You are on page 1of 7

1.

Undang-Undang pendidikan dokter nomor 20 tahun 2013, menyatakan bahwa dokter di


Indonesia terdiri atas Dokter, Dokter layanan primer (DLP) setara spesialis dan SpesialisSubSpesialis. Makna dari pemisahan dokter dan DLP setara spesialis adalah adanya perbedaan
kompetensi antara Dokter yang diluluskan oleh program studi pendidikan dokter dengan dokter
yang bekerja di layanan primer. Kata setara spesialis menunjukkan bahwa kualifikasi dokter
yang bekerja di layanan primer adalah setingkat spesialis menurut kerangka kualifikasi Nasional.
a) Apa perbedaan dokter, dokter layanan primer setara spesialis dan dokter spesialisSubspesialis menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2013?
Jawab:

2. Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran menyatakan bahwa setiap
dokter yang melakukan praktek kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi
yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Surat tanda registrasi dokter berlaku
selama lima tahun. Sertifikasi ulang dapat diperoleh melalui Program Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi dokter praktek umum sesuai dengan amanat
undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yaitu bahwa dokter yang
berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi
profesi.
a) Apa tugas konsil kedokteran Indonesia ?
Jawab: Fungsi, tugas, dan wewenang Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dijabarkan
dengan jelas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
Pasal 6

Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, penetapan,


serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.
Pasal 7
(1) Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai tugas :
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteranyang dilaksanakan
bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.
(2) Standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi yang disahkan Konsil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia
dengan kolegium kedokteran, kolegium kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan
kedokteran, asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, dan asosiasi rumah sakit
pendidikan.
Pasal 8
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Konsil Kedokteran
Indonesia mempunyai wewenang :
a. menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi;
b. menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi;
c. mengesahkan standar kompetensi dokter dan dokter gigi;
d. melakukan pengujian terhadap persyaratan registrasi dokter dan dokter gigi;
e. mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi;
f. melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai pelaksanaan
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi; dan

g. melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi oleh
organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika profesi.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi dan tugas Konsil Kedokteran Indonesia diatur
dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil
Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi.
3. Dokter Bagus baru menyelesaikan internship di salah satu rumah sakit dan akan membuka
praktik pribadi secara mandiri. Dia sudah mempunyai surat izin praktek (SIP). Dokter Bagus
mendapat informasi dari temannya bahwa untuk berpraktek secara mandiri harus berpredikat
Dokter layanan primer. Dokter Bagus memahami bahwa dokter layanan primer identik dengan
dokter keluarga atau dokter praktek umum yang memberikan pelayanan kesehatan dengan
prinsip pelayanan kedokteran keluarga.
a) Bagaimana prinsip pelayanan kedokteran keluarga ?
Jawab:
Prinsip - prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO
dan WONCA yang mencantumkan prinsip - prinsip ini dalam banyak terbitannya.
Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas
layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip prinsip

pelayanan/pendekatan

kedokteran

keluarga

adalah

menberikan/

mewujudkan:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien scbagai bagian integral dari
keluarganva
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum


8. Pelayanan yung dapat dliaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu dengan melihat pada prinsip
pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi yang harus
dirniliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga.
Learning Issue
Dokter Layanan Primer
Dokter Layanan Primer adalah dokter spesialis di bidang generalis yang secara konsisten
menerapkan prinsip-prinsip Ilmu Kedokteran Keluarga, ditunjang dengan Ilmu Kedokteran
Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan mampu memimpin maupun menyelenggarakan
pelayanan kesehatan primer. Menurut UU dikdok nomor 20 tahun 2013 menyatakan bahwa
dokter layanan primer setara dengan spesialis.
Perbedaan kompetensi dokter umum dan dokter layanan primer adalah terdapat pada
adanya kompetensi lanjutan seperti manajemen fasilitas pelayanan primer, pengelolaan kesehatan
yang berorientasi pada komunitas dan masyarakat, dan kepemimpinan. Dokter layanan primer
merupakan dokter yang bekerja di FKTP dengan kemampuan, ketrampilan dan kepemimpinan
klinis dalam organisasi kesehatan, mampu bekerjasama dan berkomunikasi dengan tim,
masyarakat dan pengandil, serta mampu mengembangkan pelayanan di FKTP.

Pada Muktamar AIPKI VII Manado, Dokter Layanan Primer dibahas oleh Komisi I. Acara
dimulai dengan presentasi dari dr. Pandu Riono, MPH, PhD (Dosen FKM UI) selaku Ketua
Kolegium Dokter Primer Indonesia (KDPI) mengenai pengertian, urgensi, dan tupoksi Dokter
Layanan Primer, serta penjelasan tentang kolegium. Telah dijelaskan bahwa Dokter Layanan
Primer merupakan layanan tingkat primer pada pelayanan di era SKN yang dimulai 1 Januari
2014, yang disetarakan dengan dokter spesialis dan sub-spesialis. Berikut poin-poin pentingnya
yang dapat tercatat.
1. Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan holistik, bukan hanya
dokter yang berorientasi curative, namun juga berorientasi pada kedokteran keluarga, kedokteran
okupasi, kedokteran komunitas, kemampuan manajerial, kepemimpinan. Selain itu, Dokter
Layanan Primer diharapkan dapat menjadi ahli dalam prediktor based on research time,
epidemiologi, memiliki keahlian khusus sesuai dengan penyakit yang mewabah/dominan di
daerah kerjanya.
2. Dokter umum yang telah lulus ujian kompetensi (sejak Agustus 2013 disebut exit exam),
bahkan yang telah mengikuti Interenship dianggap belum memenuhi kompetensi yang
diharapkan pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang akan menangani
80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus akan diserahkan ke pelayanan
kesehatan jenjang berikutnya. Hal ini harus dilakukan mengingat akan terjadi pemborosan biaya
apabila setiap kasus yang ditangani harus dirujuk.
4. Dokter Praktek Umum, fresh graduated Fakultas Kedokteran, dianggap sebagai stem cell yang
bisa menjadi apa saja, Peneliti, Klinisi, Dokter Layanan Primer bahkan berkarir di bidang politik.
5. Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kedokteran, Dokter Layanan Primer
dimasukan dalam tingkat 8 dimana tingkat 9 merupakan standar tertinggi. Kualifikasi Sumber
Daya Tingkat 8 yang dimaksud mendeskripsikan bahwa Dokter Layanan Primer dihasilkan
melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis. Pada Diskusi Publik UU No 20 Tahun 2013
tentang Pendidikan Kedokteran di FKUI, Program Pendidikan Dokter Layanan Primer disebut
sebagai Generalis, bukan spesialis. Pendidikan Generalis, setara dengan pendidikan spesialis.

Penyebutan generalis karena ranah kompetensi Dokter Layanan Primer tidak tercakup pada
sistem organ atau keahlian tertentu saja.
6. Saat bekerja, dibutuhkan pengetahuan bahwa DLP bekerja dalam sistem yang memiliki
clinical pathway. Strata pendidikan baru, salah satunya, diperlukan untuk mendidik dokter
layanan primer yang mengetahui cara kerja sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Proses
pendidikan Generalis, Dokter Layanan Primer, akan dibiayai oleh negara. Selain itu, berdasar
pasal 31 Ayat 1 Huruf B UU No 20 Tahun 2013 bahwa setiap mahasiswa program pendidikan
dokter layanan primer, spesialis, dan subspesialis berhak menerima insentif di Rumah Sakit
Pendidikan dan Wahana Pendidikan.
7. Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Layanan Primer hanya dapat dilakukan di fakultas
kedokteran yang berakreditasi A yang bisa menyelenggarakan. Hal ini sesuai dengan pasal 8 ayat
1 UU No 20 tahun 2013 bahwa Program dokter layanan primer, dokter spesialissubspesialis,dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(5) huruf b hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran
Gigi yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran dan program
studi kedokteran gigi.

You might also like