You are on page 1of 4

1.

MEKANISME KETUBAN PECAH DINI


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan seluruh selaput ketuban
rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah
pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Dimana bila terdapat peningkatan MMP,
cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini.
2. TANDA KORIOAMNIONITIS
Korioamnionitis adalah diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam >380C
dengan 2 atau lebih tanda berikut ini:

leukositosis >15.000 sel/mm3

denyut jantung janin >160 kali/menit

frekuensi nadi ibu >100 kali/menit

nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi

cairan amnion berbau

3. LAPISAN SELAPUT KETUBAN

4.

Keuntungan misoprostol di bandingkan dengan oksitosin ??


Misoprostol adalah suatu analog prostaglandin E1 sintetik dan saat ini tersedia dalam
sedian tablet 100 mikrogram, 200 mikrogram dan 400mikogram yang biasa
digunakan untuk pengobatan ulkus peptikum. Obat ini digunakan Off Label (tidak
diindikasikan secara resmi) sebagai induksi persalinan. Misoprostol telah menjadi
pusat perhatian pada penelitian di bidang obstetri dan ginekologi karena
kaeefektifannya. Pada tanggal 17 agustus 2002 akhirnya lembaga Food and Drug

Administration di AS menyetujui pemberian label baru penggunaan misoprostol


dalam kehamilan. Label baru ini merevisi kontraindikasi dan anjuran sebelumnya
untuk tidak menggunakan misoprostol dalam kehamilan.
Sebagaimana prostaglandin lain yang masuk dalam golongan E dan F, misoprostol
memiliki kemampuan sebagai uterotonika dan telah banyak diteliti sebagai obat untuk
pematangan serviks dan induksi persalinan yang baik untuk berbagai indikasi.
Misoprostol secara selektif bekerja di uterus dan tidak memiliki efek berarti pada
bronkus atau pembuluh darah.
Struktur kimia misoprostol adalah methyl-11,16-dihydroxy-16-methyl-9- oxoprost1E-en-1-oate. Formula empirisnya adalah C22H38O5 dengan berat molekul 382.5
dalton. Misoprostol sangat cepat diserap dan mengalami de-esterifikasi menjadi asam
bebas. Setelah diabsorpsi, misoprostol diubah menjadi metabolit aktif yaitu asam
misoprostol. Asam misoprostol selanjutnya dimetabolisme oleh liver dan bentuk
metabolit tak aktifnya diekskresikan melalui urin. Kadar plasma tertinggi dicapai 15
menit setelah pemberian dan waktu paruhnya 20-40 menit.
Penggunaan Misoprostol untuk induksi persalinan.
Dengan tujuan untuk pematangan serviks dan induksi persalinan, misoprostol telah
banyak diteliti dan dibandingkan dengan prostaglandin lain seperti dinoproston,
oksitosin dan cara induksi persalinan yang lain. Misoprostol menunjukkan rata-rata
persalinan dalam 24 jam yang lebih tinggi dan interval induksi persalinan yang lebih
pendek dan rata-rata seksio sesarea yang lebih rendah dibandingkan kontrol.
Bermacam-macam cara pemberian misoprostol telah dicobakan, yaitu secara oral,
sublingual, vaginal dan rektal. Baik secara oral maupun vaginal, pemberian
misoprostol akan secara bermakna meningkatkan Bishop Score, memendekkan
interval induksi dan persalinan, menurunkan dosis maksimal oksitosin, menurunkan
jumlah hari induksi serta menurunkan angka seksio sesarea.
Faktor yang mendasari terjadinya persalinan dan kemajuannya adalah adanya
pematangan serviks yang terkoordinasi dengan kontraksi uterus. Pematangan serviks
adalah proses perubahan jaringan pengikat serviks dari struktur yang rapat (kompleks
proteoglikan) berubah menjadi struktur yang longgar. Selain itu terjadi proses
degradasi dan perubahan komposisi jaringan penyambung yang sebelumnya kaya
dermatan sulfat dan minim asam hialuronat menjadi dominant asam hialuronat. Proses
dekolagenase akan menyebabkan degradasi rantai polisakarida. Adenilatsiklase akan
mengaktivasi sintesis kompleks glikosaminoglikan oleh fibroblast serviks. Perubahan
pada serviks meliputi respon terhadap rasio esterogen/progesterone dan pelepasan
prostaglandin lokal. Proses ini berakibat berkurangnya konsentrasi dermatan sulfat
dan peningkatan matriks glikosaminoglikan yang kaya asam hialuronat dan bersifat
hidrofilik.
Misoprostol setelah berikatan dengan reseptor pada membrane sel otot polos
uterus akan merubah permeabilitas membrane sel sehingga ion kalsium dari cairan

ekstraseluler berdifusi menuju intraseluler. Ion kalsium akan diikat oleh kalmodulin
(troponin C, suatu protein pengikat kalsium). Struktur ini akan mengaktifkan kinase
rantai ringan miosin menjadi kompleks Ca2+ kalmodulin-miosinkinase. Selanjutnya
terjadi fosforilasi protein otot, akan mengurangi hambatan interaksi aktin-miosin yang
bermanfaat pada mulainya kontraksi uterus. Aktomiosin terfosforilasi, atau ATP-ase
merupakan enzim yang mengkatalis konversi ATP menjadi ADP, reaksi yang
menghasilkan energi untuk kontraksi miometrium.
Cara pemberian misoprostol
Ada beberapa cara pemberian Misoprostol berdasarkan jalur masuk obat, antara lain,
secara vaginal, Oral, Buccal dan Sublingual. Dibandingkan secara oral, induksi
persalinan secara vaginal lebih efektif, meskipun hal ini dapat dipengaruhi oleh
adanya cairan ketuban atau darah di vagina. Pemberian secara buccal di dalam rongga
mulut diletakkan pada daerah membrana mukosa yang mengandung banyak
pembuluh darah sehingga absorpsinya lebih cepat, meskipun didapatkan insidensi
yang cukup tinggi adanya mual muntah. Pemberian secara sublingual yang telah
diteliti adalah dengan dosis 50 mikrogram yang diulang setiap 4 jam. Cara ini terbukti
memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan misoprostol oral.
Komite dalam badan American Colege of Obstetricians and Gynecologist
merekomendasikan pemakaian misoprostol intravaginal dalam dosis sebesar 25
mikrogram tiap 4 jam atau 50 mikrogram tiap 6 jam. Pemakaian ini dianggap dapat
mengurangi kebutuhan oksitosin, mencapai angka persalinan vaginal dalam 24 jam
dan secara bermakna menurunkan interval antara induksi sampai melahirkan.
Windrim dkk. melaporkan bahwa misoprostol per oral dengan dosis 100 mikrogram
memiliki efektivitas untuk mematangkan serviks dan menginduksi persalinan setara
dengan pemberian intravaginal dengan dosis 25 mikrogram.
Efek samping
Efek samping yang mungkin timbul, terutama pada penggunaan secara oral adalah
diare, nyeri perut, demam dan menggigil, mual, muntah, kembung, sakit kepala dan
kadang-kadang justru terjadi konstipasi.
Komplikasi
1. Hiperstimulasi
2. Fetal distress
3. Ruptur uteri
4. Solusio plasenta
5. kegagalan induksi
6. Perdarahan post partum akibat atonia uteri.
Perdarahan akibat atonia uteri pasca induksi lebih sering terjadi di bandingkan dengan
partus normal.
Beberapa hal penting:

o Faktor yang mendasari terjadinya persalinan dan kemajuannya adalah adanya


pematangan serviks yang terkoordinasi dengan kontraksi uterus.
o Dibandingkan secara oral, induksi persalinan secara vaginal lebih efektif.
o Pemberian secara buccal didalam rongga mulut diletakkan pada daerah
membrana mukosa yang mengandung banyak pembuluh darah sehingga
absorpsinya lebih cepat, meskipun didapatkan insidensi yang cukup tinggi
adanya mual muntah dan rasa tidak pasien.
o Pemberian secara sublingual yang telah diteliti adalah dengan dosis 50
mikrogram yang diulang setiap 4 jam. Cara ini terbukti memiliki efikasi yang
lebih baik dibandingkan misoprostol oral.
o American Colege of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan
pemakaian misoprostol intravaginal dalam dosis sebesar 25 mikrogram tiap 4
jam, atau 50 mikrogram tiap 6 jam.

You might also like