Professional Documents
Culture Documents
ENDOFTALMITIS
Oleh :
Lewis Richart Adson Nggeolima, S.Ked
1008012038
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, SpM
BAB I
PENDAHULUAN
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah
trauma, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk
radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di sekitarnya. Peradangan supuratif
ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. Endoftalmitis di sebabkan oleh
bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen.
Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan
pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran
bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan penyakit
yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan pertolongan prognosisnya
akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan (1)
Perbedaan gejala klinis endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur
sulit untuk dibedakan. Peradangan hebat tanpa endoftalmitis kadang terjadi pasca operasi
terutama kasus dengan uveitis, keratitis, diabetes, glaukoma dan riwayat bedah
sebelumnya
akuos tap dan vitreus tap. Hasil kultur menentukan jenis penyebab dan antibiotika yang
tepat untuk mengatasinya. Pada kasus endoftalmitis ringan pasca operatif dapat dilakukan
tanpa tindakan vitrektomi . Toksin yang ditimbulkan organisme penyebab endoftalmitis
merusak jaringan dan menimbulkan reaksi radang pada penderita yang berakhir pada
hilangnya penglihatan. (2,3)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu:
1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut
cornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan siliar
dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur jumlah sinar masuk
ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang
akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
(1)
Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit
sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi.(1)
2.2 Definisi
Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang
meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan
kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam
badan kaca (1)
2.3 Klasifikasi
Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Endoftalmitis Eksogen
Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari
lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post
operasi dan endolftalmitis post trauma.
- Endoftalmitis Post Operatif
Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal
pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi
berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium,
pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll.(4)
Endoftalmitis Endogen
Pada endoftalmitis
Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit jantung
rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll
Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection, artritis,
pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll
Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya seperti
Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus
2.4 Patofisiologi
Dalam keadaan normal, penghalang darah-mata memberikan ketahanan alami
terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme melalui darah
(terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus
penghalang darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat dilepaskan selama
infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung oleh
organisme dan / atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan. Endoftalmitis mungkin
sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai
mana-mana sebagai peradangan semua jaringan okular, mengarah ke dunia penuh eksudat
purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap
prosedur operasi yang mengganggu integritas dunia dapat menyebabkan endoftalmitis
eksogen (misalnya, katarak, glaukoma, retina, keratotomi radial).(6,7)
2.5 Diagnosa
2.5.1 Gejala Subjektif
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah (1,4)
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka.
Gambar 2. Endoftalmitis
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau
tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab
eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau
tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi
terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah
meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk
endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif
katarak yang diderita pasien sebelumnya.(9)
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik
untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam 14
hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari : (8,9)
o Cairan dari COA dan corpus viterous
Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab
itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan
pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing
dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi
telah mencapai retina. (9)
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman
penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan
endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut
dapat berupa : (9)
o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.
o Foto rontgen thoraks
o USG jantung
o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja.
2.6 Terapi
Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran
darah pada mata dan mencegah terjadinya sinekia.
Tindakan Vitrektomi.
Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan intraokular yang
luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi dari endoftalmitis.
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang disertai
eksudet dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting untuk
endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis visusnya
dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut. Sampai saat ini pemberian kortikosteroid
pada endoftalmitis masih kontroversi walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil
yang memuaskan dari pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan
reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Dexamethason
dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai
profilaksis. Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi
aliran darah pada mata, mencegah dan melepas sineksia serta mengistirahatkan iris dan
benda siliar yang sedang mengalami infeksi. (9)
Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang bertujuan
untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang
berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan membran
siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembalikan
kejernihan vitreous.(8)
Gambar 3. Vitrektomi
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata
(retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis.
Panoftalmitis merupakan peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula
tenon.(1)
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis
2.8 Prognosis
Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan
jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik.
Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi
akhirnya hilangnya seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat
tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi
tergantung penyebab. Faktor prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan
agen penyebab. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila
disebabkan jamur atau parasit. Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk
dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya
lebih virulen.(1,9)
BAB III
KESIMPULAN
1. Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah
trauma, akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di sekitarnya.
2. Berdasarkan penyebabnya, endoftalmitis dibagi menjadi tiga, yaitu endoftalmitis
eksogen, endogen dan endoftalmitis fakoanafilaktik.
3. Endoftalmitis dapat didiagnosa berdasarkan gejala subyektif, objektif dan
pemeriksaan penunjang. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata,
penurun tajam penglihatan, nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah,
bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem
pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem
pada kornea.
4. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien
endoftalmitis adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya
secara intravitreal. Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun
terbukti bermanfaat
5. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas, S.H. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit
Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2009. hal 3, 9, 175-8.
2.
3.
4.
Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American
Academy of Ophtalmology. San Francisco,2011. hal 269-273, 355-360
5.
Graham,
R.
2006.
Endopthalmitis
Bacterial.
http://emedicine.medscape.com/article/1201134-overview
6.
Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.
7.
8.
Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika, 2002. hal. 72.
9.
Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV. Sagung Seto, 2002. hal. 98-101