You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau
bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.
Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu
mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan
subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri
terdapat tiga daerah panjanggelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu
daerah UV (200 380nm), daerah visible (380 700 nm), daerah inframerah
(700 3000 nm).
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan
lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah
satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur
transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor
atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas
dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 C.
Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi
molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap

tiap komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen komponen
tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa saja terdapat
banyak komponen tetapi dalam praktek, lebarnya puncak absorpsi dalam
spektrometri UV sinar tampak memastikan bahwa tidak ada panjang gelombang
yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan jumlah komponen yang
banyak.
Kromium dan ion kobalt menyerap cahaya tampak meskipun maximal absorbansi
mereka cukup baik dipisahkan. Dengan mengukur absorbansi pada dua panjang
gelombang yang berbeda dari larutan yang mengandung ion, adalah mungkin
untuk secara bersamaan menentukan konsentrasi dari setiap ion dalam larutan.
Sebuah larutan tidak diketahui mengandung spesies di analisis menggunakan
spektrofotometer.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menganailisis multi campuran kobalt dan krom dengan variasi
konsentrasi dengan menghitung nilai k.

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk Menganalisis multi komponen campuran
kobalt dan krom dengan variasi konsentrasi dengan menghitung nilai k.
1.4 Manfaat percobaan
Manfaat dari percobaan ini agar dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknolodi.

BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

2.1 Krom
Kromium adalah salah satu unsur logam transisi golongan VIB yang ber- warna
putih, nomor atom 24 dengan massa atom 51,996 g/mol, mempunyai titik lebur

1765 C, dapat larut dalam asam klorida encer atau pekat, asam sulfat encer dan
asam nitrat (Vogel, 1979: 285). Kromium memiliki bilangan oksidasi yang paling
stabil dan penting yaitu +2 dan +3. Dalam senyawa kompleks kromium banyak
terdapat sebagai Cr(III), membentuk kompleks dengan bilangan koor- dinasi 3, 4,
5 dan 6. Pada umumya kompleks Cr(III) memiliki bilangan koordinasi 6 dengan
geometri oktahedral (Cotton and Wilkinson, 1988: 679681). Selain itu kompleks
Cr(III) juga bisa mempunyai geometri non-oktahedral, misalnya penta- gonal
bipiramid terdistorsi (Sariyanto, 2010).
Kromium merupakan logam yang penggunaannya sangat luas dan berbahaya bagi
lingkungan (Hubeey, et al, 1993). Logam kromium dan senyawanya banyak
digunakan dalam industri elektroplating, penyamakan kulit, pendingin air, plup,
dan proses pemurnian bijih serta petroleum. Kromium (III) umumnya hanya
toksik terhadap tumbuh-tumbuhan pada konsentrasi yang tinggi, kurang toksik
bahkan non toksik terhadap binatang. Walaupun Cr(III) kurang toksik
dibandingkan Cr(VI), jika tubuh terpapar oleh Cr(III) dalam jangka waktu yang
panjang dapat menyebabkan reaksi alergi kulit dan kanker (sudiarta, 2009).

2.2 Kobalt
Kobal merupakan logam transisi golongan VIII B mempunyai nomor atom 27,
massa atom 58,9332 g/mol dan terletak pada periode keempat dalam tabel sistem
periodik unsur, berwarna abu-abu seperti baja dan bersifat sedikit magnetis,
melebur pada 1490 C (Greenwood and Earnshaw, 1984). Menurut Cotton and
Wilkinson (1988) Kobal mudah larut dalam asam-asam mineral encer dan

mempunyai bilangan oksidasi umumnya +2 dan +3 akan tetapi +2 relatif lebih


stabil (Umiyati, 2009).

Logam kobalt di dalam tubuh berperan dalam pembentukan vitamin B12 yang
sangat penting untuk menjaga normalitas kerja semua sel dan maturasi sel-sel
darah merah. Co2+ memiliki jarijari ion yang menyerupai jari-jari ion Mg2+, serta
keelektronegatifan yang lebih besar dari Mg2+ sehingga dapat membentuk
kompleks baru yang stabil (Fauzi. A, 2014).
2.3 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan atau diencerkan (Brady dalam wahyuni 2015).

2.4 Spektronik UV-VI


Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode kimia untuk
menentukan kandungan unsur logam dalam suatu bahan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Prinsip pengukuran spektrofotometri UV-Vis berdasarkan penyerapan
cahaya ultra violet (180 350 nm) dan tampak (350-800 nm) oleh suatu senyawa.
Penyerapan sinar ultra violet (UV) dan tampak (visibel) oleh suatu senyawa

dibatasi pada sejumlah gugus fungsi yang mengandung elektron valensi dengan
tingkat eksitasi yang rendah dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu sigma, phi
dan non bonding elektron. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut
sebagai gugus kromofor. Kromofor organik yang mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak antara lain yaitu karbonil, alken, azo, nitrat dan
karboksi. Salah satu grup senyawa organik azo yaitu arsenazo III bila direaksikan
dengan suatu unsur logam yang memiliki jari - jari ion lebih besar dari 0,7-0,8 0
A. akan membentuk senyawa komplek berwarna (Dian. A, 2012).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 09 November 2015 pukul 15.00 WITA di
Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan Krom (III) nitrat
0,05 M ,larutan Kobalt (II) nitrat 0,188 M, aquadest dan tissue.
3.2.2. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometri visible,
buret, labu takar, kuvet, dan label.
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Keaditifan absorbans larutan Cr3+ dan Co2+.
1.

Keaditifan absorban larutan Cr3+ dan Co2+

a. Menyiapkan larutan

0,02 M Cr3+
0,075 M Co2+
Larutan campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M Cr3+ dan 0,075 M

Co2+ dengan perbandingan 1 : 1.


b. Diukur absorban ketiga larutan di atas pada panjang gelombang 395 635 nm,
menggunakan aquadest sebagai blanko.
Dibuatkan dalam satu grafik spektrum absorbsi masing-masing dari ketiga
larutan tersebut berdasarkan data yang diperoleh kemudian jumlahkan
spektrum absorpsi Cr3+ dan Co2+, selanjutnya periksa keaditifannya.
1. Nilai k
a. Ditentukan nilai atau letak puncak maksimum spektrum Cr 3+ dan Co2+ dari
grafik diatas.
b. Disiapkan larutan Cr3+ dan Co2+ dengan konsentrasi :
Cr3+ : 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; dan 0,05 M
Co2+ : 0,0188; 0,0376; 0,0564; 0,0752 M
Diukur absorbans masing-masing pada Cr dan Co maka dapat dibuat (4) empat
kurva standar :
Cr3+ pada Cr
I.
Cr3+ pada Co
II.
Co2+ pada Cr
III.
Co2+ pada Co
IV.
Selanjutnya menghitung nilai k pada masing-masing panjang gelombang
tersebut. Lalu menganalisa contoh campuran yang diberikan dengan jalan

mengukur A (Absorban) larutan tersebut pada Cr dan Co dan dari nilai-nilai k


yang telah diperoleh pada perlakuan sebelumnya.
2.

Analisa Contoh Campuran

Ditetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan mengukur A


(Absorban) larutan itu pada Cr dan Co dan dari nilai-nilai k yang sudah diperoleh
di atas.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan


1. Keaditifan absorbansi larutan Cr3+ 0,02 M, Co2+ 0,075 M dan larutan
campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M dan 0,075 M.

3+

395
415
435
455
475
495
515
535
555
575
595
635
615

Cr
0,049
0,084
0,071
0,134
0,100
0,072
0,069
0,095
0,106
0,156
0,165
0,118
0,153

Absorbansi (A)
Co2+
Campuran Cr3+ + C02+
-0,118
0,126
-0,135
0,143
-0,091
0,184
0,010
0,171
0,126
0,158
0,149
0,177
0,157
0,193
0,101
0,148
-0,012
0,131
-0,032
0,102
-0,056
0,115
-0,061
0,080
-0,065
0,094

2. Nillai K
a. Untuk Larutan Cr3+

Sampel
0,01
0,02
0,03
0,04

A (maks Cr
= 595 nm)
0.147
0.214
0.357
0.464

A (maks Co
= 515 nm)
0.081
0.065
0.116
0.134

0,05

0.512

0.173

A (maks Cr
= 595 nm)
0.221
0.435
0.649
0.750

A (maks Co
= 515 nm)
0.041
0.128
0.096
0.203

b. Untuk Larutan Co2+

Sampel
0,0188
0,0376
0,0576
0,0752

c. Analisa Contoh Campuran

Sampel

A (maks Cr
= 595 nm)

A (maks Co
= 515 nm)

0.118

0.157

Co2+ 0,02 M + Cr3+ 0,075


M

4.2 Pembahasan
Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi
molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap
tiap komponennya. Dalam percobaan dilakukan analisis multi komponen
campuran krom dan kobalt. Pada percobaan ini digunakan larutan CrCl 3 sebagai
sumber Cr3+ dengan warna biru dan CoCl2 sebagai sumber Co2+ dengan warna
merah muda.

Perlakuan pertama yaitu mengukur keaditifan dari larutan Cr 3+ dan larutan Co2+.
Langkah yang dilakukan yaitu menyiapkan larutan baku dari Cr 3+ dengan
konsentrasi 0,02 M, Co2+ dengan konsentrasi 0,075 M dan campuran keduanya.
Adapun prinsip dasar dari keaditifan ini yaitu dua macam kromofor yang berbeda
akan mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pada satu panjang
gelombang tertentu sehingga diperoleh persamaan hubungan antara absorpsi
dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya konsentrasi masing
masing komponen dapat dihitung. Absorban dari masing masing komponen
bersifat aditif apabila komponen komponennya tidak saling bereaksi. Kemudian
mengukur absorbansi dari larutan Cr3+, Co2+ dan campuran dari keduanya dengan
menggunakan spektronik 20

pada panjang gelombang 200-900 nm, hal ini

disebabkan karena Serapan cahaya uv mengakibatkan transisi elektronik, yaitu

promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke


orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Pengukuran ini bertujuan untuk
memperoleh panjang gelombang maksimum dari Cr3+ dan Co2+.
Prinsip Kerja Spektronik 20 yaitu Cahaya yang berasal dari lampu deuterium
maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian
akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula
yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detektor.
Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui
cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui
konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
Dari hasil pengukuran diperoleh kurva antara menghubungkan konsentrasi larutan
dengan absorbansi. Di mana berdasarkan kurva tersebut, diketahui bahwa panjang
gelombang maksimum untuk Cr3+ yaitu 595 nm dengan nilai absorbansi sebesar
0,165. Untuk Co2+ diperoleh panjang gelombang maksimum 515 nm dan nilai
absorbansi sebesar 0,157. Menurut Wiryawan (2008), panjang gelombang untuk
Cr(III) terletak pada panjang gelombang 575 nm sedangkan untuk Co(II) terletak
pada panjang gelombang 510 nm. Hasil yang diperoleh untuk Cr(III) berbeda

dengan literatur, hal ini mungkin disebabkan adanya zat lain dalam larutan,
pengaruh suhu, pengaruh jenis pelarut maupun pengaruh pH larutan
Menurut Sikanna, R. (2012), apabila dua komponen yang berlainan dicampurkan
dalam satu larutan dan dengan adanya interaksi maka akan merubah spektrum
absorbsinya hal ini disebabkan oleh interaksi dua komponen tersebut yang dapat
mengubah kemampuan komponen untuk menyerap panjang gelombang tertentu dari
sumber radiasi. Karena luasnya interaksi bergantung terhadapat konsentrasi. Dari
hasil pengamatan diperoleh larutan bersifat aditif karena terdapat perbedaan pada
panjang gelombang maksimum campuran Cr3+ dan Co2+ dengan larutan Cr3+ dan
larutan Co2+. Campuran dikatakan aditif apabila menghasilkan absorbansi berbeda
dari jumlah absorbansi komponennya.
Lalu melakukan pengukuran absorbansi Cr3+ dan Co2+ pada berbagai konsentrasi
menggunakan panjang gelombang maksimum Cr dan Co. Melakukan pengukuran
pada panjang gelombang maksimum karena di sekitar panjang gelombang
maksimum ini, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer
akan terpenuhi dengan baik, sehingga kesalahan yang ditimbulkan pada panjang
gelombang maksimum dapat diperkecil. Variasi kosentrasi dari larutan Cr 3+ yang
digunakan yaitu 0,01 M; 0,02 M; 0,03 M; 0,04 M dan 0,05 M. Dan nilai
absorbansi yang diperoleh berturut-turut yaitu 0,146; 0,214; 0,357; 0,464 dan
0,512 nm. Sedangkan untuk larutan Co2+ yaitu 0,0188 M; 0,0376 M; 0,0564 M
dan 0,0752 M. Dan nilai absorbansi yang diperoleh berturut-turut yaitu 0,041;
0,128; 0,096 dan 0,203 nm. Hasil yang diperoleh pada grafik setelah regresi yaitu
semakin tinggi kosentrasi semakin tinggi absorbansi suatu larutan atau berbanding

lurus. Menurut harvey, (2000), berdasarkan hukum Beer absorbansi akan


berbanding lurus dengan konsentrasi. Jadi semakin besar konsentrasi maka
semakin tinggi nilai absorbansi yang diperoleh.
Setelah ditentukan nilai regresinya maka dapat ditentukan nilai k dari setiap
larutan. Nilai k digunakan untuk mengetahui konsentrasi masing-masing larutan.
Di mana nilai k ini diperoleh dari perbandingan nilai dy (y2-y1) dan dx (x2-x1).
Sehingga diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing-masing panjang
gelombang pada k11 sebesar 36,94012; k12 sebesar 9,23503; k21 sebesar 4,75297;
dan k22 sebesar 16,03523. Nilai k adalah nilai tetapan dalam hokum lambert beer,
tergantung pada sistem kosentrasi yang di gunakan. Dari hasil K yang diperoleh
dapat ditentukan nilai komposisi campuran yaitu pada C1 sebesar 8,331 x 10-4 M
dan C2 sebesar 0,0353 M, sedangkan C1 dan C2 pada spektrofotometri UV-Vis
berturut-turut yaitu 0,0120 M dan 0,0530 M.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh terdapat
kesalahan di mana konsentrasi dari hasil perhitungan berbeda dengan nilai
konsentrasi dari larutan yang digunakan, yaitu untuk larutan Cr 3+ 0,02 M
sedangkan untuk larutan Co2+ 0,075 M. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya
volume larutan pada saat dilakukan pengenceran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Co dan nomor atom 27. Dan kromium adalah sebuah unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24.
3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi larutan,
konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus.
4. Dari percobaan ini diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing
masing panjang gelombang yaitu, k11 sebesar 36,94012; k12 sebesar
9,23503; k21 sebesar 4,75297; dan k22 sebesar 16,03523.
5. Dari nilai k yang ada dapat diperoleh komposisi campuran,untuk C 1
sebesar 8,331 x 10-4 M dan C2 sebesar 0,0353 M.

5.2 Saran
Agar dalam praktikum ini lebih dilengkapi sarana dan prasarana terutama
alat- alat laboratorium demi kelancran jalannya praktikum.

Lembar Asistensi

Nama

: IRAWATI

Stambuk

: G 301 13 068

Kelompok

:I

Asisten

: Andi Nursyafinah

No

Hari / Tanggal

Perbaikan

Paraf

1. Pengenceran
Pembuatan larutan Cr3+ 0,02 M dari larutan krom (III) klorida 0,05M
Larutan 0,02 M Cr3+
V 1=

V 2 M2
M1

V 1=

25 ml x 0,02 M
0,05 M

V 1=10 ml
a.

Larutan Cr3+
Larutan Cr3+0,01 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,01 M
0,05 M

V 1=5 ml

Larutan Cr3+0,02 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,02 M
0,05 M

V 1=10 ml

Larutan Cr3+0,03 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,03 M
0,05 M

V 1=15 ml

Larutan Cr3+0,04 M
V M
V 1= 2 2
M1

V 1=

25 ml x 0,04 M
0,05 M

V 1=20 ml

Larutan Cr3+0,05 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,05 M
0,05 M

V 1=25 ml
Pembuatan larutan Co2+ 0,075 M dari larutan kobalt (II) klorida 0,0188 M
Larutan Co2+0,075 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,075 M
0,188 M

V 1=9,97 ml
b. Larutan Co2+
Larutan Co2+0,0188 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,0188 M
0,188 M

V 1=2,5 ml

Larutan Co2+0,0376 M
V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,0376 M
0,188 M

V 1=5 ml

Larutan Co2+0,0564 M

V 1=

V 2 M2
M1

V 1=

25 ml x 0,0564 M
0,188 M

V 1=7,5 ml

Larutan Co2+ 0,0752 M


V M
V 1= 2 2
M1
V 1=

25 ml x 0,0752 M
0,188 M

V 1=10 ml

2. Penentuan panjang gelombang maksumum


Keaditifan absorbansi larutan Cr3+ 0,02 M, Co2+ 0,075 M dan larutan
campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M dan 0,075 M.

3+

395
415
435
455
475
495
515
535
555
575
595
635
615

Cr
0,049
0,084
0,071
0,134
0,100
0,072
0,069
0,095
0,106
0,156
0,165
0,118
0,153

Absorbansi (A)
Co2+
Campuran Cr3+ + C02+
-0,118
0,126
-0,135
0,143
-0,091
0,184
0,010
0,171
0,126
0,158
0,149
0,177
0,157
0,193
0,101
0,148
-0,012
0,131
-0,032
0,102
-0,056
0,115
-0,061
0,080
-0,065
0,094

a. Grafik hubungan Panjang gelombang maksimum larutan Cr3+ dan absorbansi

Hubungan Antara Panjang Gelombang dan Absorbansi


a 0.2
b
0.16 0.17
s 0.15
0.13
o
0.12
0.11
0.1
r 0.1
0.1
0.08
b
0.07 0.07
0.07
a 0.05
0.05
n
s
0
0
i
395 415 435 455 475 495 515 535 555 575 595 635 615
Panjang Gelombang

b. Grafik hubungan Panjang gelombang maksimum larutan Co2+ dan absorbansi

Hubungan Antara Panjang Gelombang dan Absorbansi


A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

0.2
0.15
0.1

0.13

0.15 0.16
0.1

0.05
0.01
0
-0.01
-0.03575 595 635 615
395
415
435
455
475
495
515
535
555
-0.05
-0.06-0.06-0.07
-0.09
-0.1
-0.12
-0.14
-0.15
panjang gelombang

c. Grafik hubungan panjang gelombang maksimum campuran larutan Cr 3+ dan


Co2+ dan absorbansi

Hubungan Antara Panjang Gelombang dan Absorbansi


0.25
A
b
s
o
r
b
a
n
s
i

0.2
0.15 0.14
0.13
0.1

0.18

0.17

0.16

0.18

0.19
0.15

0.13
0.1

0.12
0.08

0.09

0.05
0
395 415 435 455 475 495 515 535 555 575 595 635 615
Panjang Gelombang

3. Penentuan Regresi
a. Untuk Cr3+ pada Cr
Konsentrasi
(x)
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15

Absorbans
(y)
0.147
0.214
0.357
0.464
0.512
y = 1,694

Grafik Sebelum Regresi

x2

xy

0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2
x = 0,0055

0,00147
0,00428
0,01071
0,01856
0,0256
xy = 0,06062

Hubungan Antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada cr Regresi


0.6
0.46

0.5
0.36

0.4
0.3
0.2

0.51

0.21
0.15

0.1
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06

Konsentrasi

x=

x 0,15
=
=0,03
n
5

y=

y 1,694
=
=0,3388
n
5

b=

b=

n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)

5 ( 0,06062 ) ( 0,15 ) (1,694)


5 ( 0,0055 ) (0,15)2

b= 9,8

y= y +b ( xx )
y 1=0,3388+ 9,8 ( 0,010,03 ) = 0,1428
y 2=0,3388+9,8 ( 0,020,03 ) = 0,2408
y 3=0,3388+9,8 ( 0,030,03 )

= 0,3388

y 4 =0,3388+9,8 ( 0,040,03 ) = 0,4368

y 5=0,3388+9,8 ( 0,050,03 )

Grafik Sesudah Regresi

= 0,5348

Hubungan Antara Konsentrasi Cr 3+ dan Absorbansinya pada Cr Regresi


0.6
0.53

0.5
0.44

0.4
0.34

0.3
0.24

0.2
0.1

0.14

0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentrasi

Menghitung Nilai k Cr3+ pada Cr (k11)

tan =

dy
dx

tan =

( 0,24080,1428 )
( 0,020,01 )

tan =9,8

k = 2,303 x 9,8
k= 20,727

b. Untuk Cr3+ pada Co


Konsentrasi

Absorbans
x2

(x)

xy

(y)
0,00081

0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
x = 0,15

0,081
0,065
0,116
0,134
0,173
y = 0,569

0,0001
0,0004
0,0009
0,0016
0,0025
2

x = 0,0055

0,0013
0,00348
0,00536
0,00865
xy = 0,0196

Grafik sebelum Regresi

Hubungan Antara konsentrasi Cr3+ dan


absorbansinya pada Co
0.2
0.17

0.15
0.1
0.05

0.12
0.08

0.13

0.07

0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentarsi

x=

x 0,15
=
=0,03
n
5

y=

y 0,569
=
=0,1138
n
5

b=

n ( xy ) ( x ) ( y )
2
2
n ( x ) ( x)

b=

5 ( 0,0196 ) ( 0,15 ) (0,569)


5 ( 0,0055 ) ( 0,15)2

b= 2,53

y= y +b ( xx )
y 1=0,1138+ 2,53 ( 0,010,03 ) =0,0632
y 2=0,1138 +2,53 ( 0,020,03 ) = 0,0885
y 3=0,1138 +2,53 ( 0,030,03 ) = 0,1138
y 4 =0,1138+2,53 ( 0,040,03 )

= 0,1391

y 5=0,1138 +2,53 ( 0,050,03 ) = 0,1644

Grafik Sesudah Regresi

Hubungan Antara Konsentrasi Cr3+


dan Absorbansinya Co
0.2
0.16

0.15

0.14
0.11

0.1
0.05

0.09
0.06

0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06
Konsentarsi

Menghitung Nilai k Cr3+ pada Co(k12)

tan =

dy
dx

tan =

(0,08850,0632)
(0,020,01)

tan =2,53
k
k

= 2,303 x 2,53
= 5,8265

c. Untuk Co2+ pada Cr


Konsentrasi

Absorbans
x2

(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188

(y)
0,221
0,435
0,649
0,750
y = 2,055

xy

0,0003
0,0014
0,0032
0,0057
2
x = 0,0106

0,0041
0,01635
0,0366
0,0564
xy = 0,1135

Grafik Sebelum Regresi

Hubungan Antara Konsentrasi Co2+


dan Absorbansinya pada Cr
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2 0.22
0.1
0
0.01
0.02

0.75
0.65
0.44

0.03

0.04

0.05

Konsentrasi

x=

x 0,188
=
=0,047
n
4

y=

y 2,055
=
=0, 5137
n
4

0.06

0.07

0.08

b=

b=

n ( xy ) ( x ) ( y )
n ( x 2 ) ( x)2
4 ( 0,1135 ) ( 0,188 ) (2,055)
2
4 ( 0,0106 ) (0,188)

b= 10,2553
y= y +b ( xx )
y 1=0, 5137+10,2553 ( 0,01880,047 ) = 0,22455
y 2=0, 5137+10,2553 ( 0,03760,047 ) = 0,41735
y 3=0, 5137+10,2553 ( 0,05640,047 ) = 0,61015
y 4 =0,5137+ 10,2553 ( 0,07520,047 ) = 0,80295

Grafik Sesudah Regresi

Hubungan Antara Konsentrasi Co2+


dan Absorbansinya pada C0
1
0.8

0.8
0.61

0.6
0.42

0.4
0.2

0.22

0
0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

Konsentrasi

0.06

0.07

0.08

Menghitung Nilai k Co2+ pada Cr (k21)

tan =

dy
dx

tan =

(0,417350,22455)
(0,03760,0188)

tan =10,2553
k
k

= 2,303 x 10,2553
= 23,6179

d. Untuk Co2+ pada Co


Konsentrasi

Absorbans
x2

(x)
0,0188
0,0376
0,0564
0,0752
x = 0,188

(y)
0,041
0,128
0,096
0,203
y = 0,468

Grafik Sebelum Regresi

0,0003
0,0014
0,0032
0,0057
2
x = 0,0106

xy
0,0007
0,0048
0,0054
0,0152
xy = 0,0262

Hubungan Antara Konsentrasi Co2+


dan Absorbansinya pada Co
0.25
0.2

0.2
0.15

0.13

0.1
0.05

0.1
0.04

0
0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

Konsentrasi

x=

x 0,188
=
=0,047
n
4

y=

y 0,468
=
=0, 117
n
4

b=

b=

n ( xy ) ( x ) ( y )
n ( x 2 ) ( x)2
4 ( 0,0262 ) ( 0,188 ) (0,468)
2
4 ( 0,0106 ) (0,188)

b= 2,4521
y= y +b ( xx )
y 1=0, 117+ 2,4521 ( 0,01880,047 ) = 0,04785
y 2=0, 117+ 2,4521 ( 0,03760,047 ) = 0,09395
y 3=0, 117+ 2,4521 ( 0,05640,047 ) = 0,14005
y 4 =0,117 +2,4521 ( 0,07520,047 ) = 0,18615

0.07

0.08

Grafik Sesudah Regresi


Hubungan Antara Konsentrasi Co2+
dan Absorbansinya pada Co
0.2

0.19

0.18
0.16
0.14

0.14
0.12
0.1

0.09

0.08
0.06

0.05

0.04
0.02
0
0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

Konsentrasi

Menghitung Nilai k Co2+ pada Co(k22)

tan =

dy
dx

tan =

(0,0 93950, 04785)


(0,03760,0188)

tan =2,4521
k = 2,303 x 2,4521
k = 5,6471
4. Menghitung Nilai K
a. Cr3+ pada Cr(k11)

tg =

dy
dx

0.06

0.07

0.08

tg =

(0,32680,1664)
(0,020,01)

tg =16,04

k11

= 2,303 x tg
= 2,303 x 16,04
= 36,94012

b. Cr3+ pada Co(k12)

tg =

dy
dx

tg =

( 0,27850,2384)
(0,020,01)

tg = 4,01

k12

= 2,303 x tg
= 2,303 x 4,01

= 9,23503

c. Co2+ pada Cr(k21)

tg =

dy
dx

tg =

(0,25530,2165)
(0,03760,0188)

tg =2,06382

k21

= 2,303 x tg
= 2,303 x 2,06382
= 4,75297

d. Co2+ pada Co(k22)

tg =

dy
dx

tg =

(0,49280,3619)
(0,03760,0188)

tg =6,96276

k22

= 2,303 x tg
= 2,303 x 6,96276
= 16,03523

3.

Menentukkan Komposisi Campuran


A1 = k11C1 + k12C2..............(1)
A2 = k21C1 + k22C2 ..............(2)

0,356 = (36,94012 x C1) + (9,23503 x C2 )

x 4,75297

0,570 = (4,75297 x C1) + (16,03523 x C2)

x 36,94012

1,692057

= 175,57528 C1 + 43,89382 C2

21,05586

= 175,57528 C1 + 592,34332 C2

-19,3638

= -548,4495 C2

C2

= 0,0353

Subtitusi nilai C2 pada persamaan (2)


0,570 = (4,7529 x C1) + (16,03523 x 0,0353)
0,570 = 4,7529 C1+ 0,56604
4,7529 C1 = 0,570 0,56604
C1 = 8,3317x10-4
Sehingga diperoleh konsentrasi untuk campuran yaitu :
C1 = 8,331 x 10-4M dan C2 = 0,0353 M

BAB VII
LAMPIRAN
7.1. Diagram Alur Percobaan

7.1.1. Keaditifan absorban larutan Cr3+ dan Co2+

Larutan
campuran 0,02
3+ dan
M
M Cr
Cr3+
dan
2+
0,075 M Co2+

Mengukur
absorbansi sampel
dengan
setiap
dengan setiap
kenaikan 20 nm

Memeriksa
keaditifannya

Setiap kenaikan +
aquadest
sebagai
aquadest sebagai
blanko

Membuat
grafik
spektrum
absorpsi

Menjumlahkan
spektrum absopsi
3+
2+
Cr3+
dan Co2+

7.1.2. Nilai k
Menentukan
letak atau nilai
puncak
maksimum
3+
spektrum Cr3+
2+
dan Co2+

Mengukur
absorbansi
masing-masing
pada Cr
dan Co
Cr
Co

Menghitung nilai
k pada masingmasing panjang
gelombang

3+
Larutan Cr3+
dan
2+
dengan
2+
dengan
Co
konsentrasinya
konsentrasinya

Membuat 4 kurva
standar

You might also like