Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
NADYA REFISARI
NIM :
G1A115086
BAB I
PENDAHULUAN
Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam teks kitab suci, maka
yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang menolak sikap kritis
terhadap teks dan interpretasinya serta menegasikan perkembangan historis dan
sosiologis. Sebaliknya, jika bahasa agama dipahami bukan sekedar sebagai explanative
and descriptive language, tetapi juga syarat dengan performatif dan expresif language,
maka agama akan disikapi secara dinamis dan kontekstual sesuai dengan persoalan dan
kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia yang terus berkembang. Setiap agama
memiliki watak transformatif, berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai-nilai
agama lama yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor keimanan
juga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama. Secara antropologis, agama
memberitahukan kepada manusia tentang siapa, dari mana, dan mau ke mana manusia.
Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan,
kemiskinan dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan masalah ritual ibadah
dengan masalah sosial. Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan
membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjukkan tata
nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlaq
mahmudah).
Fungsi agama juga sebagai pencapai tujuan luhur manusia di dunia ini, yaitu cita-cita
manusia untuk mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Dalam Al-Quran surat Thoha
ayat 117-119 disebutkan:
Maka kami berkata: Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan
bagi istrimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan
merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.
Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai
penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile Durkheim sebagai
sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat,
kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara
keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan
memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
apa yang diuraikan di bawah ini:
BAB II
ISI
-perhitungan
-Peraturan
-hari kiamat
-Undang-undang
-nasehat
-Agama
-Mengesakan tuhan
-Kemenangan
-Pembalasan
-kekuasaan
5. tenku.M.hasby assiddiqhie
Agama adalah suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan Allah untuk menarik dan
menuntun para ummat yang berakal sehat,suka tunduk dan patuh kepada kebaikan,supaya
mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat.
6. K.H.R. Muhammad adnan
Agama adalah peraturan dari Allah SWT untuk manusia yang berakal guna mencari
keyakinan,mencapai jalan bahagia lahir bathin,dunia dan akherat bersandar pada pada
wahyu-wahyu Ilahi yang terhimpun dalam kitab suci AL-Quran.
7. A. Hasan
Agama adalah sebuah Itikad kepercayaan ,undang-undang,,peraturan,pimpinan, pelajaran
buat keselamatan dunia dan akherat yang diwahyukan Allah kepada manusia melalui
perantaraan Rosulullah.
8. KH thahir abdul Muin
Agama adalah ketentuan ketuhanan yang mengantarkan manusia dengan berpegang
kepadanya,kepada kebahagiaan dunia dan kesejahteraan akherat.
9. KH.E Abdurrahman
Agama adalah ketetapan ketuhanan karena kebaikan Allah kepada manusia dengan
melalui lidah antara mereka,untuk mencapai kerasulan itu tidak dapat dengan usaha dan
tidak bisa dibuat-buat,dan tidak akan mendapatkan wahyu itu dengan cara belajar.
10. Muhammad Natsir
Agama adalah suatu kepercayaandancara hidup yang mengandung faktor-faktor antara
lain kepercayaan dengan adanya tuhan sebagai sumber dari segala sumber hukumdan nilai
hidup.
11. Ahmad Abdullah Al-Masdoossi
Agama adalah tata aturan hidup yang diwahyukan untuk umat manusia,dari zaman
kezaman sejak manusia di gelarkan diatas bumi ini.
Ruang lingkup ajaran islam meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syariah dan akhlak
a. Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqaid. Arti aqidah
menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya
ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal
yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang
aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatNya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada
qadadan qadar.
b. Syariah
Syariah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya,
peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut
Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk
ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah
ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Quran dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari
Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat
Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.
Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana islam
Hudud ialah hukum bagi tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan
minum-minuman keras. Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan
pembunuhan, melukai orang, memotong anggota, dan menghilangkan manfaat badan,
dalam tinayat berlaku qishas yaitu hukum balas
Khilafat (pemerintahan/politik islam)
Jihad (perang), termasuk juga soal ghanimah (harta rampasan perang) dan tawanan).
Akhlak/etika
Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab jamat dari khuluq yang artinya perangai atau
tabiat. Sesuai dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang
mengatur tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan fikiran.
Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri,
kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim.
Dalam Islam selain akhlak dikenal juga istilah etika. Etika adalah suatu ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat
(Amin, 1975 : 3)
Jadi, etika adalah perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan
sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia
tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.
Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan
bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak
kecil akan berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak
perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri khas perempuan seperti jilbab
sedangkan laki-laki memakai kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan etika
berpakai sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahsab di atas.
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam
kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah
membutuhkan agama dan sangat dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa
premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern
sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian maju.
Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia.
a. Agama
merupakan
sumber
moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam
kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia
tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini
sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga
kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi
dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah
maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli tujuan menghalalkan cara
kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 1932 seorang penyair Arab mengatakan bahwa keberadaan suatu
bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu.
Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya
merugikan. kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan
Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima
hadiah nobel 1948 moral dapat digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah
sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa
misi moral, yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
W.M. Dixo dalam The Human Situation menulis Agama betul atau salah dengan
ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan datang, adalah dalam
keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit kita boleh percaya, merupakan
dasar yang paling kecil bagi moral.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan
dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan
dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman
bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai
dengan amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang
tidak kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw.
Yang artinya : Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin yang
paling baik akhlaqnya (Riwayat Tirmizi)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam kehidupan
disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama bersumber dari
agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada
Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam
agama.
b.
Agama
merupakan
petunjuk
kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran.
Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman
dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan
ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan
ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu
masalah kebenaran.
Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu
jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah
sampai kepada kebenaran relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah
kebenaran yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak
dan universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku untuk
semua orang.
Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap merupakan misteri bagi
manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau
juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)
Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau semuanya oleh manusia. Penganutpenganut sufisme, yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan
abad ke-5 menegaskan pula. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh
manusia.
Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata apa yang
tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq
dan bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya Sesungguhnya telah kami
turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian
hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu (anNisa, 105)
c.
Agama
merupakan
sumber
informasi
tentang
masalah
metafisika
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah
Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia.
Dalam bukunya An Historians Aproach to religion dia menulis, Tidak ada satu
jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk
memikirkan rahasia alam semesta.
Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis akal ada sebuah timbangan yang
tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk
menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup
sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah
sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini
tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal
mempunyai
batas-batas
yang
membatasinya.
Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi
manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab
oleh akal.
d. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala
duka
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka.
Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah
hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka
dan duka yang silih berganti.
Firman Allah Swt yang artinya : Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau
kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian (Al-Ambiya, 35).
Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi
cobaan suka dan duka ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan.
Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan
tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan
manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya.
Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena
manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang
maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga
keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari individu
dan masyarakat, karena agama memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
kehidupan individu dan masyarakat. Diantaranya, fungsi agama dalam kehidupan
individu, ialah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Berfungsi Edukatif,
2.
Berfungsi Penyelamat,
3.
4.
5.
6.
Berfungsi Transformatif,
7.
8.
Berfungsi Sublimatif.
Di sini terlihat hubungan antara lingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai
agama. Di lingkungan masyarakat sendiri barangkali akan lebih memberi pengaruh bagi
pendidikan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan
yang longgar terhadap norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi dan peran
masyarakat dalam pembentukan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanaku.com/2011/09/pendidikan-agama-islam-pengertian.html
http://abdulrais12415.blogspot.co.id/2013/02/hubungan-manusia-dengan-agama.html