Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tiap komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen komponen
tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa saja terdapat
banyak komponen tetapi dalam praktek, lebarnya puncak absorpsi dalam
spektrometri UV sinar tampak memastikan bahwa tidak ada panjang gelombang
yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan jumlah komponen yang
banyak.
Kromium dan ion kobalt menyerap cahaya tampak meskipun maximal absorbansi
mereka cukup baik dipisahkan. Dengan mengukur absorbansi pada dua panjang
gelombang yang berbeda dari larutan yang mengandung ion, adalah mungkin
untuk secara bersamaan menentukan konsentrasi dari setiap ion dalam larutan.
Sebuah larutan tidak diketahui mengandung spesies di analisis menggunakan
spektrofotometer.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menganailisis multi campuran kobalt dan krom dengan variasi
konsentrasi dengan menghitung nilai k.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk Menganalisis multi komponen campuran
kobalt dan krom dengan variasi konsentrasi dengan menghitung nilai k.
1.4 Manfaat percobaan
Manfaat dari percobaan ini agar dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknolodi.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Krom
Kromium adalah salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang ber- warna
putih, nomor atom 24 dengan massa atom 51,996 g/mol, mempunyai titik lebur
1765 C, dapat larut dalam asam klorida encer atau pekat, asam sulfat encer dan
asam nitrat (Vogel, 1979: 285). Kromium memiliki bilangan oksidasi yang paling
stabil dan penting yaitu +2 dan +3. Dalam senyawa kompleks kromium banyak
terdapat sebagai Cr(III), membentuk kompleks dengan bilangan koor- dinasi 3, 4,
5 dan 6. Pada umumya kompleks Cr(III) memiliki bilangan koordinasi 6 dengan
geometri oktahedral (Cotton and Wilkinson, 1988: 679681). Selain itu kompleks
Cr(III) juga bisa mempunyai geometri non-oktahedral, misalnya penta- gonal
bipiramid terdistorsi (Sariyanto, 2010).
Kromium merupakan logam yang penggunaannya sangat luas dan berbahaya bagi
lingkungan (Hubeey, et al, 1993). Logam kromium dan senyawanya banyak
digunakan dalam industri elektroplating, penyamakan kulit, pendingin air, plup,
dan proses pemurnian bijih serta petroleum. Kromium (III) umumnya hanya
toksik terhadap tumbuh-tumbuhan pada konsentrasi yang tinggi, kurang toksik
bahkan non toksik terhadap binatang. Walaupun Cr(III) kurang toksik
dibandingkan Cr(VI), jika tubuh terpapar oleh Cr(III) dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan reaksi alergi kulit dan kanker (sudiarta, 2009).
2.2 Kobalt
Kobal merupakan logam transisi golongan VIII B mempunyai nomor atom 27,
massa atom 58,9332 g/mol dan terletak pada periode keempat dalam tabel sistem
periodik unsur, berwarna abu-abu seperti baja dan bersifat sedikit magnetis,
melebur pada 1490 C (Greenwood and Earnshaw, 1984). Menurut Cotton and
Wilkinson (1988) Kobal mudah larut dalam asam-asam mineral encer dan
Logam kobalt di dalam tubuh berperan dalam pembentukan vitamin B12 yang
sangat penting untuk menjaga normalitas kerja semua sel dan maturasi sel-sel
darah merah. Co2+ memiliki jarijari ion yang menyerupai jari-jari ion Mg2+, serta
keelektronegatifan yang lebih besar dari Mg2+ sehingga dapat membentuk
kompleks baru yang stabil (Fauzi. A, 2014).
2.3 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan atau diencerkan (Brady dalam wahyuni 2015).
dibatasi pada sejumlah gugus fungsi yang mengandung elektron valensi dengan
tingkat eksitasi yang rendah dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu sigma, phi
dan non bonding elektron. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut
sebagai gugus kromofor. Kromofor organik yang mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak antara lain yaitu karbonil, alken, azo, nitrat dan
karboksi. Salah satu grup senyawa organik azo yaitu arsenazo III bila direaksikan
dengan suatu unsur logam yang memiliki jari - jari ion lebih besar dari 0,7-0,8 0
A. akan membentuk senyawa komplek berwarna (Dian. A, 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometri visible,
buret, labu takar, kuvet, dan label.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Keaditifan absorbans larutan Cr3+ dan Co2+.
1.
a. Menyiapkan larutan
0,02 M Cr3+
0,075 M Co2+
Larutan campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M Cr3+ dan 0,075 M
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3+
395
415
435
455
475
495
515
535
555
575
595
635
615
Cr
0,049
0,084
0,071
0,134
0,100
0,072
0,069
0,095
0,106
0,156
0,165
0,118
0,153
Absorbansi (A)
Co2+
Campuran Cr3+ + C02+
-0,118
0,126
-0,135
0,143
-0,091
0,184
0,010
0,171
0,126
0,158
0,149
0,177
0,157
0,193
0,101
0,148
-0,012
0,131
-0,032
0,102
-0,056
0,115
-0,061
0,080
-0,065
0,094
2. Nillai K
a. Untuk Larutan Cr3+
Sampel
0,01
0,02
0,03
0,04
A (maks Cr
= 595 nm)
0.147
0.214
0.357
0.464
A (maks Co
= 515 nm)
0.081
0.065
0.116
0.134
0,05
0.512
0.173
A (maks Cr
= 595 nm)
0.221
0.435
0.649
0.750
A (maks Co
= 515 nm)
0.041
0.128
0.096
0.203
Sampel
0,0188
0,0376
0,0576
0,0752
Sampel
A (maks Cr
= 595 nm)
A (maks Co
= 515 nm)
0.118
0.157
4.2 Pembahasan
Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi
molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap
tiap komponennya. Dalam percobaan dilakukan analisis multi komponen
campuran krom dan kobalt. Pada percobaan ini digunakan larutan CrCl 3 sebagai
sumber Cr3+ dengan warna biru dan CoCl2 sebagai sumber Co2+ dengan warna
merah muda.
Perlakuan pertama yaitu mengukur keaditifan dari larutan Cr 3+ dan larutan Co2+.
Langkah yang dilakukan yaitu menyiapkan larutan baku dari Cr 3+ dengan
konsentrasi 0,02 M, Co2+ dengan konsentrasi 0,075 M dan campuran keduanya.
Adapun prinsip dasar dari keaditifan ini yaitu dua macam kromofor yang berbeda
akan mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pada satu panjang
gelombang tertentu sehingga diperoleh persamaan hubungan antara absorpsi
dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing
masing komponen dapat dihitung. Absorban dari masing masing komponen
bersifat aditif apabila komponen komponennya tidak saling bereaksi. Kemudian
mengukur absorbansi dari larutan Cr3+, Co2+ dan campuran dari keduanya dengan
menggunakan spektronik 20
dengan literatur, hal ini mungkin disebabkan adanya zat lain dalam larutan,
pengaruh suhu, pengaruh jenis pelarut maupun pengaruh pH larutan
Menurut Sikanna, R. (2012), apabila dua komponen yang berlainan dicampurkan
dalam satu larutan dan dengan adanya interaksi maka akan merubah spektrum
absorbsinya hal ini disebabkan oleh interaksi dua komponen tersebut yang dapat
mengubah kemampuan komponen untuk menyerap panjang gelombang tertentu dari
sumber radiasi. Karena luasnya interaksi bergantung terhadapat konsentrasi. Dari
hasil pengamatan diperoleh larutan bersifat aditif karena terdapat perbedaan pada
panjang gelombang maksimum campuran Cr3+ dan Co2+ dengan larutan Cr3+ dan
larutan Co2+. Campuran dikatakan aditif apabila menghasilkan absorbansi berbeda
dari jumlah absorbansi komponennya.
Lalu melakukan pengukuran absorbansi Cr3+ dan Co2+ pada berbagai konsentrasi
menggunakan panjang gelombang maksimum Cr dan Co. Melakukan pengukuran
pada panjang gelombang maksimum karena di sekitar panjang gelombang
maksimum ini, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer
akan terpenuhi dengan baik, sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang
gelombang maksimum dapat diperkecil. Variasi kosentrasi dari larutan Cr 3+ yang
digunakan yaitu 0,01 M; 0,02 M; 0,03 M; 0,04 M dan 0,05 M. Dan nilai
absorbansi yang diperoleh berturut-turut yaitu 0,146; 0,214; 0,357; 0,464 dan
0,512 nm. Sedangkan untuk larutan Co2+ yaitu 0,0188 M; 0,0376 M; 0,0564 M
dan 0,0752 M. Dan nilai absorbansi yang diperoleh berturut-turut yaitu 0,041;
0,128; 0,096 dan 0,203 nm. Hasil yang diperoleh pada grafik setelah regresi yaitu
semakin tinggi kosentrasi semakin tinggi absorbansi suatu larutan atau berbanding
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Co dan nomor atom 27. Dan kromium adalah sebuah unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24.
3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi larutan,
konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus.
4. Dari percobaan ini diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing
masing panjang gelombang yaitu, k11 sebesar 36,94012; k12 sebesar
9,23503; k21 sebesar 4,75297; dan k22 sebesar 16,03523.
5. Dari nilai k yang ada dapat diperoleh komposisi campuran,untuk C 1
sebesar 8,331 x 10-4 M dan C2 sebesar 0,0353 M.
5.2 Saran
Agar dalam praktikum ini lebih dilengkapi sarana dan prasarana terutama
alat- alat laboratorium demi kelancran jalannya praktikum.
Lembar Asistensi
Nama
: IRAWATI
Stambuk
: G 301 13 068
Kelompok
:I
Asisten
: Andi Nursyafinah
No
Hari / Tanggal
Perbaikan
Paraf
1. Pengenceran
Pembuatan larutan Cr3+ 0,02 M dari larutan krom (III) klorida 0,05M
Larutan 0,02 M Cr3+
V 1=
V 2 M2
M1
V 1=
25 ml x 0,02 M
0,05 M
V 1=10 ml
a.
Larutan Cr3+
Larutan Cr3+0,01 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,01 M
0,05 M
V 1=5 ml
Larutan Cr3+0,02 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,02 M
0,05 M
V 1=10 ml
Larutan Cr3+0,03 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,03 M
0,05 M
V 1=15 ml
Larutan Cr3+0,04 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,04 M
0,05 M
V 1=20 ml
Larutan Cr3+0,05 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,05 M
0,05 M
V 1=25 ml
Pembuatan larutan Co2+ 0,075 M dari larutan kobalt (II) klorida 0,0188 M
Larutan Co2+0,075 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,075 M
0,188 M
V 1=9,97 ml
b. Larutan Co2+
Larutan Co2+0,0188 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,0188 M
0,188 M
V 1=2,5 ml
Larutan Co2+0,0376 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=
25 ml x 0,0376 M
0,188 M
V 1=5 ml
Larutan Co2+0,0564 M
V 1=
V 2 M2
M1
V 1=
25 ml x 0,0564 M
0,188 M
V 1=7,5 ml
25 ml x 0,0752 M
0,188 M
V 1=10 ml
3+
395
415
435
455
475
495
515
535
555
575
595
635
615
Cr
0,049
0,084
0,071
0,134
0,100
0,072
0,069
0,095
0,106
0,156
0,165
0,118
0,153
Absorbansi (A)
Co2+
Campuran Cr3+ + C02+
-0,118
0,126
-0,135
0,143
-0,091
0,184
0,010
0,171
0,126
0,158
0,149
0,177
0,157
0,193
0,101
0,148
-0,012
0,131
-0,032
0,102
-0,056
0,115
-0,061
0,080
-0,065
0,094
0.2
0.15
0.1
0.13
0.15 0.16
0.1
0.05
0.01
0
-0.01
-0.03575 595 635 615
395
415
435
455
475
495
515
535
555
-0.05
-0.06-0.06-0.07
-0.09
-0.1
-0.12
-0.14
-0.15
panjang gelombang
0.2
0.15 0.14
0.13
0.1
0.18
0.17
0.16
0.18
0.19
0.15
0.13
0.1
0.12
0.08
0.09
0.05
0
395 415 435 455 475 495 515 535 555 575 595 635 615
Panjang Gelombang
3. Penentuan Regresi
a. Untuk Cr3+ pada Cr
Konsentrasi
(x)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15
Absorbans
(y)
0.147
0.214
0.357
0.464
0.512
y = 1,694
x2
xy
0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2
x = 0,0055
0,00147
0,00428
0,01071
0,01856
0,0256
xy = 0,06062
0.5
0.36
0.4
0.3
0.2
0.51
0.21
0.15
0.1
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentrasi
x=
x 0,15
=
=0,03
n
5
y=
y 1,694
=
=0,3388
n
5
b=
b=
n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)
b= 9,8
y= y +b ( xx )
y 1=0,3388+ 9,8 ( 0,010,03 ) = 0,1428
y 2=0,3388+9,8 ( 0,020,03 ) = 0,2408
y 3=0,3388+9,8 ( 0,030,03 )
= 0,3388
y 5=0,3388+9,8 ( 0,050,03 )
= 0,5348
0.5
0.44
0.4
0.34
0.3
0.24
0.2
0.1
0.14
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentrasi
tan =
dy
dx
tan =
( 0,24080,1428 )
( 0,020,01 )
tan =9,8
k = 2,303 x 9,8
k= 20,727
Absorbans
x2
(x)
xy
(y)
0,00081
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15
0,081
0,065
0,116
0,134
0,173
y = 0,569
0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2
x = 0,0055
0,0013
0,00348
0,00536
0,00865
xy = 0,0196
0.15
0.1
0.05
0.12
0.08
0.13
0.07
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentarsi
x=
x 0,15
=
=0,03
n
5
y=
y 0,569
=
=0,1138
n
5
b=
n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)
b=
b= 2,53
y= y +b ( xx )
y 1=0,1138+ 2,53 ( 0,010,03 ) =0,0632
y 2=0,1138 +2,53 ( 0,020,03 ) = 0,0885
y 3=0,1138 +2,53 ( 0,030,03 ) = 0,1138
y 4 =0,1138+2,53 ( 0,040,03 )
= 0,1391
0.15
0.14
0.11
0.1
0.05
0.09
0.06
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentarsi
tan =
dy
dx
tan =
(0,08850,0632)
(0,020,01)
tan =2,53
k
k
= 2,303 x 2,53
= 5,8265
Absorbans
x2
(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188
(y)
0,221
0,435
0,649
0,750
y = 2,055
xy
0,0003
0,0014
0,0032
0,0057
2
x = 0,0106
0,0041
0,01635
0,0366
0,0564
xy = 0,1135
0.75
0.65
0.44
0.03
0.04
0.05
Konsentrasi
x=
x 0,188
=
=0,047
n
4
y=
y 2,055
=
=0, 5137
n
4
0.06
0.07
0.08
b=
b=
n ( xy ) ( x ) ( y )
n ( x 2 ) ( x)2
4 ( 0,1135 ) ( 0,188 ) (2,055)
2
4 ( 0,0106 ) (0,188)
b= 10,2553
y= y +b ( xx )
y 1=0, 5137+10,2553 ( 0,01880,047 ) = 0,22455
y 2=0, 5137+10,2553 ( 0,03760,047 ) = 0,41735
y 3=0, 5137+10,2553 ( 0,05640,047 ) = 0,61015
y 4 =0,5137+ 10,2553 ( 0,07520,047 ) = 0,80295
0.8
0.61
0.6
0.42
0.4
0.2
0.22
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
Konsentrasi
0.06
0.07
0.08
tan =
dy
dx
tan =
(0,417350,22455)
(0,03760,0188)
tan =10,2553
k
k
= 2,303 x 10,2553
= 23,6179
Absorbans
x2
(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188
(y)
0,041
0,128
0,096
0,203
y = 0,468
0,0003
0,0014
0,0032
0,0057
2
x = 0,0106
xy
0,0007
0,0048
0,0054
0,0152
xy = 0,0262
0.2
0.15
0.13
0.1
0.05
0.1
0.04
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
Konsentrasi
x=
x 0,188
=
=0,047
n
4
y=
y 0,468
=
=0, 117
n
4
b=
b=
n ( xy ) ( x ) ( y )
n ( x 2 ) ( x)2
4 ( 0,0262 ) ( 0,188 ) (0,468)
2
4 ( 0,0106 ) (0,188)
b= 2,4521
y= y +b ( xx )
y 1=0, 117+ 2,4521 ( 0,01880,047 ) = 0,04785
y 2=0, 117+ 2,4521 ( 0,03760,047 ) = 0,09395
y 3=0, 117+ 2,4521 ( 0,05640,047 ) = 0,14005
y 4 =0,117 +2,4521 ( 0,07520,047 ) = 0,18615
0.07
0.08
0.19
0.18
0.16
0.14
0.14
0.12
0.1
0.09
0.08
0.06
0.05
0.04
0.02
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
Konsentrasi
tan =
dy
dx
tan =
tan =2,4521
k = 2,303 x 2,4521
k = 5,6471
4. Menghitung Nilai K
a. Cr3+ pada Cr(k11)
tg =
dy
dx
0.06
0.07
0.08
tg =
(0,32680,1664)
(0,020,01)
tg =16,04
k11
= 2,303 x tg
= 2,303 x 16,04
= 36,94012
tg =
dy
dx
tg =
( 0,27850,2384)
(0,020,01)
tg = 4,01
k12
= 2,303 x tg
= 2,303 x 4,01
= 9,23503
tg =
dy
dx
tg =
(0,25530,2165)
(0,03760,0188)
tg =2,06382
k21
= 2,303 x tg
= 2,303 x 2,06382
= 4,75297
tg =
dy
dx
tg =
(0,49280,3619)
(0,03760,0188)
tg =6,96276
k22
= 2,303 x tg
= 2,303 x 6,96276
= 16,03523
3.
x 4,75297
x 36,94012
1,692057
= 175,57528 C1 + 43,89382 C2
21,05586
= 175,57528 C1 + 592,34332 C2
-19,3638
= -548,4495 C2
C2
= 0,0353
BAB VII
LAMPIRAN
7.1. Diagram Alur Percobaan
Larutan
campuran 0,02
3+ dan
M
M Cr
Cr3+
dan
2+
0,075 M Co2+
Mengukur
absorbansi sampel
dengan
setiap
dengan setiap
kenaikan 20 nm
Memeriksa
keaditifannya
Setiap kenaikan +
aquadest
sebagai
aquadest sebagai
blanko
Membuat
grafik
spektrum
absorpsi
Menjumlahkan
spektrum absopsi
3+
2+
Cr3+
dan Co2+
7.1.2. Nilai k
Menentukan
letak atau nilai
puncak
maksimum
3+
spektrum Cr3+
2+
dan Co2+
Mengukur
absorbansi
masing-masing
pada Cr
dan Co
Cr
Co
Menghitung nilai
k pada masingmasing panjang
gelombang
3+
Larutan Cr3+
dan
2+
dengan
2+
dengan
Co
konsentrasinya
konsentrasinya
Membuat 4 kurva
standar