You are on page 1of 60

I.

SKENARIO

Tari,wanita,berusia 15 tahun tidak seperti

teman-teman sebayanya yang

tumbuh,bertambah besar,tinggi dan sudah menstruasi secara teratur.


Tinggi badan tari 130 cm dan ada lipatan kulit di leher tampak seperti
bersayap,terdapat pembesaran kelenjar limfe (lymphodema) di tangan dan kaki
sehingga terlihat bengkak,jarak antara kedua puting berjauhan, kelopak mata
jatuh, garis batas rambut kelakang dan letak telinga lebih rendah dibanding orang
mormal. Dia juga mengalami kesulitan belajar.
Saudara laki-laki Tari yang berusia 18 tahun dan 2 saudara perempuannya yang
berusia 10 dan 8 tahun, tidak seperti Tari.
Kedua orang tuanya,cemas dengan penampilan anaknya. Mereka tidak
menemukan kelainan seperti ini dalam keluarga mereka sebelumnya. Kemudian
orang tuanya membawa Tari berkonsultasi ke dokter Obgyn. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik didiagnosis sementara sebagai Sindrom Turner.
Bagaimana cara mendiagnosis, patofisiologis, dan penatalaksanaan kasus ini?

II.

KLARIFIKASI ISTILAH
1. Lymphodema
: Pembesaran atau pembengkakan kelenjar
limfe
2. Menstruasi

: Secret fisiologik darah dan jaringan

mukosa secara bersiklus yang melalui perdarahan vagina secara


berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
3. Sindroma turner
: Hilangnya salah satu dari kromosom X
pada wanita (45,X atau 45,X0)
4. Kelenjar limfe
: Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm,
ditemukan sepanjang pembuluh limfatik dan dinamakan sesuai
dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi 2 region yang disebut
kortex dan medulla yang terdiri dari limfosit.

5. Obgyn

: Ilmu yang mempelajari system reproduksi

wanita dan perkembangan manusia mulai dari embrio sampai


dengan fetus
6. Anamnesis

: Pemeriksaan berdasarkan riwayat hidup

tentang kesehatan pasien


7. Puting berjauhan
: Jarak puting diluar garis tengah scapula
(mengarah ke lateral)

III.

IDENTIFIKASI MASALAH
A. Tari wanita 15 tahun mengalami pertumbuhan normal,dan tidak
mengalami menstruasi secara teratur.
B. Tari memiliki ciri fisik:
tinggi 130 cm
lipatan kulit dileher seperti bersayap
pembesaran kelenjar limfe atau lymphoedema ditangan dan

kaki sehingga terlihat bengkak


jarak antara kedua putting berjauhan
kelopak mata jatuh
garis batas rambut belakang
letak telinga rendah

Diluar dari ciri fisik, Tari juga mengalami kesulitan dalam


belajar.
C. Anamnesis Obgyn mengatakan bahwa Tari menderita Turner
Syndrome, tetapi keluarga menyatakan bahwa mereka tidak
memiliki riwayat penyakit tersebut.

IV.
ANALISIS MASALAH
A. 1. Bagaimana ciri-ciri pertumbuhan normal remaja yang berusia 15
tahun?

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam tanda-tanda seks


sekunder pada wanita antara lain:
(1) telarche, yaitu pembesaran payudara : Puting susu berada di
atas bukit areola
(2) pubarche, yaitu tumbuhnya rambut pubis : Tipe dewasa, namun
penyebarannya sebatas pubis
(3) menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali terjadi : Sudah
mengalami menstruasi teratur
(4) adrenarche, yaitu tumbuhnya rambut aksila sebagai akibat

peningkatan androgen dari adrenal.


Pacu tumbuh adolesen (suatu percepatan pertumbuhan tinggi

badan), kecepatan pertumbuhan <7 cm


Munculnya jerawat (acne vulgaris) pada usia sekitar 11-14,5

tahun.
Perubahan suara
Aktifnya glandula sebaceae (kelenjar keringat)

2. Apa saja factor yang mempengaruhi siklus menstruasi?


Faktor hormonal (GnRH, Gonadotropin seperti FSH dan LH, progesteron,
esterogen, insulin, IGF-1, GH, steroid adrenal) dan faktor gizi.
3. Berapa usia normal seorang wanita mendapatkan menstruasi?
Menarke adalah mulainya menstruasi yang umumnya terjadi pada usia 1213 tahun. (Patofisiologi Price Wilson Hal. 1279)

4. Bagaimana siklus menstruasi yang normal?


Siklus menstruasi yang normal melalui 2 siklus yaitu siklus ovarium (fase
folikular dan fase luteal) dan siklus endometrium (fase proliferasi, fase
sekresi, dan fase menstruasi). Terjadi selama 28 hari secara umumnya.
(Patofisiologi Price Wilson Hal. 1281-1283)
Siklus menstruasi dibagi atas empat fase:
Fase menstruasi

Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini
disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap
terjadi pada hari ke-1 sampai 7.
Fase praovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang
dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara
bertahap pada hari ke-7 samapai 13.
Fase ovulasi
Yaitu, keluarnya ovum matang dari ovarium atau yang biasa disebut masa
subur. Bila siklusnya tepat waktu, maka akan terjadi pada hari ke-14 dari
peristiwa menstruasi tersebut.
Fase pascaovulasi
Yaitu, masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini,
terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi
lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi
fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase
menstruasi kembali.

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan?


Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.

3. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
6. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Downs dan sindroma
Turners.
Faktor luar (eksternal)
1. Faktor Prenatal
a.

Gizi: Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir

kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.


b.

Mekanis: Posisi fetus yang abnormal bisa

menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.


c.

Toksin/zat kimia: Beberapa obat-obatan seperti

Aminopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan


kongenital seperti palatoskisis.

d.

Endokrin: Diabetes melitus dapat menyebabkan

makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.


e.

Radiasi: Paparan radium dan sinar Rontgen dapat

mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,


spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongential mata, kelainan jantung.
f.

Infeksi: Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh

TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes


simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,
bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
g.

Kelainan imunologi: Eritobaltosis fetalis timbul atas

dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu


sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran
darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern
icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h. Anoksia embrio: Anoksia embrio yang disebabkan oleh
gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu.
i.

Psikologi ibu: Kehamilan yang tidak diinginkan,

perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lainlain.


2. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3. Faktor Pascasalin
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
2. Penyakit kronis/ kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak
tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan
dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat
kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak
yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak
yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang
selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.

7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

B. 1. Bagaimana Interpretasi dari ciri fisik dan gangguan belajar yang


dimiliki Tari?
Postur tubuh Tari yang pendek terjadi akibat kerusakan gen SHOX
atau short stature homeobox gene yang mengatur formasi skeletal
dan postur tubuh. Protein SHOX disebut faktor transkripsi dan
terdapat pada gen dalam kromosom X atau Y pada area
pseudoautosomal. Jadi, terdapat 2 kopi gen SHOX pada kromosom
manusia. Pada penderita sindrom Turner hanya punya 1 kromosom
X sehingga hanya memiliki 1 kopi gen SHOX yang ikut

mempengaruhi oembentukan protein SHOX.


Gangguan belajar hanya dialami sebagian penderita sindrom
Turner sebagai ekspresi gen yang mengalami kehilangan

kromosom X.
Ada sejumlah gen pada kromosom X yang mempengaruhi
intelejensi. Pada mutasi yang terjadi pada kromosom X yaitu pada
gen MRX berkaitan dengan retardasi mental terpaut kromosom

X.21 Gen FMR1 pada lenganpanjang kromosom X, berperan


dalam memberikan instruksi dalam produksi protein yang disebut
fragile X mental retardation 1, atau FMRP. Protein ini bermanfaat
dalam perkembangan dan plastisitas sinaps sel syaraf yang penting
dalam proses belajar serta memori. Kelainan yang terjadi seperti
pada sindrom Fragile X menimbulkan gangguan perkembangan

meliputi kesulitan belajar dan gangguan kognitif.


Kelainan lain yang berhubungan dengan FMR1 adalah kegagalan
ovarium dini (premature ovarian failure) berupa amenorrhea yang
berkaitan dengan peningkatan kadar serum gonadotropin sebelum
usia 40 tahun. Gen lain yang berkaitan dengan kondisi kegagalan
ovarium dini antara lain gen POF (Premature Ovarium Failure )
pada Xq21.1-q21.2 dan DIAPH2 pada Xq21.33. POF akan
menyebabkan estrogen tidak diproduksi sehingga menghambat
pertumbuhan payudara dan terjadi amenorrhea primer.

C. 1. Bagaimana cara mendiagnosis Turner Syndrome?


Turner syndrome dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama
kehamilan. Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi
oleh temuan USG abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma
kista, asites). Meskipun risiko kambuh tidak bertambah, konseling
genetika sering direkomendasikan untuk keluarga yang telah mengalami
kehamilan atau anak dengan sindrom Turner.
Adapula tes kariotipe (set kromosom dalam sel somatik) atau analisis
kromosom berupa analisis komposisi kromosom individu. Ini adalah tes
pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner. Selain itu, pemeriksaan fisik
dan anamnesis pasien juga dapat dijadikan cara mendiagnosis penderita
sindrom Turner berdasarkan gejala khas penderita antara lain:

Bertubuh pendek

Lymphedema (pembengkakan) dari tangan dan kaki

Broad chest (dada bidang) dan puting secara luas spasi

Batas rambut dan telinga rendah

Infertilitas

Amenore, atau tidak adanya periode menstruasi

Peningkatan berat badan, obesitas

Dada berbentuk perisai hati

Metakarpal pendek

Kuku kecil dan melengkung

Leher berselaput (webbed neck)

Coarctation aorta (penyempitan aorta)

Payudara kecil

Ginjal berbentuk tapal kuda

Gangguan visual sklera, kornea, glaucoma dan sebagainya

Infeksi telinga dan kehilangan pendengaran

2.Bagaimana etiologi dari Turner Syndrome?


Nondisjunction paternal selama spermatogenesis merupakan penyebab
sekitar 80% kasus sindrom Turner, yang berarti bahwa para pasien ini
tidak menerima satu pun kromosom X dari ayah sehingga kromosomnya

10

adalah 45,X atau 45,X0. Selain itu, sindrom Turner bisa terjadi secara
mosaikisme yaitu 46XX/45X saat mitosis selama postzigotik.

4. Bagaimana Kariotipe dari penderita Turner Syndrome?


45,X atau 45,X0 dan 46XX/45X

11

4. Bagaimana patofisiologi dari Sindrom Turner?

Nondisjunction pada meiosis I dan II

12

Nondisjunction pada kromosom homolog (meiosis I) dan pada sister


chromatids (meiosis II)
5. Apakah pengaruh riwayat keluarga dengan Turner Syndrome
(Pedigree)?
Sindrom Turner tidak terjadi secara herediter sebab kekurangan kromosom
X yang terjadi adalah saat gametogenesis dan terjadi secara acak (random).
Kelainan ini terjadi secara acak pada gametogenesis telur atau sperma dan
pada saat postzigotik. Jadi, tidak dapat dibuat pedigree pada keluarga
penderita sindrom Turner.
6. Bagaimana tata laksana kasus Turner Syndrome?
Sindrom Turner tidak bisa disembuhkan karena kelainan yang terjadi
terdapat pada kekurangan kromosom X saat gametogenesis. Tetapi dapat
dilakukan terapi pada gejala yang muncul, antara lain:
Injeksi GH untuk meningkatkan pertumbuhan

saat

masa

pertumbuhan (remaja) pada usia sebelum pubertas sampai pubertas

selesai.
Terapi pengganti esterogen saat kisaran umur 12 tahun. Esterogen
untuk meransang menstruasi dan mencegah osteoporosis yang
diberikan saat usia pubertas sampai menopause.

13

Pemberian terapi androgen


Pada kasus pelebaran aorta memerlukan terapi lebih lanjut oleh

cardiologist, sama halnya dengan komplikasi lainnya.


Hampir
semua
penderita
sindrom
Turner

adalah

steril/infertil/mandul sehingga untuk hamil bisa menggunakan


donor embrio.
7. Apakah

ada

relevansi

antara

proses

oogenesis

dan

spermatogenesis? Jelaskan!

Spermatogenesis

14

Oogenesis
V.

HIPOTESIS
Tari, wanita
nondisjunction

15

tahun,

pada

menderita

kromosom

seks

sindrom
saat

Turner

karena

meiosis

selama

gametogenesis dan saat mitosis selama masa postzigotik.


VI.

LEARNING ISSUES

Pokok Bahasan

Siklus

What I Know

Definisi

Menstruasi

What I dont
Know

mempengaruhi

Syndrome

Definisi

have

to

Prove

How I Will
Learn

Siklus normal
Faktor
yang
menstruasi

Turner

What

Patofisiologi
Etiologi
Kariotipe

Journal
Text
Book
Pakar
Internet

15

Tatalaksana

Oogenesis

Definisi

Skema
oogenesis

Spermatogenesi

Definisi

Gangguan
pertumbuhan
dan
Perkembangan
(Karena
kelainan

Skema
spermatogenesis

Definisi

Faktor

yang

mempengaruhi
Pertumbuhan
remaja normal
Penyebab
kelainan
pertumbuhan

Kromosom)

16

Kerangka Konsep

Tari, wanita 15 tahun,


mengalami nondisjunction
saat gametogenesis atau
postzigotik

Kehilangan
aksi gen
SHOX

Tubuh
pendek

Lymphoede
ma
Leher
berselaput
Kaki tangan
bengkak
Kelopak
mata jatuh
Garis batas
rambut dan

POF pada
gen yang
mengatur
ovarium

Gen FMRI
terganggu

Ovarium
tidak
berkemban
g

Perkemban
gan dan
plastisitas
sinaps sel
saraf

Estrogen
tidak
diproduksi

Kesulitan
belajar

Amenorhhea
primer
VII.

SINTESIS

Perkemban
gan
payudara
terhambat
17

Orang tua Tari


Tari
didiagnosis
konsultasi
ke Obgyn
menderita Sindrom

SINDROM TURNER
Sindrom Turner-Turner atau syndrome Ullrich (juga dikenal sebagai
"disgenesis gonad") meliputi beberapa kondisi, yang monosomi X (tidak adanya
kromosom seks seluruh) adalah yang paling umum. Ini adalah kelainan kromosom
di mana semua atau bagian dari salah satu kromosom seks tidak ada (manusia
tidak terpengaruh memiliki 46 kromosom, dimana 2 diantaranya merupakan
kromosom seks). Khas perempuan memiliki 2 kromosom X, tetapi dalam sindrom
Turner, salah satu kromosom seks yang hilang atau memiliki kelainan lainnya.
Dalam beberapa kasus, kromosom hilang hadir dalam beberapa sel tetapi tidak
yang lain, suatu kondisi yang disebut sebagai mosaicism atau 'Turner mosaicism'.
Terjadi pada 1 dari setiap 2500 anak perempuan, sindrom memanifestasikan
dirinya dalam beberapa cara. Ada kelainan fisik karakteristik, seperti perawakan
pendek, pembengkakan, dada lebar, garis rambut rendah, telinga rendah-set, dan
leher berselaput. Girls dengan sindrom Turner biasanya mengalami disfungsi
gonad (ovarium tidak bekerja), yang mengakibatkan amenore (tidak adanya siklus
menstruasi) dan kemandulan. masalah kesehatan Concurrent juga sering hadir,
termasuk penyakit jantung bawaan, hipotiroidisme (sekresi hormon tiroid
berkurang), diabetes, masalah penglihatan, pendengaran keprihatinan, dan banyak
penyakit autoimun lainnya. Akhirnya, pola tertentu defisit kognitif sering diamati,
dengan kesulitan terutama di wilayah visuospatial, matematika, dan memori.
Gejala Sindrom Turner
Gejala umum dari sindrom Turner meliputi:

Bertubuh pendek

Lymphedema (pembengkakan) dari tangan dan kaki

18

Broad dada (perisai dada) dan puting secara luas-spasi

Rendah rambut

Low-set telinga

Reproduksi kemandulan

Dasar ovarium streak gonad (struktur gonad terbelakang)

Amenore, atau tidak adanya periode menstruasi

Peningkatan berat badan, obesitas

Dada berbentuk perisai hati

Metakarpal IV (tangan) pendek

Kuku kecil

Karakteristik wajah fitur

Leher berselaput dari hygroma kistik pada bayi

Coarctation dari aorta

Miskin payudara pembangunan

Ginjal tapal kuda

Gangguan visual sklera, kornea, glaukoma

Infeksi telinga dan kehilangan pendengaran

19

Gejala lain mungkin termasuk rahang bawah kecil (micrognathia), valgus cubitus
(berubah-out siku), paku terbalik lembut, lipatan telapak tangan dan kelopak mata
melorot. Kurang umum adalah tahi lalat berpigmen, gangguan pendengaran, dan
langit-langit tinggi-arch (rahang sempit). sindrom Turner memanifestasikan
dirinya berbeda di setiap wanita dipengaruhi oleh kondisi, dan tidak ada dua
individu akan berbagi gejala yang sama.
Faktor Risiko Sindrom Turner
Faktor risiko untuk sindrom Turner tidak dikenal. meningkatkan Nondisjunctions
dengan usia ibu, seperti untuk Down syndrome, tetapi efek yang tidak jelas untuk
sindrom Turner. Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang
menyebabkan kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang
mengobati wanita Turner setuju bahwa ini sangat tidak mungkin.

20

Saat ini tidak ada dikenal untuk menyebabkan sindrom Turner, meskipun ada
beberapa teori sekitar subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal hari ini,
adalah bahwa selama bagian konsepsi atau seluruh kromosom seks kedua tidak
ditransfer ke janin.
Insiden Sindrom Turner
Sekitar 98 persen dari seluruh janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran.
Sindrom Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di
Amerika Serikat. Kejadian sindrom Turner dalam hidup wanita kelahiran diyakini
1 di 2500.

21

Sejarah Sindrom Turner


Sindrom ini dinamai Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma, yang
digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom Turner
Ullrich-atau bahkan-Ullrich-Turner sindrom Bonnevie mengakui bahwa
kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh dokter Eropa.
Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X
pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Harwell dan Guy's Hospital di
London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda sindrom
Turner.
Diagnosis Sindrom Turner
Turner syndrome dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan.
Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG
abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kista, asites). Meskipun
risiko kambuh tidak bertambah, konseling genetika sering direkomendasikan
untuk keluarga yang telah mengalami kehamilan atau anak dengan sindrom
Turner.
Tes, yang disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom
individu. Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.
Sindrom Turner Prognosis
Sementara sebagian besar temuan fisik dalam sindrom Turner tidak berbahaya,
akan ada masalah medis signifikan yang terkait dengan sindrom.
Kardiovaskular
Harga et al. (1986 studi 156 pasien wanita dengan sindrom Turner) menunjukkan
jumlah signifikan lebih besar dari kematian akibat penyakit pada sistem peredaran
darah dari yang diharapkan, setengah dari mereka karena penyakit jantung bawaan

22

coarctation-kebanyakan preductal dari aorta. Ketika pasien dengan penyakit


jantung bawaan dihilangkan dari sampel penelitian, angka kematian dari
gangguan peredaran darah tidak meningkat secara signifikan.
malformasi kardiovaskular menjadi keprihatinan yang serius karena merupakan
penyebab paling umum kematian pada orang dewasa dengan sindrom Turner.
Dibutuhkan bagian penting dalam peningkatan 3 kali lipat dalam keseluruhan
mortalitas dan harapan hidup berkurang (sampai 13 tahun) yang berhubungan
dengan sindrom Turner.
Menyebabkan
Menurut Sybert, tahun 1998 data tidak memadai untuk memungkinkan
kesimpulan tentang korelasi fenotip-kariotipe sehubungan dengan malformasi
kardiovaskuler pada sindrom Turner karena jumlah individu belajar dalam
kelompok-kelompok kariotipe kurang umum terlalu kecil. Studi lain juga
menunjukkan adanya mosaicisms tersembunyi yang tidak didiagnosis pada
analisis karyotypic biasa pada beberapa pasien dengan 45, kariotipe X.
Sebagai kesimpulan, asosiasi antara karakteristik kariotipe dan fenotipik,
termasuk malformasi kardiovaskular, tetap dipertanyakan.
Prevalensi malformasi kardiovaskular
Prevalensi malformasi kardiovaskular antara pasien dengan sindrom Turner
berkisar dari 17% (Landin-Wilhelmsen et al, 2001.) Menjadi 45% (Dawson-Falk
et al., 1992).
Variasi ditemukan dalam studi yang berbeda terutama yang timbul dari variasi
dalam metode non-invasif yang digunakan untuk skrining dan jenis lesi yang
mereka dapat mencirikan (Ho et al, 2004.). Namun Sybert, 1998 menunjukkan
bahwa hal itu bisa saja disebabkan oleh sejumlah kecil mata pelajaran dalam studi
yang paling.

23

kariotipe yang berbeda mungkin memiliki perbedaan prevalensi malformasi


kardiovaskular. Dua penelitian menemukan prevalensi malformasi kardiovaskular
sebesar 30% dalam kelompok 45 murni, monosomi X. Namun mengingat
kelompok kariotipe lain, mereka melaporkan prevalensi 24,3% yang dapat
menyebabkan disfungsi katup progresif yang dibuktikan dengan stenosis aorta
atau regurgitasi.
Dengan prevalensi dari 12,5% menjadi 17,5% (Dawson-Falk et al., 1992), katup
aorta bikuspid adalah kelainan bawaan yang paling umum yang mempengaruhi
jantung pada sindrom ini. Hal ini biasanya terisolasi namun dapat dilihat dalam
kombinasi dengan anomali lain, terutama coarctation dari aorta.
Coarctation dari aorta. Antara 5% dan 10% dari mereka yang lahir dengan
sindrom Turner memiliki coarctation dari aorta, penyempitan bawaan dari aorta
menurun, biasanya hanya distal asal arteri subklavia kiri dan berlawanan dengan
saluran (dan sebagainya disebut "juxtaductal").
Perkiraan prevalensi kelainan ini pada pasien dengan sindrom Turner berkisar dari
6,9%
Dalam pengelolaan pasien dengan sindrom Turner adalah penting untuk diingat
bahwa malformasi kardiovaskular kiri sisi dalam hasil sindrom Turner dalam
kerentanan meningkat menjadi endokarditis bakteri. Oleh karena itu antibiotik
profilaksis harus dipertimbangkan ketika prosedur dengan endokarditis risiko
tinggi dilakukan, seperti membersihkan gigi.

Allen et al., 1986 yang mengevaluasi 28 wanita dengan sindrom Turner,


menemukan root mean diameter aorta secara signifikan lebih besar pada
pasien dengan sindrom Turner dibandingkan dengan kelompok kontrol
(cocok untuk daerah permukaan tubuh). Meskipun demikian, diameter
akar aorta ditemukan pada pasien sindrom Turner masih baik dalam batasbatas.

24

Hal ini telah dikonfirmasikan oleh studi Dawson et al-Falk., 1992 yang
mengevaluasi 40 pasien dengan sindrom Turner. Mereka disajikan pada
dasarnya temuan yang sama: yang lebih besar berarti diameter akar aorta,
yang tetap masih dalam kisaran normal untuk wilayah permukaan tubuh.

Sybert, 1998 menunjukkan bahwa hal itu tetap tidak terbukti bahwa akar diameter
aorta yang relatif besar untuk daerah permukaan tubuh tapi masih dalam batas
normal menyiratkan risiko untuk dilatasi progresif.
Prevalensi kelainan aorta
Prevalensi berkisar dilatasi aorta akar dari 8,8% diseksi aorta mempengaruhi 1%
sampai 2% pasien dengan sindrom Turner. Akibatnya setiap dilatasi aorta root
harus serius diperhitungkan karena bisa menjadi diseksi aorta fatal. Surveilans
rutin sangat dianjurkan.
Reproduksi
Perempuan dengan sindrom Turner hampir secara universal subur. Sementara
beberapa wanita dengan sindrom Turner telah berhasil menjadi hamil dan
membawa kehamilan mereka untuk istilah, ini sangat langka dan biasanya terbatas
pada orang-orang perempuan yang tidak kariotipe 45, X. Bahkan ketika
kehamilan seperti itu terjadi, ada risiko yang lebih tinggi dari rata-rata cacat
keguguran atau kelahiran, termasuk Turner Syndrome atau Down Syndrome.
Beberapa wanita dengan sindrom Turner yang tidak mampu untuk hamil tanpa
intervensi medis mungkin dapat menggunakan IVF atau perawatan kesuburan
lainnya.
Biasanya terapi pengganti estrogen digunakan untuk memacu pertumbuhan
karakteristik seksual sekunder pada waktu awal saat pubertas seharusnya.
Sementara perempuan sangat sedikit dengan Sindrom Turner menstruasi spontan,
terapi estrogen memerlukan reguler penumpahan lapisan rahim ("pendarahan
penarikan") untuk mencegah pertumbuhan berlebih nya. Penarikan perdarahan
25

dapat diinduksi bulanan, seperti menstruasi, atau lebih jarang, biasanya setiap tiga
bulan, jika keinginan pasien. Terapi Estrogen tidak membuat wanita dengan
ovarium nonfunctional subur, tapi memainkan peran penting dalam membantu
reproduksi, kesehatan rahim harus dipertahankan dengan estrogen jika seorang
wanita yang memenuhi syarat dengan Sindrom Turner ingin menggunakan IVF.
Pengobatan Sindrom Turner
Sebagai kondisi kromosom, tidak ada obat untuk sindrom Turner. Namun, banyak
yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gejala. Sebagai contoh:

Hormon pertumbuhan, baik sendiri atau dengan dosis rendah androgen,


akan meningkatkan pertumbuhan dan mungkin tinggi dewasa akhir.
Hormon pertumbuhan disetujui oleh US Food and Drug Administration
untuk pengobatan sindrom Turner dan ditutupi oleh rencana asuransi
banyak. Ada bukti bahwa ini adalah efektif, bahkan pada balita.

Terapi pengganti estrogen telah digunakan sejak kondisi tersebut telah


diuraikan pada tahun 1938 untuk mempromosikan perkembangan
karakteristik seksual sekunder. Estrogen sangat penting untuk menjaga
integritas tulang yang baik dan kesehatan jaringan.

KROMOSOM
Latar Belakang Masalah
Setiap manusia normal memiliki jumlah kromosom yang sama yaitu 46,XX pada
wanita atau 46,XY pada pria. Konstitusi kromosom yang normal akan
bermanifestasi dengan kemunculan fenotip yang normal, meskipun dapat terjadi
variasi antarindividu akibat adanya pengaruh genetik dan lingkungan. Dalam
peranan kemunculan fenotip secara normal, kromsom seks yaitu kromosom X dan
Y memainkan peran yang penting, terutama dalam penentuan jenis kelamin,
selama pembelahan sel baik mitosis maupun meiosis, dapat terjadi kesalahan yang

26

menimbulkan kelainan kromosom. Kelainan yang terjadi dapat berupa kelainan


jumlah maupun struktur yang dapat terjadi baik pada kromosom autosom maupun
kromosom seks.
Aneuplodi kromosom seks adalah penyebab kelainan jumlah kromosom yang
paling banyak ditemukan pada bayi, anak-anak dan dewasa.2 Aneuploidi
merupakan berkurangnya atau penambahan satu atau lebih kromosom. Penyebab
utama kondisi aneuploid adalah gagal pemisahan (nondisjunction) selama proses
meiosis atau mitosis. Aneuploidi juga disebabkan adanya suatu kesalahan dalam
proses anafase (anaphase lag). Beberapa sindrom utama yang diakibatkan oleh
mekanisme ini antara lain sindrom Turner, sindrom Klinefelter, sindrom Tripel X
dan sindrom XYY. Kelainan jumlah lain, yang cukup sering terjadi yaitu
mosaikisme. Mosaikisme dapat iartikan sebagai adanya dua atau lebih garis
keturunan pada satu individu atau dalam jaringan yang berbeda dalam konstitusi
kromosom namun berasal dari satu zigot yaitu berasal dari asal genetik yang
sama. Mosaikisme terjadi akibat nondisjunction yang terjadi pada awal
pembelahan mitosis embrional. Kelainan lain yaitu kelainan struktur kromosom
seks dapat berupa translokasi, delesi, duplikasi, inversi dan kromosom cincin.
Dibandingkan dengan kelainan autosom, kelainan pada kromosom seks memiliki
manifestasi klinis yang tidak terlampau berat.6,8 Secara umum, tingkat kelainan
fenotip berkaitan dengan jenis kelainan kromosom, baik adanya tambahan
maupun pengurangan materi kromosom.9 Sebagai ilustrasi, perkembangan
skeletal yang diatur oleh gen SHOX, berlokasi pada regio pseudoautosomal pada
regio Xp. Perawakan pendek dan gambaran skeletal pada sindrom Turner maupun
perawakan tinggi pada kelebihan atau supernumerary kromosom seks bisa
diakibatkan oleh kelainan pada kromosom X, berkaitan dengan gen SHOX
tersebut. Kelainan struktur kromosom Y, akibat delesi yang terjadi, berkaitan
dengan kondisi azoospermia, infertilitas, dan perawakan pendek. Kondisi yang
berkaitandengan kromosom seks sering berpengaruh terhadap determinasi seks,
apakahseseorang memiliki karakteristik seks pria maupun wanita, perkembangan
seksual, dan fertilitas. Pada kelainan kromosom seks, adanya perubahan
kromosom X atau Y dapat menghasilkan kelainan fisik dan kognitif yang

27

bervariasi. Melakukan pemeriksaan fisik merupakan salah satu bagian dari upaya
melakukan diagnosis secara menyeluruh. Dengan melakukan pemeriksaan fisik
dapat membantu menemukan kondisi dismorfik akibat penyimpangan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Melakukan diagnosis pada
sindrom kelainan kongenital bisa jadi merupakan hal yang sulit namun penting
untuk memberikan keterangan yang tepat berkaitan dengan manajemen, prognosis
dan resiko perulangan.
Kromosom Seks
Kromosom X dan Y telah diketahui sebagai kromosom seks karena perannya yang
sangat penting dalam penentuan jenis kelamin. Penentuan jenis kelamin, yang
tergantung pada komplemen kromosom seks pada embrio, didahului dengan
tahapan molekuler yang mengarahkan pertumbuhan sel benih, migrasinya ke rigi
urogenital, dan pembentukan testis, dengan keberadaan kromosom Y (46,XY)
atau ovarium dengan ketiadaan kromosom Y dan keberadaan kromosom X
(46,XX).

28

Gambar 1. Peta genetik pada kromosom Y. Gen spesifik pada kromosom Y


pada sebelah kiri, sedangkan gen yang homolog dengan kromosom X pada
sebelah kanan.
Kromosom Y
Kromosom Y lebih kecil dari pada kromosom X dan membawa sedikit gen yang
memiliki peran fungsional yang penting. Kromosom Y terdiri dari kurang lebih 58
juta pasang basa dan merupakan 2 % dari total DNA dalam sel. Kromosom Y
diperkirakan terdiri dari antara 70 hingga 200 gen. Kromosom Y terdiri dari
beberapa regio yang berbeda. Meliputi regio pseudoautosomal pada bagian distal
lengan panjang dan pendek, PAR1 and PAR2. Regio heterokromatik pada lengan
panjang dan regio di antara PAR1 dan PAR2, yang disebut dengan MSY (Male
Spesific Region). Regio ini mengandung beberapa gen yang diekspresikan pada
banyak organ dan beberapa yang hanya diekspresikan pada testis. Gen SRY yang
merupakan penentu jenis kelamin laki-kaki, berlokasi pada lengan pendek dari

29

kromosom Y regio MSY. Gen ini memegang peranan kunci dalam perkembangan
testis.14 Gen lain pada lengan panjang kromosom Y diketahui penting dalam
mengatur spermatogenesis yaitu gen-gen AZF (Azoospermia Factor) antara lain
DAZ, RBMY, USP9Y dan HSFY1. Keberadaan kromosom Y yang utuh
menjadikan jenis kelamin laki-laki, berapapun jumlah kromosom X yang ada.
Ketiadaan kromosom Y menghasilkan perkembangan wanita. Pada beberapa
kelainan mutasi pada gen SRY ditemukan pada disgenesis gonad murni di mana
memunculkan fenotip wanita namun dengan kariotip 46,XY. Pada orang yang
mengalami kelainan tersebut terdapat streak gonad bilateral dengan struktur
duktus Mulleri yang masih dipertahankan, tuba fallopi serta uterus.5 Pada
kelainan dengan translokasi gen SRY pada kromosom X selama meiosis paternal
menjelaskan perkembangan testis pada 90% laki-laki dengan kariotip XX.
Kelainan pada gen-gen azoospermia factor (AZF) dapat mengakibatkan
infertilitas pada pria. Keberadaan kromosom Y pada pasien dengan sindrom
Turner merupakan faktor risiko perkembangan gonadoblastoma. Hal ini diduga
karena adanya lokus yang rentan terhadap gonadoblastoma (GBY).

30

Gambar 2. Struktur gen pada kromosom X, terlihat beberapa gen yang menjadi
landmark, XIST (Xinactive-specific transcript), FMR1 dan regio PAR1 yang
mengandung gen SHOX.
Kromosom X
Kromosom X terdiri dari 155 juta pasang basa dan merupakan 5% dari total DNA
dalam genom manusia. Pria memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y
sedangkan wanita memiliki dua kromosom X. pada awal perkembangkan embrio
pada wanita, salah satu dari kromosom secara acak dan menetap diinaktivasi
dalam sel somatik. Fenomena ini disebut inaktivasi kromosom X atau lionisasi.
Proses inaktivasi kromosom X terjadi secara acak pada sel tubuh dan diatur oleh
gen XIST (X-inactive-specific transcript) yang berada di pusat inaktivasi X (XIC)
pada pita Xq13. Suatu kelainan dapat terjadi pada proses inaktivasi tersebut, yaitu
skewed X-inactivation, di mana proses yang seharusnya terjadi acak, menjadi
tidak acak namun nyaris seragam hanya pada salah satu kromosom X untuk
hampir semua sel tubuh.

Gen SHOX berlokasi pada lengan p kromosom X pada posisi 22.33 dan pada
lengan p kromosom Y pada posisi 11.3.

31

Proses ini mengakibatkan terjadinya peningkatan risiko terjadinya kanker pada


wanita. Mirip dengan kromosom Y, pada kromosom X terdapat regio
pseudoautosomal yang mengandung gen-gen yang lolos dari inaktivasi X. Salah
satu gen yang terletak pada regio pseudoautosomal tepatnya pada PAR 1 adalah
gen SHOX. SHOX merupakan gen yang terdapat pada kromosom X
dan kromosom Y. SHOX berperan dalam ekspresi protein yang mengatur aktivitas
gen lain, menghasilkan protein yang dikenal sebagai faktor transkripsi. SHOX
berperan selama perkembangan embrio untuk mengontrol pembentukan struktur
tubuh. Secara spesifik protein SHOX peranannya penting dalam perkembangan
tulang, terutama dalam pertumbuhan dan maturasi tulang lengan dan tungkai.
Penemuan gen ini memberikan pandangan baru mengenai kondisi perawakan
pendek dan kondisi skeletal pada sindrom Turner maupun perawakan tinggi pada
kelebihan jumlah atau supernumerary kromosom seks. Ada sejumlah gen pada
kromosom X yang mempengaruhi intelejensi. Pada mutasi yang terjadi pada
kromosom X yaitu pada gen MRX berkaitan dengan retardasi mental terpaut
kromosom X. Gen FMR1 pada lengan panjang kromosom X, berperan dalam
memberikan instruksi dalam produksi protein yang disebut fragile X mental
retardation 1, atau FMRP. Protein ini bermanfaat dalam perkembangan dan
plastisitas sinaps sel syaraf yang penting dalam proses belajar serta memori.
Kelainan yang terjadi seperti pada sindrom Fragile X menimbulkan gangguan
perkembangan meliputi kesulitan belajar dan gangguan kognitif. Kelainan lain
yang berhubungan dengan FMR1 adalah kegagalan ovarium dini (premature
ovarian failure) berupa amenorrhea yang berkaitan dengan pengingkatan kadar
serum gonadotropin sebelum usia 40 tahun. Gen lain yang berkaitan dengan
kondisi kegagalan ovarium dini antara lain gen POF pada Xq21.1-q21.2 dan
DIAPH2 pada Xq21.33.

32

Patofisiologi Kelainan Kromosom


Kelainan kromosom yang banyak ditemui dalam klinik berasal dari kelainan
selama pembentukan sel benih, terutama saat meiosis selama gametogenesis.
Selain itu dapat juga terjadi poszigotik, pembelahan mitosis selama masa embrio
yang dapat menghasilkan kondisi mosaikism. Meiosis bertujuan untuk mereduksi
jumlah kromosom pada sel punca gonad dari kondisi diploid (2n=46) menjadi
haploid pada gamet (n=23). Meiosis terdiri dari dua tahap, yaitu meiosis I dan II,
meiosis I secara umum terdiri dari tiga tahap, sinapsis, pindah silang (crossing
over), dan pemisahan (disjunction).
Kondisi patologis pada kromosom dapat muncul pada proses disjunction, yaitu
pada kondisi nondisjunction dan malsegregasi. Disjunction merupakan segregasi
normal pada kromosom homolog atau kromatid ke arah kutub pada saat
pembelahan meiosis dan mitosis. Nondisjunction merupakan kegagalan proses
tersebut, dan dua kromosom atau kromatid akan kearah hanya salah satu kutub.
Nondisjunction terjadi secara spontan; proses molekuler yang mendasarinya
secara tepat belum banyak diketahui. Nondisjunction lebih sering terjadi pada fase
33

meiosis I. Nondisjunction pada meiosis menghasilkan gamet dengan 22 atau 24


kromosom, di mana seteleah fertilisasi dengan gamet normal akan menghasilkan
zigot trisomi atau monosomi. Nondisjunction merupakan penyebab aneuploidi
yang paling sering. Penyebab lain dari kondisi aneuplodi adalah anaphase lag.
Anaphase lag merupakan kegagalan kromosom atau kromatid untuk bergabung
menjadi satu dalam nucleus sel anakan mengikuti pembelahan sel, sebagai hasil
dari keterlambatan perpindahan (lagging) selama anafase. Kromosmom yang
tidak masuk dalam nucleus sel anakan akan hilang. Kelainan kromosom dapat
terjadi pada tahap poszigotik, berupa kelainan nondisjunction pada pembelahan
mitosis sel pada embrio yang dapat menghasilkan kondisi mosaikisme.
Mosaikisme dapat diartikan sebagai adanya dua atau lebih garis keturunan pada
satu individu atau dalam jaringan yang berbeda dalam konstitusi kromosom
namun berasal dari satu zigot yaitu berasal dari asal genetik yang sama. Mutasi
poszigotik menghasilkan mosaic dengan dua (atau lebih) cell line yang berbeda
secara genetik. Mosaiksme berasal dari nondisjunction yang terjadi pada awal
pembelahan mitosis embrional dengan keberadaan lebih dari satu garis keturunan.
Mosaikisme dapat terjadi pada jaringan sel somatik maupun sel benih. Kelainan
yang berkaitan dengan struktur kromosom bisa disebabkan oleh kerusakan DNA
(oleh karena radiasi, bahan kimia) atau akibat dari mekanisme rekombinasi. Pada
fase G2 pada siklus sel, kromosom terdiri dari dua kromatid. Kerusakan pada
tahap ini bermanifestasi sebagai kerusakan kromatid, mengenai salah satu dari dua
kromatid. Kerusakan pada fase G1 bila tidak diperbaiki sebelum fase S, muncul
sebagai kerusakan kromosom, mengenai kedua kromatid. Namun sel memiliki
mekanisme enzim yang berfungsi mengenali dan memperbaiki kerusakan
kromosom. Perbaikan dapat berupa penggabungan pada ujung kedua bagian
kromosom atau menutupi ujung yang rusak dengan telomere. Mekanisme
checkpoint siklus sel normalnya mencegah sel dengan kerusakan kromosom yang
tidak dapat diperbaiki memasuki tahap mitosis, bila kerusakan tidak dapat
diperbaiki terdapat mekanisme apoptosis. Kromosom yang dihasilkan tanpa
memiliki sentromer (asentris) atau dua sentromer (disentris) tidak akan
mengalami segregasi yang stabil dalam mitosis, dan akan hilang. Kromosom

34

dengan sentromer tunggal dapat stabil melalui putaran mitosis, bahkan bila
strukturnya abnormal. Kelainan struktur terjadi ketika kerusakan tidak dapat
diperbaiki secara benar atau rekombinasi antara kromosom yang nonhomolog.
Rekombinasi meiosis antara kromosom yang salah berpasangan merupakan
penyebab utama translokasi, terutama dalam spermatogenesis. Delesi, duplikasi,
dan translokasi dapat terjadi pada tahap crossing over.
Kelainan Jumlah Kromosom Seks
1. Sindrom Turner
Sindrom Turner pertama kali dijelaskan sebagai suatu kondisi yang diakibatkan
hilangnya salah satu kromosom X fungsional manghasilkan kariotip 45,X.Hal
tersebut terjadi pada 50% kejadian pada kelainan sindrom Turner, varian yang lain
dari sindrom Turner yaitu mosaikisme dengan kariotip 45,X/46,XX pada 20%
kejadian, isokromosom 46,X,i(Xq) dari 15 % kejadian, romosom cincin 46, X,
r(X) pada 5% kejadian serta delesi 46,X,del(Xp) pada 5% kejadian. Varian lain
yaitu mosaiksme 45,X dengan tambahan cell line yang memiliki kromosom Y
yang mengalami kelainan struktur, di mana yang paling banyak ditemukan adalah
isodisentrik kromosom Y yang muncul sebagai bagian dari kariotip mosaik
dengan cell line 45,X. Insidensi sindrom Turner berkisar antara 1 dari 2500 hingga
1 dari 3000. Kelainan fenotip cukup bervariasi tetapi biasanya ringan. Pada bayi,
kondisi yang dapat dideteksi adalah limfedema pada tangan dan kaki. Gambaran
yang seringkali ditemukan adalah perawakan pendek dan infertilitas, telinga yang
prominen dan letak rendah, palatum sempit, mandibula yang kecil, neck webbing,
dada lebar, cubitus valgus,koarktasio aorta, kelainan ginjal dan masalah
penglihatan juga dapat terjadi. Intelejensi biasanya dalam batasan normal, tapi
sedikit wanita memiliki masalah dalam belajar dan tingkah laku. Hubungan
dengan tiroiditis autoimun, hipertensi, obesitas dan NIDDM juga telah dilaporkan.

35

2. Sindrom Klinefelter
Kariotipe XXY pada sindrom Klinefelter terjadi dengan insidensi 1 dari 600
kelahiran hidup bayi laki-laki.4,8 Kariotipe XXY pada sindrom Klinefelter
diakibatkan oleh nondisjunction dan tambahan kromosom X didapatkan dari ayah
atau ibu. Tidak ada peningkatan risiko keguguran yang berhubungan dengan
kariotip ini. Banyak kasus pada sindrom ini yang tidak terdiagnosis. Pada saat
lahir, bayi dengan XXY lebih kecil dalam hal berat dan panjang badan serta
lingkar kepala. Namun selama kanak-kanak terjadi peningkatan kecepatan
pertumbuhan tinggi badan. Gambaran utama dari sindrom ini adalah
hipogonadisme. Pubertas biasanya terjadi namun ukuran testis menurun sejak
pertengahan pubertas dan terjadi hipogonadisme. Laki-laki yang memiliki kariotip
tersebut biasanya infertil. Pertumbuhan rambut pada muka tidak terjadi dengan
baik. Perawakan tinggi dan ginekomastia biasanya terjadi. Risiko terjadinya
kanker payudara meningkat dibandingkan dengan laki-laki dengan kariotip XY.
Intelejensi umumnya dalam batas normal, tetapi 10 15 poin lebih rendah
daripada saudara kandungnya. Kesulitan belajar dan gangguan tingkah laku
umumnya berhubungan dengan tekanan lingkungan. Rasa malu, imaturitas dan
frustasi cenderung membaik dengan terapi pengganti hormon testosteron.
3. Sindrom Tripel X Kariotipe XXX pada sindrom Tripel X terjadi dengan
insidensi 1 dari

36

1000 wanita dan sering ditemukan secara kebetulan.4 Sindrom Tripel X


diakibatkan adanya kromosom tambahan akibat kesalahan gagal pemisahan
(nondisjunction) pada meiosis I maternal, menghasilkan fenotip wanita. Selain
memiliki perawakan yang lebih tinggi dari ratarata, wanita yang terkena sindrom
ini memiliki fisik yang normal. Kesulitan belajar cenderung lebih sering
ditemukan pada kelainan ini dibandingkan dengan kelainan kromosom seks yang
lain. Perlambatan ringan terhadap perkembangan motorik dan bahasa cukup
sering terjadi dan gangguan bahasa baik reseptif maupun ekspresif terjadi hingga
saat dewasa. Rata-rata IQ 20 poin lebih rendah dari pada saudaranya. Gangguan
psikologis ringan umumnya terjadi. Terkadang gangguan menstruasi juga
dilaporkan, namun umumnya wanita dengan sindrom Tripel X fertil dan memiliki
keturunan yang normal. Menopause dini akibat kegagalan ovarium dini dapat
terjadi.
4. Sindrom 47,XYY
Insidensi kondisi ini berkisar 1 dari 1000 kelahiran bayi laki-laki. Sindrom XYY
terjadi karena nondisjunction pada tahap meiosis II paternal. Angka keguguran
akibat sindrom ini dilaporkan sangat rendah. Mayoritas laki-laki dengan kariotip
ini tidak memiliki bukti kelainan
klinis dan tidak terdiagnosis. Ukuran saat lahir tidak berbeda dengan bayi normal
kaitannya dengan berat badan, panjang, dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada
anak-anak umumnya terjadi percepatan, terjadi perawakan tinggi, tapi tidak ada
manifestasi klinis yang lain selain ada laporan adanya kejadian jerawat yang
umumnya berat. Intelejensi umumnya normal tetapi 10 poin lebih rendah
dibandingkan saudaranya, gangguan belajar dapat terjadi. Gangguan tingkah laku
meliputi hiperaktifitas, distracbility, dan impulsif. Sindrom ini kurang
berhubungan dengan tingah laku agresif seperti yang banyak dipikirkan
sebelumnya meskipun terjadi peningkatan risiko kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan, namun ditemukan bahwa angka kriminalitas pada
penderita sindrom ini 4 kali lipat lebih tinggi.

37

Sumber:
KARAKTERISTIK

DISMORFOLOGI

PADA

PASIEN

DENGAN

KELAINAN KROMOSOM SEKS


(YUSUF

SYAEFUL

NAWAWI,

FK

UNIVERSITAS

DIPONEGORO

SEMARANG 2009)

GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK


1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf
pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi
tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

38

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling


berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1).

Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan


disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2).

Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3).

Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
4).

Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi


peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5).

Perkembangan mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:

39

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah


kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
6).

Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2. Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
3. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau.
1).

Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang


melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

40

2).

Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit, menulis, dan sebagainya.
3).

Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,


berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4).

Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai


bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
4. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang
anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka
periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
1. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
o

Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2

minggu.
o

Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.

Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ
dalam tubuh.
o

Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir

kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:

41

Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester

ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan


pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah
terbentuk serta mulai berfungsi.

Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini

pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.


Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid)
dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester pertama
kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok
dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola
asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil,
dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan
gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat,
maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:
o

Menjaga kesehatannya dengan baik.

Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.

Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.

Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.

Memberi stimulasi dini terhadap janin.

o Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan


keluarganya.
o

Menghindari stres baik fisik maupun psikis.

o Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi kehamilannya.


2. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :

42

Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode:

Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.

Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat adalah:

Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana

kesehatan yang memadai.

Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan

terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk


melahirkan.

Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat

menenangkan perasaan ibu.

Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh

rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkannya.

Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap

diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.


o

Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit
pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua
yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat
ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan
pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal,
mendapat pola asuh yang sesuai.

43

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin,
sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)
serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan
serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan
syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja
otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk
pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun
apabila tidak dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
4. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan
proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

44

Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah
mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai
berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu
anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain,
taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan
untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang
bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota
atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang
kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim
reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga
anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada
masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami
kelainan atau gangguan.
5. Beberapa Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan.
1. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau
kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan
gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel
45

motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai


pertumbuhannya.
3. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih
lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya
dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat,
yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan
yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ
< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.

46

7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
Sumber:
dr Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM
Bab 2 Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
Departemen Kesehatan RI - Tahun 2006
Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2
bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi
menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal.
Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim),
miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium
(lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam
siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang
terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan ipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin

47

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikelfolikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya
hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih
dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat
estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan
hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH
dan

H) yang baikakan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang

mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium.


Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus
luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu
hormone gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan
maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,
perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

48

Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus Ovarium:
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel
telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus
dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur).
Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan
variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu ratarata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,
LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari
fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah
akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase
folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat
dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level
hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.

49

Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari
folikular ke luteal
6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda
bahwa sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup
korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya
Fisiologi pubertas pada wanita
Pubertas pada wanita
Pubertas adalah tahapan maturasi fisik di mana individu menjadi mampu secara
fisiologis untuk reproduksi. Perubahan yang terjadi selama pubertas dipengaruhi
oleh faktor neurohormonal yang memodulasi pertumbuhan somatis dan
pembentukan organ seksual. Semua mekanisme yang terjadi selama pubertas
merupakan hasil dari aktivasi sumbu (jalur) hipotalamus-hipofisis-gonad. Aktivasi
sumbu

ini

bertanggung

jawab

terhadap

perubahan-perubahan

biologis,

morfologis, dan psikologis selama pubertas.


Tanner membagi tahapan yang terjadi selama pubertas. Tahapan ini dibagi
menjadi dari T1 sampai T5, di mana T1 identik dengan perkembangan masa anakanak dan T5 identik dengan maturitas penuh.
Pada wanita, pubertas diawali dengan munculnya karakter seks sekunder pada
usia sekitar 10,5 tahun. Terkadang pubertas bisa muncul lebih awal dan bisa juga
lebih cepat. Pubertas dikatakan prekoks (prematur) apabila tanda-tanda seks
sekunder muncul pertama kali sebelum usia 8 tahun dan dikatakan terlambat jika
muncul pada saat menginjak usia lebih dari 13 tahun.

50

Perkembangan karakter seks sekunder pada wanita meliputi pembesaran ovarium,


uterus, vagina, labia, payudara, serta tumbuhnya rambut pubis dan aksila. Di
antara semuanya, yang pertama kali muncul adalah pembesaran payudara
(telarche) dan diikuti tumbuhnya rambut pubis-aksila 6 bulan setelahnya.
Sedangkan uterus mencapai ukuran sesuai T4 menurut Tanner (hampir matur)
ketika menstruasi pertama kali (menarche). Beberapa hal penting lain yang terjadi
selama pubertas wanita antara lain adanya pacu tumbuh adolesen (suatu
percepatan pertumbuhan tinggi badan) dan munculnya jerawat (acne vulgaris)
pada usia sekitar 11-14,5 tahun. Menarche sendiri muncul antara usia 12,5-13
tahun. Pada pubertas prekoks, menarche terjadi pada usia 10 tahun sedangkan
pada pubertas terlambat menarche baru muncul hingga usia 15 tahun. Siklus
ovulasi pada wanita terjadi sekitar 9-10 bulan setelah menarche.
Pubertas dapat dikatakan telah lengkap dalam 3-4 tahun setelah onset pertama,
dan pertumbuhan somatik (tinggi badan) masih bisa berlangsung 2 tahun
setelahnya (jadi kira-kira 5-6 tahun setelah onset pertama pubertas).
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam tanda-tanda seks sekunder pada
wanita antara lain (1) telarche, yaitu pembesaran payudara, (2) pubarche, yaitu
tumbuhnya rambut pubis, (3) menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali
terjadi, dan (4) adrenarche, yaitu tumbuhnya rambut aksila sebagai akibat
peningkatan androgen dari adrenal.
Inisiasi pubertas pada wanita
Sistem reproduksi wanita belum aktif sampai usia pubertas. Hal ini disebabkan
adanya penekanan (supresi) aktifitas GnRH hipotalamus pada fase prepubertas
(anak-anak). Penekanan terhadap aktifitas GnRH ini menghilang (diinhibisi)
ketika memasuki usia pubertas. Mekanisme apa yang mengatur sehingga
penekanan tersebut diinhibisi masih belum dipahami sepenuhnya.
Perubahan fisik yang terjadi selama pubertas pada wanita

51

Untuk mempermudah pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi selama


pubertas pada wanita, Tanner menggolongkannya menjadi beberapa tahapan yang
ditandai dengan dari T1 (Tanner 1) sampai T5.
Tanner

Perkiraan

(T)

usia

Telarche

Pubarche

Kecepatan

Lain-lain

pertumbuhan
tinggi

badan/tahun
puting Tidak ada rambut, 5-6 cm

10 tahun atau Elevasi


kurang

susu, areola masih atau ada rambut


sejajar

dengan namun bentuknya

permukaan dada seperti vilus


10-11,5 tahun Tunas
payudara Rambut
jarang, 7-8 cm

klitoris,

membesar

pigmentasi

berpigmentasi

11,5-13 tahun Payudara melebar Menjadi


areola
13-15 tahun Putting
berada

di

bukit areola
5

15 tahun atau Integrasi


lebih

Pembesaran

bisa teraba, areola sedikit

melebihi
4

Adrenarche

susu

lebih 8 cm

labia
Acne vulgaris,

batas kasar, gelap, dan

rambut aksila

keriting
susu Tipe

Menarche

dewasa, <7cm

atas namun
penyebarannya
sebatas pubis
puting Tipe dewasa dan Mencapai tinggi Organ
penyebarannya
hingga

ke

maksimal pada dewasa

paha usia 16 tahun

sebelah dalam
Pengaruh hormonal
Perubahan yang terjadi selama pubertas, baik pemunculan karakter seks primer
maupun sekunder, semuanya diregulasi neurohormon. Ada banyak hormon yang

52

genital

mengatur hal tersebut, dan cara kerjanya saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya.
Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan saat pubertas pada
wanita yaitu (1) Gonadotopin-releasing hormone (GnRH) yang dihasilkan oleh
hipotalamus, (2) Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone
(LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, dan (3)
Estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium sebagai respons atas FSH
dan LH.
1. Gonadotopin-releasing hormone (GnRH)
GnRH adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang
menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior. Di hipotalamus sendiri
pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata. Neuron pada nukleus arkuata
memiliki kemampuan untuk memproduksi dan melepas gelombang GnRH ke
hipofisis.
2. Gonadotopin
Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-stimulating hormone (FSH) dan
Luteinizing hormone (LH). Baik FSH dan LH disekresikan oleh kelenjar hipofisis
anterior pada usia antara 9-12 tahun. Efek dari sekresi hormon tersebut adalah
siklus menstruasi yang terjadi pada usia sekitar 11-15 tahun. Periode ini dikatakan
pubertas sedangkan siklus menstruasi pertama disebut menarche.
FSH dan LH bekerja menstimulasi ovarium dengan berikatan pada reseptor FSH
dan reseptor LH. Reseptor yang teraktivasi akan meningkatkan laju sekresi sel,
pertumbuhan, dan proliferasi sel. Aktivitas ini diperantarai oleh cAMP.

Follicle-stimulating hormone (FSH)

53

FSH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein, diproduksi di sel


gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh hormon aktivin dan dihambat oleh hormon
inhibin. FSH berfungsi dalam pertumbuhan, perkembangan, maturasi saat
pubertas, dan reproduksi.
Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal, menstimulasi
pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa dan mencegah atresia folikel.
Pada akhir fase folikular kerja FSH dihambat oleh inhibin dan pada akhir fase
luteal aktivitas FSH kembali meningkat untuk mempersiapkan siklus ovulasi
berikutnya, demikian seterusnya.
Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol (estrogen) yang dihasilkan oleh folikel
matang sehingga menyebabkan folikel tersebut dapat mengalami ovulasi
sedangkan folikel lainnya mengalami atresia.

Luteinizing hormone (LH)

LH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein heterodimer,


diproduksi di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya tidak dipengaruhi oleh
aktivitas aktivin, inhibin, dan hormon seks.
Pada saat FSH menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, maka
pengeluaran estrogen akan memicu munculnya reseptor untuk LH. LH akan
berikatan pada reseptornya tersebut dan estrogen akan mengirim umpan balik
positif untuk mengeluarkan lebih banyak lagi LH. Dengan semakin banyaknya
LH, maka akan memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus
mengarahkan pembentukan korpus luteum. Korpus luteum yang terbentuk akan
menghasilkan progesteron yang berguna pada saat implantasi.
3. Estrogen dan progestin
Estrogen

54

Pada wanita yang sedang tidak hamil, estrogen diproduksi di ovarium dan korteks
adrenal, sedangkan pada wanita hamil estrogen juga diproduksi di plasenta. Ada
tiga macam estrogen yang terdapat dalam jumlah signifikan: -estradiol, estrone,
dan estriol. -estradiol banyak diproduksi di ovarium sedangkan estrone lebih
banyak diproduksi di korteks adrenal dan sel-sel teka. Adapun estriol adalah
turunan -estradiol dan estrone yang sudah dikonversi di hati. Karena -estradiol
memiliki potensi estrogenik 12 kali lebih kuat dibanding estrone dan 80 kali lebih
kuat dari estriol, maka -estradiol dikatakan sebagai estrogen mayor.
Efek dari estrogen adalah menstimulasi proliferasi seluler dan pertumbuhan organ
seks dan jaringan lainnya terkait reproduksi. Berikut adalah efek estrogen secara
spesifik:

Uterus dan organ seks eksternal

Pada masa pubertas, estrogen diproduksi sekitar 20 kali lipat lebih banyak
dibanding masa prepubertas. Peningkatan kadar hormon ini, bersamaan dengan
penimbunan

lemak,

menyebabkan

perubahan-perubahan

spesifik

yaitu

pembesaran ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina.


Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid menjadi epitel bertingkat
yang lebih resisten terhadap trauma dan infeksi.

Tuba fallopi

Estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan mukosa tuba fallopi.


Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah dan aktivitas sel-sel silia, yang
penting dalam pergerakan ovum yang telah difertilisasi.

Payudara

55

Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stromal pada kelenjar payudara,


pertumbuhan sistem duktus, serta deposisi lemak. Lobulus-lobulus dan alveoli
berkembang menjadi lebih luas.

Sistem rangka

Estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga mengurangi penyerapan


osteosit dan meningkatkan pertumbuhan tulang. Estrogen juga menyebabkan
penyatuan epifisis pada tulang-tulang panjang. Diketahui bahwa efek estrogen
pada wanita lebih kuat dibandingkan efek testosteron pada pria, namun
penghentiannya yang cepat menyebabkan wanita cenderung lebih pendek
dibanding pria.

Deposisi protein

Estrogen menyebabkan peningkatan protein total tubuh, hal ini dibuktikan oleh
keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah pemberian estrogen. Namun jika
dibandingkan dengan testosteron, efek deposisi protein yang ditimbulkan oleh
testosteron lebih kuat dibandingkan estrogen.

Metabolisme tubuh dan deposisi lemak

Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih lemah jika


dibandingkan dengan efek yang sama oleh testosteron pria. Selain itu estrogen
juga meningkatkan jumlah lemak subkutan dan mendeposisinya pada daerahdaerah tertentu seperti payudara, bokong, dan paha sehingga memunculkan
gambaran melekuk wanita yang khas.

Distribusi rambut

Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian rambut. Adapun


tumbuhnya rambut di daerah pubis dan aksila merupakan peran dari androgen
adrenal.

56

Kulit

Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang lembut dan halus
namun lebih tebal jika dibandingkan dengan kulit anak-anak. Selain itu estrogen
juga menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular. Hal ini sering diasosiasikan
dengan peningkatan suhu pada kulit dan perdarahan yang lebih banyak jika terjadi
sayatan pada kulit wanita dibandingkan dengan kulit pria.

Kesetimbangan elektrolit

Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-tubulus ginjal.


Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang sedang tidak hamil,
progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada paruh terakhir siklus ovarium.
Fungsi progesteron berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:

Uterus

Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan perubahan sekretorik pada


endometrium uterin selama paruh akhir siklus seksual sehingga mempersiapkan
uterus untuk implantasi ovum. Selain itu progesteron juga mengurangi frekuensi
dan intensitas kontraksi uterine, sehingga dengan demikian mengurangi risiko
terjadinya peluruhan ovum yang telah diimplantasi.

Tuba fallopi

Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada pada tuba fallopi.
Sekresi ini diperlukan untuk nutrisi ovum yang telah difertilisasi sebelum
mengalami implantasi.

Kelenjar payudara

57

Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada payudara,


menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi sekretorik.
Namun progesteron tidak berperan dalam sekresi ASI.
Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar payudara karena peningkatan
cairan di jaringan subkutan.
4. Hormon lain
Selain dari hormon yang sudah disebutkan di atas, terdapat hormon lain yang juga
berperan dalam pubertas. Namun tidak seperti hormon di atas, hormon lain ini
kurang/tidak mempengaruhi perkembangan seks primer dan hanya mempengaruhi
perkembangan karakter seks sekunder.

Prolaktin

Pada perkembangan kelenjar payudara di masa pubertas, hormon estrogen


menstimulasi

perkembangan

duktus

sedangkan

progesteron

merangsang

pembentukan lobulus-alveolus. Keduanya tidak ada hubungannya dengan


pengeluaran air susu. Maka untuk pengeluaran air susu distimulasi oleh hormon
ketiga, prolaktin.
Prolaktin merupakan hormon yang disekresikan oleh hipofisis anterior. Fungsi
dari prolaktin adalah menstimulasi ekskresi air susu. Selama paruh pertama
kehamilan, kelenjar payudara sebenarnya telah siap untuk memproduksi air susu,
namun dihambat oleh estrogen dan progesteron kehamilan. Setelah kehamilan
selesai, barulah kelenjar payudara bisa memproduksi air susu.

Steroid adrenal

Steroid adrenal dihasilkan di korteks adrenal. Ada tiga hormon steroid adrenal,
yaitu (1) mineralkortikoid, terutama aldoseteron, untuk kesetimbangan mineral,
(2) glukokortikoid, terutama kortisol, untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan

58

protein, serta (3) hormon seks yang identik dengan yang dihasilkan oleh gonad
(ovarium pada wanita).
Pada wanita, hormon seks yang dihasilkan oleh korteks adrenal ialah estrogen.
Namun jumlahnya jauh lebih sedikit daripada estrogen yang dihasilkan di ovarium
sehingga tidak terlalu bermakna. Selain itu, di korteks adrenal juga dihasilkan
androgen dehidroepiandrosteron (DHEA). Pada pria, DHEA ini tidak bermakna
karena dikalahkan oleh testosteron. Namun pada wanita (yang kurang memiliki
androgen), DHEA ini memiliki makna fisiologis yaitu pertumbuhan rambut pubis
dan aksila, pacu tumbuh pubertas serta perkembangan dan pemeliharaan dorongan
seks wanita.

Growth hormone (GH)

GH, selain berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, juga memiliki efek pada
pubertas. GH menstimulasi diferensiasi sel granulosa yang diinduksi oleh FSH,
meningkatkan level IGF-1 di ovarium dan meningkatkan respons ovarium
terhadap gonadotropin

Insulin-like growth factor-1 (IGF-1)

IGF-1 meningkatkan efek gonadotropin pada sel granulosa dan bekerja secara
sinergis dengan GH untuk maturasi ovarium postmenarche.

Insulin

Pada waktu pubertas terjadi lonjakan kadar insulin plasma. Diketahui insulin
memiliki korelasi positif kuat dengan IGF-1.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 1011-22.

59

2. Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2 nd ed. Jakarta: EGC;


2001. p. 633-732.
3. Vander et.al. Human physiology the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 681-3.
4. Ganong WF. Review of medical physiology. 20 th ed. USA: The McGrawHill Companies; 2001. p.505-6.
5. Makalah

Fakultas

Kedokteran

UNDIP.

KARAKTERISTIK

DISMORFOLOGI PADA PASIEN DENGAN KELAINAN KROMOSOM


SEKS. 2009
6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
7. http://www.news-medical.net/health/What-is-Turner-Syndrome%28Indonesian%29.aspx
8. http://emedicine.com
9. http://kidshealth.org/teen/diseases_conditions/genetic/turner.html
10. http://ghr.nlm.nih.gov/gene/SHOX

60

You might also like