You are on page 1of 32

ASKEP LANSIA

MENJELANG AJAL

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang


pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya
tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Proses menua manusia mengalami perubahan menuju


ketergantungan fisik dan mental.

Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda


adanya penyakit, biasanya disertai dengan perasaan
cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya.

Apalagi penyakit stadium terminal (tinggal menunggu


ajal) dalam prediksi secara medis sering diartikan
penderita tidak lama lagi meninggal dunia.

Keadaan ini menyebabkan lansia mengalami


kecemasan menghadapi kematian.

Konsep kematian.

Pengertian kematian / mati adalah


apabila seseorang tidak teraba lagi
denyut nadinya tidak bernafas selama
beberapa menit dan tidak menunjukan
segala refleks, serta tidak ada kegiatan
otak.(Nugroho: 153).

Penyebab kematian
1. Penyakit.
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae).
b. CVD (cerebrovascular disaese).
c. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal) ).
d. Diabetes melitus (gangguan endokrin).
e. MCI (myocard infarct (gangguan
kardiovaskuler) ).
f. COPD (chronic obstruction pulmonary
disaese)
2. Kecelakaan (hematoma epidural).

Ciri atau tanda klien lanjut usia


menjelang kematian

1.Gerakan dan pengindraan menghilang secara


berangsur angsur. Biasanya dimulai pada anggota
badan, khususnya kaki dan ujung kaki
2.Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki,
tangan dan ujung hidungnya
3. Kulit tampak pucat
4. Denyut nadi mulai tak teratur
5. Tekanan darah menurun
6. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
7. Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur.

PERAN PERAWAT
Mengamati perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka
terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang
empatik.
1.Respons harus konsisten
2.Harus terbuka dan bersikap menerima perasaan pasien
dapat berubah-ubah
3.Eksplorasikan perasaan dengan jujur
4.Berikan asuhan keperawatan khususnya perawatan mulut
dan masukan cairan
5.Empati dalam melaksanakan tugas dengan cara tenang
dan efisien
6.Jika pasien dalam kondisi kritis persiapkansesuai dengan
agamanya

Pengaruh kematian terhadap


keluarga klien lanjut usia :
a. Bersikap kritis terhadap cara perawatan.
b.Keluarga dapat menerima kondisinya.
c.Terputusnya komunikasi dengan orang yang
menjelang maut.
d.Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan
orang yang bersangkutan tidak dapat mengatasi
rasa sedih.
e.Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi.
f.Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut
dapat memperbesar beban emosi keluarga.
g.Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan.

Pengaruh kematian terhadap


tetangga / teman
a.Simpati dan dukungan moril.
b.Meremehkan / mencela kemampuan tim
kesehatan

Pemenuhan kebutuhan
klien menjelang kematian :
a.Kebutuhan jasmaniah.
Kemampuan toleransi terhadap rasa
sakit berbeda pada setiap orang.
Tindakan yang memungkinkan rasa
nyaman bagi klien lanjut usia ( mis.,
sering mengubah posisi tidur, perawatan
fisik, dan sebagainya)

Kebutuhan fisiologis
a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan
kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal
kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan
pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin,
heroin, dsbg.
Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih
baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi
sudah menurun.

c)Membebaskan Jalan Nafas


Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler
akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu
dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan
bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah
posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan
pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat
dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat
tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat
digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena
tonus otot sudah menurun.

e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya
penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti
ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian
makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin.
Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan
klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu
diberikan makanan cair atau Intra Vena atau
Invus.

f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan
tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen
urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan
untuk mencegah konstipasi.

Klien dengan inkontinensia dapat diberikan


urinal, pispot secara teratur atau dipasang
duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi.

Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar


perineum, apabila terjadi lecet, harus
diberikan salep.

g) Perubahan Sensori

Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur,


klien biasanya menolak atau menghadapkan
kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien
masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat
atau mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisikbisik.

c.Kebutuhan emosi
. Untuk menggambarkan ungkapan sikap
dan perasaan klien lanjut usia dalam
menghadapi kematian.
a) Mungkin klien lanjut usia mengalami
ketakutan yang hebat ( ketakutan yang
timbul akibat menyadari bahwa dirinya
tidak mampu mencegah kematian ).

lanjutan Kebutuhan emosi.

b) Mengkaji hal yang diinginkan penderita


selama mendampinginya. Misalnya, lanjut
usia ingin memperbincangkan tentang
kehidupan di masa lalu dan kemudian hari.
Bila pembicaraan tersebut berkenaan,
luangkan waktu sejenak.

c) Mengkaji pengaruh kebudayaan atau


agama terhadap klien

d.Kebutuhan sosial

Klien dengan dying akan ditempatkan diruang


isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak
sosialnya, perawat dapat melakukan:

a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin


didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya:
teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan
dengan sakitnya dan perlu diisolasi.

Lanjutan kebutuhan sosial.


c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat
menerima kunjungan kunjungan temanteman terdekatnya, yaitu dengan
memberikan klien untuk membersihkan diri
dan merapikan diri.
d) Meminta saudara atau teman-temannya
untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan
bagi klien apabila klien mampu membacanya.

e. Kebutuhan spiritual
a) Menanyakan kepada klien tentang harapanharapan hidupnya dan rencana-rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan
pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.

Tahap Kehilangan/Berduka
Tahap I ( penolakan dan rasa kesendirian ),
mengenal atau mengetahui bahwa proses ini
umumnya terjadi karena menyadari akan
datangnya kematian atau ancaman maut.

a) Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk


mempergunakan caranya sendiri dalam menghadapi
kematian sejauh tidak merusak.

b) Memfasilitasi klien lanjut usia dalam menghadapi


kematian. Luangkan waktu 10 menit sehari, baik dengan
bercakap cakap maupun sekedar bersamanya.

Tahap II ( marah ),
mengenal atau memahami tingkah laku
serta tanda tandanya.

a) Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk


mengungkapkan kemarahannya dengan kata kata.

b) Ingat, bahwa dalam benaknya bergejolak


pertanyaan, Mengapa hal ini terjadi pada diriku ? .

c) Sering kali perasaan ini dialihkan kepada orang


lain atau
anda sebagai cara klien lanjut usia
bertingkah laku.

Tahap III ( tawar menawar ),


menggambarkan proses seseorang yang
berusaha menawar waktu.
a)

Klien lanjut usia akan mempergunakan ungkapan,


seperti seandainya Saya...

b) Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk


menghadapi kematian dengan tawar menawar.
c) Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan.
Cara demikian dapat menunjukan kemampuan
perawat untuk mendengarkan ungkapan
perasaanya.

Tahap IV ( depresi ),

lanjut usia memahami bahwa tidak


mungkin menolak lagi kematian yang
tidak dapat dihindarkan itu, dan kini
kesedihan akan kematian itu sudah
membayanginya.

a) Jangan mencoba menyenangkan klien


lanjut usia. Ingat bahwa tindakan ini
sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan
petugas.
Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau
keluarga menangis.
Hal ini merupakan ungkapan pengekspresian
kesedihanya. Anda boleh saja ikut berduka cita.

b) Apakah saya akan mati ? Sebab


sebetulnya pertanyaan klien lanjut usia
tersebut hanya sekadar mengisi dan
menghabiskan waktu untuk
memperbincangkan perasaanya, bukannya
mencari jawaban.
Biasanya klien lanjut usia menanyakan
sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu jawabanya.
Apakah anda merasa akan meninggal dunia.

Tahap V, Menerima

membedakan antara sikap menerima


kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi.
Sikap menerima : klien lanjut usia telah
menerima, dapat mengatakan bahwa
kematian akan tiba dan ia tak boleh
menolak.

a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (


mungkin beberapa kali dalam sehari ).
Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap
klieen lanjut usia. Oleh karena itu, sediakan
waktu untuk mendiskusikan perasaan
mereka.
b.Beri kesempatan kepada klien lanjut
usia untuk mengarahkan perhatianya
sebanyak mungkin. Tindakan ini akan
memberi ketenangan dan perasan aman

Hak asasi pasien menjelang ajal


1.Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan,
meskipun fokusnya dapat saja berubah.
2.Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat
menghidupkan terus harapan, walaupun dapat berubah.
3.Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi
mengenai kematian yang sudah mendekat dengan
caranya sendiri.
4.Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan mengenai perawatannya.
5.Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian
medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan
harus diubah menjadi tujuan memberi rasa nyaman.

6.erhak untuk tidak mati dalam kesepian.


7.Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8.Berhak untuk memperoleh jawaban
yang jujur atas pertanyaan.
9.Berhak untuk tidak ditipu.
10.Berhak untuk mendapat bantuan dari
dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.

11.Berhak untuk mati dengan tenang dan


terhormat.
12.Berhak untuk mempertahankan individualitas
dan tidak di hakimi atas keputusan yang
mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13.Membicarakan dan memperluas pengalaman
keagamaan dan kerohanian.
14.Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian
tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.

TERIMA KASIH

You might also like