Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Biaya Operasi
Feedstock
Jumlah Disposed
Potensi energi
Skala
Universitas Indonesia
BAB 2
PROSES GASIFIKASI
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Satu hal yang patut diingat ialah gasifikasi tidak sama dengan insinerasi.
Insinerasi secara harafiah hanyalah membakar feedstock dan menjadikannya abu.
Insinerasi menggunakan MSW sebagai bahan bakar, membakarnya dengan
banyak oksigen untuk membentuk panas dan CO2. Pada pabrik WTE, gas panas
tersebut dihasilkan untuk membuat uap, yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan listrik. Sementara gasifikasi mengubah MSW menjadi syngas, yang
mana menjadi pembeda utama antara gasifikasi dan insinerasi. Pada gasifikasi,
MSW bukanlah bahan bakar melainkan feedstock untuk proses konversi kimiawi
bersuhu tinggi. Syngas inilah yang dapat diproses untuk kemudian menjadi
produk dengan nilai komersil lebih tinggi.
Ada banyak variasi desain dari reaktor gasifikasi (gasifier). Perbedaan
utama dari jenis-jenis gasifier terletak pada :
a.
b.
Universitas Indonesia
c.
d.
e.
Fixed/Moving Bed
Bahan bakar karbon kering dimasukkan dari puncak reaktor. Selama
bahan tersebut perlahan masuk menuju wadah, ia bereaksi dengan uap dan
oksigen yang mengalir dalam arah yang berlawanan dengan bahan karbon. Bahan
bakar terus mengalami proses seperti ini sampai habis dan meninggalkan syngas
dalam temperatur rendah dan abu yang meleleh. Syngas memiliki temperatur
rendah karena panas hasil reaksi gasifikasi digunakan untuk memanaskan RDF
sebelum RDF masuk ke zona reaksi gasifikasi. Temperatur syngas yang keluar
oleh karena itu menjadi lebih rendah dari suhu yang dibutuhkan untuk konversi
utuh dari RDF.
Proses ini menghasilkan sedikit kontaminan nantinya akan di buang dari
syngas. Konfigurasi tipikal untuk dry dengan RDF berupa batu bara dari
fixed/moving bed dapat dilihat pada gambar berikut :
Universitas Indonesia
Beberapa masalah dapat ditimbulkan pada reaktor jenis ini oleh karena
ketidakseragaman aliran akibat aglomerasi partikel. Pada akhirnya seluruh
persoalan menyebabkan buruknya campuran antar fase, karbon yang tidak
bereaksi, titik panas, dan konversi energi yang lebih rendah.
Entrained Flow
Bahan bakar yang dimasukkan ke dalam reaktor dapat dimasukkan dalam
keadaan kering maupun basah (dicampur dengan air). Uap dan oksigen mengalir
dalam satu arah ke atas reaktor, reaksi gasifikasi kemudian terjadi sampai syngas
dengan temperatur tinggi keluar dari sisi reaktor. Slag leleh keluar dari bawah
reaktor.
Waktu operasi dari reaktor jenis entrained flow sangatlah pendek,
berkisar antara belasan sampai puluhan detik. Oleh karena waktu operasi yang
cepat, reaktor jenis ini harus beroperasi dalam suhu yang sangat tinggi untuk
memperoleh konversi bahan yang maksimum. Kebanyakan reaktor tipe entrained
flow menggunakan oksigen daripada udara. Rangkuman karakteristik dari reaktor
tipe entrained flow dapat dilihat sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Ada tujuh reaktor entrained flow yang terdapat di pasaran saat ini,
masing-masing milik Conocco-Phillips E-Gas, GE, Shell, PrenfloTM, MHI,
Siemens, dan MPG. Sketsa dari reaktor tipe ini dapat dilihat pada gambar 7. Pada
tipe reaktor ini, partikel kecil yang tersebar luas dipanaskan sampai suhu tinggi
untuk menempuh reaksi gasifikasi yang cepat. Beberapa persoalan dalam reaktor
jenis ini : keharusan untuk menggunakan bahan bakar seragam dan pemisahan gas
dalam proses heat recovery. Volume gas yang dihasilkan didapat dari waktu
Universitas Indonesia
10
konversi untuk partikel rata-rata. Reaktor tipe ini juga memiliki efisiensi gas
dingin yang relatif rendah dan kebutuhan O2 yang tinggi.
Fluidized Bed
Pada dasarnya, uap dan oksigen mengalir keatas reaktor ketika bahan
bakar dimasukkan dan bahan bakar ini tetap berada di dalam selama reaksi
gasifikasi berlangsung. Dalam reaktor ini, terjadi pencampuran antara partikel
RDF yang baru dengan partikel yang sudah tergasifikasi sepenuhnya maupun
yang tergasifikasi sebagian. Pencampuran juga menjaga suhu sehingga menjadi
seragam sepanjang alas reaktor. Salah satu hal yang harus diperhatikan juga pada
reaktor ini ialah suhu pada alas harus lebih rendah daripada suhu pada saat
pencampuran RDF untuk mencegah aglomerasi partikel. Syngas dengan
temperatur sedang mengalir keatas sementara abu unmelt dikeluarkan dari bawah.
Konfigurasi tipe reaktor fluidized bed tipikal dapat dilihat pada gambar berikut :
Universitas Indonesia
11
Fluidized bed gasifier dibagi lagi menjadi dua jenis yakni Bubbling
Fluidized Bed (BFB) dan Circulating Fluidized Bed (CFB). Pada BFB, udara
teralirkan ke bagian atas reaktor dengan menggunakan distributor plate, feedstock
masuk melalui unit input dalam reaktor. Feedstock dan udara akan bereaksi
dengan cepat membentuk syngas. Sedangkan pada CFB, partikel feedstock yang
sudah bereaksi dan terkumpul pada cyclone akan dialirkan kembali masuk unit
gasifikasi untuk kembali bereaksi dengan udara. Kecepatan udara dalam CFB
lebih tinggi dibanding dengan kecepatan pengaliran pada BFB.
Pada umumnya, cyclone hilir akan menangkap partikel-partikel yang
lebih besar saat partikel tersebut akan keluar, kemudian partikel dimasukkan
kembali ke dalam reaktor (CFB). Waktu operasi untuk reaktor fluidized-bed pada
umumnya lebih singkat dibanding dengan tipe fixed-moving bed.
Secara hidrodinamis, tipe reaktor ini lebih rumit dibanding dengan tipe
fixed/moving dimana busa-busa gas terinduksi dan mengakibatkan pencampuran
seperti pada gambar di bawah :
Semakin baik pencampuran antara gas dan solid, akan semakin baik pula
transport antar fase dan semakin baik pula konversi dari bahan bakar menjadi
syngas-nya. Selain itu, pergerakan mekanik antara zat solid antara satu dan
lainnya menimbulkan abu dari partikel.
Selain berdasarkan kondisi pengaliran dan alas reaktor (bed), gasifier
juga diklasifikasikan berdasarkan cara masuk udara atau oksigen kedalamnya.
Klasifikasi tersebut dibagi menjadi : downdraft, updraft, dan crossdraft. Pemilihan
Universitas Indonesia
12
No
Tipe Gasifier
Keuntungan
Kerugian
sangat sensitif terhadap tar,
moisture, dan moisture content
dar bahan bakar
waktu menyalakan mesin cukup
lama
kemampuan reaksi yang rendah
dengan beban gas yang banyak
1
Updraft
2
Downdraft
3
Crossdraft
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
BAB 3
EMISI UDARA, AIR, DAN PADAT AKIBAT PROSES GASIFIKASI
Emisi Udara
Persoalan lingkungan yang paling kritis dalam teknologi pembakaran
sampah ialah tingkat pencemaran yang dilepas ke udara. Dalam hal ini, gasifikasi
memiliki banyak kesamaan dengan proses insinerasi. Emisi pencemar udara ini
meliputi :
a.
Polutan utama dalam pencemaran udara : SO2, NOx, CO, lead, PM.
b.
c.
Emisi yang tercipta dari proses pendinginan setelah pembakaran kertas dan
plastik : dioksin dan furan.
d.
e.
f.
furan) meski konsentrasinya sangat rendah dan meski alat reduksi polusi udara
yang modern sekalipun tidak efektif dalam mengurangi emisi tersebut. Beberapa
pencemar yang lain seperti mercury dan dioksin sifatnya kuat dan terakumulasi,
mereka juga tidak bisa terdegradasi di lingkungan.
Berdasarkan ketentuan Enviromental Protection Agency (EPA) mengenai
polusi udara industri (Emission Factors AP 42), kita bisa menghitung jumlah
emisi udara yang dihasilkan oleh sebuah plant gasifikasi dalam satu tahun. Dalam
Universitas Indonesia
15
Tidak Terkontrol
Terkontrol dengan
Electrostatic Precipitator
PM
125195
pounds
12702
pounds
SO2
117895
pounds
NO
115340
pounds
Asam Hidrogen
78475
pounds
CO
10913
pounds
Mercury
204
pounds
Nickel
201
pounds
37
pounds
Kromium
121
pounds
22
pounds
Lead
103
pounds
Cadmium
88
pounds
17
pounds
Arsenic
24
pounds
pounds
Dioksin/furan
0.11
pounds
0.14
pounds
Pencemar Air
Meski pencemar air dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya dan
Universitas Indonesia
16
air yang dihasilkan masih aman untuk lingkungan, kecuali untuk zat-zat tertentu
seperti arsenic, cyanide, dan selenium.
Limbah Padat
Jika kita membandingkan antara plant pembakaran batu bara dan plant
gasifikasi, pencemar padat yang dihasilkan akan jauh berbeda. Pencemar padat
pada plant pembakaran batu bara menimbulkan persoalan lingkungan yang
signifikan, dimana material beracun dapat bercampur dengan tanah dan muka air
tanah pada daerah pembuangan. Plant gasifikasi, terutama IGCC, menghasilkan
dampak yang lebih aman terhadap lingkungan. Produksi limbah padat terbesar
dari plant gasifikasi ialah slag, material hitam, seperti kaca, mirip pasir, dan
bisa dimanfaatkan untuk produk lain yang dapat dijual. Jumlah slag yang
diproduksi merupakan fungsi dari kandungan abu bahan bakar, sehingga batu bara
jika digunakan akan mengasilkan slag lebih banyak dibanding dengan arang
minyak bumi.
Selain slag, limbah padat yang diproduksi secara cukup banyak ialah
sulfur atau asam sulfur padat. Keduanya dapat dijual untuk membantu
mengimbangi biaya plant.
Universitas Indonesia
17
BAB 4
KONTROL EMISI UDARA PADA PROSES GASIFIKASI
b.
Sistem Air Pollution Control (APC) : ditempatkan pada akhir dari rangkaian
proses WTE dan berfungsi untuk menahan/treat emisi udara sebelum udara
buangan dilepas ke atmosfer.
Berdasarkan laporan akhir Waste to Energy : A Technical Review of
Municipal Solid Waste Thermal Treatment Practices yang dibuat oleh Stantec
pada tahun 2011, teknologi gasifikasi masih cukup langka ditemukan di belahan
dunia dibandingkan dengan insinerasi. Oleh karena itu, sistem kontrol emisi udara
sangat bergantung dengan teknologi gasifikasi khusus yang sedang ditinjau.
Berikut pembahasan singkat mengenai kedua metode untuk proses gasifikasi
dengan gasifier milik Nippon Steel di Jepang :
Operational Controls
Menggunakan Direct Melting System yang beroperasi sebagai berikut :
Universitas Indonesia
18
Laju pemberian (feeding) sampah, arang, dan batu kapur serta laju
pembentukan residu leleh direkam untuk memastikan laju feeding yang
tepat.
b.
Tekanan dan suhu pada tungku dan bilik pembakaran, serta aliran udara
yang diberikan pada kedua tempat tersebut semuanya dikontrol terusmenerus untuk menjamin tingginya efisiensi.
c.
Komposisi syngas yang meninggalkan tungku (CO, CO2, O2, CH4, H2) dan
komposisi limbah yang meninggalkan bilik pembakaran (CO2, O2, CO,
NOx) juga terus-menerus dikontrol.
Seluruh data dikirim ke komputer-komputer kontrol dan digunakan untuk
Universitas Indonesia
19
syngas
melalui
teknologi
thermoselect
sangatlah
Universitas Indonesia
20
BAB 5
KESIMPULAN
b.
Kesemuanya
menghasilkan
energi
panas
yang
dapat
d.
Input dari proses gasifikasi dapat berupa MSW, batu bara, dan biomass.
Output yang dihasilkan berupa syngas. Bottom output berupa ash, slag, dan
beberapa jenis logam.
e.
f.
Ada banyak tipe reaktor gasifikasi (gasifier) yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Berdasarkan alas reaktor (bed), gasifier dibagi menjadi :
fixed/moving bed, fluidized bed, dan entrained flow. Berdasarkan cara
Universitas Indonesia
21
Proses
gasifikasi
menawarkan
keuntungan
yang
signifikan
dalam
Kontrol emisi udara pada proses gasifikasi dibagi menjadi dua bagian besar:
operational control dan Air Pollution Control (APC) System. Operational
control meningkatkan efisiensi pembakaran yang bersangkutan sehingga
pembakaran menghasilkan emisi yang lebih tidak berbahaya. Sistem APC
digunakan pada akhir dari rangkaian proses WTE dan berfungsi untuk
menahan/treat emisi udara sebelum udara buangan dilepas ke atmosfer.
i.
Universitas Indonesia
22
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia