You are on page 1of 2

Gejala

Biasanya peritonsilitis merupakan lanjutan dari tonsillitis folikular akut. Temperatur


jarang elebihi 99-100oF, sedang pada awal tonsillitis akut, temperature meningkat
sampai 103oF atau lebih.
Nyeri bertambah sesuai dengan perluasan timbunan pus. Otot pengunyah
diselusupi oleh abses sehingga pasien sulit untuk membuka mulut yang cukup lebar
untuk pemeriksaan tenggorok. Menelan jadi sukar dan nyeri. Penyakit ini biasanya
hanya pada satu sisi. Air ludah menetes dari mulut dan ini merupakan salah satu
penampakan yang khas. Pergerakan kepala ke lateral menimbulkan nyeri, akibat
infiltrasi ke jaringan leher di regio tonsil.
Sekret kental menumpuk di tenggorokan dan pasien sulit untuk membuangnya.
Lidah dilapisi oleh selaput tebal dan napas berbau. Pernapasan terganggu akibat
pembengkakan mukosa dan submukosa faring. Sesak akibat perluasan edem ke
jaringan laring, jarang terjadi. Pada pemeriksaan tampak pembengkakan dan
kemerahan yang unilateral, karena jarang jarang kedua tonsil terkena pada waktu
yang sama. Bila keduanya terinfeksi maka yang kedua akan membengkak setelah
yang satu membaik. Dan bila kedua tonsil terinfeksi secara bersamaan, gejala sesak
nafas lebih berat dan lebih menakutkan. Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit,
maka kemerahan, nyeri tekan, rasa sakit dan pembengkakan semakin berat. Bila
abses terjadi di jaringan peritonsil, pembengkakan tampak pada bagian atas pilar
anterior, sehingga palatum dan uvula terdorong ke medial. Hal ini sebagian
disebabkan oleh tonsil yang membengkak tetapi lebih disebabkan oleh edem,
selulitis, dan penekanan tonsil oleh abses.
Palpasi dengan jari di region tonsil akan terasa daerah yang berfluktuasi. Daerah
tersebut biasanyan berlokasi pada inci kea rah luar dari tepi bebas pilar anterior,
atau pada batas 1/3 atas tonsil dengan 1/3 tengah, di posterior tonsil.
Penyakit ini dapat menyembuh setelah 5-10 hari, walau dapat pula lebih lama.
Penyembuhan dapat terjadi setelah pus yang bau keluar secara spontan atau
dikeluarkan. Bila pus keluar spontan biasanya pecah pada pilar anterior. Ada
kalanya resorpsi selulitis spontan terjadi tanpa pengeluaran pus.
Abses peritonsil harus dibedakan dari infeksi ruang submaksila. Infeksi di ruang ini
iasanya terjadi akibat karies atau infeksi pada gigi molar. Pus dapat mendorong
otot-otot dalam kea rah konstriktor superior sehingga tonsil terdorong ke medial,
seperti pada quinsy
Komplikasi dan Gejala Sisa
Komplikasi dan gejala sisa jarang didapati. Namun, pernah dilaporkan: edem glottis
akibat perluasan proses radang ke bawah; tercekik akibat pecahnya abses secara
spontan; tromboflebitis salah satu vena besar leher; ulserasi salah satu arteri besar
di region submaksila; peritonsilitis kronis dengan aliran pus yang berjeda; abses
berkapsul di tonsil; dan abses parafaring dengan atau tanpa mediastinitis.
Terapi

Terapi dengan antibiotic yang adekuat harus diberikan sampai temperature tubuh
normal dan sakit menghilang.
Irigasi dengan larutan NaCl 0,85% hangat (110-115 oF) atau glukosa 5% tiap 2-3 jam
akan mempercepat penyembuhan dan meringankan penderitaan. Kompres hangat
di leher dan rahang akan mengendurkan ketegangan otot.
Terapi operasi. Bila telah terjadi fluktuasi dan terapi konservatif tidak menolong,
maka tindakan aspirasi pus cukup memadai, tetapi lebih sering harus diikuti dengan
insisi. Anestesi local dengan aplikasi larutan kokain 5% atau injeksi lidokain 2% di
regio insisi, cukup memadai. Bila didapati trismus hebat sehingga sulit melakukan
insisi, maka diberi kokain melalui hidung untuk mencapai n. palatina desendens
yang akan mengendurkan ketegangan otot.
Lokasi insisi ditentukan oleh daerah yang terdorong ke depan atau yang
berfluktuasi. Biasanya pada bagian dengan pilar anterior setinggi batas antara
bagian 1/3 atas dan tengah tonsil, walau hal ini mungkin di pilar posterior atau
melewati tonsil. Kegagalan evakuasi pus biasanya disebabkan tonsil yang terlalu ke
depan, di bawah pilar anterior. Dalam hal ini insisi dibuat menembus tonsil dan
bukan ke jaringan sekitarnya. Bila kedalaman insisi diteruskan sampai tepi luar
tonsil, biasanya pus akan dapat ditemukan. Dengan mengingat anatomi daerah ini,
maka insisi anterior selalu akan berhasil mengevakuasi pus bila memang ada. Bila
dilakukan insisi posterior, maka insisi diarahkan ke luar melewati pilar posterior atau
tepat di dekatnya, karena sering kantung pus meluas ke posterior tonsil.
Kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. Bila dilakukan bersamasama tindakan drainase abses, disebut tonsilektomi a chaud. Bila tonsilektomi
dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi a tiade, dan bila
tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi a
froid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3
minggu sesudah drainase abses.

You might also like