You are on page 1of 47

ANATOMI HIDUNG

SARTIKA SABHINAYA
1120221174

LUAR
HIDUNG
DALAM

Hidung Luar
Berbentuk piramid,
bagiannya (dari atas
ke bawah) :
Pangkal hidung
(bridge)
Dorsum nasi
Puncak hidung
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares
anterior)

Hidung dalam :
- Vestibulum
dilapisi oleh kulit yg mengandung rambu
(vibrise), glandula sebacea, gl.
Sudorufera
Dibatasi oleh kolumella
- Cavum nasi

Hidung luar di bentuk oleh:


a. Tulang : os nasal, proc
frontalis os maksila, proc nasalis
os frontal
b. Tulang rawan : kartilago
nasalis lateralis superior,
kartilago nasalis lateralis inferior,
kartilago ala minor, tepi anterior
kartilago septum
c. Otot M. Nasalis pars
transversa dan M. Nasalis pars
allaris : untuk melebarkan dan
menyempitkan lubang hidung

Rongga hidung/kavum nasi ,


berbentuk terowongan dr depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum
nasi di tengahnya kavum nasi
kanan & kiri
Lubang masuk kavum nasi bag
depan nares anterior
Lubang belakang nares posterior
(koana) yg menghubungkan
kavum nasi dgn nasofaring

Tiap kavum nasi memiliki 4 buah


dinding yaitu:
medial septum nasi
lateral concha
inferior os maksilla & os palatum
superior lamina kribiformis

Hidung Dalam
Septum nasi
Conchae nasales
Meatus nasales

Septum Nasi
Kerangka tulang
tdd :
Lamina
prependikularis
Vomer
Krista nasalis os
maksilla
Krista nasalis os
palatina

Kerangka tulang

Conchae Nasales
1. Concha nasalis superior
... Meatus nasi superior...
2. Concha nasalis media
... Meatus nasi medius...
3. Concha nasalis inferior
... Meatus nasi inferior...
Dasar cavum nasi

Vaskularisasi Hidung
Bagian bawah hidung mendapat
vaskularisasi:
cabang a.maksilaris interna, di
antaranya adalah ujung a.palatina
mayor dan a.sfenopalatina yg keluar
dari foramen sfenopalatina
memasuki rongga hidung di belakang
ujung posterior konka media
Bagian depan hidung mendapat

Bagian atas rongga hidung


mendapat vaskularisasi dari a.etmoid
anterior dan posterior yang
merupakan cabang dari a.oftalmika
dari a.karotis interna

Bagian depan septum


nasi :
Pleksus Kiesselbach
anastomosis dari cabang
a. sfenopalatina, a.
ethmoid anterior, a.
labialis superior dan a.
palatina mayor

Vena hidung memiliki nama yg sama


& berjalan berdampingan dgn
arterinya
Vena di vestibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke v.oftalmika yg
berhubungan dgn sinus kavernosus
Vena hidung tdk memiliki katup
mudah penyebaran infeksi sampai

Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung : persarafan
sensoris n. etmoidalis anterior (cabang dari n. oftalmikus)
Rongga hidung lainnya : n. maksila (sensoris) melalui
ganglion sfenopalatinum. Posterior kavum nasi
dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion
pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina
kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N.
Sfenopalatinus. Petrosus superfisialis mayor
(parasimpatis) dan N. Petrosus profundus (simpatis)
N. olfaktorius reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius

Mukosa Hidung
Mukosa pernafasan :
epitel torak berlapis semu + silia + sel
goblet (pseudo stratified columnar
epitelium) fungsi mendorong lendir ke
arah nasofaring untuk membersihkan
diri dan mengeluarkan benda asing yang
masuk ke hidung

Mukosa penghidu
(atap rongga hidung, konka superior,
sepertiga atas septum) epitel torak
berlapis semu tidak bersilia
(pseudostratified columnar non ciliated
epitelium)
Epitelnya dibentuk oleh 3 macam sel, yaitu
sel penunjang, sel basal dan sel reseptor
penghidu.

FISIOLOGI HIDUNG

Fungsi Hidung
Jalan nafas

Indra
penghidu

Alat
pengatur
kondisi
udara

Penyaring
udara

Resonansi
suara

Membantu
proses
bicara

Refleks
nasal

JALAN NAFAS
Inspirasi : udara masuk dari nares anterior naik setinggi konka
media turun ke nasofaring
Ekspirasi : udara dari koana naik setinggi konka media di depan
memecah sebagian ke nares anterior dan sebagian kembali ke
belakang membentuk pusaran dan bergabung dgn aliran dari
nasofaring udara ekspirasi masuk ke ostium sinus terjadi karena
adanya udara menabrak proc. unsinatus

PENYARING UDARA
Membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri ( oleh : rambut /
vibrissae, silia, mucous blanket, lisozym), dibantu oleh adanya refleks bersin
untuk mengeluarkan partikel yang besar

PENGATUR KONDISI UDARA


pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara
yang akan masuk ke dalam alveolus
1. mengatur kelembapan oleh palut lendir (mukous blanket)
2. suhu ( oleh banyaknya pembuluh darah dibawah epitel ,
permukaan konka dan septum yang luas) < 37C

Pengatur Kondisi Udara


Dilakukan oleh palut lendir
Musim panas, udara hampir jenuh
oleh uap air penguapan sedikit
Sedangkan musim dingin, akan
terjadi keadaan sebaliknya
Karena banyaknya pembuluh darah
di bawah epitel dan adanya
permukaan konka dan septum yg
luas radiasi berlangsung optimal
suhu 37oC

INDRA PENGHIDU
Adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka
superior dan sepertiga bagian atas septum
Partikel bau mencapai mukosa olfaktorius dgn cara berdifusi
dengan palut lendir atau bila menarik nafas kuat

RESONANSI SUARA
kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar
suara sengau.
Sumbatan hidung rinolalia (suara sengau)

PROSES BICARA
Proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana
rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle
turun untuk aliran udara.

REFLEKS NASAL
Mukosa hidung reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau
tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas

Mekanisme Bersin
Benda asing dan debu bersentuhan
dan melekat pada mukosa blanket
potensial elektris dari mukosa
hidung adsorpsi dari kuman dan
benda asing diubah dalam mucous
blanket dikeluarkan melalui refleks
bersin

Rangsang yang memulai refleks bersin

iritasi pada saluran hidung,impuls


aferennya
berjalan di dalam saraf maksilaris
medulla
oblongata dimana refleks ini
digerakkan
di sini uvula membuka menghadap ke
nasofaring sejumlah besar udara
mengalir dengan cepat melalui hidung
dan mulut membersihkan saluran

Mekanisme Penciuman
Bernafas biasa
Membawa odoriferosa (pembentuk
bau) harus dilarutkan dapat
dideteksi oleh reseptor penghidu
Mencapai reseptor dengan berdifusi
Mengendus:>> molekul odoriferosa
berkontak dengan reseptor
olfaktorius

Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat


perlekatan khusus di silia
Pembukaan saluran Na+-K+
Depolarisasi potensial reseptor

Potesial aksi di serat aferen(tergantung konsentrasi


molekul zat kimia yang terstimulasi)
Serat aferen berjalan melalui lubang halus di lempeng
kribifor os. Etmoid

Bersinaps di bulbus olfaktorius


Rute subkortikal
kortikal
mencakup
keterlibatan
hipotalamus,
Memungkinkan koordinasi
erat antara reaksi
penghidu & perilaku yg
berkaitan dgn
makan, penentuan arah

rute talamusutk persepsi sadar &


menakup kterlibatan
hipotalamus diskriminasi
halus penghidu

PEMERIKSAAN HIDUNG

Anamnesis
Keluhan utama atau kelainan di hidung :
- Sumbatan hidung
terus menerus? Hilang timbul? Satu/kedua lubang
hidung? Bergantian? Riw kontak dgn alergen?
Obat tetes hidung dekongestan? Perokok/minum
alkohol? Mulut & tenggorokan kering?
- Sekret di hidung dan tenggorokan
satu/kedua rongga hidung? Konsistensi?
Nanah/darah? Pagi hari/waktu-waktu tertentu?
Turun ke tenggorokan?

- Bersin
berulang-ulang? Setelah menghirup apa? Gatal di hidung,
mata, tenggorokan, telinga?
- Rasa nyeri di daerah wajah dan kepala
Nyeri di dahi/pangkal hidung/pipi/tengah kepala?
- Perdarahan dari hidung
satu/kedua lubang hidung? Sudah berapa kali? Mudah
dihentikan dengan memencet hidung? Riw trauma
hidung/wajah? Penyakit kelainan darah? HT? Pemakaian obat
antikoagulan?
- Gangguan penghidu
hilangnya penciuman? Berkurangnya penciuman? Riw infeksi
hidung, sinus, trauma kepala? Sudah berapa lama seperti ini?

Pemeriksaan Luar
Perhatikan bentuk luar
hidung :
- Ada deviasi atau depresi
tulang hidung
- Apakah ada pembengkakan
di daerah hidung
Palpasi :
- Krepitasi tulang
hidung
- Nyeri tekan pada
peradangan hidung

Pemeriksaan Dalam
Rinoskopi Anterior
Cara pemakaian spekulum :
- Spekulum dimasukkan ke dalam
rongga hidung secara hati-hati dan
dibuka setelah spekulum ada di
dalam
- Waktu mengeluarkannya jangan
ditutup dulu di dalam agar bulu
hidung tidak terjepit

Alat :
Spekulum
hidung, head
lamp

-Vestibulum hidung
-Septum terutama bagian
anterior
-Konka inferior
-Konka media
-Konka superior
-Meatus sinus paranasal
-Mukosa rongga hidung

Kadang rongga
hidung sempit
karena edema

Dimasukkan tampon
kapas adrenalin
pantokain beberapa
menit mengurangi
edema mukosa &
menciutkan konka
rongga hidung lebih jelas
terlihat

Mukosa
normal merah muda, apakah pucat , kebiruan, merah
Septum
biasanya di tengah, apakah ada deviasi, krista, spina,
perforasi, hematom, abses, dll
Konka
besarnya normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi
Sekret
banyaknya, sifatnya, lokalisasinya
Massa
polip & tumor

Rinoskopi Posterior
Cara Pemeriksaan :
- Perkenalkan diri
- Melakukan informed consent
- Kaca nasofaring dihangatkan dengan api lampu spiritus
untuk mencegah udara pemanasan mengembun pada kaca
- Suhu kaca dites dengan menempelkan kulit belakang tangan
kiri pemeriksa
- Lakukan anestesi dengan lidocain
- Pasien diminta membuka mulut, , lidah 2/3 anterior ditekan
dengan spatula lidah
- Pasien bernafas melalui mulut
- Kaca nasofaring (menghadap ke atas) dimasukkan sampai di
bawah uvula-nasofaring
- Pasien bernafas melalui hidung
- Uvula akan turun kembali & rongga nasofaring terbuka
kembali
Alat :
Spatula lidah,
kaca nasofaring,
lampu spiritus

Awalnya diperhatikan bagian


belakang septum & koana
Kaca diputar ke lateral sedikit untuk
melihat konka superior, media, &
inferior, serta meatus superior dan
media
Diputar ke lateral lagi,identifikasi
torus tubarius, muara tuba
Eustachius & fosa Rossenmuler
mll
kedua lubang hidung, dpt diuji
Kaca diputar keUdara
sisi
lainnya
dgn meletakkan spatula lidah dari metal
di depan lubang hidung

Akhir-akhir ini dikembangkan


nasoendoskopi bagian rongga
hidung yang tersembunyi yang sulit
dilihat dgn rinoskopi anterior &
posterior tampak lebih jelas

TERIMAKASIH

You might also like