You are on page 1of 31

I.

EXECUTIVE SUMMARY

Awalnya AirAsia dimiliki oleh DRB-HICOM milik Pemerintah


Malaysia, namun maskapai ini memiliki beban yang berat dan
akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif Time Warner, Tony
Fernandes, pada 2 Desember 2001. Tony melakukan turn around
dan berhasil membukukan laba pada tahun 2002 dengan
berbagai rute baru dan harga promosi serendah 10 RM bersaing
dengan Malaysia Airlines.
AirAsia menciptakan value melalui visi dan misi sebagai
berikut :
Airasia Value
Visi
Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di
Asia dan melayani 3 juta orang yang sekarang
dilayani dengan konektivitas yang kurang baik dan
Misi

tarif yang mahal.


Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di
mana para karyawan dianggap sebagai anggota
keluarga besar.

Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara


global.

Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang


bisa terbang dengan AirAsia.

Mempertahankan
menggunakan

produk

teknologi

berkualitas
untuk

tinggi,

mengurangi

pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan.


AirAsia mengalami perkembangan yang sangat cepat. Dari
sebuah perusahaan yang punya hutang hampir Rp 100 milyar di
tahun

2001,

kemudian

melalui

Tony

Fernandes,

tiba-tiba

menjelma menjadi perusahaan LCC terkemuka di Asia dengan


keuntungan bersih sekitar Rp 567 milyar pada pertengahan
tahun 2007. AirAsia hanya bermain di kelas bawah dalam
kelompok yang disebut Low Cost Carrier.

Ciri

strategi

bersaing

AirAsia

dengan

fokus

pada

penerbangan murah, atau low cost carrier (LCC). Segmen yang


dilayani terutama mereka yang sensitif terhadap harga, bahkan
lapisan

masyarakat

yang

belum

pernah

menggunakan

transportasi udara.
Ada beberapa faktor penentu kesuksesan AirAsia, salah
satunya adalah model armada biaya rendah. Beberapa cara
maskapai ini menekan harga tiket adalah dengan meniadakan
makanan,

menggunakan

penerbangan

balik

ke

awak

kabin

pemberangkatan

yang

sama

sambil

untuk

membawa

penumpang baru, penjualan tiket online guna menghindari


counter dan stafnya. AirAsia membuat model tarif serendah
mungkin dan menciptakan nilai melalui penerapan kunci strategi
berikut :
Airasia Key Strategies
Safety First
Bekerja sama dengan penyedia perawatan
paling terkenal di dunia dan mematuhi
High Aircraft

standar operasi penerbangan dunia.


Waktu perputaran (turn around

Utilization

tercepat di region dengan hanya 25 menit,

time)

memastikan tarif terhemat dan produktivitas


Low Fare, No

yang tinggi.
Menyediakan pilihan layanan yang sesuai

Frills

dengan kebutuhan bagi para penumpang

Streamline

tanpa menurunkan kualitas dan layanan.


Memastikan bahwa setiap proses dilakukan

Operations
Lean

secara sesederhana dan efisien.


Menawarkan kanal distribusi yang luas dan

Distribution

inovatif

System
Point to Point

pembelian dan perjalanan.


Menerapkan jaringan point to point agar

Network

pengoperasian menjadi sederhana dengan

untuk

memudahkan

berbiaya yang rendah.

proses

II. SEJARAH BERDIRINYA AIRASIA


AirAsia adalah maskapai penerbangan berbiaya hemat dan
murah terkemuka di Asia asal Malaysia yang berkantor pusat di
Kuala Lumpur. Dalam kurun waktu 12 tahun, AirAsia telah
melayani 88 destinasi, menerbangkan lebih dari 220 juta
penumpang, yang berkembang dari 2 buah pesawat menjadi 150
buah pesawat. AirAsia menjadi maskapai penerbangan ASEAN
dengan basis operasi di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
dan India. Jaringan rute AirAsia tersebar di seluruh Asia Tenggara
juga Cina, India, dan Australia. AirAsia meraih gelar The Worlds
Best Low Cost Airline dari SkyTrax selama enam tahun berturutturut, yaitu tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014, serta
The Worlds Leading Low Cost Airline di ajang World Travel
Awards 2013. Maskapai ini pun dinobatkan sebagai maskapai
terbaik penerbangan bertarif rendah di dunia dan pelopor
perjalanan berbiaya rendah di Asia.
Pada awalnya maskapai penerbangan ini dimiliki oleh
Pemerintah Malaysia dibawah nama DRB-HICOM. Namun, karena
manajemen dan kegiatan operasional yang tidak efisien, maka
maskapai tersebut mengalami kerugian yang sangat besar,
sehingga

mengalami

kebangkrutan.

Keinginan

Pemerintah

Malaysia untuk menutup kegiatan operasional AirAsia, disambut


oleh seorang eksekutif ternama dari Perusahaan Time Warner,
yaitu Datuk Tony Fernandes. Ia menjadikannya sebagai sebuah
peluang

untuk

menghidupkan

dan

memperbaiki

kembali

manajemen AirAsia. Saham AirAsia tersebut kemudian ia beli dari


Pemerintah Malaysia pada 2 Desember 2001.

Sesuai namanya, saham maskapai ini tidak hanya dimiliki


oleh Malaysia saja, namun juga dimiliki oleh Singapura, Thailand,
dan Indonesia. Di Indonesia, maskapai penerbangan ini berafiliasi
dengan maskapai penerbangan AWAIR (Air Wagon International)
yaitu sebuah maskapai penerbangan yang berbiaya rendah, yang
kemudian berganti nama menjadi PT. Indonesia AirAsia.
Dengan mengusung tagline "Now Everyone Can Fly",
AirAsia melayani kota-kota utama di 11 negara Asia. Dengan
tagline tersebut, membuat brand AirAsia menjadi lebih mudah
diingat oleh konsumen. Selain itu, armada penerbangan ini juga
gencar membuat program promosi dengan harga yang relatif
rendah,

sehingga

banyak

konsumen

yang

menggunakan jasa armada penerbangan ini.


Tony Fernandes melakukan turn-around

tertarik
dan

untuk
berhasil

membukukan laba pada tahun 2002. Dengan berbagai rute baru


dan harga promosi seharga 10 RM, AirAsia kemudian menjadi
pesaing bagi Malaysia Airlines. Pada tahun 2003, AirAsia berhasil
mendirikan pangkalan kedua di Bandara Senai, Johor Bahru, yang
berada dekat dengan wilayah Singapore. AirAsia pun kemudian
melakukan penerbangan internasionalnya ke Thailand.
Sejak Januari 2004, AirAsia membuka Thai AirAsia dan
melakukan berbagai penambahan rute penerbangan seperti ke
Singapore dan Indonesia. Penerbangan ke Makau dimulai pada
Juni 2004. Dan pada Januari 2005 AirAsia membentuk Indonesia
AirAsia, sedangkan penerbangan ke Manila dan Xiamen dimulai
pada April 2005. Rute lain yang akan dibuka adalah ke Vietnam,
Kamboja, Filipina dan Laos. Pada November 2007, AirAsia
membentuk AirAsia X dengan harga tiket yang lebih murah dan
jarak penerbangan yang lebih jauh.
Bersama anak-anak perusahaan, AirAsia percaya pada
konsep bisnis tarif rendah atau yang sering disebut Low Cost
Carrier,

dan

merasa

bahwa

menjaga

biaya

rendah

membutuhkan efisiensi yang tinggi dalam setiap bagian dari

bisnis. Melalui filosofi perusahaan "Now Everyone Can Fly",


AirAsia telah memicu sebuah revolusi dalam perjalanan udara
dimana lebih banyak orang di seluruh wilayah memilih AirAsia
sebagai pilihan yang mereka sukai untuk transportasi.

III.

VISI, MISI DAN KODE ETIK

VISI :
Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan
melayani

juta

orang

yang

sekarang

dilayani

dengan

konektivitas yang kurang baik dan tarif yang mahal.

MISI :
Q Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para
karyawan dianggap sebagai anggota keluarga besar.
Q Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global.
Q Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang
dengan AirAsia.
Q Mempertahankan produk berkualitas tinggi, menggunakan
teknologi untuk mengurangi pembiayaan dan meningkatkan
kualitas layanan.

KODE ETIK :

Memastikan kita melakukan bisnis kita dengan adil, tidak


memihak, etis, dan dengan sepenuhnya memperhitungkan
keselamatan.

IV.

AFILIANSI AIRASIA

Pada akhir tahun 2006 , Fernandes meluncurkan rencana


lima tahun untuk lebih meningkatkan kehadiran AirAsia di Asia.
Berdasarkan program tersebut, AirAsia diusulkan memperkuat
dan meningkatkan jaringan rute dengan menghubungkan semua
tujuan yang ada di seluruh wilayah dan memperluas lebih lanjut
ke Vietnam, Indonesia, China Southern (Kunming, Xiamen,
Shenzhen) dan India. Dengan meningkatnya frekuensi dan
penambahan rute baru, AirAsia peningkatan volume penumpang
menjadi 13,9 juta pada tahun fiskal 2007. Pada tanggal 27
September 2008, perusahaan mengumumkan 106 rute baru
yang

akan

ditambahkan

ke

daftar

perjalanan

armada

penerbangan Air Asia.


AirAsia telah memulai sejak anak perusahaan Thailand dan
Singapura masuk ke dalam daftar tujuan, dan mulai melakukan
penerbangan ke Indonesia. Penerbangan ke Macau mulai pada
bulan Juni 2004, dan penerbangan ke daratan China (Xiamen )
dan Filipina ( Manila ) pada bulan April 2005. Penerbangan ke

Vietnam dan Kamboja diikuti kemudian pada tahun 2005 dan ke


Brunei dan Myanmar pada tahun 2006, yang terakhir dengan
Thai AirAsia.
Pada bulan Agustus 2006, AirAsia mengambil alih Malaysia
Airlines di rute Pedesaan Air Service di Sabah dan Sarawak, yang
beroperasi di bawah merek FlyAsianXpress. Namun, rute ini
kemudian dikembalikan ke MASwings setahun kemudian, karena
alasan komersial . Pada bulan Agustus 2011, AirAsia sepakat
untuk membentuk aliansi dengan Malaysia Airlines melalui swap
saham Aliansi.
Pada awal 2013, AirAsia mengalami peningkatan tajam
dalam

profitabilitas.

Perbandingan

dari

tahun

ke

tahun

menunjukkan peningkatan sebesar 168 % dalam keuntungan.


Untuk kuartal yang berakhir 31 Desember 2012, laba bersih
maskapai mencapai 350.650.000 RM (US $ 114.080.000).
Meskipun harga nahan nakar mengalami kenaikan rata-rata 1 %,
maskapai ini mencatat keuntungan 1,88 miliar RM untuk 2012
tahun fiskal penuh.
Pada Februari 2013, AirAsia mengajukan permohonan
kepada Badan Promosi Investasi Luar Negeri India, melalui
jaringan investasi, AirAsia Investment Limited, untuk meminta
persetujuan

untuk

memulai

operasinya

di

India.

AirAsia

memperoleh 49% saham maskapai penerbangan AirAsia di India,


yang

merupakan

batas

maksimum

yang

diizinkan

oleh

pemerintah India pada waktu itu. Awalnya, AirAsia berkomitmen


untuk berinvestasi hingga US $ 50 juta untuk maskapai baru.
Operasi akan dimulai di Chennai, memperluas jaringan di seluruh
India

Selatan,

di

mana

AirAsia

telah

mengoperasikan

penerbangan dari Malaysia dan Thailand .


Dan pada 1 Juli 2014, AirAsia mengumumkan akan bekerja
sama dengan Octave Japan Infrastructure Fund I GK (Octave),
Rakuten Inc. (Rakuten), Noevir Holdings Co.Ltd. (Noevir), dan

Alpen Co.Ltd. (Alpen) untuk kembali mendirikan AirAsia Jepang.


Saat

ini,

Tim

AirAsia

Jepang

sedang

berusaha

untuk

mendapatkan izin operasional yang dibutuhkan dari pihak


otoritas

terkait.

AirAsia

berencana

akan

memulai

layanan

penerbangan domestik serta internasional pada musim panas


tahun 2015 nanti.
Afiliasi AirAsia di Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan
India telah berhasil mendapatkan respon yang sangat bagus dari
pasar mereka masing-masing dan selalu berkomitmen untuk
membawa AirAsia ke pasar Low Cost Carrier (LCC).

V. ANALISIS AIRASIA
1. ANALISIS INTERNAL STRENGTHS & WEAKNESSES
a. Strengths (Kekuatan)
AirAsia memiliki program penerbangan dengan biaya
rendah, sehingga hal ini mampu menarik para penumpang
khususnya para pembisnis yang dominannya selalu mobile.
Dari program ini AirAsia juga mampu menarik perhatian
khalayak ramai, sehingga AirAsia memiliki kelebihan dalam
periklanan,

yaitu

periklanan

secara

gratis

oleh

para

konsumen, dimana hal tersebut mampu mendongkrak

eksistensi

penerbangan

ini.

AirAsia

dapat

menarik

perhatian media dengan penerbangan yang menggunakan


biaya rendah tersebut, dan hal ini juga mampu menarik
para pelanggan. Selain itu AirAsia juga telah memiliki
banyak rute, baik domestik maupun Internasional.
b. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan dari AirAsia adalah penerapan konsep Low Cost
Carreir (LCC) dengan sistem booking barat tidak bisa
diterima, sehingga bisnis AirAsia mengalami kelemahan.
Apalagi mendapatkan tekanan yang kuat dari perusahaan
nasional seperti di Indonesia ada Lion Air dan Sriwijaya Air.
Selain itu, pelayanan AirAsia yang mengharuskan para
pelanggan untuk berjalan jauh karena AirAsia tidak mau
menangung biaya fasilitas dan perlengkapan bandara,
seperti jembatan naik ke pesawat adalah salah satu hal
yang mampu mengurangi kesediaan pelanggan untuk
menggunakan jasa penerbangan AirAsia. Sebab, biasanya
para pelanggan tetap menginginkan pelayanan yang baik
walaupun membayar dengan harga yang rendah.
2. ANALISIS EKSTERNAL OPPORTUNITIES & THREATS
a. Opportunities (Peluang)
Pada kenyataannya, banyak orang dipenjuru dunia sering
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan
berbagai

alasan.

Hal

inilah

yang

mampu

membuat

transportasi penerbangan AirAsia memiliki peluang untuk


berkembang maju. Asia merupakan pasar besar, dimana
wilayah Asia terdiri atas benua-benua terbesar di dunia,
sehingga dalam mobilitasnya orang akan membutuhkan
transportasi yang memadai dan tidak memakan banyak
waktu. Selain itu, peluang dalam bisnis penerbangan

berbiaya murah (Low Cost Carries) sangat besar dan


terbuka, dimana segmen kelas ini tidak dibidik oleh Airline
yang sudah mapan seperti Singapore Air, Malaysia Air, dan
Garuda Indonesia (Flag Carrier).
b. Threats (Ancaman)
Dengan banyaknya maskapai penerbangan yang ingin
menyamai AirAsia, seperti Tiger Air, sehingga kemungkinan
besar ini akan menjadi ancaman bagi AirAsia. Selain itu,
harga bahan bakar yang terus melambung tinggi, serta
biaya

pajak

yang

tinggi

pada

bandara

internasional

membuat AirAsia harus pandai dalam hal mengatur


keuangan,

sebab

ini

merupakan

faktor

yang

akan

mempengaruhi tarif tiket perjalanan AirAsia.


3. Analisis SWOT
Dari analisis internal dan eksternal yang telah dilakukan
dapat

disimpulkan

bahwa

AirAsia

akan

tetap

mampu

mempertahankan kesuksesannya, mengingat strength yang


dimiliki oleh penerbangan tesebut. Selain itu, terkait dengan
kelemahan yang dimiliki oleh AirAsia selama ini, tidak
mengurangi minat para pelanggan untuk menaiki AirAsia.
Mengenai ancaman dari luar, seperti munculnya pesaing
baru, AirAsia yakin dikarenakan AirAsia telah datang lebih
awal dibandingkan dengan maskapai lainnya ini tentunya
berdampak baik bagi AirAsia, sebab dengan ini AirAsia akan
lebih mendapatkan tempat dihati para pelanggan. Dan harga
bahan bakar yang melambung tinggi pun mampu diatasi oleh
AirAsia, yaitu dengan melakukan handling. Hal ini lah yang
membuat AirAsia mampu menjaga biaya penerbangan yang
rendah.
4. Formulasi Strategi

10

AirAsia membuat model biaya hemat dan serendah mungkin


melalui implementasi dari berbagai strategi kunci sebagai
berikut :
AirAsia Key Strategies
Safety First
Bekerja sama dengan penyedia perawatan
paling terkenal di dunia dan mematuhi
High Aircraft

standar operasi penerbangan dunia.


Waktu perputaran (turn around

Utilization

tercepat di region dengan hanya 25 menit,

time)

memastikan tarif terhemat dan produktivitas


Low Fare,

yang tinggi.
Menyediakan pilihan layanan yang sesuai

No Frills

dengan kebutuhan bagi para penumpang

Streamline

tanpa menurunkan kualitas dan layanan.


Memastikan bahwa setiap proses dilakukan

Operations
Lean

secara sesederhana dan efisien.


Menawarkan kanal distribusi yang luas dan

Distribution

inovatif

System
Point to Point

pembelian dan perjalanan.


Menerapkan jaringan point to point agar

Network

pengoperasian menjadi sederhana dengan

untuk

memudahkan

proses

berbiaya yang rendah.


Kunci dalam menyajikan tarif rendah adalah konsisten
menjaga biaya tetap rendah. Untuk mencapai biaya rendah
dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan
mempertahankan kesederhanaan. Oleh karena itu setiap
proses

sistem

harus

menggabungkan

industri terbaik.

11

praktek-praktek

VI.

FENOMENA LOW COST CARRIER

Istilah Penerbangan low cost atau sering disebut LCC


(low cost carrier) juga sering disebut sebagai Budget Airlines, no
frills flight atau juga Discounter Carrier. LCC merupakan model
penerbangan yang unik dengan strategi penurunan operating
cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai
melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya.
Kalau airlines pada umumnya melakukan penambahan
layanan

yang

catering,

memiliki

penyediaan

entertainment,

in

value

added

newspaper

flight

shop,

dengan

atau

penambahan

magazine,

lounge,

free

in

flight

taxy

after

landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya.


Berlawanan dengan hal itu, LCC melakukan eleminasi layanan
maskapai

tradisional

yaitu

dengan

pengurangan

catering,

minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga


layanan terlihat lebih sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang
minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun faktor
safety tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang
sampai ke tujuan.
LCC

adalah

redifinisi

bisnis

penerbangan

yang

menyediakan harga tiket yang terjangkau serta layanan terbang


yang minimalis. Intinya produk yang ditawarkan senantiasa
berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi operasional
cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih
luas.
Awal mula LCC ini dirintis oleh Maskapai Southwest yang
didirikan Rollin King, Lamar Muse dan Herber Kelleher pada 1967.
Fenomena
penerbangan

Southwest
yang

menjadi

sangat

fenomena

menarik

12

dibahas

kajian
di

bisnis

universitas

Harvard dan diberbagai sekolah bisnis diseluruh belahan dunia.


Efisiensi yang dilakukan mencakup mulai dari harga (murah),
teknologi,

struktur

biaya,

rute

hingga

berbagai

peralatan

operasional yang digunakan.


Keberhasilan

Southwest

kemudian

banyak

ditiru

oleh

maskapai lainnya seperti Vanguard, America West, Kiwi Air,


Ryanair yang berdiri tahun 1990, Easyjet yang berdiri tahun
1995, Shuttle (anak Perusahaan United Airlines), MetroJet (anak
perusahaan USAir) dan Delta Express (anak perusahaan Delta),
Continental Lite (anak perusahaan Continental Airlines). Langkah
Low cost carrier kemudian juga ditiru di Asia dengan munculnya
AirAsia di tahun 2000 yang bermarkas di Malaysia, Virgin Blue di
Australia, sedangkan di Indonesia kemudian berdiri Lion Air, dan
Wings Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air.
Umumnya, ciri-ciri maskapai yang menerapkan LCC antara
lain :
1.

Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada


penerbangan kelas premium atau bisnis.

2.

Kapasitas penumpangnya lebih banyak dari pada kapasitas


pesawat

dengan

layanan

tradisional

sehingga

terlihat

penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan


revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah.
3.

Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk


memudahkan training dan me-minimize biaya maintenance
dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya pesawatnya
baru/umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi
fuel (avtur).

4.

Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana


pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari
tarif diskon hingga mencapai 90%.

13

5.

Tidak memberikan layanan catering, di pesawat umumnya


hanya disuguhkan air mineral.

6.

Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa


penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia
yang pertama memilih kursi yang dia tempati.

7.

Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk


menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada
saat jam-jam sibuk.

8.

Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke


point untuk menghindari miss conection di tempat transit dan
dampak delay dari akibat delay flight sebelumnya.

9.

Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat


dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang
tinggi.

10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales),


biasanya via call center dan internet untuk me-minize cost
channel distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan
tidak

menggunakan

Channel

Distribusi

GDS

(Global

Distribution System) seperti Abacus,Galileo, dll.


11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup
secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak
tiket.
12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besarbesar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena
menerapkan strategi direct sales.
13. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya,
seringkali
services

pilot
saat

dan

pramugari

ground

juga

handling.

sebagai

Disamping

cleaning
itu

LCC

menerapkan outsourching dan karyawan kontrak terhadap


SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat
di bandara.

14

VII.

AIRASIA LOW COST CARRIER

AirAsia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di


industri penerbangan yang telah menerapkan strategi penerapan
harga

murah

(low

cost

carier/LCC)

dibandingkan

dengan

kompetitornya. Strategi ini dipilih karena sesuai dengan target


market yang dipilih oleh AirAsia yaitu konsumen penerbangan
yang sangat aware terhadap harga dan hanya membutuhkan
maanfat utama dari produk dan pelayanan industri penerbangan
yaitu transportasi. Masuknya AirAsia ke segmen market ini
didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyaknya penduduk
Asia khususnya Asia Tenggara yang membutuhkan transpotasi
yamg cepat melalui udara baik antar negara maupun antar
daerah tetapi terkendala oleh besarnya biaya penerbangan yang
saat itu ada. Potensi segmen ini bertambah besar seiring dengan
terjadinya switching konsumen penerbangan premium/biasa
yang menginginkan harga yang lebih rendah. Swtiching ini
banyak

dipengaruhi

oleh

turunnya

daya

beli

konsumen

penerbangan secara keseluruhan sebagai akibat krisis yang


melanda Asia.

15

Maskapai penerbangan bertarif rendah seperti AirAsia telah


mengubah definisi penerbangan yang perjalanan udara mewah
dan hanya dapat dinikmati oleh sebagian segmen pasar. Tujuan
utama

dari

low

cost

carrier

adalah

untuk

meningkatkan

jangkauan layanan mereka dan menyediakan layanan ke segmen


pasar yang lebih besar.

Model Bisnis
AirAsia menganut prinsip Low Cost Carrier (LCC), dengan
komponen-komponen utamanya sebagai berikut :
Q Pemanfaatan pesawat terbang yang tinggi
Pesawat harus terbang sesering mungkin, penerbangan
pertama tinggal landas sepagi mungkin secara komersial dan
penerbangan terakhir secara khusus terbang pada tengah
malam. Perjalanan pulang pergi yang cepat sangat penting
untuk memastikan waktu yang dihabiskan di darat sesedikit
mungkin sebuah maskapai penerbangan menghasilkan
uang saat pesawatnya terbang, bukan saat pesawatnya
terparkir. Masa perputaran pesawat AirAsia adalah 25 menit
jika bandingkan dengan FSC yang masa perputarannya 1 jam.
Rata-rata, pemanfaatan AirAsia per pesawat adalah 12 jam
blok per hari, sedangkan sebuah pesawat FSC mungkin
dimanfaatkan sekitar 8 jam blok per hari.

Q Tidak ada hiasan tambahan


Pokok bisnis untuk sebuah LCC adalah membawa seseorang
dari poin A ke poin B. Semua hal lainnya dianggap sebagai
barang mewah atau "frill" (hiasan tambahan), yang dapat

16

diperoleh

dengan

menghindari

mengeluarkan

hiasan

tambahan,

sedikit
AirAsia

biaya.

Untuk

memberlakukan

sejumlah ketetapan yaitu :


Tidak ada makanan dan minuman gratis.
Para penumpang dipersilakan untuk membeli makanan
dan minuman pada harga yang terjangkau dari awak
kabin.
Tempat duduk bebas.
Tidak

ada

tempat

duduk

yang

ditetapkan.

Para

penumpang menerima boarding pass yang umum dan


mereka

nantinya

harus

menempati

tempat

duduk

manapun yang tersedia.


Maskapai penerbangan tanpa tiket.
Meminimalkan kerumitan di pihak pelanggan, yang tidak
lagi perlu khawatir untuk direpotkan dengan kewajiban
memegang tiket sebelum bepergian, dan memberi efek
biaya

rendah

bagi

maskapai

(dalam

hal

kertas,

pencetakan, pendistribusian).
Tidak ada pengembalian uang tiket.
Maskapai penerbangan membuang banyak uang saat
calon

penumpang

keberangkatan

tiba

tidak

muncul

karena

hingga

adanya

saat

kebijakan

pengembalian uang tiket dan penjadwalan ulang. Terlepas


dari si calon penumpang muncul atau tidak, biaya
penerbangan yang dikeluarkan maskapai adalah sama.
LCC tidak memberi keringanan bagi calon penumpang
yang tidak muncul dan tidak menawarkan pengembalian
uang tiket untuk penerbangan yang terlewatkan.
Tidak ada program loyalitas.
AirAsia yakin para pelanggan mereka akan setia pada tarif
AirAsia yang rendah, jadi tak perlu mengadakan program

17

frequent flyer atau program bagi pelanggan yang paling


sering terbang bersama AirAsia.
Q Beroperasi dengan efektif
Membuat proses sesederhana adalah kunci keberhasilan LCC.
Pesawat terbang berjenis tunggal.
Para pilot, pramugari/pramugara, mekanik dan personil
pelaksana mengkhususkan diri untuk satu jenis pesawat
terbang, dengan demikian maka tidak dibutuhkan adanya
pelatihan ulang yang memakan biaya bagi para staf, untuk
menjaga ketersediaan suku cadang untuk jenis pesawat
terbang yang berbeda, maupun untuk pengetahuan dan
keterampilan mengoperasikan dan memelihara beragam
jenis pesawat terbang dengan karakteristik masing-masing,
atau untuk kebutuhan pekerjaan baru.
Tempat duduk berkelas tunggal.
Hanya ada satu jenis kelas tempat duduk, yaitu kelas satu,
dan para penumpang bebas duduk di tempat duduk yang
mereka pilih. Jika penumpang ingin memiliki hak istimewa
untuk memilih sendiri tempat duduk, maka mereka dapat
membeli Xpress boarding.
Prosedur Operasi Standar (SOP).
SOP

penting

untuk

memastikan

kesamaan

tingkat

kompetensi di antara semua staff. Dengan cara ini AirAsia


dapat

memastikan

kesamaan

layanan

di

seluruh

perusahaan.
Q Fasilitas Dasar
Bandara-bandara sekunder.
Maskapai berbiaya rendah biasanya terbang dari dan ke
bandara yang tidak termasuk bandara tersibuk, misalnya,
bandara Stanstead London, yang tidak sesibuk bandara

18

Heathrow London. Ini yang biasa disebut bandara sekunder.


Beroperasi dari bandara sekunder lebih murah daripada di
bandara utama yang lebih besar dan bandara sekunder
tidak begitu padat dan "masa perputaran" pesawat terbang
jauh lebih singkat. Misalnya, untuk meminimalkan biaya
AirAsia terbang menuju Clark Airbase yang berjarak 70 km
dari Manila demi menghindari terbang menuju bandara
utama Ninoy Aquino Manila.

Tidak disediakannya Lounge Bisnis.


Q Jaringan poin ke poin
LCC

menghindari

sistem

hub-and-spoke

dan merangkul

jaringan poin ke poin yang sederhana. Hampir seluruh


penerbangan

AirAsia

berjarak

tempuh

pendek

(3

jam

penerbangan atau kurang). Tidak ada pengaturan yang


dilakukan dengan perusahaan penerbangan lain dalam hal
penerbangan

penghubung,

kemungkinan

pemindahan

penerbangan, atau pelabelan bagasi dan memindahkannya


dari satu penerbangan ke penerbangan lain.
Q Sistem distribusi andalan
Biaya distribusi adalah sesuatu yang paling sering diabaikan
oleh

FSC.

Seringkali,

FSC

mengandalkan

agen-agen

perjalanan dan dari kantor penjualan mereka yang mewah.


Lebih jauh lagi, FSC selalu memperbesar anggaran dengan
menyulitkan

saluran-saluran

distribusi

mereka

dengan

menyatukan sistem-sistem mereka dengan Sistem Distribusi


Global yang beragam.
LCC

akan

menjaga

agar

saluran

distribusi

menjadi

sesederhana mungkin dan akan meliputi seluruh spektrum


profil

para

klien.

Misalnya,

19

AirAsia

dapat

melayani

penumpang Eropa yang paling modern melalui penjualan


lewat internet dan kartu kredit. Dan pada saat yang sama,
AirAsia telah menciptakan sistem untuk menjual tiket ke
lokasi-lokasi yang sangat jauh dan tak tersentuh teknologi
seperti di Myanmar.

Penjualan Internet.
Bagian terbesar penjualan (65%) dilakukan melalui situs
web

maskapai

AirAsia,

dimana

tarif

dibayar

dengan

menggunakan kartu kredit. Cara ini merupakan saluran


distribusi yang paling efektif dari segi biaya.
Kantor Penjualan AirAsia hanya memiliki sedikit kantor
penjualan.
AirAsia hanya mendirikan sebuah call centre jika mereka
yakin penjualan yang berasal dari centre tersebut akan
memberi hasil sepadan. Lebih jauh lagi, AirAsia tidak
terpaku dengan memiliki kantor penjualan di kawasan
mewah kota.
Agen-agen perjalanan.
LCC

sedapat

mungkin

menghindari

mengandalkan

penjualan melalui agen perjalanan. Ini berarti bahwa


maskapai

tidak

membayar

komisi

apapun

ke

agen

perjalanan, yang jika dilakukan bisa berdampak pada harga


tiket. Juga, karena mereka tidak menggunakan agen
perjalanan, mereka tidak menggunakan atau berpartisipasi
dalam sistem reservasi seluruh

20

dunia

dan itu

akan

menghemat biaya, yang sekali lagi akan tercermin pada


harga tiket mereka.
Call centre Penjualan tiket hanya dapat dilakukan melalui
telepon.
Ini adalah metode sederhana dan efektif dalam biaya.

Strategi Bisnis
Beragamnya perusahaan penerbangan di Asia membuat
maskapai AirAsia harus melihat pangsa pasar atau market share
mereka. Pangsa pasar (market share) dapat diartikan sebagai
bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau
prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan
para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu
(William J.S, 1984).
Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai
dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat
konsumen

dari

dihubungkan

suatu

dengan

produk

ke

produk

selera

konsumen

yang

lain.

terdapat

Jika

empat

karakteristik yang mempengaruhi pengguna dalam melakukan


pembelian yaitu faktor budaya (budaya, sub budaya, dan kelas
sosial), faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status),
faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan
kepribadian), dan faktor psikologis (pengetahuan, motivasi,
keyakinan, dan sikap). Dan proses keputusan membeli seorang
pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan
tingkah laku pasca pembelian (Kotler, 1993).
Dilihat dari segi harga (price), maskapai penerbangan
AirAsia sampai saat ini belum memiliki pesaing dalam hal

21

penawaran harga tiket yang murah. Dari segi strategi penentuan


harganya

sebagai

produk

baru,

AirAsia

telah

melakukan

penetration price yang cukup baik dan menarik perhatian dimana


strategi harga penetrasi menentukan harga awal yang rendah
serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi
pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari
pada konsumen.
Dilihat

dari

segi

strategi

penentuan

harga

yang

mempengaruhi psikologis konsumen, AirAsia telah melakukan


leader pricing dimana strategi harga yang ditetapkan lebih
rendah

daripada

harga

pasar

untuk

meningkatkan

omset

penjualan. Selain itu untuk menjaga konsumennya AirAsia juga


menerapkan strategi harga diskon pada penjualannya yaitu
dengan memberikan potongan harga dari harga yang sudah
ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang
atau jasa. Diskon dapat diberikan pada umum dalam bentuk
diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai/cash, trade discount.
AirAsia dalam menciptakan pasarnya di Asia sangat cermat
melakukan strategi penetrasi harga yang sangat murah yang
diikuti dengan promo-promo yang mereka tawarkan. Stigma
bahwa berlibur dengan menggunakan pesawat itu mahal pun
sirna ketika penawaran yang ditawarkan AirAsia mendapatkan
sambutan yang positif dan antusiasme yang tinggi dari target
audience

yang

melihat

iklan

maupun

merasakan

dampak

promosi yang gencar dilakukan oleh AirAsia. Berlibur pun kini


dipandang sudah menjadi suatu keharusan bagi sebagian orang
setelah

melihat

murahnya

harga

tiket

bukan

tak

penerbangan

yang

ditawarkan AirAsia.
Di

masa

mendatang

mungkin

maskapai

penerbangan ini akan tumbuh dan berkembang pesat. Dengan


tiket promo yang murah yang ditawarkan AirAsia, berlibur dapat
menjadi suatu kebiasaan dan hal tersebut dapat menguntungkan

22

AirAsia yang sejak awalnya memiliki image berlibur murah


dengan tagline Now Everyone Can Fly. AirAsia dapat secara
perlahan menambah dan meluaskan pangsa pasarnya.
Dalam merebut pasar, AirAsia melakukan strategi bisnis
sebagai berikut:
1.

Perkuat armada
Hingga saat ini, armada yang dimiliki AirAsia memang masih
kalah jika dibandingkan dengan Lion Air. Tapi maskapai asal
Malaysia ini tidak segan untuk membeli pesawat baru.
Penambahan pesawat ini dilakukan untuk menghubungkan
AirAsia dengan daerah-daerah tujuannya yang berada di
berbagai negara.

2.

Tambah rute penerbangan


Selain mendatangkan pesawat baru untuk memperkuat
armadanya,

strategi

lain

adalah

penambahan

rute

penerbangan lokal maupun internasional.


3.

Promosi tiket
Salah

satu

penerbangan

strategi
murah

bisnis
adalah

AirAsia

menguasai

dengan

promosi

pasar
tiket

penerbangan. Tiket penerbangan murah masih menjadi daya


tarik bagi penumpang.
4.

Pasar Modal, BEI


Strategi lain yang diambil AirAsia untuk menancapkan kuku
bisnisnya di Indonesia adalah masuk ke pasar modal, yakni
BEI. AirAsia melakukan penawaran umum saham perdana
(initial public offering/IPO). Langkah IPO tersebut untuk
menunjang

ekspansi

perseroan

yang

berencana

meningkatkan pendapat dari tahun-tahun yang lalu.


5.

Kualitas pelayanan
AirAsia beranggapan salah satu strategi untuk merebut hati
penumpang pesawat adalah peningkatan kualitas pelayanan.
Utamanya pada tingkat keamanan dan kenyamanan bagi

23

calon penumpang. AirAsia mengaku bakal meningkatkan On


Time

Performance

(OTP).

Dengan

ketepatan

waktu

penerbangan, mampu membuat nyaman calon penumpang.


Budaya

AirAsia

memberikan

pelayanan

yang

terbaik,

kenyamanan dan keamanan.


6.

Kuasai Asia Tenggara


Sejak tahun 2001, AirAsia didirikan dengan dua pesawat saja.
Yang kemudian dilanjutkan dengan membangun hubungan
dengan Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang. Setelah
menguasai pasar Malaysia,

AirAsia beralih fokus ke pasar

Indonesia, kemudian India dan Myanmar. Dan sekarang


Jepang akan menjadi sasaran berikutnya.
7.

Strategi marketing
Biasanya, maskapai dengan tarif standar akan bergantung
pada agen travel untuk menjual tiketnya. Namun, menurut
AirAsia itu hanyalah memboroskan ongkos distribusi. Oleh
karena itu, AirAsia melakukan hubungan kerja sama dengan
penyedia kartu kredit karena dapat menghemat ongkos.
Selain itu, maskapai asal Malaysia ini juga mengedepankan
penjualan

melalui

internet.

Terbukti

penjualan

melalui

internet meraup 65 persen dari total konsumen. AirAsia juga


membangun sedikit kantor penjualan dan tidak bekerjasama
dengan agen travel. Bahkan, tiket juga bisa dibeli melalui call
centre.
Program Kesetiaan AirAsia BIG
BIG adalah program kesetiaan global "satu-satunya di
dunia" di mana pelanggan dapat mengumpulkan BIG Points
dengan setiap transaksi untuk ditukarkan dengan penerbangan
AirAsia

GRATIS*. Anggota juga akan menikmati prioritas

24

melakukan pembelian, tawaran khusus dan diskon eksklusif


sebagai Anggota Kesetiaan BIG AirAsia.

* Syarat & Ketentuan berlaku.


VIII. STRATEGI PENETAPAN HARGA AIRASIA BERDASARKAN
TEORI MANAJEMEN INTERNASIONAL
Kebijakan Penetapan Harga Invention/Geocentric
Dalam pendekatan ini, perusahaan tidak menetapkan satu
harga untuk diberlakukan di seluruh dunia dan juga tidak
menyerahkan

keputusan

penetapan

harga

kepada

cabang

perusahaan, namun justru mengambil posisi di antara keduanya.


Asumsi yang mendasari penetapan strategi ini adalah bahwa
terdapat faktor-faktor pasar lokal yang unik yang harus dpahami
dalam membuat keputusan harga.
Faktor-faktor

tersebut

meliputi

biaya

lokal,

tingkat

penghasilan, persaingan, dan strategi pemasaran lokal. Biaya


lokal ditambah dengan pengembalian investasi modal dan
personalia menentukan batas bawah harga (price floor) untuk
jangka panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek sebuah
perusahaan
penetrasi

dapat
pasar

memutuskan
dan

untuk

menetepkan

menetapkan

harga

tujuan

dibawah

nilai

pengembalian cost-plus menggunakan pemasok ekspor untuk


membangun
estimasi

pasar.

ukuran

Tujuan

pasar

jangka

pada

25

pendek

harga

lainnya

tertentu

yang

berupa
akan

mendatangkan laba, sekalipun memakai pemasuk lokal dan skala


output tertentu.
Faktor lainnya yang mempengaruhi keputusan harga
adalah strategi dan bauran pemasaran lokal. Harga harus selaras
dengan unsur program pemasaran yang lain. Selain itu juga
koordinasi harga dengan kantor pusat sangat diperlukan untuk
menangani para pelanggan internasional dan arbitrase produk.
Dengan demikian, dengan menggunakan pendekatan geosentris
ini dapat dipastikan bahwa

pengalaman penetapan harga

nasional yang sudah terakumulasi akan diperkaya dan diterapkan


kalau relevan.

IX.

PENURUNAN LABA BERSIH AIRASIA DI TAHUN 2013


Maskapai AirAsia mengalami penurunan laba bersih

sebesar 62% pada kuartal II/2013 akibat tingginya biaya operasi


dan kerugian nilai tukar untuk pinjaman. Laba bersih sebesar
USD17,75 juta pada kuartal II/2013, turun dibandingkan periode
tahun

sebelumnya

meskipun

mengalami

peningkatan

pendapatan 5,5%.
Selain itu, AirAsia juga menghadapi berbagai tantangan
akibat

tingginya harga minyak dan bahan bakar pesawat.

Namun, dalam menghadapi kondisi ini, AirAsia tetap positif


untuk prospek grup pada kuartal III/ 2013 dan sepanjang 2013.
Penurunan laba AirAsia mencapai 39% pada kuartal I/2013.
Namun, sebagaimana kita ketahui, AirAsia saat ini telah
memiliki anak perusahaan di Indonesia, Filipina dan Thailand.
Setiap

anak

perusahaan

itu

mencatatkan

peningkatan

pendapatan pada kuartal tersebut. AirAsia telah tumbuh dari

26

semula hanya memiliki dua pesawat, setelah Tony Fernandes


membeli maskapai itu pada 2001. Saat ini AirAsia telah memiliki
total lebih dari 120 pesawat A320. Jumlah lalu lintas AirAsia
menunjukkan bahwa AirAsia kuat dan mampu mendorong
permintaan

dan

mempertahankan

loyalitas

para

penumpangnya melalui tarif yang murah dan jaringan luas di


penjuru kawasan.
Maskapai yang merupakan salah satu konsumen terbesar
perusahaan pembuat pesawat Airbus, memperkirakan sekitar
360 pesawat baru akan dikirim

hingga 2026. AirAsia kini

berencana meluncurkan perusahaan gabungan di India. Namun,


AirAsia pada Juni mengumumkan akan menghentikan kerja sama
dengan

All

Nippon Airways

asal

Jepang

dengan

alasan

perbedaan kebijakan manajemen.

X. PENGHARGAAN WORLDS LEADING LOW COST AIRLINE


Pada tahun 2013, AirAsia kembali mencatat prestasi
membanggakan

di

industri

penerbangan

dunia

dengan

memenangkan penghargaan Worlds Leading Low Cost Airline


pada ajang World Travel Awards 2013 di Doha, Qatar.
World Travel Awards yang merupakan penghargaan paling
bergengsi di industri perjalanan (travel) telah menobatkan
AirAsia sebagai maskapai berbiaya hemat terdepan di dunia
(Worlds Leading Low Cost Airline) melalui hasil survey yang
dilakukan terhadap berbagai pelaku bisnis perjalanan profesional
dari seluruh dunia. AirAsia telah mengalahkan sederet maskapai
berbiaya hemat lainnya seperti Air Arabia, Air Berlin, easyJet,

27

JetBlue Airways, Precision Air dan Southwest Airlines dalam


penghargaan ini.
Penghargaan ini merupakan bukti nyata atas kekuatan
brand AirAsia. Bermula dari sebuah perusahaan rintisan (startup) di Malaysia, saat ini AirAsia telah menjadi sebuah brand
maskapai berbiaya hemat terdepan dunia yang menawarkan
beragam inovasi. Penghargaan ini merupakan yang pertama bagi
AirAsia di ajang World Travel Awards.
Penghargaan ini menjadi sebuah tonggak sejarah penting
bagi Grup AirAsia karena telah berhasil mengembangkan armada
dari hanya 2 pesawat dan 250 pegawai menjadi 147 pesawat dan
telah

mempekerjakan

kurang

lebih

12.000

karyawan

dari

berbagai negara.
Selain penghargaan tersebut, AirAsia sebelumnya juga
telah memenangkan penghargaan Worlds Best Low Cost
Airline oleh Skytrax selama 5 tahun berturut-turut, dari tahun
2009 sampai 2013. Grup AirAsia, maskapai yang memiliki basis
operasi di Malaysia, Thailand, Indonesia dan Filipina telah
menerbangkan sebanyak 202 juta penumpang dalam kurun
waktu kurang dari 12 tahun beroperasi melalui jaringan rute
yang luas ke 87 destinasi di 22 negara.

XI.

AIRASIA DI AWAL 2014

Kendati pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar


AS mulai berdampak pada bisnis penerbangan, khususnya di

28

Indonesia, pasar penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier)


tetap akan bertahan dan masih potensial pada masa yang akan
datang.

Depresiasi Rupiah cukup berdampak pada tingginya

biaya operasional (yang rata-rata pengeluaran dengan dolar AS)


sehingga maskapai harus melakukan efisiensi. Namun AirAsia
akan tetap konsisten dan tetap berkomitmen dengan konsep
efisiensi, namun tidak berarti murahan. Karena itu, AirAsia hanya
fokus

pada

urusan

layanan

sebagai

core

bisnis

AirAsia,

sedangkan untuk urusan maintenance, AirAsia akan serahkan


kepada PT. GMF.
Di tahun 2014 ini, AirAsia melakukan efisiensi. Efisiensi
memang konsep dari LCC, ada kontrol budget dan maintenance
yang lebih mudah. Awal Februari, AirAsia menutup rute JakartaMakassar sebagai langkah efisiensi. Tidak hanya efisiensi, AirAsia
juga terus menggenjot pendapatan di luar bisnis inti (auxilliary),
seperti penjualan bagasi, makanan, minuman, dan lainnya.
Meski tahun 2014 sebagai tahun survival, AirAsia tetap
menargetkan

kenaikan

penumpang

mencapai

juta,

dari

realisasi 2013 sebanyak 7,8 juta. Untuk profit, AirAsia mengalami


kenaikan 5 persen, dan hal tersebut dianggap sudah cukup
bagus. Sedangkan untuk pengadaan armada, tahun ini AirAsia
tidak akan melakukan penambahan, hanya mengoptimalkan 30
pesawat yang AirAsia operasionalkan dengan utilisasi 13 jam.
Dan mengenai safety, AirAsia tetap prioritaskan, karena tidak
ada istilahnya efisiensi memengaruhi aspek keselamatan.
Untuk

rute

penerbangan,

AirAsia

tetap

fokus

di

penerbangan internasional, bahkan akan terus ditingkatkan.


Tahun 2013, 65 persen merupakan penerbangan internasional
dan 35 persen domestik, sedangkan tahun ini ditargetkan 70
persen penerbangan internasional dan 30 persen domestik. Saat
ini, AirAsia Indonesia memiliki lima hub Jakarta, Bandung,
Surabaya, Medan, dan Denpasar. Dari kelima hub itu, AirAsia

29

mengharapkan menjadi feeder yang lebih kuat menuju ke


jaringan rute internasional yang dilayani AirAsia Group, seperti ke
Australia, China, Korea, Jepang, dan India.
Pasar Indonesia sangat berkontribusi besar bagi AirAsia
grup. Dari total 600 juta penduduk ASEAN, sekitar 240 juta (40
persen) berada di Indonesia. Dengan posisi AirAsia Indonesia
yang memang berorientasi pada supplay international flight,
AirAsia berharap dapat mendukung konektivitas lebih luas lagi,
baik yang masuk ataupun keluar dari Indonesia.
Untuk pasar penerbangan LCC di masa yang akan datang
di anggap masih sangat potensial dan akan terus bertumbuh
signifikan. Pasalnya, kondisi pertumbuhan ekonomi yang tetap
stabil turut mendorong pertumbuhan masyarakat kelas ekonomi
menengah sehingga kebutuhan transportasi udara akan ikut
meningkat. Apalagi, tren pertumbuhan pasar penerbangan LCC
secara global naik sekitar 20 persen. Dan untuk pasar global,
pasar penerbangan LCC juga tetap menjanjikan. Bisa dilihat
semakin banyak negara yang mengembangkan konsep bandara
LCC. Itu karena kontribusinya cukup besar, mengingat jumlah
penumpang LCC yang terus meningkat setiap tahunnya.
Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah memberikan
perhatian

lebih

kepada

pertumbuhan

bisnis

LCC

dengan

membangun banyak bandara yang khusus bagi layanan LCC.Hal


ini dikarenakan sekitar 50 persen penumpang pesawat di
bandara merupakan kategori LCC. Jumlahnya terus meningkat
pesat. Di kawasan Asia Tenggara, penambahan jumlah armada
yang mencapai 500 pesawat LCC pada 2013. Bahkan, di
Indonesia pertumbuhan pasarnya naik tajam, jumlah pesawat
LCC mencapai 200 unit hingga akhir 2013.

30

31

You might also like