Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa,
yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia. Untuk mencapai tujuan
nasional diselenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan
terpadu, termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesadaran,
kemauan,
dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. (PP No.66
Tahun 2014)
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara sosial
dan ekonomis. (UU nomor 36 tahun 2009).
Indikator meningkatnya derajat kesehatan suatu bangsa adalah
meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dengan dapat berkurangnya angka
kesakitan dan kematian. Pemerintah telah menyusun berbagai program
pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan pemberantasan
penyakit menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif (Depkes RI, 2008).
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup
kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat,
sehingga
perlu
terus
ditingkatkan
upaya-upaya
untuk
berupa
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Kesehatan
Lingkungan
diselenggarakan
melalui
upaya
Penyehatan,
masyarakat
yang
setinggi-tingginya
di wilayah
kerjanya.
pengembangan.
Upaya
kesehatan
masyarakat
esensial
b.
informasi
serta
dapat
digunakan
pelayanan,
sebagai
bahan
c.
pendidikan,
pelatihan
tenaga
kesehatan,
penelitian
dan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Puskesmas
Dalam Permenkes no 75 tahun 2014 dijelaskan bahwa secara umum
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
berperan
menyelenggarakan
sebagian
dari
tugas
teknis
dan
meningkatkan
kesehatan
perorangan,
keluarga
dan
tercapainya
tujuan
pembangunan
kesehatan
nasional
yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2025.
E. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
penyakit,
Kecamatan
Sehat
Menuju
Indonesia
Sehat,
puskesmas
pengembangan puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila
perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut,
maka
dapat
dijadikan
sebagai
salah
satu
upaya
kesehatan
pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas. Pemilihan upaya
kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah
terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan
tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan
sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila puskesmas
belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal
menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat
inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut,
yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga,
sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, di
Berdasarkan
prinsip
pertanggungjawabanwilayah,
Puskesmas
kompetensi
sumber
pelaksanaan
pembangunan
agar
daya
manusia
berwawasan
Puskesmas,
kesehatan,
memantau
melaksanakan
fungsi
sebagaimana
dimaksud
dalam
c)
counselor,
educator, collaborator,
coordinator, change
agent,
Memberikan
pelayanan
keperarawatan
kepada
individu,
keluarga,
Perawat
menggunakan
proses
keperawatan
untuk
jawab
membantu
klien
dan
keluarga
dalam
4. Educator (Pendidik)
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu
murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan
satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan
untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari
perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan
secara teknis.
5. Kalaborasi (Collaborator)
Perawat sebagai kalaborasi dapat di laksanakan dengan cara berkerja
sama dengan tim kesehatan yang lain.
6. Koordinasi (Coordinator)
Dalam peran ini diharapkan perawat mampu mengarahkan, merencanakan, dan
mengi banorganisasi pelayanan daari semua anggota tim kesehatan, karena
klien menerima pelayanan dari banyak proffesonal.
7. Cange Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla
membuat
perubahan
pada
dirinya
atau
pada
system
(Kemp,1986).
alternated,
menggali
kemungkinan
hasilk
dari
umum atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor pada anak dalam
keadaan tenang (Arianto, 2012).
b. ISPA Non Pneumonia
ISPA non pneumonia ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
4. Etiologi
Menurut R.Hartono (2012), etiologi dan infeksinya ini mempengaruhi
umur, musim, kondisi tempat tinggal dan masalah kesehatan yang ada.
a. Agen penginfeksi
Sistem pernafasan menjadi terpengaruh oleh bermacam-macam
organism terinfeksi. Banyak infeksi disebabkan oleh virus, terutama
respiratory synctial virus (RSV). Agen lain melakukan serangan pertama
atau kedua melibatkan grup A B-Hemolytic Streptococcus, Staphylococci,
Haemophilus influenza, Chalamydia trachomatis, Mycoplasma, dan
Pneumococci.
b. Umur
Bayi umur di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada
umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibodi keibuan dan
produksi antibodi bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan
pada waktu balita dan prasekolah. Pada waktu anak-anak berumur 5 tahun,
infeksi pernafasan yang disebabkan virus akan berkurang frekuensinya,
tetapi pengaruh infeksi mycoplasma pneumonia dan grup A B-Hemolytic
Streptococcus akan meningkat. Jumlah jaringan limfa meningkat
seluruhnya pada masa balita dan anak-anak dan diketahui berulang-ulang
meningkatkan kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa.
c. Ukuran
Ukuran anatomi mempengaruhi respon infeksi sistem pernafasan.
Diameter saluran pernafasan terlalu kecil pada anak-anak khususnya balita
akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan peningkatan produksi
sekresi. Pembuluh eustachius yang relatif pendek dan terbuka pada anak
kecil dan anak muda yang membuat pathogen mudah untuk masuk ke
telinga bagian tengah.
d. Daya tahan
Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi
banyak faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi.
dengan
mencegah
pertumbuhannya
atau
selanjutnya
tinggal dalam udara bebas untuk waktu yang cukup lama dan dihisap langsung
pada saat bernapas) maupun dalam bentuk dust (partikel dengan berbagai
ukuran sebagai hasil resuspensi partikel yang terletak di lantai, tempat tidur
dan tempat lainnya dan tertiup angin bersama debu) (Noor, 2006).
7. Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA pneumonia dan ISPA non pneumonia, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA, maka dewasa ini terus
dilakukan penelitian dengan cara pencegahan ISPA yang efektif dan spesifik.
Cara yang terbukti efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak
dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11%
kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis
(DPT), 6% kematian penumonia dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan
bahwa cara pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup gizi,
pemberian ASI Ekslusif, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi
lengkap (Maryunani, 2010).
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni: pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Noor, 2006).
Dalam upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam tiga tingkat
pencegahan yaitu sebagai berikut (Noor, 2006):
a. Pencegahan Tingkat Pertama
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
1) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit, penyemprotan atau insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan,
di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan
rantai penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
BAB III
MANAJEMEN AREA
promosi kesehatan, KIA KB, Gizi, P2PL, Kesling dan Balai Pengobatan Gigi dan
Laboratorium.
Sejalan dengan perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat
ini, Puskesmas Sukakarya juga ditetapkan sebagai Puskesmas dengan tempat
perawatan namun untuk saat ini masih di khususkan untuk persalinan atau yang
dikenal dengan istilah PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar).
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Sukakarya adalah sebagai berikut :
1. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan benteng
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Lembursitu
3. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cisaat
4. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Gunung Puyuh
Sebagian besar wilayahnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat
maupun kendaraan umum dan sisa nya dapat dilalui dengan kendaraan roda 2 atau
ojeg.
B. VISI , MISI Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi
Visi Puskesmas Sukakarya yaitu terwujudnya pelayanan puskesmas yang
CEMERLANG (Cepat, Efektif, Memuaskan, Ramah dan Melangkah pasti. dengan
Misi nya sebagai berikut :
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga
masyarakat beserta lingkungannya.
dan
BAB IV