Professional Documents
Culture Documents
2/JULI/2009
ABSTRACT
Background: Exposure to noise constitutes a health risk. There is sufficient scientific evidence that
aircraft noise exposure can induce various disorders, such as hearing impairment, hypertension and
ischemic heart disease, annoyance, sleep disturbance, and decreased school performance. This study
aimed to examine the effect of the general reaction score on cortisol circulating levels of women with
aircraft noise exposure in the area of Adi Sumarmo Airport of Boyolali.
Methods: This was an analytical cross sectional study, conducted at the Dibal and Gagak Sipat Village,
Ngemplak Sub district, Boyolali Central Java. The study was conducted from July 2008 to Juni 2009.
The sample of 39 people was selected at random, divided into 3 groups: Group 1 was exposed 92.29dB
noise level (13 people), Group 2 was exposed 71.79 dB noise level (13 people), and Group 3 was exposed
to 52.17 dB noise level (13 people). The data were analyzed by Pearson Correlation and Kruskal-Wallis
followed by Pair-wise test.
Results: Kruskal-Wallis test showed that there was a significant difference in cortisol circulating levels
statistically in the groups (p = 0.018). Pearson correlation showed a positive association between
general reaction score induced by aircraft noise exposure and circulating levels of cortisol (r = 0.47; p
= 0.02).
Conclusion: There is a significant effect of the general reaction score on cortisol circulating levels in
women with aircraft noise exposure in the adjacent area.
Keywords : aircraft noise, general reaction score, cortisol, Adi Sumarmo Airport
PENDAHULUAN
Pertambahan transportasi yang pesat, penggunaan
mesin-mesin baru yang lebih besar dan berkekuatan
serta proses industri yang lain, akan memberikan
dampak positif maupun negatif bagi masyarakat.
Salah satu dampak negatif dari aktivitas tersebut
adalah kebisingan. Penelitian yang dilakukan di
sekitar Bandara Heathrow London menunjukan
bahwa anak-anak di sekitar bandara merasakan sangat
terganggu akibat bising pesawat udara dan mereka
merespon bising tersebut sebagai stresor, dan ini
berdampak pada kognitif dan kondisi kesehatan
mereka (Haines et al., 2001).
172
173
: Konstanta regresi
N1
N2
N3
N = N1 + 3N2 + 10N3
dB(A) : nilai desibel rata-rata dari setiap puncak
kesibukan pesawat dalam satu hari
174
Uji Statistik
Uji Kruskal- Wallis dilanjutkan dengan Pair-wise test
untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan General Reaction Score dan kadar kortisol antara ketiga
kelompok. Hubungan General Reaction Score dengan
kadar kortisol ditunjukkan oleh koefisien korelasi
Pearson (Altman, 1999., Campbell dan Machin,
2003., Santosa, 2003).
HASIL-HASIL
Pengukuran taraf intensitas berdasarkan skala
WECPNL dilakukan bekerjasama dengan
Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret,
menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) merk
Extech Model 407735 buatan Jepang. Pengukuran
dilakukan sesuai dengan Buku Petunjuk Pengukuran
dan Perhitungan Kebisingan Bandar Udara dalam
WECPNL yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan
(Poetra et al., 2007). Hasil Pengukuran tidak berbeda
jauh dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh
Hartono (2006b) dan Hartono et al. (2007b), untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Mean dan SD taraf intensitas berdasarkan skala
WECPNL, General Reaction Score (GRS) dan kadar
kortisol darah masing-masing kelompok
Kelompok Kelompok Kelompok
I
II
III
Taraf i ntensitas (dB) 92.29
71.5
52.2
GRS
8.3 1.7a 4.8 2 .0b 3.2 1.2c
a
b
c
Kortisol (g/dl)
13 .3 3.1 12.2 3.5 10.2 2.4
Hasil pengukuran taraf intensitas untuk masingmasing area tersebut ditinjak lanjuti dengan pengukuran
skor ketergangguan umum (General Reaction Score)
terhadap 39 subjek. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa terdapat beda nyata antar kelompok pada uji
Kruskal-Wallis one way Anova dilanjutkan dengan
Multiple Comparisons test (a = 0,05) yang ditunjukkan
oleh nilai p = 0,000. Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelompok subjek yang berada di area
I dengan taraf intensitas 92,29 dB tingkat ketergangguan
umum yang dialami lebih tinggi dibanding subjek yang
berada di area II dengan taraf intensitas 71,49 dB
maupun dibanding subjek yang berada di area III
dengan taraf intensitas 52,17 dB.
175
13
12
11
10
9
1
GROUP
176
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. dr. KRT. Adi Heru Husodo,
MSc, D.comm.Nutr., DLSHTM., PKK dari bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, Prof. dr.
Marsetyawan HNES, MSc. PhD dari bagian
Histologi Fakultas Kedokteran UGM, dan
Drs.Suharyana, MSc PhD dari Fakultas MIPA UNS
atas kesempatan, bimbingan dan arahan selama
penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ader R. (2000). On the Development of
psychoneuroimmunology. European Journal of
Pharmacology. 405, pp 167-176.
Altman DG. (1999). Practical statistic for medical
research. London. Chapman & Hall, 325-361
Asnar E. (2005). Modulasi imunitas sebagai respons
terhadap renjatan listrik. Suatu pendekatan
psikoneuroimunologi. Disertasi. Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya.
Campbell MJ. dan Machin D. (2003). Medical
Statistics, a Commonsense Approach. 3th edition,
Canada. John Wiley & Sons Inc., 150-177.
Cheng Zheng K. dan Arizumi M., 2007. Modulation
of immune functions and oxidative status
induced by noise stress. J Occup Health. 49,
32-38.
Dephub (2000). Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara No: SKEP/109/VI/2000
tanggal 6 Juni 2000 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Kebisingan
Bandar Udara.
Dhanalakshmi S, Srikumar R, Manikandan S,
Parthasarathy NJ, Devi RS. (2006). Antioxidant
property of tripala on cold stress induced on
oxidative stress in experimental stress. J Health
Science. 52. 843-847
Edi ST. (1998). Valuasi ekonomi tingkat bising
operasi pesawat udara di kawasan perumahan di
sekitar Bandara Sukarno Hatta, Tesis.
178