Professional Documents
Culture Documents
4.
ekstraseluler berdifusi menuju intraseluler. Ion kalsium akan diikat oleh kalmodulin
(troponin C, suatu protein pengikat kalsium). Struktur ini akan mengaktifkan kinase
rantai ringan miosin menjadi kompleks Ca2+ kalmodulin-miosinkinase. Selanjutnya
terjadi fosforilasi protein otot, akan mengurangi hambatan interaksi aktin-miosin yang
bermanfaat pada mulainya kontraksi uterus. Aktomiosin terfosforilasi, atau ATP-ase
merupakan enzim yang mengkatalis konversi ATP menjadi ADP, reaksi yang
menghasilkan energi untuk kontraksi miometrium.
Cara pemberian misoprostol
Ada beberapa cara pemberian Misoprostol berdasarkan jalur masuk obat, antara lain,
secara vaginal, Oral, Buccal dan Sublingual. Dibandingkan secara oral, induksi
persalinan secara vaginal lebih efektif, meskipun hal ini dapat dipengaruhi oleh
adanya cairan ketuban atau darah di vagina. Pemberian secara buccal di dalam rongga
mulut diletakkan pada daerah membrana mukosa yang mengandung banyak
pembuluh darah sehingga absorpsinya lebih cepat, meskipun didapatkan insidensi
yang cukup tinggi adanya mual muntah. Pemberian secara sublingual yang telah
diteliti adalah dengan dosis 50 mikrogram yang diulang setiap 4 jam. Cara ini terbukti
memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan misoprostol oral.
Komite dalam badan American Colege of Obstetricians and Gynecologist
merekomendasikan pemakaian misoprostol intravaginal dalam dosis sebesar 25
mikrogram tiap 4 jam atau 50 mikrogram tiap 6 jam. Pemakaian ini dianggap dapat
mengurangi kebutuhan oksitosin, mencapai angka persalinan vaginal dalam 24 jam
dan secara bermakna menurunkan interval antara induksi sampai melahirkan.
Windrim dkk. melaporkan bahwa misoprostol per oral dengan dosis 100 mikrogram
memiliki efektivitas untuk mematangkan serviks dan menginduksi persalinan setara
dengan pemberian intravaginal dengan dosis 25 mikrogram.
Efek samping
Efek samping yang mungkin timbul, terutama pada penggunaan secara oral adalah
diare, nyeri perut, demam dan menggigil, mual, muntah, kembung, sakit kepala dan
kadang-kadang justru terjadi konstipasi.
Komplikasi
1. Hiperstimulasi
2. Fetal distress
3. Ruptur uteri
4. Solusio plasenta
5. kegagalan induksi
6. Perdarahan post partum akibat atonia uteri.
Perdarahan akibat atonia uteri pasca induksi lebih sering terjadi di bandingkan dengan
partus normal.
Beberapa hal penting: