You are on page 1of 7

MANIFESTASI KLINIS1

Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan
proteinuria, merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada
waktu keluhan seperti oedema, sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium
mulai timbul, kelainan tersebut biasanya sudah berat.
1. Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsi adalah vasospasme arteriol, sehingga tidak
mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah
peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang
lebih andal dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau
lebih menetap menunjukan keadaan abnormal.
2. Kenaikan Berat badan
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan
preeklampsia, dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda
pertama preeklampsia pada wanita. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg perminggu
adalah normal tetapi bila melebihi dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan
maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan
yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat
ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang terlihat jelas, seperti kelopak
mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar.
3. Proteinuria
Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu penyebab
fungsional (vasospasme) dan bukannya organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria
mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat,
proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu
timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan
daripada kenaikan berat badan yang berlebihan.
4. Nyeri kepala

Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada
kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan
oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang
mengalami serangan eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului
serangan kejang pertama.
5. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering
ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi.
Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau
perdarahan.
6. Gangguan penglihatan
Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau
total. Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital.
Manifestasi klinis berdasarkan system1
a. Kardiovaskuler : vasospasme menyeluruh, resistensi pembuluh darah perifer
meningkat, stroke work index ventrikel kiri meningkat, central venous pressure
menurun, pulmonary wedge pressure menurun.
b. Hematologi : volume plasma menurun,

viskositas

darah

meningkat,

hemokonsentrasi, koagulopati.
c. Ginjal : glomerular filtration rate menurun, renal plasma flow menurun, uric acid
clearence menurun
d. Hepar : necrosis periportal, kerusakan hepatoselluler, subcapsular hematome.
e. SSP : edema serebri dan perdarahan cerebri.
f. Otak : Tekanan darah meningkat, cerebral perfusion pressure meningkat dari 60120 mmHg pada kondisis normal menjadi 130-150 mmHg, akan terjadi kegagalan
autoregulasi sehingga pembuluh darah vasodilatasi yang akhirnya menimbulkan
iskemia, terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah otak, eksudasi plasma,
edema otak, kompresi pembuluh darah otak sehingga aliran darah otak menurun.

Pada CT scan otak didapatkan: edema cerebral, perdarahan otak (diintraventrikular,


bisa diparenkim), infark otak.
F. KLASIFIKASI
Preeklamsia jarang timbul sebelum minggu ke-20 kehamilan, dan jika terjadi
biasanya keadaan ini terdapat pada kasus mola hidatidosa atau degenerasi mola yang
jelas .1
Meningkatnya tekanan darah (untuk mengurangi kesalahan, pengukuran
dilakukan dengan pasien posisi duduk). Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan
peningkatan tekanan darah mencapai lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg; atau
adanya peningkatan darah sistolik > 30 mmHg atau diastolik > 15 mmHg. Bila tekanan
darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka preeklamsia disebut berat.
Preeklamsia termasuk kriteria berat pula walaupun tekanan darah belum mencapai
160/110 mmHg, jika ditemukan gejalalain seperti berikut ini : proteinuria 3 (+) pada test
celup, oliguria ( < 400 cc/24 jam), sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan, nyeri
epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen atau ada ikterus, edema paru atau
sianosis, trobositopenia, PJT.2
Protein,

proteinuria

sebagai

indikator

prognosis.

Sehingga

diperlukan

pemeriksaan serial. Bahkan Chesley (1985) secara tepat menyimpulkan bahwa tanpa
adanya proteinuria diagnosis preeklamsia meragukan, namun pada tahun yang sama
Chesley juga mengemukakan bahwa 10 % dari kejang eklamsia timbul sebelum
timbulnya proteinuria nyata, sehingga perlu segera diambil tindakan meskipun naiknya
tekanan belum disertai oleh proteinuria. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin
yang melebihi 0,3 g/ liter dalam urin 24 jam, atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1
atau +2 atau 1 g/ liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter atau midstream yang
diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan edema, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang
serius..1
Vasospasme, dengan pemeriksaan optalmologi, dapat dipakai untuk mengevaluasi
perkembangan penyakit. Pada preeklamsia berat terjadi peningkatan ratio vena arteri
(normal 4:3) dan vasospasme segmental.2

Pertambahan berat badan dan edema. Banyak ahli yang sepakat bahwa edema
pada tangan dan muka, sangat sering ditemukan pada wanita hamil, sehingga diagnosis
preeklamsia tidak dapat dipastikan dengan adanya edema dan tidak dapat disingkirkan
dengan tidak adanya edema.1
Nyeri epigastrium atau nyeri abdomen pada kwadran kanan atas dianggap terjadi
akibat nekrosis dan edema sel-sel hati yang meregangkan kapsula Glissoni. Nyeri yang
khas sering disertai dengan naiknya kadar enzim-enzim hati di dalam serum dan biasanya
memerlukan segera terapi definitif. Kadang rasa nyeri mendahului ruptura hematoma
supkapsuler hepar.1
Trombositopeni merupakan tanda khas preeklamsia yang memburuk, yang
mungkin disebabkan oleh hemolisis mikroangiopati yang timbul karena vasospasme
hebat.1
Wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tandatanda preeklamsia, atau karena memang minimnya pengetahuan tentang hal tersebut,
maka untuk deteksi dini diperlukan pengamatan yang cermat dengan masa interval
pemeriksaan yang tepat selama ANC, terutama bagi wanita yang diketahui mempunyai
faktor predisposisi preeklamsia, seperti: nulliparitas, adanya riwayat preeklamsia pada
keluarga, janin multiple, diabetes, penyakit vaskuler kronik, penyakit ginjal, mola
hidatidosa dan hidrops fetalis.1,2,3
Edema paru merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa pasien, yaitu suatu
keadaan di mana terjadi peningkatan jumlah cairan interstisial paru dan alveoli paru yang
melebihi kemampuan drainase sistem limfatik, yang disebabkan karena:
(1) Peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler
(2) Rendahnya tekanan onkotik intravaskuler akibat hipoalbuminemia,
(3) Meningkatnya permiabilitas vaskuler karena rusaknya endotel pembuluh darah
paru, yang semuanya terjadi karena proses preeklamsia.
Timbulnya edema pulmonum mengganggu proses oksigenasi di paru sehingga
timbul hipoksemia berat yang ditandai dengan turunnya PO2, sehingga menimbulkan
hipoksia berat. Keadaan ini dapat menimbulkan pertumbuhan janin terhambat hingga
kematian janin intra uterin.

Kadar hemoglobin dapat menurun, diperkirakan karena proses hemolisis masif


akibat dari meningkatnya tekanan osmotik dan kerapuhan dinding sel, yang seharusnya
dibuktikan dengan adanya hiperbilirubinemia, atau dari pemeriksaan apus darah tepi
didapatkan adanya morfologi sel darah merah berupa schistocytes dan burr cells,
ditemukannya helmet cells karena eritrosit yang rusak. Sedangkan trombositopenia
merupakan tanda khas preeklamsia yang memburuk, dan mungkin disebabkan hemolisis
mikroangiopati yang timbul karena vasospasme berat, ada juga yang memperkirakan
karena adanya proses imunologi. Ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan yang
merusak struktur endotel pembuluh darah juga dapat menerangkan timbulnya sindroma
HELLP ini, yaitu karena terjadi penimbunan trombosit pada endotel yang rusak
tersebut dan terjadinya nekrosis sel-sel hepar, khususnya bagian periportal pada bagian
perifer lobulus hepar.4sindroma HELLP meningkatkan resiko timbulnya infeksi,
koagulopati konsumtif, gagal ginjal, sindroma distress pernafasan, infark hepatic hingga
ruptur hepar serta cardiopulmonary failure.4
Dikatakan bahwa manifestasi sindroma HELLP bervariasi dari beberapa jam
sampai 7 hari post partum, terbanyak berkembang dalam 48 jam post partum. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa turunnya trombosit dan hemoglobin saja belum dapat
dikategorikan sebagai sindroma HELLP, karena tidak ada istilah sindroma HELLP
parsial. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa kalau kita menunggu sampai semua
manifestasi, artinya kita menunggu sampai keadaan berat. Memang ada beberapa
klasifikasi sindroma HELLP, antara lain klasifikasi Missisipi dimana klasifikasi
berdasarkan pada jumlah trombosit maternal, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kelas I jika jumlah trombosit 50.000/ ul, > 50.000


Kelas II jika jumlah trombosit 100.000/ul, >100.000
Kelas III jika jumlah trombosit 600 IU/L dan AST > 70 IU/L
Inkomplit apabila hanya terdapat satu atau 2 gejala seperti di atas.

Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi


dan proteinuria. Kriteria lebih lengkap digambarkan oleh Working Group of the NHBPEP
( 2000 ) seperti digambarkan dibawah ini:
Disebut preeklamsi ringan bila terdapat:
1. Tekanan darah >140 / 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.
2. Proteinuria kuantitatif (Esbach) 300 mg / 24 jam, atau dipstick +1.

Disebut preeklampsia berat bila terdapat:


1. Tekanan darah >160 / 110 mmHg.
2. Proteinuria kuantitatif (Esbach) 2 gr / 24 jam, atau dipstick +2.
3. Trombosit < 100.000 / mm3.
4. Hemolisis mikroangiopathi ( peningkatan LDH )
5. Peningkatan SGOT / SGPT.
6. Adanya sakit kepala hebat atau gangguan serebral, gangguan penglihatan.
7. Nyeri di daerah epigastrium yang menetap.

Problem

Mild Pre-Eclampsia

Severe Pre-Eclampsia

Blood Pressure

>140/90

>160/110

Proteinuria

1+ (300 mg/24 hours)

2+ (1000 mg/24 hours)

Edema

+/-

+/-

Increased reflexes

+/-

Upper abdominal pain

Headache

Visual Disturbance

Decreased Urine Output

Elevation of Liver Enzymes -

Decreased Platelets

Increased Bilirubin

Elevated Creatinine

DAFTAR PUSTAKA
1. Brigham SA, Conlon C, Farquharson RG. A longitudinal study of pregnancy
outcome following idiopathic recurrent miscarriage. Hum Reprod 1999;14:2868
71.
2. Li TC, Spuijbroek MD, Tuckerman E, Anstie B, Loxley M, Laird S.
Endocrinological and endometrial factors in recurrent miscarriage. BJOG
2000;107: 14719.
3. Abalovich M, Gutierrez S, Alcaraz G, Maccallini G, Garcia A, Levalle O. Overt
and subclinical hypothyroidism complicating pregnancy. Thyroid. 2002;12:638.

4. Empson M, Lassere M, Craig JC, Scott JR. Recurrent pregnancy loss with
antiphospholipid antibody: a systematic review of therapeutic trials. Obstet
Gynecol 2002;99: 13544

You might also like