Professional Documents
Culture Documents
Terapi dengan antibiotic yang adekuat harus diberikan sampai temperature tubuh
normal dan sakit menghilang.
Irigasi dengan larutan NaCl 0,85% hangat (110-115 oF) atau glukosa 5% tiap 2-3 jam
akan mempercepat penyembuhan dan meringankan penderitaan. Kompres hangat
di leher dan rahang akan mengendurkan ketegangan otot.
Terapi operasi. Bila telah terjadi fluktuasi dan terapi konservatif tidak menolong,
maka tindakan aspirasi pus cukup memadai, tetapi lebih sering harus diikuti dengan
insisi. Anestesi local dengan aplikasi larutan kokain 5% atau injeksi lidokain 2% di
regio insisi, cukup memadai. Bila didapati trismus hebat sehingga sulit melakukan
insisi, maka diberi kokain melalui hidung untuk mencapai n. palatina desendens
yang akan mengendurkan ketegangan otot.
Lokasi insisi ditentukan oleh daerah yang terdorong ke depan atau yang
berfluktuasi. Biasanya pada bagian dengan pilar anterior setinggi batas antara
bagian 1/3 atas dan tengah tonsil, walau hal ini mungkin di pilar posterior atau
melewati tonsil. Kegagalan evakuasi pus biasanya disebabkan tonsil yang terlalu ke
depan, di bawah pilar anterior. Dalam hal ini insisi dibuat menembus tonsil dan
bukan ke jaringan sekitarnya. Bila kedalaman insisi diteruskan sampai tepi luar
tonsil, biasanya pus akan dapat ditemukan. Dengan mengingat anatomi daerah ini,
maka insisi anterior selalu akan berhasil mengevakuasi pus bila memang ada. Bila
dilakukan insisi posterior, maka insisi diarahkan ke luar melewati pilar posterior atau
tepat di dekatnya, karena sering kantung pus meluas ke posterior tonsil.
Kemudian pasien dianjurkan untuk operasi tonsilektomi. Bila dilakukan bersamasama tindakan drainase abses, disebut tonsilektomi a chaud. Bila tonsilektomi
dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi a tiade, dan bila
tonsilektomi dilakukan 4-6 minggu sesudah drainase abses, disebut tonsilektomi a
froid. Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3
minggu sesudah drainase abses.