You are on page 1of 2

Pasien perempuan usia 13 tahun datang dengan keluhan demam mendadak selama 3 hari.

Selain itu disertai mual muntah, nyeri kepala, pegal-pegal dan gusi berdarah. Dan pada
pemeriksaan fisik didapatkan uji tourniquet positif. Dipemeriksaan labolatorium didapatkan
trombositopenia. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang, hal ini mendukung
diagnosis DBD. Berdasarkan kriteria WHO, pasien ini sudah dapat ditegakkan diagnosis DBD
yaitu 2 kriteria klinis dengan trombositopenia yaitu demam mendadak, manifestasi perdarahan
serta trombositopenia. Selain gejala-gejala tersebut, pada lingkungan rumah pasien terdapat
banyak jentik-jentik nyamuk dan semakin memperkuat diagnosis DBD.
Patofisiologi DBD sendiri yaitu secondary infection yang berarti infeksi yang kedua
setelah infeksi yang pertama dengan antigen yang berbeda. Pada pemeriksaan imunologi
didapatkan bahwa dengue Ig G pasien positif yang berarti menandakan bahwa pasien telah
memiliki daya tahan tubuh pada infeksi dengue, pada saat ini pasien menunjukan gejala-gejala
demam berdarah dengue. Hal ini sesuai dengan patofisologi dari demam berdarah dengue.
Pada pasien ini diberikan infus RL 175 cc/jam, sesuai protocol pada tatalaksana DBD
derajat 1 dan 2. Berat badan pasien ini adalah 35 kg, sehingga yang digunakan adalah 5
ml/kgbb/jam. Jadi perhitungannya adalah 35 x 5 ml/kg/bb = 175cc perjam. Jumlah cairan di
pertahankan sampai terdapat tanda-tanda perbaikan, setelah itu tetesan disusaikan dengan tetesan
maintenance yaitu 20 tetes/menit.
Pemberian cefotaxim pada pasien ini seharusnya tidak diperlukan, sebab pada pasien ini
infeksi yang terjadi adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Sehingga penggunaan antibiotic
tidak diperlukan. Pasien perlu dirawat karena ada indikasi rawat inap yaitu adanya perdarahan,
trombositopenia, dan nyeri abdomen. Dan dimonitor setiap 3 jam untuk memantau tanda vital
dari pasien ini agar tidak jatuh pada fase syok atau kelebihan cairan.
Anjuran pemeriksaan tambahan yaitu test serologi dengue Ig M, sebab pemeriksaan
imunologi pasien ini dilakukan pada fase demam hari ke 3 sehingga Ig M pada secondary
infection belum muncul. Ig M muncul pada demam hari ke 5-6.
Pada follow up pasien sempat diberikan transfusi trombosit karena terdapatnya
trombositopenia dan perdarahan gusi. Namun, pemberian transfuse ini sesungguhnya tidak sesuai
dengan indikasi pemberian trombosit yaitu perdarahan masif dan pada fase awal trombosit tetap
menurun sampai fase penyembuhan trombosit akan kembali normal secara perlahan.

Setelah pemberian trombosit sebanyak 7 kantung, trombosit pada pasien ini naik. Pada
follow up hari ke 2 sampai hari ke 5 setelah post transfusi 7 kantong, trombosit pasien kembali
turun secara perlahan sehingga diagnosis diagnosis banding pasien ini adalah idipatic
trombositopenia purpura. Sebab pada ITP memiliki beberapa gejala yang sama dengan demam
berdarah dengue grade 2. Gejala yang sesuai yaitu demam mendadak, tidak ada leukopenia, serta
tidak terdapat hemokonsentrasi,
Pada follow up hari ke 2 pasien mengeluh sesak, pada pasien ini terjadi kelebihan cairan
sehinga pemberian infus RL diturunkan menjadi 20 tpm dan pasien diminta untuk menampung
urin selama 24 jam untuk mengitung jumlah cairan yang keluar dibandingkan denan cairan yang
diberikan. Pada perawatan hari ke 7 pasien dipulangkan, sebab pada pasien ini terdapat indikasi
pasien dipulangkan yaitu, secara klinis terdapat perbaikan, nafsu makan menigkat, hematrokit
stabil, dan fase kritis sudah terlewati.

You might also like