You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
1.1.1. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)
Di era yang kompetitif ini, perusahaan atau organisasi dituntut agar
lebih kompetitif lagi agar bisa survive di pasar. Salah satu faktor yang
berperan penting untuk mengungguli pesaing-pesaing lain ialah
dengan cara menerapkan manajemen rantai pasok atau biasa disebut
Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien. Penerapan
Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien akan
membuat perusahaan secara tidak langsung menekan cost nya, serta
meningkatkan produktivitas atau outputnya.
Supply Chain Management mencakup semua kegiatan yang
terintegrasi untuk membawa produk ke pasar dan menciptakan
kepuasan pelanggan. Kegiatan dalam Supply Chain Management
antara lain adalah operasi dalam manufaktur, pembelian, transportasi,
dan distribusi fisik yang saling terintegrasi dalam sebuah proses.
Proses ini menghubungkan semua mitra dalam sebuah rantai. Selain
departemen dalam organisasi, mitra ini meliputi vendor, operator,
perusahaan ketiga, dan sistem penyedia informasi. Dalam organisasi,
rantai pasokan mengacu pada berbagai bidang fungsional, meliputi
inbound dan outbound transportasi, pergudangan, pengadaan barang,
dan penyediaan barang. Peramalan, perencanaan produksi dan
penjadwalan, pemrosesan order, dan layanan pelanggan semua adalah
bagian dari proses ini juga. Yang penting juga adalah mewujudkan
sistem informasi yang sangat diperlukan untuk memerantai semua
kegiatan ini. Setiap usaha bisnis selalu membutuhkan pihak lain agar
usahanya dapat berjalan dengan baik. Kemitraan dengan pihak lain
umumnya terjadi dalam hal penyediaan bahan baku atau pasokan
material atau barang untuk diolah atau dijual kepada konsumen akhir.
Manajemen Rantai Pasok atau yang dikenal dengan istilah Supply
Chain Management (SCM) sangat penting dalam kaitannya dengan
kemudahan pelanggan. Pelanggan memperlukan produk atau barang
1

tersebut secara cepat. Oleh karena itu, penting untuk mengolah rantai
pasokan agar pelanggan tidak kesulitan dan selalu memperoleh
barang.
1.1.2. Konsep Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Rumah Sakit
Kebutuhan akan bentuk layanan publik yang bermutu, berkualitas
makin meningkat. Kepedulian, kesadaran masyarakat akan kesehatan
makin dirasakan penting artinya, disamping kebutuhan masyarakat
akan makan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan akan
layanan kesehatan bersinergi terhadap sarana kesehatan yang ada,
masyarakat makin kritis terhadap layanan mutu yang diterimanya.
Pemerintahpun menangapi kebutuhan masyarakat tersebut dengan
menempatkan prioritas kesehatan sebagai program pokok nasional
yang kedua setelah bidang pendidikan. Pemerintah juga melindungi
masyarakat terhadap bentuk layanan publik yang diterimanya dengan
membentuk, mengesahkan undang-undang perlindungan konsumen
dan perlindungan hak asasi.
Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas
yang dihasilkannya, terlebih organisasi yang bergerak dibidang jasa,
pelayanan maupun gabungan jasa-barang, seperti halnya organisasi
Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang utama
masyarakat untuk upaya kesehatn, maka sudah sewajarnya jika suatu
Rumah Sakit tiada hentinya selalu berbrnah diri meningkatkan,
memperbaiki mutu, kualitas bentuk layanannya. Instansi-instansi yang
ada di rumah sakit dan profesiprofesi kesehatan yang ada di Rumah
Sakit hendaknya selalu ditingkatkan, dioptimalkan fungsi dan
perannya untuk pencapaian mutu layanan yang optimal, terukur bagi
masyarakat.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupan bagian dari organisasi
Rumah Sakit, Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk
mendukung output layananya. Kesadaran, profesionalisme masingmasing profesi kesehatan, terutama apoteker di Rumah Sakit
sanggatlah diperlukan untuk mencapai hasil keluaran yang optimal
tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit hendaknya juga dapat
merubah paradigma yang melekat padanya selama ini. IFRS selama
2

ini hanya terjebak di pelayanan stock, harus segera berbenah diri ke


bentuk pelayanan pasien dan bangsal dengan tanpa mengurangi
perannya sebelumnya. Pemerintah mendukung paradigma farmasis ini
dengan menetapkan KepMenKes Standar Pelayanan Rumah Sakit dan
KepMenKes Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan
utama di rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari sistem pelayanan di rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien. Di banyak Rumah Sakit pelayanan farmasi atau di
Instalasi Faramasi Rumah Sakit menyumbangkan profit di urutan ke-3
bahkan ada yang menduduki urutan ke-2 bagi managerial Rumah
Sakit. Salah satu bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang
galak dikembangkan oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit
adalah Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pada
dasarnya Pelayanan Informasi Obat merupankan salah satu bagian,
cabang dari Pelayanan Farmasi Klinis. Pelayanan informasi obat dan
pelayanan

farmasi

klinis

menanggapi

keprihatinan

terhadap

masyarakat akan mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan


pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin meningkatnya
biaya perawatan pasien dikarenakan makin meningkatnya biaya obat
dan makin tingginya harapan masyarakat, ledakan medis serta ilmiah.
Pelayan farmasi klinis merupan kerja tim, apoteker dengan profesi
kesehatan lain untuk memecahkan kasus perawatan pasien untuk
menghasilkan outcome, hasil yang maksimal untuk pasien. Pelayanan
Farmasi

Klinis

memerlukan

pengetahuan

terapi

tinggi

bagi

apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat ke


pasien, pelayanan informasi obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih
ditekankan dipelayanan rawat inap rumah sakit dan berorientasi lebih
ke pasien dari pada produk. Berbagai manfaat dapat dihasilkan dari
pelayan informasi obat dan praktek Pelayanan Farmasi Klinis tersebut,
baik untuk rumah sakit, farmasis, maupun masyarakat. Pelayanan
Farmasi Klinis untuk memulainya juga tidaklah ringan, diperlukan
komitmen yang cukup tinggi dari berbagai profesi yang ada terlebih

apoteker, disampint tantangan lainnya yang cukup beragam dari


masyarakat dan managerial rumah sakit. Disamping itu faktor-faktor
keberhasilan pelayanan faramsi klinis lainnya, seperti komite farmasi
klinis, software, sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit juga
perlu disiapkan baik kualitas dan kuantitasnya. Metode evaluasi
bagaimana yang akan diterapkan bagi komite farmasi klinis,
managerial Rumah Sakit juga perlu ditetapkan.
Suatu mutu layanan yang optimal, terukur niscaya tidak akan
tercapai, terwujud jika kesadaran masing-masing profesi kesehatan
untuk mengembangkan diri, profesional yang ada terlalu minim. Suatu
tujuan bersama mustahil tercapai jika masing-masing profesi
kesehatan yang ada hanya berdiri sendiri-sendiri, minim kesadarannya
untuk bekerjasama. Suatu tujuan tidak akan terwujut tanpa dimulai,
dirintis dari proses yang sedini mungkin.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan

1.2.

yang akan dibahas yaitu:


1. Apa definisi umum dari supply chain management?
2. Bagaimana kinerja yang diterapkan pada sistem Supply Chain
3.
4.
5.
6.

Management?
Apa saja aktivitas pada sistem Supply Chain Management?
Apa manfaat dari Supply Chain Management?
Apa saja standar pelayanan kefarmasian di apotek?
Bagaimana pelayanan kefarmasian di rumah sakit?

1.3.

Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini bertujuan untuk:
1. Menegetahui secara umum tentang supply chain management yang dapat
diterapkan dalam industri kefarmasian dsb.
2. Menjadikan pedoman praktek calon apoteker dalam menjalankan profesi.
3. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional.
4. Melindungi profesi dalam menjalankan praktek kefarmasian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pemasok)


Manajemen

rantai

pasokan

(supply-chain

management)

adalah

pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan


menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah rantai pemasok yang
memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Kunci
bagi manajemen rantai pasokan yang efektif adalah menjadikan para pemasok
sebagai mitra dalam strategi perusahaan untuk memenui pasar yang selalu
berubah.
Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai
ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain
meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah
menjadi barang jadi. Manajemen rantai pasok merupakan integrasi aktivitasaktivitas yang berawal dari pengadaan barang dan jasa, mengubah bahan baku

menjadi barang dalam proses dan barang jadi, serta mengantarkan barangbarang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Dalam
definisi tersebut, secara umum pemahaman rantai pasok akan mengandung
makna terjadinya aliran material dari awal sampai ke konsumen dengan
memperhatikan faktor ketepatan waktu, biaya, dan jumlah produknya.
Dalam definisi operasional pengertian rantai pasok terdapat tiga aspek
yang perlu diperhatikan yaitu berikut ini.
1. Manajemen Rantai Pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer,
distributor, retailer, dan customer.
2. Manajemen Rantai Pasok mempunyai dampak terhadap pengendalian
biaya.
3. Manajemen

Rantai

Pasok

mempunyai

peranan

penting

dalam

meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan.


Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, pertama-tama
yang harus diketahui adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai
seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama sampai yang terakhir.
Misalnya, rantai pasok dari pabrik kertas adalah dimulai dari hutan kayu
sebagai penghasil bahan baku, bahan penolong, peralatan, dan pemasok lain
yang terlibat. Di samping itu, perlu juga diketahui berbagai sifat pergerakan
rantai pasok untuk berbagai persediaan. Maksud dari persediaan adalah
beberapa jenis barang yang disimpan di gudang yang mempunyai sifat
pergerakan yang agak berbeda satu sama lain sehingga panjang-pendeknya
rantai pasok juga berbeda tergantung dari metode pemenuhan bahan baku
maupun metode inventory yang dipilih oleh pelaku bisnisnya. Terdapat
beberapa jenis persediaan, yaitu sebagai berikut.
1.

Bahan baku (raw materials).

2.

Barang setengah jadi (work in process product).

3.

Barang komoditas (commodity).

4.

Barang proyek.
Keberhasilan manajemen rantai pasok memerlukan:

1. Dukungan sumber daya manusia, kepemimpinan dan komitmen untuk


berubah;
2. Memahami sejauh mana perubahan yang diperlukan;
3. Menyetujui visi dan proses inti manajemen rantai pasok;
4. Komitmen pada perlunya sumber daya dan kekuasaan atau wewenang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses-proses bisnis inti manajemen rantai pasok meliputi berikut ini:
1. Customer Relationship Management (CRM).
2. Customer Service Management (CSM).
3. Demand Management.
4. Customer Demand Fulfillment.
5. Manufacturing Flow Management.
6. Procurement.
7. Pengembangan Produk dan Komersialisasi.
8. Retur.
2.2.

Kinerja Supply Chain Management


Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, yang harus diketahui
pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai seluruh
mata rantai yang ada. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam
pengelolaan rantai pasok adalah sebagai berikut.

1. Sasaran Lingkup Pasar (Market Coverage Objectives).


2. Perilaku Pembelian Pelanggan (Customer Buying Behavior).
3. Tipe Distribusi.
Distribusi intensif.
Distribusi selektif.
Distribusi eksklusif.
Perancangan aliran rantai pasok akan semakin kompleks saat pelaku
masing-masing tahap rantai pasok mempunyai pelaku tambahan, misalnya
distributor mempunyai sub distributor untuk daerah tertentu. Dengan
demikian, pola pikir perancangan aliran rantai pasok juga harus
mempertimbangkan kompleksitasnya, terutama dalam melakukan kontrol
secara efektif sehingga akan didapatkan suatu alir produk yang dapat

dimonitor dengan baik dari pengadaan bahan baku sampai pada penyerahan
produk ke pelanggan. Untuk itulah, terkait dengan karakteristik produk
terdapat sembilan karakteristik produk yang seharusnya dianalisis oleh
perancang:
1. Nilai Produk (The Products Value).
2. Dasar-dasar Teknis Produk (The Techicality of the product).
3. Tingkat Dukungan Pasar (The Degree of Market Acceptance).
4. Tingkat Kemampuan Substitusi (The Degree of Substitutability).
5. Bulk Produk (The Products Bulk).
6. Kemampuan jangka panjang produk (The Products Perishability).
7. Tingkat Konsentrasi pasar (The Degree of Market Concentration).
8. Musiman (Seasonality).
9. Batas Kedalaman dan Kelebaran Lini Produk (The Width and Depth of
The Product Line).
Kinerja manajemen rantai pasok adalah semua aktivitas pemenuhan
permintaan konsumen yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil akhirnya
adalah angka atau persentase dari aktivitas pemenuhan permintaan pelanggan
oleh perusahaan. Tujuan dari pengukuran kinerja adalah:
1. Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery) secara fisik (barang
mengalir dengan lancar dan persediaan tidak terlalu tinggi).
2. Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi di
antara tiap-tiap channel).
3. Cash flow yang baik pada setiap channel dalam rantai pasok.
Aliran material dalam rantai pasok juga sering kali dikaitkan dengan
berbagai macam pengukuran keuangan perusahaan. Namun, pengukuran
persediaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu nilai agregat rata-rata
persediaan, minggu pasokan, dan perputaran persediaan. Nilai agregat ratarata persediaan adalah nilai total seluruh item yang tersimpan dalam
persediaan. Minggu pasokan adalah penilaian persediaan yang diperoleh
dengan cara membagi rata-rata nilai agregat persediaan berdasarkan
penjualan per minggu berdasar biaya. Perputaran persediaan adalah

penghitungan persediaan yang diperoleh dengan membagi penjualan tahunan


(berdasar biaya) dengan nilai agregat rata-rata persediaan selama satu tahun.
2.3.

Aktivitas Supply Chain Management


Tingkat strategis:
Optimalisasi jaringan strategis, meliputi jumlah, lokasi, dan ukuran

gudang, pusat distribusi dan fasilitas.


Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan,
membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan
operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang

ketiga.
Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru bisa

diintregasikan secara optimal ke rantai suplai, manajemen muatan.


Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli.
Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan
strategi pasokan/suplai.

Tingkat taktis:

Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya

Pengambilan keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan


kualitas dari inventori

Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan,


dan definisi proses perencanaan.

Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan

Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan


kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan

Tingkat operasional :

Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai


suplai

Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas di rantai suplai (menit ke


menit)

Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi


permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua
pemasok

Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan


prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok

Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang


diterima

Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi


(finished goods)

Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi


ke pelanggan

Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan


rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas, pusat distribusi, dan
pelanggan lain

2.4. Manfaat Supply Chain Management


a. Kepuasaan pelanggan
Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas
proses produksi setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Untuk
menjadikan konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas
dengan pelayanan yang disampaikan oleh perusahaan.
b. Meningkatkan profit
Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan
berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan terbuang percuma
karena diminati konsumen.
c. Menurunkan cost
Pengintegrasian aliran produk dari perusahaan kepada konsumen akhir
2.5.

berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur distribusi.


Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam
membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendirisendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

10

atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan
praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai
pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi
masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi
dalam menjalankan praktik kefarmasian. Perkembangan apotek ini sangat
ditentukan oleh pengelolaan sumber daya dan pelayanan di apotek tersebut.
Oleh sebab itu, standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam
menjalankan suatu apotek. Jika suatu apotek tidak menggunakan standar
pelayanan farmasi dalam menjalankan apotek maka tidak akan tercapai
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Karena pelayanan farmasi
adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker
dalam

pekerjaan

kefarmasian

untuk

meningkatkan

kualitas

hidup

pasien/masyarakat.
2.5.1. Standar Pelayanan Farmasi di Apotek
1 Pelayanan Obat Resep Dokter
Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA. Apoteker tidak
diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan
obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis
dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk
pemilihan obat yang lebih terjangkau.
Pelayanan resep didahului proses skrining resep yang meliputi
pemeriksaan

kelengkapan

resep,

keabsahan

dan

tinjauan

kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan
nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/ pada
bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya,
kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito)
yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau
paraf dokter.
Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi
pemberian, adanya medikasi rangkap, interaksi obat, karakteristik
penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien menjadi
2

kontra indikasi dengan obat yang diberikan.


Pelayanan Obat Non Resep

11

Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien


yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan
swamedikasi. Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang
dapat digunakan tanpa resep yang meliputi :
obat wajib apotek (OWA)
obat bebas terbatas dan
obat bebas
Obat wajib apotek terdiri dari Kelas terapi oral kontrasepsi, obat
saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat
yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat
3

kulit topikal .
Komunikasi-Informasi-Edukasi
Berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain, termasuk kepada
dokter. Termasuk memberi informasi tentang obat baru atau tentang
produk obat yang sudah ditarik. Hendaknya aktif mencari masukan
tentang keluhan pasien terhadap obat-obat yang dikonsumsi.
(Apoteker mencatat reaksi atau keluhan pasien untuk dilaporkan ke
dokter, dengan cara demikian ikut berpartisipasi dalam pelaporan
efek samping obat). Kriteria pasien yang memerlukan pelayanan
konseling diantaranyapenderita penyakit kronis seperti asma,
diabetes, kardiovaskular, pasien lanjut usia, anak-anak, penderita
yang sering mengalami reaksi alergi pada penggunaan obat dan
penderita yang tidak patuh dalam meminum obat.
Konseling hendaknya dilakukan di ruangan tersendiri yang dapat
terhindar dari macam interupsi. Pelayanan konseling dapat
dipermudah dengan menyediakan leaflet atau booklet yang isinya

meliputi patofisiologi penyakit dan mekanisme kerja obat.


Pengelolaan Obat
Dalam bidang pengelolaan obat meliputi kemampuan merancang,
membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan
efesien.

Penjabarannya

adalah

dengan

melakukan

seleksi,

perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan,


pengamanan persediaan, perancangan dan melakukan dispensing
serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada
pasien.

12

2.6.

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit


Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien penyediaan obat yang
bermutu,termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua
barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal Adanya bagan organisasi yang
menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta
hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
Adapun tujuan dan fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit menurut
keputusan menteri kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan pelayanan farmasi di rumah sakit,yaitu:


Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan

pasien maupun fasilitas yang tersedia.


Menyelenggarakan kegiatan pelayanan

prosedur kefarmasian dan etik profesi.


Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai

obat.
Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan

evaluasi pelayanan.
Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan

profesional

berdasarkan

evaliasi pelayanan.
Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode
b. Fungsi pelayanan farmasi di rumah sakit, yaitu :
Pengelolaan perbekalan farmasi:
- Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
-

sakit.
Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

13

Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.


Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.


Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

ketentuan yang berlaku.


Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.
Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
- Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
- Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
-

dan alat kesehatan.


Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.
Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
Melakukan pencampuran obat suntik.
Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
Melakukan penanganan obat kanker.
Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
Melaporkan setiap kegiatan.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

14

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Supply chain management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya.
2. Mengelola aliran barang dan jasa dalam rantai pasok, yang harus diketahui
pertama-tama adalah gambaran sesungguhnya dan lengkap mengenai
seluruh mata rantai yang ada.
3. Cakupan aktivitas Supply Chain Management antara lain kegiatan
merancang produk baru (product development), kegiatan mendapatkan
bahan baku (procurement), kegiatan merencanakan produksi dan
persediaan (planning and control), kegiatan melakukan produksi
(production), dan kegiatan melakukan pengiriman (distribution).
4. Manfaat Supply Chain Management antara lain Kepuasaan pelanggan,
Meningkatkan profit, Menurunkan cost.
5. Dengan adanya konsep Supply Chain Manajement ( SCM ).Para pelakupelaku bisnis lebih mudah untuk menciptakan produk-produk handal,
berkualitas dan cepat.
6. Penerapan konsep SCM dalam perusahaan akan memberikan manfaat
yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan,
menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan
laba, dan perusahaan semakin besar.
7. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek disusun bertujuan sebagai
pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi
masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi
dalam menjalankan praktik kefarmasian.
8. Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien
penyediaan obat yang bermutu,termasuk pelayanan fa rmasi klinik yang
3.2.

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.


Saran
Untuk para pembaca terutama kepada mahasiswa jurusan farmasi yang
kelak akan terjun ke dunia pekerjaan entah itu di industri ataupun klinis,
setidaknya ada pengetahuan tentang bagaimana mengelola rantai pasokan
pada industri dan bagaimana standar pelayanan di apotek ataupun di rumah
sakit.
15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993


tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.


Anonim, 2002, Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

16

Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara


Pemberian Izin Apotek, Jakarta.
Anonim. 2011. SCM. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai
(Diakses pada tanggal 15 Juni 2015 22:15)
Anonim.
Pelayanan
Kesehatan

di

Rumah

Sakit.

http://www.hukor.depkes.go.id (Diakses pada tanggal 14 Juni 2015 18:30)

17

You might also like