You are on page 1of 2

Sindroma Loeffler

Evaluasi dari Sindroma Loeffler dapat dilakukan secara rawat jalan dan tidak
membutuhkan rawat inap. Sindroma Loeffler sendiri umumnya disebabkan oleh parasit,
paling sering yaitu oleh infeksi Ascaris lumbricoides yang masuk ke dalam paru dalam
bentuk larva setelah dengan cara menembus mukosa usus dan terbawa masuk ke paru. Hal ini
yang menyebabkan munculnya eosinofilia dalam pemeriksaan darah tepi dan gejala sesak
napas dan mengi seperti pasien asma. Gejala ini dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu
1-2 minggu. Maka tidak ada pemberian terapi khusus untuk menangani gejala dari sindroma
Loeffler (Stern, 2000; Sharma, 2012).
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pasien dengan sindroma Leoffler antara lain:
1. Pemantauan dari perkembangan gejala pasien. Awasi apabila gejala pasien
bertambah berat. Pendampingan keluarga dibutuhkan untuk mengawasi pasien di
rumah (Sharma, 2012).
2. Bila ditemukan gejala sesak napas dan eosinofilia berat, dapat diberikan
kortikosteroid sistemik. Selain dapat menekan sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
dengan cara melakukan blok kepada sitokin IL-5 dan GM-CSF yang
mempengaruhi kelangsungan hidup eosinofil, dan dapat pula berperan sebagai
bronkodilator, sehingga diharapkan mampu memperlancar proses pernapasan.
Kortikosteroid yang dapat diberikan adalah Prednisone dengan dosis 5-60 mg/hari
dalam 2-4 kali sehari (Widoyono, 2008; Sharma, 2012).
3. Bila sudah dapat dipastikan penyebabnya adalah cacing sebagai parasit, dapat
diberikan obat anti cacing seperti Pirantel Pamoat, dengan dosis tunggal 10
mg/kgBB, Mebendazol 100 mg dalam 2 kali sehari selama 3 hari, atau Albendazol
(untuk anak >2 tahun) 400 mg (2 tablet) dosis tunggal (Widoyono, 2008; Sharma,
2012).
4. Ulangi radiografi dada 4-6 minggu setelah muncul gejala dan diberikan terapi
untuk melihat apakah ada gambaran infiltrat yang sering dijumpai pada pasien
sindroma Loffler. Hal ini dapat menunjukkan perbaikan terapi pasien bila
gambaran infiltrat sudah menghilang atau berkurang (Sharma, 2012).
5. Ulangi pemeriksaan darah tepi 4-6 minggu setelah terapi untuk memantau
keadaan eosinofilia (Sharma, 2012).
6. Periksa tinja / feses untuk mengetahui adanya telur atau parasit dalam waktu 6-12
minggu setelah terapi (Sharma, 2012).

Daftar Pustaka
Sharma, Girish, et al. 2012. Loeffler Syndrome. Medscape Reference.
Widoyono.

2008.

Penyakit

Tropis:

Epidemiologi,

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Penularan,

Pencegahan

&

You might also like