You are on page 1of 11

LAPORAN RESUME KASUS V

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II


KOMPLIKASI ULKUS DI RUANG CAROLUS

DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN


APLIKASI KEPERAWATAN

OLEH :
DENE FRIES SUMAH
NIM. 2014-01-006

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS
JAKARTA
2015

A. DEFINISI

Diabetes Melitus adalah penyakit kronik multisistem yang berhubungan dengan


produksi insulin abnormal, gangguan penggunaan insulin atau keduanya, ditunjukan
dengan peningkatan glukosa dalam darah (hiperglikemia) (Hinkle & Cheever, 2014).
American Diabetes Association (2015), menyatakan bahwa Diabetes Mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Rekomendasi diagnosa Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association
(2015) jika memenuhi criteria sebagai berikut :
1. A1C 6,5
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dL ( 7,0 mmol/L )
3. Kadar gula darah 2 jam setelah makan atau setelah diberi 75 g glukosa 200 mg/dL
( 11,1 mmol/L
4. Kadar gula darah sewaktu 200 mg/dL ( 11,1 mmol/L )
DM tipe II, yang disebut juga NIDDM (non insulin dependent diabetes mellitus)
merupakan 90%-95% dari seluruh kasus DM. DM tipe II dimulai dengan resistensi
insulin, dimana interaksi insulin dengan glukosa menjadi kurang efisien sehingga
metabolisme lemak menjadi abnormal. Dengan meningkatnya kebutuhan insulin,
pankreas kehilangan kemampuannya untuk memproduksi insulin secara bertahap. Faktor
yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe II meliputi usia lanjut, obesitas, riwayat
keluarga dengan DM tipe II, riwayat gestasional diabetes, gangguan metabolisme
glukosa, kurang aktivitas fisik, ras (Kathryn L. McCance, 2014).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu
gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer (Kathryn L. McCance,
2014).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5


cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian
depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum
dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ

ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal
dari lapisan epitel yang membentuk usus (LeMone P., 2014).
Fungsi pankreas ada 2 yaitu: (1) Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas
yang berisi enzim dan elektrolit. (2) Fungsi endokrin
yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang
bersama-sama

membentuk

organ

endokrin

yang

mensekresikan insulin. Pulau langerhans manusia


mengandung tiga jenis sel utama, yaitu: (1) Sel-sel
(alpha), jumlahnya sekitar 20-40 %; memproduksi
glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu
hormon yang mempunyai anti insulin like activity.
(2) Sel-sel (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %,
membuat insulin. (3) Sel-sel D (delta), jumlahnya
sekitar 5-15 %, membuat somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon
(LeMone P., 2014).
Fisiologi kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas,
adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin
dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen.
Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah
absorsi selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di
vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada
keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam
beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau
hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glukagon sangat penting pada metabolisme
karbohidrat. Glukagon menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase,
enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk
gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih
aktif (Kathryn L. McCance, 2014).
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh
jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain: (a)
Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa
darah masuk kedalam sel, antara lain; Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau
lengerhans, Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin,

Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal, Growth hormone yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis anterior. (b) Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth
hormone membentuk suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya
hipoglikemia akibat pengaruh insulin (Kathryn L. McCance, 2014).
C. PATOFISIOLOGI

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini
(LeMone P., 2014). Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, 16 polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan
yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat
gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut
angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada
pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh
darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang
berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya
tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban
terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme
yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan
closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal,
bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Kathryn L.
McCance, 2014).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Alice C. Murr., 2014), (Gulanick M. &., 2014)

1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin dengan


ketidakmampuan menggunakan nutrient, intake nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh,
dan aktivitas yang kurang.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
dalam menggunakan glukosa, defisiensi insulin.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses penyakit, pencegahan,
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi perifer.
E. PERENCANAAN KEPERAWATAN (Gulanick M. &., 2014), (Alice C. Murr., 2014)
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan defisiensi insulin dengan
ketidakmampuan menggunakan nutrient, intake nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh,
dan aktivitas yang kurang
Hasil yang diharapkan: Pasien mampu mempertahankan glukosa darah dan HbA1C
dalam rentang yang ditargetkan.
NOC: Level gula darah, Pengetahuan (Pengobatan, diit, aktivitas, manajemen DM)
NIC: Manajemen hiperglikemia, Edukasi (aktivitas sesuai saran, pengobatan sesuai
saran, diit sesuai saran)
Tindakan Keperawatan :
Observasi
a. Kaji adanya tanda hiperglikemia
R : Hiperglikemia terjadi akibat ketidadekuatan hormone insulin. Peningkatan
gula darah akan meningkatkan efek osmotic sehingga akan ada tanda
peningkatan haus, lapar, dan berkemih. Pasien juga melaporkan adanya
kelemahan dan pandangan kabur.
b. Monitor gula darah dan bandingkan dengan gula darah pemeriksaan sebelumnya
R : Perubahan gula darah mengindikasikan kesuksesan memanajemen diitnya.
c. Monitor HbA1C-glycosylated hemoglobin
R : Pemeriksaan ini bertujuan melihat kadar gula darah 23 bulan sebelumnya.
Rekomendasi pemeriksaan ini adalah empat kali per tahun (N: 6,5% - 7%).
d. Monitor kadar serum insulin
R : Hiperinsulinemia akan terjadi pada awal DM karena adanya stimulasi pada
pancreas. Lama kelamaan pancreas gagal mensekresikan insulin dalam
jumlah yang cukup sehingga terjadi hipoglikemia.
e. Kaji pola aktivitas fisik
R : Aktivitas fisik memiliki efek menurunkan gula darah seperti insulin. Latihan
teratur menjadi bagian penting dari manajemen DM.
f. Kaji adanya tanda hipoglikemia
R : Pasien dengan DM tipe 2 yang menggunakan insulin rentan mengalami
hipoglikemia. Pasien mungkin menampilkan takikardia, diaphoresis, tremor,
pusing, kelemahan, lapar, perubahan visual.

g. Kaji keeraturan menggunakan obat


R: Pasien DM seringkali mengalami problem kesehatan lain yang juga
membutuhkan obat. Beberapa obat dapat meningkatkan gula darah.
Edukasi
h. Kaji pengetahuan tentang penyakit dan diit
R : Ketidakpatuhan dalam diit dapat menyebabkan hiperglikemia. Pasien
direkomendasikan memiliki diit yang sehat. Pasien mungkin mengalami
hiperglikemia atau hipoglikemia ketika obat, aktivitas, dan diit tidak
seimbang.
i. Ajarkan pasien cara pemberian insulin
R : Berikan edukasi terkait cara pemberian, lokasi pemberian, aturan dalam
penyuntikan, penyimpanan insulin.
Mandiri
j. Buat capaian penurunan BB pasien, penurunan gula darah, lemak, kolesterol,
HbA1C, dan latihan
R : Hiperglikemia dapat menurunkan BB. Glukosa harus dipantau kadarnya.
Latihan minimal 30 menit/hari.
k. Review kemajuan pasien
R : Keikutsertaan pasien dalam merencanakan pengobatan akan meningkatkan
dalam kepatuhan minum obat. Rasa senang dalam melakukan proses belajar
akan meningkatkan perubahan perilaku.
l. Kaji pola makan yang harus diubah pasien
R : Pemberian informasi kepada ahli gizi
m. Anjurkan pasien melakukan aktivitas: Latihan 3060 menit, 37 kali per minggu
R : Lakukan pemanasan dan pendinginan agar terhindar dari injuri otot.
Beraktivitas setelah makan dan minum.
Kolaborasi
n. Rujuk ke ahli gizi untuk mendapatkan instruksi.
R : Pasien membutuhkan ahli gizi untuk membantu menentukan diitnya.
o. Berikan obat hipoglikemia oral dan atau pemberian insulin
R : menurunkan kadar gula darah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
dalam menggunakan glukosa, defisiensi insulin.
Batasan karakteristik :

Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat

Hasil yang diharapkan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil : Berat
badan normal sesuai dengan tinggi badan, Nilai lab dalam batas normal : Hb, albumin,
elektrolit dan kadar glukosa darah, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
NOC: Level gula darah, Pengetahuan (Pengobatan, diit, aktivitas, manajemen DM)
NIC: Manajemen nutrisi
Intervensi Keperawatan:
Mandiri
a. Jelaskan kepada pasien tujuan berat badan ideal serta persyaratan gizi harian.
R : Memberikan dasar perbandingan untuk efektivitas terapi.
b. Kontrak dengan pasien mengenai komitmen terhadap program terapi dan
memenuhi kebutuhan diet khusus.
R : Ketika pasien setuju untuk kontrak, keberhasilan individu akan ditingkatkan.
c. Membuat menu selektif, dan memungkinkan pasien untuk mengontrol pilihan
sebanyak mungkin.
R : Pasien yang mendapatkan kepercayaan diri dan merasa mengendalikan
lingkungan lebih mungkin untuk makan makanan yang disukai.
d. Waspada terhadap pilihan makanan rendah kalori dan minuman.
R : Pasien akan mencoba dan berusaha keras untuk menghindari makanan yang
berlebihan kalori.
e. Pertahankan jadwal penimbangan rutin, seperti Senin dan Jumat sebelum sarapan,
dan hasil grafik.
R : Memberikan catatan yang sedang berlangsung akurat dari penurunan berat
badan atau kelebihan berat badan. Juga mengurangi obsesi perubahan berat
badan.
f. Memonitor program latihan dan menetapkan batas kegiatan fisik.
R : Olahraga ringan membantu dalam menjaga otot dan mengurangi depresi;
Namun, pasien dapat melaksanakan berlebihan untuk membakar kalori.
Kolaborasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan terapi nutrisi sesuai program diit
DM.
R : Kesembuhan dari masalah mendasar tidak bisa terjadi tanpa status gizi
ditingkatkan melalui pengaturan diit pasien sesuai kebutuhan. Sehingga
tidak memberikan dampak yang lebih buruk.
h. Berikan makan yang terpilih (sudah di konsultasikan dengan ahli gizi).
R : Membantu dalam proses pengaturan pola diit serta menekan penigkatan GDS.
i. Hindari memberikan obat pencahar.
R: Efek penggunaan obat pencahar dapat menyebabkan tubuh kehilangan
makanan atau kalori.

3. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik tentang proses penyakit, pencegahan,


pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Outcome : pasien mendemonstrasikan pengetahuan tentang perawatan diri DM
NOC: Pengetahuan: manajemen DM, kadar gula daarah, manajemen diri terkait DM
Intervensi keperawatan :
Observasi
a. Kaji prioritas pasien dalam memanajemen pengobatan
R : Menyediakan informasi penting dalam memahami medikasi, diit, aktivitas,
dan monitor gula darah.
b. Kaji factor penghambat kesuksesan melakukan perawatan diri.
R : Keterbatasan beraktivitas, kelemahan otot, dan gangguan penglihatan dapat
menghambat perawatan diri.
c. Kaji sumber keuangan pasien
R : Penyakit kronik membutuhkan pengobatan yang lama dan perawatan yang
mahal
Mandiri
d. Evaluasi kemampuan perawatan diri pasien, termasuk kemampuan mengukur
kadar gula darah sendiri
R : Manajemen diri pasien akan menentukan edukasi lanjutan.
e. Review tujuan diit bersama dengan pasien dan keluarga
R : Pasien dan keluarga harus mampu mengenali tujuan dan terapi (normal gula
darah, perubahan pola makan, restriksi kalori, dll).
f. Review gula darah pasien
R : Hasil gula darah yang terkontrol dapat meningkatkan motivasi pasien dalam
perawatan diri.
Edukasi
g. Pastikan pasien tahu tentang gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan
hiperglikemia.
4. Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan osmotik diuresis.
Hasil Yang Diharapkan :
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ditandai dengan : mukosa lembab,
TTV dalam batas normal. TD. 120/80 mmHg, Sh. 36-37 oC.
Intervensi :
a. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Hipovolemik mengakibatkan hipoksia dan takikardia.
b. Kaji membran kulit/membran mukosa dan pengisian kapiler.
Rasional : Mengetahui hidrasi sirkulasi tubuh yang adekuat.
c. Kaji tanda-tanda hipovolemik glukosa darah kurang atau sama dengan 60 mg/dl.

Rasional : mendeteksi tanda hipoglikemia : pucat, takikardia, lapar, palpitasi,


lemah, gemetar, pandangan kabur.
d. Pertahankan pemasukan cairan : 2,5-3 liter/hari.
Rasional : memenuhi status cairan dalam tubuh.
e. Kolaborasi tim medik untuk pemeriksaan SE.
Rasional : penurunan SE mengindikasikan adanya kekurangan elektrolit.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi perifer.
Outcome : Pasien bebas dari injuri kaki
NOC : Integritas Jaringan: kulit dan membrane mukosa, Perawatan Diri: hygiene,
pengetahuan: Penatalaksanaan
NIC : Perawatan kaki: kulit, perawatan kuku, Pengetahuan: individual
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji penampilan umum kaki.
R : Adanya penurunan sensasi pada pasien akan menurunkan kewaspadaan dalam
adanya lesi pada kulit.
b. Kaji status kuku.
R : Infeksi jamur pada kuku seringkali menjadi jalur masuk dari infeksi kaki.
c. Kaji integritas kulit pasien
R : Neurophaty perifer dapat menyebabkan keringnya permukaan kulit yang
memudahkan terjadinya infeksi.
d. Catat adanya kalus
R : Tekanan yang berlebihan pada tulang akan menyebabkan terbentuknya kalus.
e. Kaji sirkulasi pada kaki melalui palpasi arteri dorsalis pedis dan posterior tibia.
R : Mengetahui apakah ada perubahan sirkulasi akibat komplikasi makrovaskuler
f. Kaji adanya infeksi
R : Infeksi terkadang tidak diawali dengan keluahan nyeri pada pasien, namun
pemeriksaan swallowing pada pasien menentukan adanya infeksi
g. Kaji adanya edema
R : Edema menjadi factor utama adanya ulserasi
h. Kaji sensasi protektif dengan monofilament
R : Ketiadaan sensasi protektif akan meningkatkan risiko injuri.
i. Kaji kemampuan pasien untuk menjangkau kakinya untuk perawatan kaki dan
kuku
R : Sebagai data dasar memberikan edukasi.
j. Instruksikan pasien untuk melakukan prinsip kebersihan: mencuci kaki dengan
air hangat dan sabun namun menghindari menyikatnya. Keringkan dengan
perlahan dan lembut, terutama di sela jari. Gunakan pelembab namun hindari
area sela jari
R : Meningkatkan kelembaban dapat mencegah terjadinya infeksi

k. Ajarkan pasien memeriksa kaki setiap hari dan melaporkan jika ada temuan yang
tidak normal (kerusakan kulit, peningkatan suhu dibanding dengan kaki yang
lain, adanya pus dan berbau).
R : Seluruh permukaan kulit harus di periksa sehingga jika ada kerusakan cepat
ditangani.
l. Ajarkan pasien memeriksa sepatu setiap hari.
R : Sepatu melindungi dari luka pada kaki, pemeriksaan sepatu melihat adanya
kerusakan akibat benda tajam
m. Ajarkan pasien memilih sepatu dengan benar dan menggunakannya.
R : Pemilihan sepatu yang pas menghindari terjadinya luka
n. Instruksikan pasien menggunakan kaus kaki yang lembut dan menyerap keringat.
R : Kaki yang basah menjadi lokasi biakkan kuman yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alice C. Murr., M. E. (2014). Nursing care plans : guidelines for individualizing client
care across the life spanEdition 9. Philadelphia: F. A. Davis Company.
American Diabetes Association. (2015). Diabetes Mellitus. USA.
Gulanick, M. &. (2014). Nursing care plans: Diagnoses, interventions, and outcomes
(8th ed.). Philadelphia: Elsevier.
Hinkle, J. L. (2014). Bruner and Suddarth' s textbook of medical surgical nursing .
China : Lippincott William & Wilkins.
Kathryn L. McCance, S. E. (2014). Pathophysiology: the biologic basis for disease in
adults and children. Seventh edition. St. Louis: Elsevier.
LeMone P., B. K. (2014). Medicalsurgical nursing: critical thinking for person-centred
care. 2nd ed. Frenchs Forest: Pearson Education.

You might also like