohonan izin untuk melakukan kegiatan pengkajian kepada penanggung jawab
setiap perusahaan tersebut. Setelah itu barulah mahasiswa melakukan pengkajian masalah
kesehatan di lingkungan kerja tersebut dengan mendatangi beberapa tempat kerja
Adapun kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaksanakan meliputi tahap
persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi kemasyarakatan dan persiapan tehnik,
sedangkan

tahap pelaksanaan meliputi tahap pengkajian, Analisa data, dan perencanaan

tindakan keperawatan komunitas.


PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan terdiri atas pengkajian dan perencanaan.
1. Pengkajian
a.

Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan


di lingkungan kerja , maka diperlukan data yang didapatkan melalui pengkajian,
yang terdiri dari kegiatan :
1) Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi tempat dengan menggunakan
instrumen format pengkajian data dan mengisi melalui wawancara dan
observasi langsung
2) Tabulasi dan analisa data dilakukan.
b. Hasil pengumpulan data dan analisa data
c. Dari hasil pendataan, data yang terkumpul di tabulasi dan di analisa serta disajikan
dalam laporan dalam bentuk table.
ANALISA DATA
DATA
Hasil Angket :

MASALAH KESEHATAN
Resiko kecelakaan Kerja

Dari tiga tempat kerja


terdapat 2 tempat kerja
(75%)
Dari 3 tempat kerja

tidak sesuai
Tidak memiliki tanda

terdapat 2 tempat kerja

system peringatan
Keruntuhan bangunan

yang memiliki
kerapian / tata letak alat
dan bahan kerja yang

tidak sesuai
Dari 3 tempat kerja 2
tempat kerja yang tidak
memiliki system tanda

Kebakaran
Kerapian dan tata letak
alat dan bahan kerja

bersiko kebakaran

DX TEMPAT KERJA
Resiko kecelakaan kerja b/d:

peringatan
Dari 3 tempat

kerja

terdapat 1 tempat keja

yang

beresiko

terjadi

keruntuhhan bangunan
Hasil Observasi
Berdasarkan observasi pada 3
tempat kerja yaitu : PT.
Panca Perdana Inti
Konstruksi, CV. Isfak,
PT. Tirta Sukses Perkasa.
PT. Panca Perdana Inti
Konstruksi, CV. Isfak tidak
memiliki system tanda
peringatan dan kerapian alat
kurang teliti.
Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara
dengan para pekerja PT.
Panca Perdana Inti Kontruksi
Dan CV. Isfak, di peroleh
informasi bahwa : tempat
kerjanya tidak memiliki
system tanda peringatan dan
kerapian alat pekerjaa kurang
teliti.
Hasil Angket
dari 3 tempat kerja 2

Resiko terkena penyakit


disebabkan oleh tempat kerja

bersiko terkena infeksi

yang berdebu, dan adanya

saluran pernafasan berupa


- ISPA
- ASMA

serbuk kayu, kebisingan,

yang disebabkan oleh


debu dan asap (75 %)

Resiko Terkena Penyakit

Dari 3 tempat kerja

pecikan Las b/d kurangnya


kerjasama dengan tenaga ahli
perusahaan

terdapat 1bersiko
gangguan pendengaran

berupa : TULI (25%)


Dari 3 tempat kerja
terdapa 2 tempat kerja
yang bersiko gangguan
penglihatan (75%)

Hasil Observasi
Berdasarkan hasilobservasi
dari 3 tempat kerja yakni :
PT. Panca Perdana Inti
Konstruksi, CV. Isfak,
PT. Tirta Sukses Perkasa
Jarang meluakukan
pemeriksaan pada dokter atau
tenaga kesehatan .
Hasil wawancara
Berdasarkan pada hasil
wawancara dengan pekerja
PT. Panca Perdana Inti
Konstruksi, CV. Isfak,
PT. Tirta Sukses Perkasa.
Pihak perusaahan kurang
memantua status kesehatan
pekerjanya

Setelah teridentifikasi bebrapa masalah keperawatan komunitas, selanjutnya dilakukan


pembobotan untuk menetukan prioritas masalah yang dilakukan oleh mahasisiwa dan pemilik
perusaan.

Urutan
No

Skor

Masalah kesehatan
4

Kriteria
6 7 8

3 5

3 5

2 3

5
5

Prioritas
Masalah

10

11

12

4 3

43

46

Resiko Terkena
1.

Penyakit
Resiko Kecelakaan

2.

Kerja

Ket :
1. Resiko atau tingkat terjadinya masalah
2. Resiko keparahan masalah
3. Potensial untuk dilaksanakan pendidikan kesehatan
4. Minat pekerja (kesadaran pekerja untuk mengatasi masalah
5. Kemungkinan masalah dapat diatasi
6. Sesuai dengan program pemerintah
7. Tempata yang terjangkau dan mudah disupervisi
8. Waktu yang tidak terlalu banyak dan terorganisasi dengan baik
9. Dana sesuai dengan kemammpuan kerja
10. Fasilitas kesehatan yang terdapat dan memunkinkan untuk rujukan medis
11. Sumber daya manusia yang professional
12. Sesuai dengan peran perawat
Skala untuk kebutuhan kerja :
1.
2.
3.
4.
5.

Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Rendah
Setelah mendapatkan hasil scoring, selanjutnya menarik diagnose keperawatan

komunitas ( Lingkungan Kerja ). Berdasarkan prioritas masalah kesehatan adalah sebagai


berikut :

1. Resiko kecelakaan kerja b/d :


Kebakaran
Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai
Tidak memiliki tanda system peringatan
Keruntuhan bangunan.
2. Resiko terkena penyakit disebabkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya
serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las b/d kurangnya kerjasama dengan tenaga
ahli perusahaan
RENCANA TINDAKAN
1

Resiko kecelakaan kerja b/d :


Kebakaran
Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai
Tidak memiliki tanda system peringatan
Keruntuhan bangunan
Tujuan Jangka Panjang
Selama diberikan tindkan keperawatan selama 2 minggu diharapkan para pekerja
terhindar dari kecelakaan kerja yang disebabkan oleh :

kebakaran
Kerapian dan tata letak alat dan bahan kerja tidak sesuai
Tidak memiliki tanda system peringatan
Keruntuhan bangunan

Tujuan Jangka Pendek


Meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya menggunakan alat pelindung system
tanda peringatan dan kerapian tata letak alat dan bahan kerja
Kriteria Evaluasi
a Criteria Hasil
Verbal dan psikomotorik
b Kriteria Standar
Para pekerja memnuhi standar keselamatan dan pelindung pekerjaan kecelakaan kerja
Tindakan
Tindakan yang dilakukan yaitu :

Menjelaskan kepada para pekerja tentang bahaya yang ditimnbulkan akibat

kecelakaan dalam kerja


b Berikan penyuluhan tentang standar keselamatan dan pelindung keselamtan kerja
c Motivasi pekerja untuk menggunakan alat pelindung saat bekerja
Resiko terkena penyakit disebabkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya
serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las b/d kurangnya kerjasama dengan tenaga ahli
perusahaan (kesehatan)

Tujuan Jangka Panjang


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu di harapkan para pekerja
terhindar dari penyakit yang di akibatkan oleh tempat kerja yang berdebu, dan adanya
serbuk kayu, kebisingan, pecikan Las.
Tujuan Jangka Pendek
a Meningkatkan kesadara pekerja akan pentingnya lingkungan pekerjaanyang bersih
b Meningkatkan kesadaran pekerja agar senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya
c Memberiikan penjelasan tentang pentingnya memeriksakan status kesehatan ke dokter
d

atau tenaga kesehatan lainnya


Menciptakan lingkungan pekerjaan yang sehat

Kriteria Hasil
a

Criteria Hasil
Verbal dan psikomotori
b Criteria Standard
Lingkungan kerja dapat memenuhi standar kesehatan
Para pekerja dapat terhindar dari akibat tempat kerja yang berdebu, kebisingan

Tindakan
a

Berikan penyuluhan tentang lingkungan tempat kerja yang memenuhi standar

b
c
d

kesehatan
Memberi motivasi untuk senantiasa menjaga kesehatan tubuhnya
Lakukan penyuluhan tentang lingkungan tempat kerja yang memnuhi standar
Menjelaskan cara menjaga lingkungan pekerjaan yang sehat

BAB IV
PENUTUP
1

Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang - undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banya
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak
faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai
bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
2

Saran
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja perlu ditingkatkan yang dalam

hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga
pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu
kehidupan dan produktivitas nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :


Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific Manila

Philippines
Sumamur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung

Agung.
Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &
Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia
Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dankesehatan-kerja.html#ixzz34CnCT9Ph

You might also like