You are on page 1of 6

TUGAS FARMAKOTERAPI 3

Nama : Yeni Nurliawati


NIM : 12023203
Kelas : FKKB

KASUS 1
Seorang pasien menggunakan obat hipertensi sudah 2 tahun, 2 minggu yang lalu melakukan
kontrol ke dokter dan mendapatkan captopril 25mg sebanyak 20 tablet dengan aturan pakai 2xsehari 1
tablet.Pada hari ke-5 ditanya apakah sudah minum obat, pasien menjawab ragu-ragu apakah sudah atau
belum, Selama ini saya rajin minum obat kokSetelah dicek sisa obatnya masih 15. Sepintas orangnya
tampak baik-baik. Ketika ditanya mengapa dilakukannya demikian, apakah bapak sering lupa, maka
jawabannya polos Lupa sih tidak, Cuma tidak ingat
KASUS 2
Seorang dokter usia 70 tahun lebih memeriksa pasiennya sengan cara yang benar, selesai
memeriksa dia cerita waktu sudah 70 tahun dia masih tetap praktek, menyetir mobil sendiri agar tidak
cepat pikun, beberapa menit kemudian dia mengambil stetoskopnya dan menaruh diatas dada pasien yang
sudah pakai baju, hal ini tanpa disadari sama sekali.

JAWABAN
Demensia adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak seseorang mengalami kemunduran.
Kondisi ini dapat ditandai dengan keadaan seseorang sering lupa akan sesuatu, keliru, adanya perubahan
kepribadian, dan emosi yang naik-turun atau labil.
Banyak penyebab yang membuat seseorang mengalami Demensia, umumnya karena penyakitpenyakit kronik seperti Stroke dan Parkinson. Namun diketahui bahwa penyebab utama seseorang
mengalami Demensia adalah penyakit Alzheimer.
Dimensia ada 2 tipe yaitu :
A Dimensia alzheimer
Menurut John W.Santrock Alzheimer adalah suatu gangguan otak yang progresif
dan tidak dapat dibalik, yang dicirikan dengan kemerosotan secara perlahan dari ingatan,
penalaran, bahasa, dan tentunya fungsi fisik.
B Dimensia vaskular
Dimensia vaskular adalah bentuk dimensia kedua terbanyak setelah penyakit
Alzheimer. Dan merupakan penurunan kognitif dankemunduran fungsional yang
disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga
disebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari hipotensi atau
hipoksia.

ALZEIMER
Alzheimer adalah suatu sindrom demensia yang ditandai dengan penurunan ingatan dan
kemampuan kognitif pasien secara progresif.
2.EPIDEMIOLOGI
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secaraepidemiologiterbagi 2
kelompokyaitukelompok yang menderitapadausiakurang 58 tahundisebutsebagai early
onset sedangkankelompok yang menderitapadausialebihdari 58 tahundisebutsebagai late onset.
Di Amerika, angkapenderita Alzheimer mencapai 123/100.000
pendudukpertahundanmerupakanpenyebabkematianke-empatataukelima. Alzheimer dapatdideritaolehsem
uaumurtetapisekitar 96% penderitanyaberumur 40 tahunkeatas.Angkaprevalensipoenyakitini 300/100.000
pendudukusia 60-69 tahun. WHO memperkirakanlebihdari 1 milyar orang denganusialebnihdari 60
tahunmengidap Alzheimer.Di Indonesia, angkausialanjut 18,5 juta orang
tetapiangka insiden dan prevalensi penyakitinibelumdiketahui.Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi
wanita lebih banyak tiga kali di bandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada perbedaan terhadap jenis
kelamin.
3. PATOFISIOLOGI
a) Faktor genetik
Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen
autosomal dominant. Indivisu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai
resiko menderita dimensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan
genetika DNA pada penderita alzheimer dengan familial erly onset terdapat kelainan lokus pada
kromosom 21 diregio proximallogarm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kalainan lokus pada
kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrom mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah
berumur 40 tahun terdapat neurofibriallary tangles (NTF), senile plaque dan penurunan Marker kolinergik
pada jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer.
b) Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer yang
dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya antibosi reaktif. Infeksi virus
tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersifat lambat, kronik dan remisi.
c) Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antara lain: aluminium, silicon, mercury, zinc. Pada penyakit
alzheimer juga dutemukan keadaan ketidakseimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan
patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glumatat akan menyebabkan depolarisasi
melalui reseptor N-methyl D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) dan
menyebabkan kerusakan metabolisme energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
d) Faktor imunologi
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan
serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti tryosin alphamercoglobulin
dan haptoglobulin.
Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita
alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering
didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.
e) Faktor trauma

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma kepala.
Hal ini dihubungkan dengan petinju yang demensia pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak
neurofibriallary tangles.
f) Faktor neurotransmitter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan yang
sangat penting seperti asetilkolin, noradrenalin, dopamin, serotonin, MAO (Monoamin Oksidase)
4.FAKTOR RESIKO
Usia
Usia adalah faktor resiko paling penting pada penderita alzhaimer.
Biasanya diderita oleh orang berusia > 65 tahun, tetapi dapat juga menyerang orang yang berusia
< 40 tahun.
Keturunan / Genetik
Individu yang memiliki orang tua atau saudara memiliki riwayat alzhaimer memiliki resiko lebih
tinggi menderita alzhaimer.
Jenis Kelamin
Perempuan lebih memiliki resiko lebih besar dari laki-laki terkena penyakit alzhaimer.
Gaya hidup dan kesehatan jantung
Beberapa faktor resiko penyakit jantung dapat meningkatkan resiko terkena alzhaimer,
diantaranya yaitu: tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kurang dalam mengontrol gula darah, kurang
olahraga, merokok
ETIOLOGI
Belum diketahui secara pasti
Kemungkinan faktor genetik dan lingkungan
Dua jenis kerusakan sel otak (neuron) pada penderita alzheimer:
plaques/plak (gumpalan protein yang disebut beta amyloid mempengaruhi komunikasi antara sel-sel otak)
Tangles/kusut ( struktur pendukung dalam sel otak tergantung pada normalnya fungsi protein bernama
tau. Pada penderita alzheimer, benang protein tau mengalamiperubahan yang menyebabkan mereka
menjadi tidak waras)

5.DATA KLINIS (obyektif dan subyektif)


Pasien mungkin mengalami keluhan memori samar-samar awalnya atau lainnya yang signifikan pasien
dapat melaporkan bahwa pasien pelupa. Penurunan kognitif secara bertahap selama sakit. Gangguan
perilaku mungkin ada dalam tahap moderat. Hilangnya fungsi sehari-hari adalh umum di stadium lanjut.
a) Simptomt
Kognitif
Kehilangan ingatan(rendah pengingatan dan kehilangan item)

b)

c)

Aphasia (sirkumlokasi dan anomia)


Apraksia
Agnosia
Disorientasi (persepsi gangguan waktu dan dapat mengenali orang asing)
Gangguan fungsi eksekutif
Nonkognitif
Depresi, gejala psikologi (halusinasi dan delusi)
Gangguan perilaku (agresi fisik dan verbal)
Fungsional
Ketidakmampuan untuk merawat diri (berpakaian, mandi, buang air besar dan makan)
Hasil tes laboratorium
Mengesampingkan vitamin B12 dan defisiensi folat
Mengesampingkan hipotiroidisme dengan tes fungsi tiroid
Jumlah sel darah, elektrolit serum, dan tes fungsi hati
Hasil tes diagnostik lain
CT atau MRI scans

6. Gejala

Strategi Terapi
Non farmakologi
Terapi non-farmakologi melibatkan pasien, keluarga, atau pengasuh khusus untuk mensupport,
menghadapi dan memahami kondisi pasien
Farmakologi
Terapi untuk mengatasi gejala penurunan kognisi atau menunda progresivitas penyakit
Terapi simptomatik

7. PENGOBATAN FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI


Pengobatan Farmakologi
Inhibitor kolinesterase akan meningkatkan kadar asetilkolin (takrin, donepezil, rivastigmin, galantamin)
Antagonis reseptor NMDA : Memantine
Antioksidan dapat memperlambat progresivitas penyakit ( Vit E, selegilin (MAO inhibitor))
Alternatif terapi : ekstrak gingko biloba sebagai neuroprotektif mengurangi kerapuhan kapiler, efek
antioksidan, dan menghambat agregasi platelet tetapi masih perlu evidence yang lebih banyak.

Terapi Berdasarkan Stage Alzhaimer Disease


Mild Moderate Alzhaimer Disease
Inhibitor Cholinesterase ( Donepezil, Rivastigmin, Galantamine)

Moderate - Severe Alzhaimer Disease


Antagonis NMDA (Memantine)

Terapi simptomatik
Selain gejala gangguan kognitif juga terdapat gejala gangguan non kognitif seperti depresi,seperti gelisah,
pelupa, dan insomnia
Gejala depresi ( antidepresan (SSRI,TCA)
Insomnia ( perlu hipnotik, atau antidepresan yang bersifat sedative)
Delusi curiga, menduga-duga yang salah, paranoid digunakan antipsikotik (dicari yang paling kurang efek
sampingnya) atipikal (klozapin, quetiapin, risperidon).

B. Pengobatan Non Farmakologi


Pada diagnosis awal, pasien dan pengasuh harus dididik tentang perjalanan penyakit, perawatan
yang tersedia, keputusan hukum, perubahan gaya hidup yang akan diperlukan dengan perkembangan
penyakit, dan kualitas lain dari masalah kehidupan
Asosiasi Alzheimer merekomendasikan istirahat secara fisik, mental, dan sosial yang aktif,
mengurangi atau diet lemak / diet kolesterol. Dan banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta
mengelola berat badan.

You might also like