You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease) adalah suatu kelainan klinis akibat
adanya stenosis atau oklusi pada aorta dan/atau arteri. Aterosklerosis merupakan penyebab
tersering dari penyakit ini pada usia >40 tahun. Penyebab lainnya adalah thrombosis, emboli,
vaskulitis, trauma. Prevalensi tertinggi timbulnya penyakit ini pada usia dekade keenam dan
ketujuh. Rokok telah diketahui sebagai faktor risiko dari timbulnya penyakit arteri perifer, selain
faktor lain seperti diabetes mellitus, hiperkolestrolemia dan hipertensi. 1,2

BAB II
ISI
1. Definisi
PAD ( Perifer Arterial Disease) adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan
dari proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit
(stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan faktor resiko yang menjadi
dasar timbulnya atherosklerosis). 1,3
2. Epidemologi
Inseidensi PAD pada dewasa sekitar 12% dan prevalensinya sama antara pria dan wanita.
Insidensi PAD meningkat seiring dengan peningkatan usia. Studi populasi menunjukkan 20%
dari orang yang berusia 60 tahun mengalami PAD. Insidensinya juga meningkat pada orang yang
merokok, menderita diabetes dan penyakit arteri koroner. 4
3. Etiologi
Beberapa factor yang berhubungan dengan peningkatan PAD antara lain: usia, merokok,
diabetes militus, hyperlipidemia dan hipertensi. 1
4. Patofisiologi
PAD merupakan gabungan dari akut dan kronik sindrom yang muncul dari oklusi arteri,
yang dapat menyebabkan aliran darah ke tungkai menjadi tidak adekuat. Pada beberapa kasus
penyakit dasarnya merupakan penyakit arteriosklerotik yang biasanya mengenai vaskularisasi
tungkai bawah. Iskemia tungkai bawah dapat diklasifikasi menjadi fungsional dan kritikal.
Iskemia fungsional terjadi ketika aliran darah normal saat istirahat dan tidak cukup saat
beraktifitas. Sedangkan iskemia kritikal terjadi penurunan aliran darah baik pada saat istirahat
maupun beraktifitas. 5
Derajat manifestasi klinis ditentukan oleh dua faktor: perjalanan kronologis
evolusinya(akut dan kronik) dan lokalisasinya, serta perluasan dari penyakitnya(keterlibatan satu
atau lebih sector)

Evolusi kronologik

Mekanisme awal dari terjadinya insufisiensi arteri didahului oleh adanya stenosis arteri yang
akan menyebabkan terjadinya oklusi arteri. Ini akan berdampak pada berat ringannya
perkembangan pembuluh darah kolateral. Ketika terjadi ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan maka akan menyebabkan iskemia akut. Munculnya plak biasanya paling sering pada
daerah ektremitas bawah. Ketika plak mengalami rupture maka akan menyebabkan terbentuknya
thrombosis yang menyumbat lumen vaskuler yang akan menginisiasi sindrom. 5

Perluasan penyakit

Manifestasi klinis PAD tergantung pada seberapa banyak daerah yang terkena. Pasien dengan
pola hidup yang baik dan hanya terkena 1 daerah arteri biasnya asimptomatik. Sedangkan orang
dengan PAD yang mengenai banyak daerah artei biasnya sering muncul iskemai krisis. 5
5. Manifestasi klinis
Pasien dengan PAD biasanya asimptomatik, Manifestasi klinis tersering dari penyakit
arteri perifer adalah adanya klaudikasio intermiten, suatu rasa nyeri, keram, baal, atau letih pada
otot yang muncul dalam penggunaan otot untuk aktivitas, dan membaik saat keadaan istirahat,
biasanya setelah 2-5 menit. Gejala ini muncul pada daerah distal dari lokasi lesi oklusif, misalnya
klaudikasio pada betis akibat adanya kelainan pada arteri femoral-poplitea. Karena lebih
tingginya insidensi obstruksi pada pembuluh darah bagian inferior tubuh, maka gejala
klaudikasio intermiten ini lebih banyak didapatkan pada otot-otot ekstremitas bawah. 1,3
Pada pasien dengan oklusi yang berat, maka dalam keadaan istirahat pun, aliran darah
tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme basal dari jaringan, sehingga dapat
timbul critical limb ischemia. Pasien akan mengeluh nyeri pada saat istirahat atau merasa dingin
atau baal pada jari kaki dan kaki. Gejala ini lebih nyata pada saat tidur (posisi tungkai
horizontal), dan membaik saat tungkai dalam posisi tergantung ke bawah. Ini dapat menjadi
pembeda dengan kelainan pada vena pada tungkai. Pada gangguan aliran vena tungkai, rasa nyeri
lebih nyata dalam posisi berdiri dan membaik saat tungkai dalam posisi elevasi. 2

6. Pendekatan diagnosis 3

Anamnesis
Dalam anamnesis pasien perlu ditanyakan faktor resiko yang berkaitan dengan PAD
seperti merokok, DM, hipertensi dll. Selain itu perlu ditanyakan hal yang berkaitan dengan
keluhan pasien seperti rasa baal, kram dan nyeri pada ekstremitas serta briwayat penyembuhan
luka yang lama.
Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik kurang sensitive dan spesifik, namun pendekatan secara
sistemik sangat dianjurkan. Pemerisaannya antara lain:

Inspeksi yang meliputi perubahann warna kulit, integritas kulit dan ulserasi.
Pengukuran TD pada kedua ekstrimitas kiri-kanan dan melihat perbedaan keduannya
Palpasi arteri pada kedua ekstrimitas kiri-kanan.
Pemeriksaan penunjang
ABI
Duplex Ultrasound
Angiografi

7. Penatalaksanaan
Pengobtan pada pasien PAD memiliki 2 tujuan, yaitu: untuk meningkatkan fungsi dari
ektremitas dan untuk mencegah akibat sekunder dari penyebaran penyakit. Manejemen pada
pasien PAD harus mencakup perubahan pola hidup seperti penghentian merokok, olahraga harian
30 menit sehari dan menjaga BMI<25. Terapi farmakologi bisa ditambahkan sesuai indikasi
seperti pemberian antihipertensi, oba pengontrol kadar lemak, obat untuk mengontrol gula darah
dan antiplatelet. Selain itu, tindakan operasi juga sering diperlukan sebagai terapi pada kasus
PAD.

8. Prognosis
Pasien dengan PAD yang simptomatik memiliki prognosis yang kurang baik, dimana
terjadi peningkatan mortalitas 15 kali dibanding orang tanpa PAD. 5

BAB III
Kesimpulan
Pasien dengan PAD sering mengalami klaudikasio, CLI atua sama sekali tidak bergejala.
Pasien dengan PAD baik simptomatik maupun asimptomatik biasanya memilik BMI tinggi,
riwayat stroke dan penyakit kardiovaskuler. Tujuan utama penanganan PAD adalah untuk
meningkatkan fungsi dan kualitas hidup dan untuk mencegah akibat sekunder dari penyebaran
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jeffrey WO, DO, and Baret AS. Peripheral Artery Disease: Current Insight Into the Disease and
Its Diagnosis and Management. Symposium on Cardiovascular Diseases 2010; 85(7): 678-692
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2894725/ (accesed 8 November 2015).
2. Gurbir D and Debabrata M. Peripheral Artery Disease: Epidemiology, Natural History, Diagnosis
and

Treatment.

Int

Angiol

2007;16(2):

36-44.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2733014/ (accesed 8 November 2015).


3. Adam T, Stefan A, Ales B, et al. ESC Guidelines on the Diagnosis and Treatment of Peripheral
Artery

Disease.

Eorepean

Heart

Journal

2011;32:

2851-2906.

http://www.escardio.org/Guidelines-&-Education/Clinical-Practice-Guidelines/Peripheral-ArteryDiseases-Diagnosis-and-Treatment-of (accesed 8 November 2015).


4. NICE

Guideline

2011.

Peripheral

Artery

Disease:

Diagnosis

and

Management.

https://www.nice.org.uk/guidance/cg147/resources/peripheral-arterial-disease-diagnosis-andmanagement-35109575873989 (accesed 8 November 2015).


5. Francisco j and Antonio M. Peripheral Artery Disease: Patophysiology, Diagnosis and Treatment
2007;60(9):

969-968.

http://www.revespcardiol.org/en/peripheral-artery-disease-

pathophysiology-diagnosis/articulo/13114115/ (accesed 8 November 2015).

You might also like