You are on page 1of 12

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI INDRAMAYU MENGGUNAKAN

CITRA FOTO

ABSTRAK
Menurut definisi IHO (1984), garis pantai merupakan tempat kedudukan muka air
yang menandai rata-rata tinggi muka air saat pasang perbani ( Mean High Water Spring).
Fenomena dinamika pantai seperti abrasi dan sedimetasi mempengaruhi perubahan garis
pantai dan luas wilayah pesisir. Kedudukan garis pantai berhubungan dengan pasang
surut air laut, sehingga metodologi yang digunakan untuk menentukan perubahan garis
pantai adalah menggunakan teknologi fotogrametri, yaitu dengan data citra foto yang
diambil dalam kurun waktu tahun 2013 sampai 2015. Garis pantai di visualisasikan
dalam citra dengan memperlihatkan batas antara daerah darat dengan daerah laut.

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana laut merupakan obyek penyatu dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Daerah pantai menjadi daerah yang rawan
terkena abrasi dan perubahan . Fenomena perubahan luas daerah pesisir atau hilangnya
beberapa pulau kecil di Indonesia disebabkan akibat erosi air laut / abrasi pantai,
sehingga terjadi perubahan terhadap garis pantai, baik yang mengakibatkan daerah
pesisir yang semakin luas atau yang berakibat pada semakin berkurangnya luas daerah
pesisir. Dari fakta tersebut maka tim penulis tergugah untuk menganalisis perubahan
garis pantai.
Berdasarkan definisinya, garis pantai merupakan garis yang membatasi daerah
pertemuan antara air dan daerah darat, khususnya garis yang menandai tinggi air atau
tinggi air rata-rata (Forrester, 1983).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari +- 17.508 pulau dengan
daerah perairan yang lebih luas daripada daerah daratnya. Wilayah perairan indonesia
adalah 63% dan wilayah daratnya adalah 37%.
Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki panjang
pantai 114 km dan merupakan daerah dengan perubahan garis pantai yang signifikan.
Yaitu sebanyak 50% daerah pantainya terkena abrasi.
Abrasi itu sendiri dapat disebabkan karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor
alam diantaranya adalah karena karakteristik pantai di Indramayu yang merupakan
endapan aluvial. Hal tersebut mengakibatkan dareah pantainya yang gembur sehingga
daerah pantai mudah terkikis ketika terkena gelombang tinggi. Sementara faktor manusia
adalah banyaknya pembangunan di sekitar daerah pesisir yang menyebabkan
pencemaran, sehingga mengakibatkan pencemaran laut, selain itu, pembangunan di
sekitar daerah pesisir Indramayu juga mengakibatkan daerah pesisir Indramayu turun
(land subsudence).

TUJUAN
1. Mengetahui perubahan garis pantai Kabupaten Indramayu pada tahun 2013, 2014 dan
2015 menggunakan citra foto.
2. Mengidentifikasi penyebab perubahan garis pantai Kabupaten Indramayu pada tahun
2013,2014, dan 2015.
RUANG LINGKUP dan METODOLOGI PEMBAHASAN
Pembahasan penting dalam makalah ini adalah perubahan garis pantai dan penyebab
terjadinya perubahan garis pantai tersebut. Perubahan garis pantai Indramayu, Jawa Tengah
dari tahun 2013-2015 menggunakan metode interpretasi visual citra foto daerah garis pantai
Indramayu pada tahun 2013, 2014, dan 2015. Citra foto tersebut diambil dengan
menggunakan 11 band. Sebelum diolah citra foto satelit dikoreksi terhadap efek atmosfir
dengan menggunakan software PCI Geomatic 2015 sehingga citra yang dihasilkan lebih jelas
dan tajam. Citra foto pada tiap tahun didigitasi menggunakan ArcGIS pada bagian coastline.
Garis pantai merujuk pada fitur garis (polyline) yang menjadi batas langsung antara
permukaan air dengan permukaan darat (gabungan tanah dan vegetasi), berdasarkan hasil
deliniasi keduanya (darat-air) dalam metode ekstraksi data citra. Hasil digitasi dari citra foto
tahun 2013, 2014, dan 2015 disatukan untuk melihat perubahan garis pantai pada tiap
tahunnya. Kemudian dianalisis penyebab perubahan garis pantainya.

DASAR TEORI
Pantai adalah batas antara muka air laut dan daratan yang selalu naik dan turun sesuai
dengan pasut dan gelombang (CERK, 1984 dalam Sunarto, 2004). Pesisir menurut Soegiarto,
1976 mengatakan daerah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah daratan bagian kering
maupun terendam air yang masih terpengaruh sifat-sifat laut, seperti pasang surut, angin laut,
dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan, seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggundulan hutan dan
pencemaran. Batas pulau dengan tebing cliff masih termasuk pesisir dan mempunyai pantai
yang lebih sempit dibanding pesisir lahan datar. Menurut Triatmodjo, 1999 garis pantai
merupakan garis khayal yang merepresentasikan batas darat dan laut didasarkan pada ratarata ketinggian laut( MSL).
Perubahan garis pantai dapat terlihat melalui morfologi dari pantai itu sendiri.
Morfologi pantai merupakan bentuk perubahan pantai akibat dua faktor, yaitu kerusakan dan
bencana. Kerusakan dan bencana merupakan suatu fenomena yang dipengaruhi oleh aktivitas
alam maupun manusia. Kerusakan dan bencana ini mengakibatkan kerusakan pantai. Salah
satu aspek alam yang mempengaruhi perubahan morfologi tersebut adalah dinamika laut
(arus, gelombang, dan pasang surut air laut), sedangkan aktivitas manusia yang
mempengaruhi perubahan morfologi adalah pengambilan pasir untuk bangunan, pengrusakan
tanaman pelindung pantai, serta pembuangan sampah ke sungai ataupun laut. Aspek-aspek
tersebut mempengaruhi dinamika pantai seperti sedimentasi dan abrasi.
Proses dinamika pantai dangat dipengaruhi oleh laju angkutan sedimen dekat pantai
akibat pengaruh arus dan gelombang (Lubis, 1995; Soulsby, 1997; Open University Course
Team, 1999; Triatmodjo, 1999). Arus mempunyai kapasitas angkut sehingga mampu
memindahkan partikel-pertikel sedimen dari satu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan ini
menyebabkan terjadinya erosi di satu tempat dan sedimentasi di tempat lainnya.
Dinamika pantai merupakan suatu proses perubahan bentuk pantai yang dapat
diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor alam (air, darat, dan udara) dan faktor kegiatan
manusia, seperti pembukaan lahan, eksploitasi bahan galian di daratan pesisir yang dapat
merubah keseimbangan garis pantai melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan. Berikut
beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan garis pantai (Fitria, 2004 dan Affan, 2009) :

Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut yang terjadi
secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh utama dari gravitasi bulan dan matahari.
Arus merupakan gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain yang bergerak
secara horizontal. Besarnya arus akan mempengaruhi banyak sedimen terangkut yang
mengakibatkan perubahan garis pantai.
Proses pembentukan gelombang, dimana pembentukan gelombang oleh angin
tergantung pada kecepatan angin bertiup, lamanya angin bertiup pada arah tertentu, dan
cakupan wilayah dimana angin terjadi. Semakin lama angin bertiup, energi yang ditransfer
untuk menghasilkan gelombang semakin besar dan energi inilah yang menjadi penyebab
terjadinya abrasi.
Kondisi morfologi pantai, dimana kontur dan kedalaman akan mempengaruhi pola arus di
perairan. Kegiatan masyarakat di sepanjang pesisir dan DAS seperti merusak mangrove,
pembangunan tambak dan pelabuhan, perubahan tata guna lahan di sepanjang DAS,
penggundulan hutan, dan sebagainya.
Pembangunan infrastruktur, terutama jalan dan bangunan dapat menyebabkan
limpahan air dan erosi permukaan. Pemanfaatan kawasan dan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, misalnya tumpang tindih penggunaan dan pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan prioritas peruntukan dan daya dukung tanahnya.
Wujud dari penyebab terjadinya perubahan pantai dapat berupa abrasi maupun
sedimentasi. Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh dinamika laut. Abrasi yang
terjadi terus menerus akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Sedimentasi adalah suatu
proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu
daerah. Sedimentasi biasanya mengakibatkan pendangkalan terhadap muara sungai.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Wilayah Kabupaten Indramayu secara astronomis berada pada posisi 6o15 6o40 Lintang
Selatan dan 107o52-108o36 Bujur Timur dengan batas wilayah sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Subang: sebelah utara berbatasan dengan laut jawa: sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang Kabupaten Cirebon:
sebelah timur berbatasan dengan laut jawa dan Kabupaten Cirebon.
Wilayah abrasi dan sedimentasi di wilayah pesisir Kabupaten Indramayu dikategorikan dalam
3 bagian. Pembagian tersebut yaitu :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Lokasi Bagian I
Muara Sungai Sewo
Pantai Kampung Gebang
Muara Bungin/Mangsetan
Pantai Muara Bungin-Ujung Ori
Muara Ujung Ori
Pantai Patrol Lor
Pantai Bungin Ujung
Pantai Kali Menir
Pantai Eretan Kulon
Muara Kali Eretan
Pantai Eretan Wetan
Muara Kali Cilet

Karakteristik Pantai
Sedimentasi
Abrasi
Sedimen di mulut muara
Abrasi
Areal Tambak
Areal Tambak
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Abrasi
Sedimentasi lumpur

No
1

Lokasi Bagian II
Pangtai Muara Sungai Cilet-Muara Sungai

Karakteristik Pantai
Endapan

2
3

Cemara
Muara Sungai Cemara
Pantai antara Sungai Cemara-Muara S.

Sedimentasi Lumpur
Sedimentasi (hutan mangrove)

4
5

Rambatan/Kali Anyar
Muara Sungai Rambatan/Kali Anyar
Pantai antara Muara S. Rambatan Muara S.

Sedimentasi (tanah timbul)


Delta (hutan mangrove)

Cimanuk Lama
No
1
2
3
4

Lokasi Bagian III


Muara Song
Pantai Muara Song-Muara S. Prawiro Kepolo
Pantai antara S. Prawiro Kepolo
Pantai S. Prawiro Kepolo Sungai Gebang

Karakteristik Pantai
Sedimentasi Lumpur
Abrasi
Sedimentasi Lumpur
Pemukiman

Sawit
Muara Gebang Sawit

Sedimentasi Lumpur

6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pantai antara Gebang Sawit Glayem


Muara Gabus
Pantai Tirta Maya
Muara Sungai Glayem
Pantai Dadap Lama
Pantai Dadap Baru
Pantai Dadap
Pantai Kampung Dadap-Taniung Ujung
Pantai Taniung Ujung

Citra Tahun 2015

Citra tahun 2014

Sedimentasi Lumpur
Abrasi
Abrasi
Sedimentasi
Abrasi
Sedimentasi
Sedimentasi
Abrasi
Sedimentasi

Citra Tahun 2013

Perbandingan Garis Pantai dari tahun 2013,2014, dan 2015


Keterangan :
: Garis Pantai Tahun 2013
: Garis Pantai Tahun 2014
: Garis Pantai Tahun 2015

Dari hasil citra foto diatas dapat dilihat bahwa terjadi beberapa fenomena yang pada garis
pantai di Indramayu. Fenomena yang pertama adalah sedimentasi. Fenomena sedimentasi
mengakibatkan bertambahnya luas daratan dan garis pantai semakin menjauhi daratan utama.
Fenomena ini terjadi di daerah muara sungai atau sering disebut sebagai delta sungai. Air
sungai membawa partikel tanah, kemudian pada saat sampai di muara sungai akan bertemu
dengan air laut, sehingga partikel yang dibawa oleh air sungai terendapkan di muara sungai.
Fenomena yang kedua adalah abrasi. Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya wilayah pesisir
akibat erosi yang disebabkan oleh air laut. Fenomena abrasi mengakibatkan garis pantai
semakin mendekati ke wilayah daratan sehingga bagian yang dahulu kering menjadi
tergenang oleh air laut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Citra Satelit dapat dimanfaat untuk menganalisa dinamika garis pantai dengan
membandingakan beberapa citra yang diamati pada waktu yang berbeda.
2. Dinamika garis pantai di Kabupaten Indramayu dipengaruhi oleh dua fenomena
utama, yaitu fenomena sedimentasi dan fenomena abrasi.
Saran
1. Melakukan proses pengkoreksian citra sebelum dianalisis agar bebas dari pengaruh
efek atmosfir, efek pemantulan permukaan tanah, dan efek kesalahan sensor.
2. Menggunakan citra beresolusi tinggi sehingga saat dilakukan perbesaran citra tidak
pecah.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like