You are on page 1of 4

DM

Diagnosis DM ditegakkan bila gejala klinis sesuai yaitu 3 P : Poliuria ( banyak berkemih ), Polidipsi ( selalu merasa haus ) dan polifagi
( selalu merasa lapar ), disertai dengan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan gula darah
Diagnosis DM bila hasil kadar glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam PP setelah beban glukosa mencapai >200 mg/dl, gula
darah sewaktu. Untuk melihat puncak kadar gula lakukan pemeriksaan gula 1 jam setelah minum air gula ( dalam pemeriksaan
TTGO).
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985)
a. 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
b. kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
c. puasa semalam, selama 10-12 jam
d. kadar glukosa darah puasa diperiksa
e. diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit
diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek yang diperiksa
f. tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl
(Puasa berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir ) atau Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada TTGO**
* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat
2.

Hemoglobin glikosilat (HbA1c)


Pemeriksaan HbA1c untuk memantau kadar glukosa rata-rata selama sekitar 3 bulan. Prinsipnya adalah glukosa bereaksi
secara non enzimatik dengan hemoglobin menjadi glikosilat yang stabil. Banyaknya hemoglobin glikosilat yang terbentuk setara
dengan glukosa darah. Karena RBC rata-rata berumur 120 hari, HbA1c menggambarkan rata-rata kadar glukosa selama sekitar 3
bulan. Sampel yang digunakan adalah darah EDTA, dengan penyimpanan pada suhu 4 0 C. nilai normal HbA1c adalah antara 4-8%
dan bila diperoleh hasil penetapan HbA1c 13-20%, hal ini menunjukkan bahwa pengandalian kadar glukosa buruk.

3.

Keton
Benda benda keton terdiri dari asam -hidroksibutirat , asam asetoasetat, aseton. Sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa
serum, plasma, dan urin segar. Bahan harus ditampung di tabung ertutup rapat dan harus segera diperiksa. ketonemia seperti
halnya ketonuria dapat diperiksa dengan menggukanakan reagen nitropusid, namun kurang sensitif mendeteksi ketoasidosis karena
hanya bereaksi dengan asam asetoasetat dan aseton. Untuk mengatasinya dapat diberikan beberapa tetes H2O2 pada sampel,
dimana asam -hidroksibutirat dioksiadasi menjadi asam asetoasetat.
Ketonuri diperiksa dengan reagen nitropusid, ketostix, atau acetest. Metoda pemeriksaan ini memiliki beberapa kelemahan
seperti tidak mendeteksi asam -hidroksibutirat, perlu urin segar, sering positip palsu bila urin mengandung antara lain obat
levodopa, pyridium, captopril, dan negatif palsu bila mengandung banyak vitamin C, aspirin.

4.

Mikroalbumin
Pemeriksaan kadar mikroalbumin urin dipakai untuk mendeteksi adanya kelainan dini pada ginjal (nefropati) penderita DM.
Nefropati diabetik klinik ditandai eksresi albumin urin lebih dari 300 mg/4 jam utin atau lebih dari 200 ug/menit, atau rasio
albumin/kreatinin di atas 300/g kreatinin. sampel yang dipakaiurin 24 jam. normalnya albumin dieksresi ginjal antara 20 mg - 300
mg/ 24 jam. hasil positif nefropati baru bisa ditegakkan setidaknya bila didapatkan dua kali nilai abnormal pada tiga kali pemeriksaan
dalam waktu 3-6 bulan.

5.

Gas Darah dan Elektrolit


Penetapan parameter analisa gas darah adan elektrolit untuk membantu menetapkan adanya komplikasi DM : asidosis,
ketoasidosis, asidosis laktat atu non ketotik hiperosmolar. Penderita DM kronik yang datang ke rumah sakit dalam keadaan koma,
disamping pemeriksaan kadar glukosa darah, benda keton, juga peru diperiksa keadaan keseimbangan gas darahnya. Metode
pemeriksaan yang dipakai "Ion selective Electroda (ISE)" dengan sampel darah arteri, darah kapiler dengan antikoagulan heparin.
Untuk pemeriksaan anion gap digunakan perhitungan [Na+ ] - (Cl+ + HCO3) me/L Osmolalitas dapat dilakukan dengan osmometer
atau dengan rumus serum osmolalitas = 2[Na+(meq/L) + glukosa (mg/Dl)/ 18 (mosm/kg) ]. Pemeriksaan elektrolit Na, K dan Cl
dapat digunakan serum, plasma. Bila digunakan plasma, antikoagulan yang digunakan adalah heparin (ammonium heparin, lithium
heparin). untuk pengukuran ion K+ perlu diperhatikan hal - hal yang memungkinkan untuk terjadinya kadar K meningkat seperti
pemasangan torniquet yang terlalu lama, penderita mengepalkan tangan terlalu kuat, sampel tidak segera dipisahkan dari sel darah,
atau sampel mengalami hemolisis.

6.

Asam Laktat darah

Sampel dapat digunakan darah vena atau darah arteri. Pada waktu pengambilan sampel, penderita tidak boleh mengepalkan
tangannya atau sedapatnya tidak memakai tourniquet, karna menyebabkan kadar kalium dan asam laktat meningkat. nilai normal :
0,5 - 2,2 mEq/L.
7.

Lipid darah
Pemeriksaan kadar lipid darah untuk metapkan besarnya risiko terhadap komplikasi PJK. Mengingat prevalensi dislipidemia
yang tinggi pada penderita DM. PERKENI merekomendasikan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan
kolesterol LDL pada saat diagnosis DM ditegakkan. Kadar lipid optimal pada DM menurut PERKENI adalah :

8.

C-Peptidase
C-Peptidase terbentuk dari pemecahan pro insulin menjadi insulin dan C-Peptidase yang secara biologis tidak aktif. C-Peptidase
lebih menggambarkan fungsi dari sel pankreas (sel islet) pada penderita DM yang diobati dengan insulin dan membentuk anti insulin
antibodi. Pemeriksaan C-Peptidase digunakan untuk membedakan insulin endogen dari insulin eksogen pada keadaan
hipoglikemia, membantu menetapkan adanya insulinoma yang kambuh pasca operasi.

Discharge Planning DM
a. Motivasi pasien untuk mematuhi diit yang sudah ditetapkan yaitu rendah glukosa, rendah lemak, dan tinggi serat sebagai cara efektif
untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (gula darah turun) seperti : mengantuk, bingung, lemas, keringat dingin. Tanda-tanda
hiperglikemi : sering buang air kecil (BAK), merasa haus, sering lapar dan pandangan kabur.
c. Menganjurkan pasien untuk mengikuti latihan atau olahraga seperti jalan santai, bersepeda dapat menurunkan kadar gula darah dan
mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.
d. Menganjurkan untuk mempertahankan berat badan pasien.
e. Menganjurkan kontrol gula darah dan tekanan darah pasien.
f. Menjelaskan jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dokter.
g. Menganjurkan kepada pasien untuk minum obat secara teratur.
h. Informasikan kepada pasien tentang perawatan kaki :
Anjurkan pasien untuk membersihkan kaki dengan sabun terutama disela-sela jari setiap hari.
Potong kuku jari kaki mengikuti lengkungan jari jangan memotong kuku berbentu lurus karena dapat menyebabkan tekanan
pada jari-jari yang berdekatan.
Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan kuku.
Gunakan pelembab untuk kulit yang kering.
Pakai kaos kaki yang terbuat dari bahan yang lembut.
Anjurkan pasien untuk melakukan latihan kaki untuk mempertahankan sirkulasi darah di kaki.
Hindari berjalan tanpa alas kaki.
Anjurkan pasien untuk memakai sepatu dan kos kaki yang pas dan tidak sempit.
Periksa sepatu yang digunakan dari benda asing setiap ingin digunakan dan bagian yang membuat kaki luka.
Gunakan sepatu dan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang lembut dan mudah menyerap keringat di kaki.
Pengkajian data focus DM
1. Universal Self care(Kebutuhan Perawatan Diri Universal)
Udara
1. Apakah anda pernah mengalami sesak nafas?
2. Apakah anda pernah merokok?
3. Apakah lingkungan di sekitar anda bersih?
Air
1.
2.
3.
4.

Apakah air yang anda konsumsi higienis?


Apakah air yang anda gunakan jernih atau keruh?
Apakah anda sering merasa haus ?
Berapa banyak air yang anda konsumsi dalam sehari ?

Makanan
1. Apakah makanan yang anda konsumsi sudah mengandung diit DM?
2. Apakah pola makan anda sudah teratur?
3. Apakah anda sering makan makanan yang berbahan pengawet?
Proses eliminasi dan ekskresi
1. Apakah air yang anda minum sama dengan yang anda keluarkan?
2. Bagaimana frekuensi BAB dan BAK anda?

3. Bagaimana warna feses dan air seni anda?


Istirahat
1. Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada waktu anda beristirahat?
2. Apakah anda pernah mengalami insomnia?
3. Berapa jam anda tidur?
Interaksi sosial
1. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang lain?
2. Apakah interaksi anda dengan sesama baik?
Kesehatan
1. Apakah anda mempunyai alergi terhadap obat?
2. Apakah anda mengonsumsi alkohol?
3. Apa saja penyakit yang pernah anda derita?
Hubungan sosial
1. Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman?
2.

Development Self care (Kebutuhan Perawatan Diri Sesuai Perkembangan)


a. Apakah yang anda lakukan dalam mencegah ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan?
b. Bagaimana pemenuhan nutrisi ?
c. Apakah kebutuhan nutrisi anda selama ini tercukupi?

3.

Health Deviation (Penyimpangan Kesehatan Terhadap Kebutuhan Perawatan Diri)


a. Kebutuhan terhadap regimen medis :
1) Bagaimana pengobatan penyakit sebelumnya tuntas atau tidak?
2) Obat apa saja yang digunakan?
b.

Kesadaran terhadap masalah potensial yang berhubungan dengan regimen :


1) Apa yang anda rasakan saat ini?

c.

Modifikasi gambaran diri dalam perubahan status kesehatan :


1) Bagaimana status kesehatan anda secara umum?

d.

Penyesuaian gaya hidup dalam mengakomodasi perubahan status kesehatan dan regimen medis :
1) Apakah perubahan aktivitas yang dialami sejak sakit?
2) Hal-hal apa saja yang anda sulit diubah sehubungan dengan gaya hidup sekarang?

FRAKTUR
Test Diagnostik (Hinkle, 2014)
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam
keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya
superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
a.
Bayangan jaringan lunak.
b.
Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.
c.
Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d.
Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
a.
Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada
kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
b.
Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.
c.
Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
d.
Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu
struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a.
Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b.
Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.

c.
d.

e.
f.

g.
h.

3.

Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase
(AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
Hematokrit (Ht): 37-47%; 41-50%. Ht adalah persentase sel darah merah dalam darah. Pengujian
merupakan indikator penting dalam mendiagnosis anemia dan mempersempit jenis etiologi.
o hematokrit tinggi dapat menyarankan defisit cairan atau dehidrasi
o hematokrit rendah dapat menunjukkan overload cairan.
WBC (White Blood Cell) rentang count: 5,0-10 mm3
o Evaluasi standar termasuk dalam CBC untuk menilai tanda-tanda infeksi atau untuk menentukan data dasar
o Infeksi berat dapat mengakibatkan reaksi leukemoid di mana jumlah WBC menjadi sangat tinggi.
Trombosit (Nilai normal : 130,000-400,000 per mikroliter)
o Trombosit adalah jenis yang paling terkecil dari sel darah yang memiliki rentang hidup 8-10 hari dan memainkan peran
penting dalam koagulasi.
o Trombositopenia, atau jumlah trombosit yang rendah, mungkin terkait dengan kegagalan sumsum tulang untuk
menghasilkan cukup trombosit atau dapat menunjukkan infeksi, kekurangan vitamin, atau obat yang mempengaruhi
koagulasi, seperti heparin (antikoagulan yang sering diberikan setelah operasi sebagai profilaksis untuk deep vein
thrombosis).
o Jumlah trombosit tinggi dapat meningkatkan kekentalan darah dan menempatkan pasien pada risiko untuk stroke
o Jumlah trombosit yang rendah, seperti yang terlihat pada kelainan darah genetik, menempatkan pasien pada risiko
perdarahan yang berlebihan
Protrombin Waktu (PT)
o PT: 10-13 detik (untuk sampel darah mengental)
o PT ini digunakan untuk mengevaluasi waktu pembekuan darah di detik
Parsial Thromboplastin Waktu (PTT atau aPTT)
o PTT atau aPTT: 20-36 detik
o PTT digunakan untuk memantau pembekuan darah dalam kaitannya dengan tingkat heparin

Pemeriksaan lain-lain
a.
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
b.
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih
dindikasikan bila terjadi infeksi.
c.
Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
d.
Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
e.
Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
f.
MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

Pengkaijan Muskuluskeletal
5P : PAIN, PULSE, PALOR, PARALIS, PARESTESIA
1) Nyeri pada pasien yang meliputi :
P (Provokes/palliates) : Apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang membuatnyerinya lebih baik? Apa yang menyebabkan nyerinya
lebih buruk? Apa yang anda lakukan saat nyeri? Apakah rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat
tidur?
Q (Quality) : Bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya? Apakah seperti diiris, tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar,
kram, kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan dengan kata-katanya sendiri).
R (Radiates) : Apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeri terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
S (Severity) : Seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat.
T (Time)
: Kapan nyeri itu timbul? Apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapa lama nyeri itu timbul? Apakah terus menerus
atau hilang timbul? Apakah pernah merasakan nyeri ini sebelumnya? Apakah nyerinya sama dengan nyeri
sebelumnya atau berbeda?
2)

3)
4)

Pulse : CRT, nadi perifer (Yang perlu dicatat adalah:


a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time Normal 3 5
b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.
c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal).
Palor : warna (kemerahan & pucat)
Paralis & Parastesia : saraf motorik & sensorik

Pengkajian Objektif

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi : Refleks patela

Pemeriksaan darah : Hb (terkait perdarahan, perfusi), Leukosit (respon inflamasi), trombosit (pembekuan darah, dlm proses
penyembuhan pada fase proliferasi serta adanya hambatan pembentukan tulang ), Ht/hematokrit (konsentrasi dan kekentalan
darah)

You might also like