You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya
derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat
Indonesia.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangsa,
yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia. Untuk mencapai tujuan
nasional diselenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan
terpadu, termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan

bertujuan

untuk

meningkatkan

kesadaran,

kemauan,

dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. (PP No.66
Tahun 2014)
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara sosial
dan ekonomis. (UU nomor 36 tahun 2009).
Indikator meningkatnya derajat kesehatan suatu bangsa adalah
meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) dengan dapat berkurangnya angka
kesakitan dan kematian. Pemerintah telah menyusun berbagai program
pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain kegiatan pemberantasan
penyakit menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif (Depkes RI, 2008).
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup
kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat,

sehingga

perlu

terus

ditingkatkan

upaya-upaya

untuk

memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik, berkelanjutan dan dapat


menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga miskin rawan
kesehatan/risiko tinggi.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan

berupa

perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan


kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah. (Permenkes No. 19 Tahun 2014)
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini
memuat berbagai ketentuan pokok yang selanjutnya dijabarkan dalam
berbagai petunjuk teknis sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi
semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional. Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini adalah seluruh komponen mulai dari
pemerintah (pusat dan daerah), BPJS, fasilitas kesehatan, peserta dan
pemangku kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (Permenkes No.28 Tahun 2014)
Menurut WHO (World Health Organization =organisaasi kesehatan
dunia), pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan/atau
coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa
jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus
infeksi virus pada saluran napas bagian atas.
Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari factor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Kesehatan

Lingkungan

diselenggarakan

melalui

upaya

Penyehatan,

Pengamanan, dan Pengendalian. Penyehatan adalah upaya pencegahan


penurunan kualitas media lingkungan dan upaya peningkatan kualitas media
lingkungan. Pengamanan adalah upaya pelindungan terhadap kesehatan
masyarakat dari faktor risiko atau gangguan kesehatan. Pengendalian adalah
upaya untuk mengurangi atau melenyapkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. (PP No.66 Tahun 2014)
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsia)
kedalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari.
Puskesmas mempunyai misi untuk mendorong masyarakat untuk hidup
sehat, memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, serta
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan

masyarakat

yang

setinggi-tingginya

di wilayah

kerjanya.

(Permenkes No 75 tahun 2014)


Sesuai dengan keputusan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat kesehatan masyarakat bahwa :
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat

pengembangan.

Upaya

kesehatan

masyarakat

esensial

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: pelayanan promosi kesehatan,


pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana, pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemeliharan kesehatan dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan yang baik. Seperti yang tertera pada PP No. 66
Tahun 2014 dimana pengaturan kesehatan lingkungan bertujuan utnuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik dari aspek fisik, kimia,
biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi tingginya. .
Berdasarkan pernyataan diatas, maka kami tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai pelaksanaan managerial keperawatan di bagian
program P4 khususnya ISPA di Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran manajemen keperawatan di bagian Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan (P4) di Puskesmas Sukakarya
Kota Sukabumi.
2. Tujuan Khusus
a Melakukan kajian situasi pada Program Pengendalian Penyakit
b

dan Penyehatan (P4) dengan pendekatan 6M dengan model SWOT


Melakukan strategi perencanaan dari hasil kajian situasi

berdasarkan analisis SWOT


c Melakukan pelaksanaan dari strategi perencanaan yang dibuat
C. Manfaat
a.

Bagi Mahasiswa Program Profesi STIKes Kota Sukabumi


Kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
tentang manajemen keperawatan serta diharapkan dapat dijadikan
pengalaman yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan tugas
yang akan datang.

b.

Bagi Program Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan (P2PL) Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
memberikan

informasi

serta

dapat

digunakan

pelayanan,

sebagai

bahan

pertimbangan penentuan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan promosi


kesehatan yang berhubungan dengan Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL)

c.

Bagi Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi


Kegiatan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas
manajemen program untuk dapat mencapai tujuan organisasi di bidang
peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai
lahan

pendidikan,

pelatihan

tenaga

kesehatan,

penelitian

dan

pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
D. Sistematika Penulisan
Laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu BAB I Pendahuluan
yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan
Sistematika Penulisan. BAB II Konsep Dasar Puskesmas yang berisi tentang
Pengertian, Visi, Misi, Tujuan, Fungsi, Upaya, Peran Perawat. BAB III
Peraturan Puskesmas yang berisi Visi, Misi, Puskesmas Sukakarya Kota
Sukabumi, Rencana Pencapaian Program. BAB IV Manajemen Puskesmas
yang berisi Existing Condition / Situasi PKM, Pencapaian, Manajemen
Program. BAB V Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Puskesmas
Dalam Permenkes no 75 tahun 2014 dijelaskan bahwa secara umum
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang


bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau
masyarakat.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau
masyarakat.
Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas

berperan

menyelenggarakan

sebagian

dari

tugas

teknis

operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana


2.

tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.


Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh


bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
1. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan
kemampuannya.
2. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
B. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan berperilaku sehat, memiliki kemampuanuntuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan


Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan
setempat.
C. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan
dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara

dan

meningkatkan

masyarakat berserta lingkungannya.

kesehatan

perorangan,

keluarga

dan

Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,


mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan dari yang bersangkutan.
D. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah
mendukung

tercapainya

tujuan

pembangunan

kesehatan

nasional

yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2025.
E. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan,
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan


masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan

penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,


keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
F. Upaya
Dalam Permenkes No 75 tahun 2014 Pasal 35 ayat (1) Puskesmas
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama. Dan ayat (2) Upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan.

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni


terwujudnya

Kecamatan

Sehat

Menuju

Indonesia

Sehat,

puskesmas

bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yakni:
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai
daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di
wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata


h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta
upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
merupakan

pelayanan penunjang dari setiap upaya

wajib dan upaya

pengembangan puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila
perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut,

maka

dapat

dijadikan

sebagai

salah

satu

upaya

kesehatan

pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi, yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas. Pemilihan upaya
kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah
terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan
puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan
tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan
sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila puskesmas
belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal
menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggunjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat
inap. Untuk ini di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut,
yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga,
sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, di

beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap


pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di
puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik
dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik
spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis
yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap
fungsional puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat.
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi
puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
G. Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a.
Paradigma sehat
b.
Pertanggungjawaban wilayah
c.
Kemandirian masyarakat
d.
Pemerataan
e.
Teknologi tepat guna
f.
Keterpaduan dan kesinambungan.
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Berdasarkan

prinsip

pertanggungjawabanwilayah,

Puskesmas

menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya.
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.

Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna Puskesmas menyelenggarakan


Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk
bagi lingkungan. Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan,
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama
Puskesmas berwenang untuk melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis
masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan,
melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan, melaksanakan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan, menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait, melaksanakan pembinaan teknis terhadap
jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat, melaksanakan
peningkatan

kompetensi

sumber

pelaksanaan

pembangunan

agar

daya

manusia

berwawasan

Puskesmas,

kesehatan,

pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

memantau

melaksanakan

mutu, dan cakupan

Pelayanan Kesehatan, memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan


masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
Dalam menyelenggarakan

fungsi

sebagaimana

dimaksud

dalam

penyelenggaraan UKP tingkat pertam, Puskesmas berwenang untuk:


a) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b) Menyelenggarakan
Pelayanan
Kesehatan
yang
mengutamakan
upayapromotif dan preventif.

c)

Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.


d) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
e)

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.


Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi.


f) Melaksanakan rekam medis.
g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
h) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
i)Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya.
j)Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Selain menyelenggarakan fungsi Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana
pendidikan Tenaga Kesehatan. Ketentuan mengenai wahana pendidikan Tenaga
Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
H. Peran Perawat
Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan
kesehatan menuntut perawat kontemporer saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Perawat kontemporer menjalankan fungsi
dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat keputusan
klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik (Potter dan Perry, 1997).
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat
professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator,
collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.
Ada beberapa peran perawat professional antara alin care give, client
advocate,

counselor,

educator, collaborator,

coordinator, change

consultan, dan interpersonal process


1. Care Giver
Peran ini diharapkan perawat mampu menerapkan hal-hal berikut ini.

agent,

Memberikan

pelayanan

keperarawatan

kepada

individu,

keluarga,

kelompok atau masyarakat sesuai diagnose masalah yang terjadi melalui


dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

Memeperhatikan idividu dalam konteks sesui kehidupan klien , perawat


harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien.

Perawat

menggunakan

proses

keperawatan

untuk

mengidentifikasi diagnosis keperawatan, molai dari masalah fisik sampai


sikologis.
2. Clien Advocate (Pembela Klien)
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
untuk mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil
tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek
yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik
tertentu. Peran inilah yang belum tampak di kebanyakan institusi kesehatan di
Indonesia, perawat masih sebatas menerima delegasi dari profesi kesehatan
yang lain tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakan yang akan
dilakukannya apakah aman atau tidak bagi kesehatan klien.
Manajer kasus juga merupakan salah satu peran yang dapat dilakoni oleh
perawat, di sini perawat bertugas untuk mengatur jadwal tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien oleh berbagai profesi kesehatan yang ada di suatu
rumah sakit untuk meminimalisasi tindakan penyembuhan yang saling
tumpang tindih dan memaksimalkan fungsi terapeutik dari semua tindakan
yang akan dilaksanakan terhadap klien.
Tugas perawat :
Bertanggung

jawab

membantu

klien

dan

keluarga

dalam

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam


memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concern) atas tindakankeperawatan yang diberikan kepadanya.
Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang

paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus


mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
Hak-Hak Klien antara lain :
Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
Hak atas informasi tentang penyakitnya
Hak atas privacy
Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
Hak atas informasi yang benar
Hak untuk bekerja sesuai standart
Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
Hak atas rahasia pribadi
Hak atas balas jasa
3. Conselor (konseling)
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :

Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat


sakitnya.

Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan


metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.

Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau


keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman yang lalu.

Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

4. Educator (Pendidik)
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu
murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan
satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan
untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari
perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan
secara teknis.
5. Kalaborasi (Collaborator)
Perawat sebagai kalaborasi dapat di laksanakan dengan cara berkerja
sama dengan tim kesehatan yang lain.
6. Koordinasi (Coordinator)
Dalam peran ini diharapkan perawat mampu mengarahkan, merencanakan, dan
mengi banorganisasi pelayanan daari semua anggota tim kesehatan, karena
klien menerima pelayanan dari banyak proffesonal.
7. Cange Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatip membantu orla
membuat

perubahan

pada

dirinya

atau

pada

system

(Kemp,1986).

Mengidentifikasi masalah, mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk


berubah, menunjukan

alternated,

menggali

kemungkinan

hasilk

dari

alternative, mengkaji sumber daya menunjukan peran membantu, membina


dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner Torney).
I. Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan


kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan
kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan
tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi onat yang telah diberikan.
Peranan perawat sangat menunjukkan sikap kepemimpinan dan
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengelola asuhan keperawatan serta
mengembangkan diri dalam meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
keperawatan.
A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah mulai dari infeksi saluran
pernafasan atas dan adneksanya hingga parenkim paru. Pengertian akut adalah
infeksi yang berlangsung hingga 14 hari. Infeksi saluran pernafasan atas
adalah infeksi primer saluran pernafasan di atas laring, sedangkan infeksi
laring ke bawah disebut infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran
pernafasan atas terdiri dari rinitis, faringitis, tonsillitis, rinosinusitis dan otitis
media. Sedangkan infeksi saluran pernafasan bawah terdiri atas epiglotis,
croup (laringotrakeobronkitis), bronchitis, bronkiolitis, dan pneumonia
(Rahajoe, 2010).

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang berlangsung sampai 14


hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes
RI, 2012).
ISPA adalah infeksi pada saluran pernafasan yang dimulai dari hidung
sampai ke alveoli. Infeksi pernafasan menyebar dari satu struktur ke struktur
lain karena terhimpitnya membran mucus yang membentuk garis lurus pada
seluruh sistem. Akibatnya infeksi saluran pernafasan walaupun meliputi
beberapa area, tetapi efeknya berpengaruh pada banyak penyakit (Hartono,
2012).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit Infeksi Saluran Pernapasan menurut Depkes
RI (2010) dapat berupa:
a. Batuk
b. Kesulitan bernapas
c. Sakit tenggorokan
d. Pilek
e. Demam
f. Sakit kepala
3. Klasifikasi ISPA
Pembagian ISPA menurut Program Pemberantasan Penyakit ISPA
(P2ISPA), penyakit ISPA terbagi ke dalam 2 golongan yaitu Pneumonia
(radang paru-paru) dan Bukan Pneumonia, yang didasarkan atas gejala-gejala
klinis yang timbul (WHO, 2005). Adapun pembagiannya sebagai berikut:
a. ISPA Pneumonia
ISPA pneumonia ditandai dengan proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru, yang di sebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri).
Penyakit dengan gejala batuk atau sukar bernafas dengan tanda-tanda nafas
cepat. Untuk anak umur 1-5 tahun, dikatakan mempunyai nafas cepat
apabila frekuensi nafasnya lebih dari 40 kali per menit. Gejala umum
pneumonia adalah batuk atau sukar bernafas dan beberapa tanda bahaya

umum atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor pada anak dalam
keadaan tenang (Arianto, 2012).
b. ISPA Non Pneumonia
ISPA non pneumonia ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
4. Etiologi
Menurut R.Hartono (2012), etiologi dan infeksinya ini mempengaruhi
umur, musim, kondisi tempat tinggal dan masalah kesehatan yang ada.
a. Agen penginfeksi
Sistem pernafasan menjadi terpengaruh oleh bermacam-macam
organism terinfeksi. Banyak infeksi disebabkan oleh virus, terutama
respiratory synctial virus (RSV). Agen lain melakukan serangan pertama
atau kedua melibatkan grup A B-Hemolytic Streptococcus, Staphylococci,
Haemophilus influenza, Chalamydia trachomatis, Mycoplasma, dan
Pneumococci.
b. Umur
Bayi umur di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
karena fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada
umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibodi keibuan dan
produksi antibodi bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan
pada waktu balita dan prasekolah. Pada waktu anak-anak berumur 5 tahun,
infeksi pernafasan yang disebabkan virus akan berkurang frekuensinya,
tetapi pengaruh infeksi mycoplasma pneumonia dan grup A B-Hemolytic
Streptococcus akan meningkat. Jumlah jaringan limfa meningkat
seluruhnya pada masa balita dan anak-anak dan diketahui berulang-ulang
meningkatkan kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa.
c. Ukuran
Ukuran anatomi mempengaruhi respon infeksi sistem pernafasan.
Diameter saluran pernafasan terlalu kecil pada anak-anak khususnya balita
akan menjadi sasaran radang selaput lendir dan peningkatan produksi
sekresi. Pembuluh eustachius yang relatif pendek dan terbuka pada anak
kecil dan anak muda yang membuat pathogen mudah untuk masuk ke
telinga bagian tengah.
d. Daya tahan
Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi
banyak faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi.

Kondisi lain yang mengurangi daya tahan adalah malnutrisi, anemia,


kelelahan dan tubuh yang menakutkan. Kondisi yang melemahkan
pertahanan pada sistem pernafasan dan cenderung yang menginfeksi
melibatkan alergi (seperti alergi rhinitis), asma, kelainan jantung yang di
sebabkan tersumbatnya paru-paru dan cystic fibrosis.
e. Variasi Musim
Banyaknya patogen pada sistem pernafasan yang muncul dalam
wabah selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma
sering muncul pada musim gugur dan awal musim semi. Infeksi yang
berkaitan dengan asma (seperti asma bronchitis) frekuensi banyak muncul
selama cuaca dingin.
5. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dari interaksi bibit penyakit
dengan tubuh pejamu. Respon inflamasi pada lokasi infeksi merupakan hasil
mekanisme imun spesifik dan nonspesifik pejamu dalam melawan invasi
mikroba

dengan

mencegah

pertumbuhannya

atau

selanjutnya

menghancurkannya. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan


menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan bergerak
ke atas mendorong virus ke arah faring atau reflek oleh laring. Jika reflek
tersebut gagal maka akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan. Kerusakan tersebut menyebabkan peningkatan aktifitas kelenjar
mucus sehingga mengeluarkan mukosa yang berlebihan. Rangsangan cairan
mukosa tersebut yang akhirnya menyebabkan batuk. Adanya infeksi virus
merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder
bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat
menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga
menyebabkan batuk yang produktif (Mandal B.K dkk, 2008:10).
6. Penularan ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah salah satu penyakit yang
tergolong pada air borne disease (penularan penyakit melalui udara) yang
terjadi tanpa adanya kontak dengan penderita maupun benda yang
terkontaminasi. Penularan penyakit ISPA terjadi dalam bentuk droplet nuclei
(partikel yang sangat kecil sebagai hasil dari batuk atau bersin dan dapat

tinggal dalam udara bebas untuk waktu yang cukup lama dan dihisap langsung
pada saat bernapas) maupun dalam bentuk dust (partikel dengan berbagai
ukuran sebagai hasil resuspensi partikel yang terletak di lantai, tempat tidur
dan tempat lainnya dan tertiup angin bersama debu) (Noor, 2006).
7. Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA pneumonia dan ISPA non pneumonia, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA, maka dewasa ini terus
dilakukan penelitian dengan cara pencegahan ISPA yang efektif dan spesifik.
Cara yang terbukti efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi campak
dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11%
kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis
(DPT), 6% kematian penumonia dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan
bahwa cara pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup gizi,
pemberian ASI Ekslusif, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi
lengkap (Maryunani, 2010).
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yakni: pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Noor, 2006).
Dalam upaya pencegahan ISPA dapat dilihat dalam tiga tingkat
pencegahan yaitu sebagai berikut (Noor, 2006):
a. Pencegahan Tingkat Pertama
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
1) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit, penyemprotan atau insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan,
di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan
rantai penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan

sumber penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta


pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang yang menderita),
serta mengurangi atau menghindari perilaku yang dapat meningkatkan
risiko perorangan dan masyarakat. Usaha yang dapat dilakukan pula
yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang caracara penularan pemberantasan serta diagnosa dini dari suatu penyakit
seperti ISPA.
2) Mengatasi atau memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan
serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan
biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga,
hubungan antar individu dan kehidupan sosial masyarakat. Contohnya
yaitu memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
menerapkan pola hidup sehat dan PHBS sejak dini.
3) Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian
imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan
status psikologis dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan
kualitas gizi. Selain itu pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru
lahir, karena ASI banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang
banyak dibutuhkan tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk
sistem kekebalan tubuh.
b. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang
menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan
menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini
yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk
segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya
akibat samping atau komplikasi.
1) Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu, penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu

secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang


efektif. Temuan semua penderita dengan cara diperiksa di sarana
pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa seseorang balita benarbenar tidak menderita ISPA.
2) Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
c. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah
kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan
suatu penyakit tertentu, seperti: menjaga keadaan gizi agar tetap baik,
imunisasi, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, mencegah anak
berhubungan dengan penderita ISPA.
8. Penatalaksanaan ISPA
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menurut Donna
L Wong (2009) adalah:
a. Mengurangi usaha napas
Banyak infeksi pernafasan akut yang bersifat ringan dan menyebabkan
sedikit gejala. Meskipun anak-anak merasa tidak nyaman dan mengalami
hidung tersumbat serta pembengkakan mukosa, namun jarang terjadi gawat
napas. Uap hangat atau dingin telah menjadi tindakan terapeutik yang
banyak digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pernapasan. Uap
tersebut melembutkan membran yang terinflamasi dan bermanfaat jika
terjadi sesak atau gangguan laringeal. Metode paling baik untuk
menimbulkan uap hangat adalah dengan mandi (shower).
b. Meningkatkan istirahat
Anak-anak yang penderita penyakit demam akut harus tirah baring. Hal
ini biasanya tidak sulit pada saat suhu meningkat namun menjadi sulit jika
anak mulai merasa lebih baik. Sering kali anak-anak lebih mudah patuh jika
mereka dibiarkan berbaring diam di sofa tempat mereka dapat menonton
televisi atau berpartisipasi dalam aktivitas yang tenang, dibandingkan
dengan jika mereka menangis dengan keras di tempat tidur.
c. Meningkatkan kenyamanan

Anak-anak yang lebih besar biasanya mampu mengatur sekresi nasal


dengan hanya sedikit kesulitan. Kompres panas atau dingin terkadang juga
dapat mengurangi nyeri kepala pada anak-anak yang lebih besar. Kantong
es atau bantalan panas yang ditempelkan di leher dapat mengurangi rasa
tidak nyaman, namun tindakan kewaspadaan yang cermat harus dilakukan
untuk mencegah luka bakar. Kantong es atau alat pemanas harus dibungkus,
dan bantalan pemanas tidak boleh di set pada rentang yang tinggi.
d. Mencegah penyebaran infeksi
Mencuci tangan dengan baik harus dilakukan ketika merawat anak
dengan infeksi pernapasan. Anak-anak dan keluarga diajarkan untuk
membuang tisu bekas langsung kedalam keranjang sampah setelah
digunakan dan menghindari berbagi cangkir, waslap atau handuk. Mereka
juga diajarkan untuk menggunakan tangan mereka untuk menutupi hidung
dan mulut ketika mereka batuk atau bersin.
e. Menurunkan suhu
Jika anak mengalami peningkatan suhu yang signifikan, pengendalian
demam menjadi sangat penting. Orang tua harus mengetahui cara mengukur
suhu anak dan membaca termometer dengan akurat. Selanjutnya jika dokter
telah meresepkan obat penurun panas, orang tua mungkin memerlukan
bantuan dalam pemberian obat. Penekanan pada keakuratan jumlah obat
yang diberikan dari jarak waktu pemberian obat sangat penting dilakukan
untuk menghindari akumulasi efek obat.
f. Meningkatkan hidrasi
Dehidrasi selalu berbahaya jika anak demam atau anoreksik, terutama
jika muntah atau diare juga terjadi. Asupan cairan yang adekuat harus
dianjurkan dengan memberikan minuman yang disukai anak sedikit tetapi
sering. Cairan berkalori tinggi, membantu mencegah katabolisme dan
dehidrasi namun harus dihindari jika diare juga terjadi. Orang tua harus
mengetahui cara mengkaji tingkat hidrasi anak mereka. Mereka dianjurkan
untuk mengobservasi frekuensi berkemih dan memberi tahu perawat atau
dokter jika anak berkemih secara tidak mencukupi.
g. Memberikan nutrisi
Kehilangan selera merupakan karakteristik anak-anak yang mengalami
infeksi akut dan pada kebanyakan kasus. Banyak anak yang tidak

menunjukkan penurunan nafsu makan dan anak lainnya berespons dengan


baik terhadap makanan. Pemaksaan makanan pada anak-anak yang
anoreksia dapat mencetuskan mual dan muntah dari pada beberapa kasus
bahkan menyebabkan keengganan menghadapi situasi makan yang dapat
memanjang sampai periode pemulihan atau bahkan terus berlanjut.

BAB III
MANAJEMEN AREA

A. Deskripsi Singkat Area Kajian


Puskesmas Sukakarya merupakan sarana pelayanan jasa di bidang kesehatan
yang dibentuk pemerintah untuk melayani masyarakat di wilayah Kecamatan
Warudoyong pada khususnya dan masyarakat diluar wilayah Sukakarya pada
umumnya.
Puskesmas Sukakarya pada saat ini memberikan pelayanan kesehatan
preventif, promotif dan kuratif melalui 6 program Kesehatan wajib berupa

promosi kesehatan, KIA KB, Gizi, P2PL, Kesling dan Balai Pengobatan Gigi dan
Laboratorium.
Sejalan dengan perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat
ini, Puskesmas Sukakarya juga ditetapkan sebagai Puskesmas dengan tempat
perawatan namun untuk saat ini masih di khususkan untuk persalinan atau yang
dikenal dengan istilah PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar).
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Sukakarya adalah sebagai berikut :
1. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan benteng
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Lembursitu
3. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Cisaat
4. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Gunung Puyuh
Sebagian besar wilayahnya dapat dilalui dengan kendaraan roda empat
maupun kendaraan umum dan sisa nya dapat dilalui dengan kendaraan roda 2 atau
ojeg.
B. VISI , MISI Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi
Visi Puskesmas Sukakarya yaitu terwujudnya pelayanan puskesmas yang
CEMERLANG (Cepat, Efektif, Memuaskan, Ramah dan Melangkah pasti. dengan
Misi nya sebagai berikut :
1. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga
masyarakat beserta lingkungannya.

dan

BAB IV

You might also like