Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Sick Building Syndrome is a set of symptoms experienced by the occupants of the building
that got disturbances for the air circulations, associated with the time they spent in that
building, but no specific illness or causes that can be identified. Sick building syndrome isnt
the only disease that can be diagnosed right away to workers in the building. Asthma, rhinitis
and allergic conjunctivitis are some kind of allergic disease that has symptoms similar to
SBS. Headache and lethargy are nonspecific symptoms that may occur in the majority of
disease and can be related to occupational exposure. The introduction of symptoms, physical
examination and laboratory if available are the first steps in the diagnosis and management of
SBS aims to eliminate other conditions that have similar symptoms.
Keywords: syndrome, symptoms, disease, building.
Abstrak
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung atau
bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan
waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau
penyebab khusus yang dapat diidentifikasi. Sick building syndrome bukan penyakit tunggal
yang dapat didiagnosis segera pada pekerja di dalam gedung. Asma, rinitis dan konjungtivitis
alergi adalah penyakit alergi yang mempunyai gejala sama dengan SBS. Sakit kepala dan
1
kelelahan merupakan gejala nonspesifik yang dapat terjadi pada sebagian besar penyakit dan
dapat berkaitan dengan pajanan okupasi. Pengenalan gejala, pemeriksaan fisis serta
laboratorium bila tersedia merupakan langkah awal dalam mendiagnosis dan penatalaksanaan
SBS bertujuan untuk menyingkirkan kondisi lain yang mempunyai gejala sama.
Kata kunci: kumpulan gejala, gejala, penyakit, gedung
Pendahuluan
Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana
yang memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang
dilengkapi dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup
dan mempunyai sirkulasi udara sendiri. Udara luar yang masuk ke dalam sistim ventilasi
gedung akan berkurang bahkan mencapai titik nol, hanya udara resirkulasi yang
digunakan untuk bernapas. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu
menjadi tempat yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula
meningkatkan produktifitas kerja karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal
kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada gedung-gedung seperti itu yang pada
akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja karyawannya yang bekerja di dalam
gedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai banyak menulis tentang adanya
gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan sindrom gedung sakit.1
Sindrom gedung sakit adalah kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit",
artinya terdapat gangguan pada sirkulasi udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan
itulah yang menyebabkan gedung tersebut dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini
yang memang terjadi karena para penderitanya menggunakan suatu gedung yang sedang
"sakit". Hal tersebut menyebabkan buruknya kualitas udara dalam ruangan (indoor air
quality atau IAQ) dan terdapat banyak radikal bebas bersumber dari asap rokok, ozon
dari mesin fotokopi dan printer, perabotan, cat serta bahan pembersih.1
Sick building syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit dikenal sejak tahun 1970.
Kedokteran okupasi tahun 1980 memperkenalkan konsep SBS sebagai masalah
kesehatan akibat lingkungan kerja berhubungan dengan polusi udara, IAQ dan buruknya
ventilasi gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun 1984
melaporkan 30% gedung baru di seluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya
dihubungkan dengan IAQ. Istilah ini kemudian digunakan secara luas dan kini telah
tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa, Amerika dan
bahkan dari negara tetangga kita Singapura.1
Sick building syndrome terjadi akibat kurang baiknya rancangan, pengoperasian dan
pemeliharaan gedung. Gejala-gejala yang timbul memang berhubungan dengan tidak
sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom ini antara lain
dapat berupa batuk-batuk kering, sesak, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan
tenggorok, kulit yang kering dan gatal, lethargy, fatique, mual, dan lain-lain. Keluhankeluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu, tidak terlalu hebat, tetapi
cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap produktifitas
kerja seseorang. Gejala tersebut akan berkurang atau hilang bila pekerja tidak berada di
dalam gedung, hal tersebut dapat terjadi pada satu atau dapat tersebar di seluruh lokasi
gedung.2,3
Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari 20%, atau bahkan
sampai 50%, pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di atas. Kalau
hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.2
Pembahasan
1) Tujuh langkah diagnosis okupasi
1. Diagnosa klinis
Anamnesis penyakit
Menanyakan sejak kapan gejala muncul
Adakah sakit semakin membaik ataupun memberat
Apakah keluhan tambahan
Adakah mempunyai sakit menahun
Menanyakan adakah seorang perokok dan sejak kapan merokok
Manayakan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
Menayakan apakah keluhan yang dialami seperti batuk berdarah,
dahak banyak.1
Anamnesis riwayat pekerjaan
Berapakah lama waktu kerja dalam sehari
Sudah berapa lama bekerja sekarang
Riwayat pekerjaan sebelumnya
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja
Barang yang diproduksikan atau yang dihasilkan
Kemungkinan pajanan yang dialami
APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai
Hubungan gejala dan waktu kerja
Adakah pekerja lain ada yang mengalami hal sama1
Pemeriksaan fisik
nafas
Keadaan umum
Pemeriksaan fisik khusus:
Inspeksi: melihat ada atau tidak lesi-lesi alegik pada kulit,
melihat warna mata
Palpasi: melakukan palpasi umum untuk mengetahui lokasi
nyeri.
Auskultasi: suara paru abnormal?1
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dahak dengan dengan pewarnaan DFA (direct
stamina
prima,
masuknya
kuman
tak
yang
menyebabkan
sakit
pada
saluran
lenyap.4
Pajanan kimia. Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah
satu penyebab polusi dalam ruang karena pewangi ruangan
tersebut akan memaparkan bermacam bahan kimiawi. Ada yang
bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga mual. Dilaporkan bahwa
95% bahan kimia dalam pewangi adalah senyawa sintesis yang
berasal dari petrokimia, termasuk turunan benzene, aldehida.
8
Pajanan
yang
berulang-ulang
akan
memicu
peningkatan
resikonya meningkat?
Apakah ada riwayat penyakit dalam keluarga yang mengakibatkan
10
Kelainan
Iritasi membran mukosa
Gejala neurologis
Gejala
Iritasi mata, hidung, dan
tenggorokan
Nyeri kepala
Kelelahan
Sulit konsentrasi
Cepat marah
Dada terasa tertekan
Wheezing
Kulit kering
Iritasi kulit
Diare
Patofisiologi
Terdapat 3 hipotesis untuk menjelaskan gejala SBS antara lain hipotesis
kimia bahwa volatile organic compounds (VOCs) yang berasal dari
perabot, karpet, cat serta debu, karbon monoksida atau formaldehid yang
terkandung dalam pewangi ruangan dapat menginduksi respons reseptor
iritasi terutama pada mata dan hidung. Iritasi saluran napas menyebabkan
asma dan rinitis melalui interaksi radikal bebas sehingga terjadi
pengeluaran histamin, degradasi sel mast dan pengeluaran mediator
inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi. Pergerakan silia menjadi
lambat sehingga tidak dapat membersihkan saluran napas, peningkatan
produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar, rusaknya sel
pembunuh bakteri di saluran napas, membengkaknya saluran napas dan
merangsang pertumbuhan sel. Akibatnya terjadi kesulitan bernapas,
sehingga bakteri atau mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dan
memudahkan terjadinya infeksi saluran napas.6
Hipotesis ke dua adalah hipotesis bioaerosol; penelitian cross sectional
menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat atopi akan
memberikan reaksi terhadap VOCs konsentrasi rendah dibandingkan
individu tanpa atopi. Hipotesis ke tiga ialah faktor pejamu, yaitu
kerentanan individu akan mempengaruhi timbulnya gejala. 6 Stres karena
pekerjaan dan faktor fisikososial juga mempengaruhi timbulnya gejala
SBS. Building related illness (BRI) berbeda dengan SBS, adalah suatu
penyakit yang dapat didiagnosis dan diketahui penyebabnya berkaitan
dengan kontaminasi udara dalam gedung.6
3) Diagnosa banding
11
Faringitis
Definisi: faringitis adalah
Rhinitis Alergika
Definisi: Rhinitis alergika
Common Cold
Definisi: Common Cold
tenggorokan (faring).
maupun bakteri.
Kebanyakan disebabkan
menyebabkan Common
adenovirus.
adalah rhinovirus,
alergi.
keputihan atau
hari).10
mengeluarkan nanah.
kekuning-kuningan jika
leukosit.10
seluruh badan.
Antibiotik erythromycin: untuk penyakit seperti Legionnaire.5,7
Non-medika mentosa
Menghilangkan sumber kontaminasi penyebab SBS, misalnya
ditemukan,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
13
5) Pencegahan
Edukasi tentang penyakit SBS
Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara
baik dan terdistribusi secara merata ke semua bagian didalam suatu
gedung. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar lubang tempat masuknya
udara luar tidak berdekatan dengan sumber-sumber pencemar di luar
gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam gedung.
Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa
agar semua orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah
supply udara segar sesuai dengan kebutuhan jumlah orang didalam
ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah supply udara segar
yang cukup apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam
dalam
satu
ruangan
hendaknya
dilakukan
setelah
6) Prognosis
14
Dubia ad bonam
Kesimpulan
Penyakit sick building syndrome(SBS) biasanya timbul pada lokasi atau tempat kerja
sehari-hari yang kurang sehat. Kehidupan masyarakat yang modern dan dikelilingi
dengan perangkat teknologi bisa berdampak buruk bagi tubuh, salah satunya adalah
penyakitnya SBS. SBS adalah istilah yang menyatakan bahwa gedung-gedung industri,
perkantoran, perdagangan, dan rumah tinggal yang menimbulkan dampak penyakit. SBS
sangat mungkin menurunkan produktivitas. Berbagai penyakit itu muncul disebabkan
polutan dari berbagai perangkat dan peralatan di dalam ruangan gedung, kantor, dan
rumah. Polutan yang mencemari ruangan kerja itu seperti asap rokok, ozone yang berasal
dari mesin fotokopi dan printer, kuman dan bakteri yang berasal dari karpet. Sedangkan
di rumah tangga seperti furnitur rumah tangga, pembersih cat, vacum cleaner, debu, dan
karbon monoksida. Memang penyakit yang ditimbulkan lewat oleh SBS tersebut tidak
seketika terjadi. Namun, jika terus-menerus terkena dampak tersebut bisa memicu
munculnya berbagai penyakit dalam tubuh seperti kanker, TBC, dan flu.
Jadi, yang perlu dibenahi adalah rumah atau lingkungan tempat kerja. Caranya
misalnya dengan memberikan ruang sanitasi udara yang cukup, begitu juga untuk
pancaran sinar matahari, arena polutan itu bisa mati karena pengaruh sinar matahari.
Daftar pustaka
1. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: CV Sagung
Seto;2009.h.197-205.
2. Jaakkola K, Jaakkola MS. Sick building syndrome. In: Hendrik DJ, Burge PS,
Beckett WS, Churg A, editors. Occupational disorder of the lung: recognation
management and prevention. 5th ed. London: WB Saunders;2002. Page 241-55.
3. Aditama TY, Andarini SL. Sick building syndrome. Jakarta: Med J Indones; 2002.
Page 124-31.
15
4. Winarti M, Basuki B, Hamid A. Air movement, gender and risk of sick building
syndrome headache among employees in Jakarta office. Med J Indones 2003. Page
171-2.
5. Fischman ML. Current Occupational & Environmental Medicine. Ed. 4. New York :
Mc Graw Hill ; 2007. Page 718-719.
6. Hodgson M. Indoor environmental exposure and symptoms. Environ Health
Perspect 2002. Page 663-7.
7. Saijo y, Kishi R, Seta F, Katakura Y, Urashima Y, Hatakayama A, et al. Symptoms in
relation to chemicals and dampness in newly built dwellings. Int Arch Occup
Environ Health 2004. Page 461-70.
16