Professional Documents
Culture Documents
MODIFIKASI POLIMER
4. 1 Pendahuluan
Polimer, sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia sejak berabad-abad
yang lalu. Polimer-polimer yang sudah digunakan itu adalah jenis polimer alam
seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet. Istilah polimer pertama kali
digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833). Polimer merupakan
molekul besar yang terbentuk dari unit unit berulang sederhana. Nama ini
diturunkan dari bahasa Yunani Poly, yang berarti banyak dan mer, yang berarti
bagian. Sedangkan industri polimer (polimer sintesis) baru dikembangkan
beberapa puluh tahun terakhir ini.
Berkembangnya industri polimer ini diawali ketika Charles Goodyear dari
Amerika Serikat berhasil menemukan vulkanisasi pada tahun 1839. Setelah itu
berbagai modifikasi polimer pun mulai berkembang seperti pada tahun 1870
Modifikasi selulosa dengan asam nitrat, lalu pada tahun 1907 Ditemukan damar
fenolik, tahun 1930 Ditemukan poli fenol etena atau polistirena dan pada tahun
1933 ditemukan polietena atau polietilena di laboratorium ICI di Winnington,
Chesire.
Sejak saat itu sejumlah terobosan baru banyak dilakukan untuk
menciptakan berbagai sistim polimer baru maupun pengembangan sistim polimer
yang telah ada. Hasilnya tampak sebagai produk industri polimer yang begitu
beragam sebagaimana yang terlihat sekarang ini.
Hingga pada tahun 1970 sudah terdapat lebih dari 25 produk polimer, dan
pada tahun 1980 polimer mencapai 2 juta m3 tiap tahunnya, melebihi produksi
kayu dan baja. Dengan berkembangnya industri polimer, ternyata membawa
dampak positif terhadap jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan karena industri
polimer menyerap benyak tenaga kerja. Karena sifatnya yang karakteristik maka
bahan polimer sangat disukai. Sifat - sifat polimer yang karakteristik ini antara
lain mudah diolah untuk berbagai macam produk pada suhu rendah dengan biaya
murah, ringan; maksudnya rasio bobot/volumnya kecil, tahan korosi dan
kerusakan terhadap lingkungan yang agresif, bersifat isolator yang baik terhadap
1
panas dan listrik, berguna untuk bahan komponen khusus karena sifatnya yang
elastis dan plastis. Berdasarkan sifat- sifat daripada polimer yang banyak disukai
oleh produsen, mendorong para ahli untuk terus melakukan modifikasi terhadap
polimer sehingga diperoleh sifat-sifat baru terhadap polimer itu sendiri.
Modifikasi polimer sangat menarik untuk dipelajari. Dengan adanya
modifikasi pada polimer kita dapat merancang polimer itu sendiri sesuai dengan
keinginan kita. Misalnya polimer yang bersifat keras dapat dimodifikasi menjadi
lebih lentur dengan penambahan plastisizer sehingga terbentuklah kantong
plastik. Modifikasi polimer juga menciptakan sifat baru pada ban. Polomer karet
alam yang bersifat lentur dimodifikasi dengan penambahan sulfur sehingga
bersifat keras sehingga terciptalah ban. Banyak contoh lainnya dari modifikasi
polimer seperti baju anti peluru, aspal modifikasi, dan lain sebagainya.
Polimer (makromolekul) merupakan molekul besar yang terbentuk dari
unit-unit berulang sederhana. Molekul polimer dapat diandaikan dengan sabuah
rantai yang setiap mata rantainya mewakili satu unit pembangun. Unit pembangun
itu berasal dari molekul sederhana yang disebut monomer. Reaksi pembentukan
polimer dari monomernya disebut sebagai polimerisasi (Purba, 2001).
Polimer memiliki sifat - sifat yang karakteristik, antara lain:
o mudah diolah untuk berbagai macam produk pada suhu rendah dengan biaya
o
o
o
o
murah,
ringan, maksudnya rasio bobot/ volumenya kecil,
tahan korosi dan kerusakan terhadap lingkungan yang agresif,
bersifat isolator yang baik terhadap panas dan listrik,
berguna untuk bahan komponen khusus karena sifatnya yang elastis dan
plastis,
o berat molekulnya besar sehingga kestabilan dimensinya tinggi.
Modifikasi polimer merupakan suatu upaya untuk memperbaiki sifat-sifat
polimer sehingga menjadi polimer baru dengan mutu yang lebih baik. Sebagai
contoh adalah polimer polietilen yang biasa dikenal sebagai salah satu
termoplastik dan sering digunakan untuk bahan pembungkus, ternyata dapat
dimodifikasi sehingga dapat dipakai sebagai bahan isolasi kabel yang tahan
terhadap panas (Anonim, 2013).
Banyak monomer yang diubah menjadi homopolimer yang sesuai. Namun,
untuk memenuhi kebutuhan dari jenis polimer yang baru maka dilakukanlah
modifikasi polimer yang sudah ada. Polimer yang akan digunakan harus berfungsi
dengan baik dalam aplikasi tertentu. Kinerja dari polimer ditentukan terutama
oleh komposisi dan struktur molekul polimer. Selain itu juga sifat kimia, fisik, dan
karakteristik lain dari bahan polimer. Oleh karena itu modifikasi komposisi unit
struktural merupakan salah satu pendekatan utama untuk melakukan modifikasi
polimer. Selain sifat kimia dan komposisi unit struktural yang merupakan bagian
utama polimer, arsitektur molekul juga berkontribusi terhadap sifat utama dari
produk polimer. Dengan demikian modifikasi polimer dapat dicapai dengan
menggunakan satu atau lebih dari teknik berikut:
a. Kopolimerisasi lebih dari satu monomer
b. Pengendalian arsitektur molekul
c. Reaksi paska polimerisasi dengan melibatkan gugus reaktif atau fungsi yang
dimasukkan dengan bebas ke rantai utama polimer atau gugus samping.
Teknik modifikasi di atas terkait dengan kontrol bahan kimia, komposisi,
dan sifat struktural dari polimer, yang mempengaruhi terutama selama proses
polimerisasi. Namun, beberapa polimer yang digunakan dalam teknologi adalah
polimer dalam bentuk kimia murni. Hampir semua bahan polimer komersial yang
tersedia adalah kombinasi dari satu atau lebih sistem polimer dengan penambahan
berbagai bahan aditif, dengan pertimbangan karena faktor biaya, untuk
menghasilkan sifat yang optimal perlu aplikasi khusus.
4. 2 Kopolimerisasi
Polimer yang paling sederhana ialah homopolimer yang kesatuan
berulangnya memiliki struktur yang sama. Jika dua macam atau lebih monomer
menunjukkan
satu
fasa
homogen dan
memiliki sifat
homopolimer.
Sebagian besar kekurangan dari homopolimer polibutadiena dapat diatasi
dengan penggabungan 28% stirena ke dalam kopolimer. Sifat SBR yang baik
membuat SBR banyak digunakan dalam aplikasi seperti belting, selang, dan
barang cetakan dan vulkanisir lembar dan lantai. Karet sol sepatu dibuat hampir
secara keseluruhan dari SBR. Kopolimer berisi sekitar 25% stirena sebagai
perekat. Jika rasio stirena-butadiena berada pada kisaran 60:40 dan lebih tinggi,
kopolimer digunakan sebagai bahan perekat dan cat lateks. Sebagai contoh,
kopolimer emulsi terdiri dari 74% stirena dan 25% butadiena (berat) yang
diaplikasikan secara luas pada produk cat.
4. 2. 2 StyreneButadiene Rubber (SBR) (Kopolimer Acak)
SBR diproduksi oleh polimerisasi radikal bebas dari stirena dan butadiena,
yang menghasilkan kopolimer acak dan struktur yang tidak teratur. Sehingga
SBR mimiliki sifat yang tidak kristalin. Struktur dari kopolimer ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
SBR komersial diproduksi oleh kopolimerisasi emulsi atau larutan
butadiena dan stirena. Kopolimerisasi emulsi dapat dibuat melalui proses dingin
(41 F) atau proses panas (122 F). Kopolimer dari proses panas dan dingin
memiliki perbedaan utama dalam berat molekul, distribusi berat molekul, dan
mikro, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Proses kopolimerisasi untuk
produksi SBR melibatkan penggunaan katalis alkilitium. SBR umumnya memiliki
berat molekul yang lebih tinggi, distribusi berat molekul yang kecil, dan memiliki
cis-diene yang lebih banyak daripada emulsi SBR.
blok
stirena-butadiena
tergolong
ke
dalam
elastomer
termoplastik (TPE). Produk yang terbuat dari polimer ini memiliki sifat yang
sama dengan karet yang divulkanisir, namun kopolimer jenis ini dibuat dari
peralatan yang digunakan untuk fabrikasi polimer termoplastik. Proses ini berjalan
dengan cepat dan melibatkan pendinginan dan lelehan sehingga produk menjadi
bentuk karet yang seperti padatan. Kepingan produk ini dapat di daur ulang.
Kopolimer
blok
stirena-butadiena
tergolong
ke
dalam
elastomer
termoplastik jenis A-B-A. Plastik stirena dan blok disebut sebagai domain,
berfungsi sebagai pengunci cross-link pada karet.
Secara komersial, karet termoplastik SBS memiliki proporsi yang lebih
kecil dengan rasio stirena-butadiena (endblock to midblock) di kisaran 15:85
sampai 40:60 berat. Kisaran suhu dari kopolimer SBS ini terletak di antara Tg dari
polibutadiena dan polistrirena. Dalam penggunaan suhu normal, kopolimer blok
SBS akan mempertahankan thermoplasticity dari stirena serta ketangguhan dan
ketahanan unit elastomer.
4. 2. 4 Kopolimer Etilena
Low-density polyethylene (LDPE) diproduksi di bawah tekanan dan suhu
tinggi dan dapat ditemukan pada aplikasi dalam film dan produk seperti kabel.
Sifat fisiknya ditentukan oleh tiga variabel struktural: densitas, berat molekul, dan
berat molekul distribusi. Seiring dengan peningkatan kepadatan, sifat penghalang,
kekerasan, abrasi, panas, dan ketahanan kimia, kekuatan, dan peningkatan
permukaan 4gloss.
Tabel 4.2 Beberapa Kopolimer Etilen
4. 2. 5 Akrilonitril-Butadiena-Stirena (ABS)
ABS adalah termoplastik rekayasa yang dihasilkan oleh kombinasi dari tiga
monomer: akrilonitril, butadiena, dan stirena. Resistensi kimia polimer
dan panas serta stabilitas tergantung pada akrilonitril. Ketangguhan, retensi pada
suhu rendah tergantung pada butadiena. Sementara kekakuan kopolimer
penampilan permukaan glossy, dan kemudahan proses merupakan kontribusi dari
stirena. Sifat terpolimer dikendalikan oleh rasio manipulasi dan distribusi dari tiga
komponen tersebut.
Resin ABS terdiri dari dua fase: fase karet yang tersebar dalam matriks
gelas secara terus menerus dari stirena-akrilonitril kopolimer melalui lapisan batas
SAN. Fase karet yang tersebar adalah karet yang dipolimerisasi dari butadiena.
Stirena dan akrilonitril dipolimerisasi menjadi karet sehingga membentuk lapisan
batas antara fase terdispersi karet dan matriks gelas secara terus menerus.
Peningkatan berat molekul SAN akan meningkatkan kekuatan produk dan
kemudahan proses, sedangkan konsentrasi, ukuran, dan distribusi partikel karet
mempengaruhi
ketangguhan
produk
dan
kekuatan.
dengan
luas
Proses ini akan menghasilkan distribusi acak ikatan C-C dalam rantai
polimer. Depolimerisasi dari unit etilen oksida jauh lebih sulit daripada unit
oximethilen. Kopolimerisasi memberikan stabilitas termal pada kopolimer asetal.
Kopolimer menunjukkan retensi yang baik ketika terkena udara panas pada suhu
hingga 220 F atau air pada suhu 180 F untuk jangka waktu yang lama. Untuk
penggunaan intermittent, suhu yang lebih tinggi dapat ditoleransi.
2. Epoksi
Epoksi adalah bahan polimer yang di dalam nya terdapat kelompok
epoksida terminal reaktif. Resin epoksi yang sering digunakan adalah eter
diglisidil A bisphenol (DGEBA) (Gambar 4.2).
sifat
polimer
kondensasi
melalui
10
Turunan selulosa yang paling penting adalah selulosa ester dan eter. Ester
selulosa dibuat oleh reaksi dari selulosa yang diaktifkan dengan asam karboksilat
yang sesuai, anhidrida asam, atau asam halida. Esterifikasi diambil sampai selesai
(triester) dan kemudian dihidrolisis kembali. Viskositas dikendalikan dengan
menahan reaksi pada tahap asam sampai berat molekul berkurang pada tingkat
yang diinginkan. Untuk plastik, berat molekul relatif tinggi yang diinginkan,
sedangkan untuk aplikasi perekat, pernis, berat molekul yang lebih rendah yang
lebih cocok.
Etil selulosa merupakan paling penting dari eter selulosa. Komersial etil
selulosa, yang sekitar 2,4-2,5 grup etoksi per residu glukosa merupakan bahan
cetakan yang panasnya stabil dan memiliki sifat mudah terbakar yang rendah dan
kekuatan yang tinggi. Sehingga etil selulosa lebih fleksibel dan kuat bahkan pada
suhu rendah, namun memiliki penyerapan air yang relatif tinggi.
2. Pati dan Dekstrin
Pati adalah polimer alam berumus molekul (C6H10O5)n. Pati terdapat dalam
terigu, beras, kentang, tumbuhan hijau. Pati mengandung dua macam polimer
yang struktur dan massa molekul nisbinya berbeda, yakni amilosa dan
amilopektin. Amilosa yang menyusun 20-50 % pati alam dibentuk dari kesatuan
glukosa yang bergabung melalui ikatan -1,4 (Gambar 4.6). Komponen pati
lainnya adalah amilopektin, yaitu polimer rantai bercabang yang memiliki ikatan
glikosida -1,6 disamping -1,4 (Gambar 4.7) (Cowd, 1982).
11
12
2. Vulkanisasi
Vulkanisasi merupakan istilah umum yang digunakan ke reaksi ikat silang
polimer-polimer, khususnya elastomer. Vulkanisasi adalah proses dimana suatu
jaringan lintas-link di gunakan dalam elastomer atau reaksi kimia yang
13
15
energi kinetik yang cukup jadi setiap bagian berosilasi seperti tali yang
digoyangkan secara cepat.
Ketika karet ditarik, interlink menegang dan tidak dapat berosilasi lagi.
Energi kintiknya didapatkan sebagai panas yang berlebih. Oleh karenanya entropi
akan berkurang ketika karet berubah dari keadaan relaksasi ke keadaan tertarik.
Relaksasi karet bersifat endotermis dan karena alasan ini gaya yang digunakan
saat sepotong karet memanjang akan bertambah terhadap temperatur.
b. Poliolefin dan Polisiloksan
Polyethylene, kopolimer etilena-propilena, dan polisiloksan dihubungkan
secara cross-linked dengan peroksida dan pemanasan. Proses ini melibatkan
pembentukan polimer radikal diikuti oleh radikal kopling seperti pada persamaan
berikut:
16
tunggalnya. Kopolimer blok atau cangkok digunakan sangat luas dalam berbagai
kebutuhan termasuk membuat material yang tahan benturan, thermoplastik
elastomer, kompatibilizer, polimer emulsifier, membran dan sebagai sistem
pembawa dalam sistem transportasi obat. Struktur blok atau cangkok memberikan
sumbangan yang besar untuk diproduksi secara komersial dan hal ini sangat
penting bagi industri karena kemudahan dalam pengendaliannya baik melalui
proses bulk atau larutan.
1. Kopolimerisasi Blok
Kopolimer blok mengandung blok dari satu monomer yang dihubungkan
dengan blok monomer yang lain. Kopolimer blok biasanya terbentuk melalui
proses polimerisasi ionik. Untuk polimer ini, dua sifat fisik yang khas yang
dimiliki dua homopolimer tetap terjaga. Kopolimer blok dapat dibuat melalui
beraneka metode. Salah satu diantaranya melibatkan mekanisme anion. Pada
tahap pertama satu macam monomer mempolimer secara anion dan reaksi
dibiarkan berlangsung sampai monomer itu habis. Kepada polimer yang sedang
tumbuh kemudian ditambahkan monomer kedua yang lalu bergabung pada rantai
membentuk blok kedua. Proses ini berulang sebanyak diperlukan. Kopolimer
balok yang banyak diperdagangkan adalah feniletena-buta-1,3-diena, yang
bercirikan karet lentuk-bahang (Cowd, 1982).
Pembuatan kopolimer blok membutuhkan kehadiran kelompok reaktif
terminal. Kopolimer blok dari butil akrilat-stirena dan akrilonitril-stirena telah
disusun oleh penyinaran butil akrilat atau akrilonitril yang mengandung inisiator
fotosensitif (misalnya, 1-azo-bis.1-cyanocyclohexane) dengan radiasi UV yang
intensif. Sehingga
Monomer
Akrilonitril
18
Isobutilena
Metil Akrilat
Metakrilonitril
Metakrilonitril-co-vinil klorida
Metil metakrilat
Metilmetakrilat-co-metaklironitril
Stirena
Vinil Asetat
Vinil Klorida
Akrilonitril
Stirena
Vililidena Klorida
Vinil Klorida
Vinilidena Klorida
Akrilonitril
Metil Metraklirat
Metakrilonitril
Striena
Vinilidena Klorida
Stirena
Metil Metrakrilat
Vinilidena Klorida
Vinil Klorida
Metil Vinil Keton
19
biasa,
rasio
reaktivitas
monomer-monomer
juga
perlu
jumlah cangkokan.
dengan sinar
20
Semua kopolimer cangkok disusun dari polimer kerangka dasar dan rantai
cabang yang berasal dari monomer lain. Dalam reaksi kopolimerisasi, karet alam
bertindak sebagai induk (backbone), sedangkan monomer metil metakrilat
bertindak sebagai monomer cangkok (graft).
dan
kompatibilitas
darah
dapat
ditingkatkan
dengan
21
dan
metakrilat
dapat
dengan
mudah
dipolimerisasi
atau
22
Polimer Modifikasi
Sianogen Bromida
Triazines
Ligan Biomakromolekul
pada Tubuh
-NH2
-NH2
23
Periodates oxidation
Benzoquinon
Epoxida
Silamization
Reagen terkarboksilasi
-NH2 COOH
-COOH, -NH2
Carbodiimides
-NH2
-NH2
-NH2 , -COOH, -OH, -SH
-NH2 , C6H5-R, -COOH
-NH2
Asilasi
Ester aktif
-NH2 , -COOH
-NH2 , -COOH
-CHO
-NH2
-C6H4-R
Diazotation reagents
-C6H4-R, Histidin,
Triptofan
-SH
Thiol-disulfida exchange
-SH
Sumber : Kalal, J., Makromol. Chem. Macromol. Symp., 12, 259, 1987.
4. 5 Penutup
4. 5. 1 Simpulan
1. Modifikasi polimer merupakan Modifikasi polimer merupakan suatu
upaya untuk memperbaiki sifat-sifat polimer sehingga menjadi polimer
baru dengan mutu yang lebih baik.
2. modifikasi polimer dapat dicapai dengan menggunakan satu atau lebih
dari teknik berikut:
a.
b.
c.
fungsi yang dimasukkan dengan bebas ke rantai utama polimer atau gugus
samping.
3. Tujuan dari modifikasi polimer ini digunakan pada obat-obatan,
poliuretan, dan stabilisator ikatan polimer
DAFTAR PUSTAKA
24
25