You are on page 1of 10

PENDAHULUAN.

Kitab Amsal ditulis sekitar tahun (setelah 700 SM), yaitu pada zamannya Hizkia.
Dan amsal-amsal Salomo waktu itu dikumpulkan oleh pegwai-pegawai Hizkia, namun hal
ini dijelaskan pada pasal 10 kitab Amsal tersebut. Untuk kumpulan Amsal Salomo lainnya
tidak dijelaskan secara jelas, siapa yang mengumpulkannya.
Sebelum membahas pasal 1 9, perlu lebih dahulu kita ketahui, apa yang
dimaksud dengan Amsal ? Menurut Diktat STTII Eksposisi PL III, Amsal artinya
mewakili.
Sebuah Amsal berarti suatu gambaran berupa nasihat tetapi juga ganti banyak kata,
dan di dalamnya ada perbandingan, kemiripan atau kesamaan , yang semuanya
merupakan ilustrasi yang menunjukkan realitas dasar kehidupan sebagai peringatan dan
pengajaran.
Kitab Amsal tidak ditulis oleh Salomo secara keseluruhan, namun dalam hal ini
Salomo yang menulis Amsal lebih banyak dibanding dengan yang lainnya. Selain Salomo
yang menulis Amsal ada beberapa orang lain yaitu Asap, Lamuel, dan Agur.

Sasaran dan Tujuan Kitab Amsal.

Setiap kitab pasti mempunyai tujuan penulisan, dan kepada siapa tulisan dalam kitab
Amsal itu ditulis. Sasaran kitab Amsal adalah orang-orang yang tidak berpengalaman
dan orang-orang yang berpengalaman. Bagaimanakah kategori orang-orang yang tidak
berpengalaman dan orang-orang yang berpengalaman itu ?

Orang yang tidak berpengalaman adalah orang-orang yang berdosa (1 : 10,22),


orang-orang yang tidak berpengertian dan suka pada kejahatan dan melakukan
kejahatan.

Orang yang berpengalaman adalah kebalikan dari orang yang tidak


berpengalaman, yaitu mereka yang memiliki pengertian dan suka kepada kebenaran,
berjalan di jalan yang lurus dan suka pada ajaran-ajaran yang benar.

PEMBAHASAN

A.

PASAL 1

Pasal 1 : 1-7 : sesuai perikop adalah berisi tentang tujuan Amsal secara keseluruhan,
yaitu :
1.
Memberi pengetahuan tentang hikmat dan didikan yang bisa diterima sebagai
pengajaran tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran.
2.
Memberi pengertian tentang segala ibarat, perkataan dan teka-teki yang berkaitan
dengan kehidupan manusia.
3.

Mendidik untuk takut akan Tuhan.

Ayat 9 19.

Dalam ayat-ayat ini berisi tentang :

1.
Ajaran kepada anak-anak agar mendengar dan memperhatikan ajaran dan didikan
orang tua.
2.
Tidak terbujuk atau terpengaruh oleh segala ajakan dari orang-orang berdosa
(orang yang tidak berpengalaman), untuk berbuat dosa ataupun melakukan kejahatan.
Ada beberapa bentuk kejahatan yang digambarkan dalam ayat-ayat tersebut, antara lain
:
a.

Menghadang darah (ay. 11)

b.

Menelan hidup-hidup atau bulat-bulat (ay. 12)

c.

Perampokan (ay. 13)

d.

Perjudian (ay. 14)

e.

Penumpahan darah (ay. 16)

f.

Loba pada keuntungan gelap (ay. 19)

Ayat 20- 33 mengenai NASIHAT HIKMAT.


Pengertian hikmat termasuk juga sama arinya dengan hikmah (menurut Kamus
Ilmiah) adalah kepandaian, kebijakasanaan, kebaikan yang berharga, atau juga
pengalaman yang berharga. Menurut penulis, jika diartikan secara keseluruhan, kalimat
Nasihat Hikmat berarti kemampuan yang diberikan untuk memahami segala ajaran
kebenaran/ kebaikan, yang mengarahkan seseorang untuk dapat melakukan ajaran
tersebut.
Ayat 20 - 21.
Dalam ayat ini dijelaskan, bahwa hikmat diperdengarkan di mana-mana (di jalanjalan, di lapangan-lapangan, di atas tembok-tembok, di depan pintu gerbang kota).
Dalam hal ini berarti pengetahuan / ajaran tentang kebenaran, kebijaksanaan, kebaikan,
sama sekali tidak tersembunyi. Telah disebarkan di mana-mana tidak terbatas waktu ;
dan semua orang dapat mempelajarinya, dengan tujuan supaya menjadi orang-orang
pandai yang berpengertian dan bijaksana, serta hidup benar.
Ayat 22
Walaupun telah dijelaskan, bahwa ajaran tentang kebaikan tidak dibatasi
keberadaannya, tetapi banyak orang yang tidak mau mencari ajaran kebenaran itu.
Mereka tetap bertahan pada kejahatan mereka, dan orang-orang demikian disebut
orang-orang bebal. dijelaskan dalam kalimat terakhir pada ayat ini.
Ayat 23.
Dalam ayat ini mengandung kalimat kerinduan, supaya orang-orang yang hidup
dalam kebebalan atau dosa, mau berpaling, bertobat, kepada kebenaran dan hikmat.
Ayat 24-25
Tetapi ajaran tentang kebenaran, pengetahuan tentang kebaikan, segala teguran
untuk kembali kepada jalan kebenaran, mereka tolak ; mereka tidak menghiraukan ;
mereka telah mengabaikannya.
Ayat 26 - 31
Ayat ini berisi akibat penolakan orang-orang bebal itu, yaitu mereka tidak akan
menemukan lagi kebaikan, tidak menemukan lagi hikmat dan kebijaksanaan, karena
semua itu akan lari dari pada mereka, artinya mereka tidak menemukan lagi ajaran yang
baik, ajaran yang benar, karena kesempatan itu telah hilang ; dan mereka dipersiapkan
untuk masuk dalam hukuman.

Ayat 32 33
Di sini kita diberi pengertian, bahwa setiap orang yang berdosa atau bersalah, yang
mengabaikan ajaran-ajaran benar, akan menerima ganjaran yang setimpal dari apa yang
sudah diperbuatnya. Tetapi setiap orang yang mau mendengarkan ajaran hikmat
(kebenaran, kebijaksanaan), berada dalam keamanan serta mendapat perlindungan dari
malapetaka.

B.

PASAL 2.

Ayat 1-4
Dalam ayat-ayat ini memberi gambaran tentang orang-orang yang bersedia menerima
hikmat (pengajaran yang benar) melalui beberapa sikap sebagai berikut :

Ayat 1 : menerima dan menyimpan

Ayat 2 : ada dua hal :

1.
Memperhatikan dengan cara mendengar ajaran dengan sungguh-sungguh.
Memperhatikan di sini yang berarti mencermati/ sungguh-sungguh.
2.
Memiliki kecenderungan hati atau lebih tepat dapat dikatakan hati yang menggebugebu (dorongan kuat dari dalam hati).

Ayat 3
kepandaian.

: .berseru kepada pengertian, dan menujukan suara kepada

Jika diperhatikan, bagian ini semacam permohonan kepada pengertian dan permohonan
kepada kepandaian. Hal ini tidak masuk akal, karena pengertian dan kepandaian
merupakan kata sifat yang tidak bisa dimintai sesuatu. Orang meminta sesuatu tentu
kepada sesama makhluk hidup.
Penulis menangkap makna di sini bahwa pengertian dan kepandaian itu identik dengan
seorang guru. Atau bisa jadi pengertian dan kepandaian itu merupakan bidang studi
yang diajarkan oleh guru yang mengajarkan pengertian dan keadilan. Jika hal ini
diterapkan dalam ayat 3 ini, maka menjadi masuk akal, apabila seseorang memohon
kepada guru untuk mengajarkan pengertian dan kepandaian kepadanya.

Ayat 4
mengejar harta

: .mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti

terpendam. Ayat ini berbicara tentang ketekunan dan kesetiaan atau pantang menyerah
dalam mencari hikmat dan kebenaran. Karena hikmat dan kebenaran digambarkan
seperti perak ataupun harta terpendam yang tidak gampang mencarinya. Pekerjaan ini
adalah pekerjaan yang sulit dan memerlukan tenaga dan kemampuan ekstra untuk
mendapatkannya.

Pasal 2 : 5 19
Ayat-ayat ini merupakan faedah-faedah dari hikmat, yaitu :

Ayat 5 : memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan dapat mengenal
Allah.
Ayat 6 : menunjukkan asal- usul/sumber hikmat dan pengetahuan, yaitu TUHAN,
(menunjuk pada pribadi Allah Bapa Yahweh). Dan mengenal Allah (mengenal
hakekat Allah dalam 3 oknum). Hal ini merujuk pada ketritunggalan Allah,
sebagai
sumber hikmat itu.

Ayat 7 : mendapat pertolongan dan perisai bagi orang yang jujur dan tak bercela.

Kata perisai dalam kamus ilmiah popular berarti tameng. Tameng merupakan
alat untuk melindungi diri dari senjata musuh pada waktu perang. Maka perisai dapat
diartikan sebagai pelindung. Jadi ayat tersebut memberi makna orang yang jujur dan tak
bercela akan mendapatkan pertolongan dan perlindungan.

Ayat 8 : mendapat penjagaan dan pemeliharaan.

Ayat 9 : mendapat pengertian tentang kebenaran, keadilan, kejujuran, dan jalan


yang baik.

Ayat 10:mendapat hikmat dan pengetahuan (pengetahuan yang mengenyangkan


jiwamu),
Kata mengenyangkan berarti penuh/ memuaskan. Maka dalam hal ini orang
yang
melakukan kebenaran akan

memperoleh hikmat dan pengetahuan yang

memuaskan

Ayat 11: kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga


engkau
Ayat ini mengandung makna sama dengan ayat 8. Mandapat pemeliharaan dan
penjagaan. Artinya orang yang berhikmat hidupnya akan dipemelihara dengan
kebijaksanaan, dan akan dijaga dengan kepandaian. Jadi kebijakasanaan dan
kepandaian
akan selalu mereka miliki.

Ayat 12: memperoleh kelepasan (dalam arti lain dijauhkan) dari :

Kejahatan dan tipu muslihat (ay. 12 )

13)

Orang-orang yang murtad (meninggalkan jalan lurus, menempuh jalan gelap) (ay.

Orang-orang yang menyukai kejahatan dan penipuan (ay. 14)

Orang- orang yang berliku-liku jalannya (berbelok-belok = tidak lurus), dan suka
pada penipuan. (ay 15)
Perempuan jalang (liar), perempuan yang licin perkataannya (suka mengumbar
perkataan manis yang mengandung kebohongan). (ay. 16) ; yang meninggalkan teman
hidup masa mudanya (tidak menghargai pernikahan), melupakan perjanjian Allahnya
(tidak hidup menurut firman Tuhan) (ay. 17)

Ayat
18 dan 19 merupakan penegasan hukuman atau sangsi yang diberikan
kepada perempuan seperti yang tercantum dalam ayat 16 dan 17. Mereka akan binasa
(rumahnya tenggelam ke dalam maut), jiwanya akan penasaran/ mengalami
ketidaktenangan dalam masa penantian (jalannya menuju ke arwah-arwah).
Ayat 20 : merupakan peringatan, agar melakukan segala kebaikan dan kebenaran,
supaya terhindar dari keburukan-keburukan yang terjadi seperti yang dialami oleh
perempuan jalang yang melakukan perbutan tidak terpuji itu ( pada ayat 16).
Ayat 21 dan 22), memberikan perbandingan hasil perbuatan antara orang yang jujur
dan orang fasik : * orang jujur dan tak bercela akan mendiami tanah (artinya mereka
yang hidup jujur dan tidak bercela akan mendapatkan tempat yang layak). * Sedangkan

bagi orang fasik (orang yang menyimpang dari kebenaran perintah Allah/ orang durhaka/
jahat), mereka tidak mendapat tempat yang layak / baik, sebagai tempat tinggal mereka.

C.

PASAL 3. (Berbicara tentang BERKAT DARI HIKMAT)

Dalam pasal 3 sebutan hai anakku terdapat 3 kali ; dan ini menunjuk kepada
orang-orang yang berpengalaman atau orang-orang yang menyukai hikmat, kebenaran,
kebijaksanaan, dan jalan lurus. Jika kita perhatikan perikop di pasal ini Berkat dari
Hikmat, maka pasal ini menunjukkan tentang hal-hal yang akan diterima bagi orangorang yang melakukan kebenaran.

Ayat 1-2 : mengingat dan memelihara ajaran dan perintah kebenaran, maka berkat
yang diterima adalah panjang umur dan lanjut usia, serta sejahtera.
Ayat 3-4 : tetap memelihara kasih dan kesetiaan dengan sungguh-sungguh, maka
berkat yang diterima adalah kasih dan penghargaan dari Allah dan manusia.
Ayat 5-6 : mempercayai TUHAN dengan segenap hati, bergantung sepenuhnya
kepada-Nya, mengabaikan pengertian yang terbatas pada diri sendiri, dan tetap
mengakui Dia dalam segala aspek kehidupan, maka berkat yang diterima adalah jalan
lurus (artinya mendapatkan kelancaran dalam setiap perjalanannya, bebas dari
hambatan-hambatan/ rintangan-rintangan).
Ayat 7-8 : tidak menganggap diri sendiri bijak ! berarti tidak sombong dengan
kebaikan yang telah diterimanya,
dan harus takut akan TUHAN serta menjauhi
kejahatan, berarti harus rendah hati, mengakui Tuhan sebagai otoritas tertinggi dalam
hidupnya, mengakui Tuhan sebagai sumber keberhasilan ; maka berkat yang diterima
adalah kesembuhan dan kekuatan pada tulang-tulangnya (tidak mengalami sakitpenyakit)
Ayat 9-10 : memuliakan Tuhan dengan harta (dengan memberi persembahan hasil
pertama dari segala penghasilan- acuan menarik terdapat dalam peraturan Imamat ),
maka berkat yang diterima adalah lumbung-lumbung akan terisi penuh sampai
melimpah-limpah, dan bejana pemerahan akan meluap dengan air buah anggurnya.
Artinya berkat Tuhan akan melimpah dan terus mengalir ; air buah anggur meluap ( ini
menggambarkan tentang sukacita yang besar, yang selalu dirasakan.).
Ayat 11-13 : tidak menolak didikan dan tidak bosan pada peringatan Tuhan (ay.11),
karena jika Tuhan mau mendidik dan memberi peringatan berarti Tuhan menaruh kasih,
yang digambarkan seperti seorang ayah kepada anaknya (ay.12). Berkat yang diterima
oleh orang yang demikian adalah kebahagiaan (ay.13) ; memiliki keuntungan yang
sangat berharga (melebihi keuntungan perak, emas, permata tidak ada yang
menyamainya)
(ay.14-15)
;
memiliki
hidup
yang
berharga/
berarti.
Keberhargaan/keberartian ini tidak dapat dibandingkan dengan permata apapun ;
memiliki umur panjang dan kekayaan, serta kehormatan (ay.16) ; hidupnya sejahtera
(ay.17) ; menjadi berkat bagi orang lain yang di sekitarnya (ay.18).
Ayat 19-20 : menunjukkan tentang kemahakuasaan Tuhan yang memiliki hikmat dan
pengertian untuk mengatur alam semesta ini.
Ayat 21-26 : berisi anjuran dan peringatan
Merupakan peringatan atau suatu anjuran yang harus dilaksanakan oleh orang-orang
yang berpengalaman, a.l : memelihara kebijaksanaan, karena : 1. menjadi sumber
kehidupan ; 2. Jalan hidup akan aman, kaki tidak terantuk (tersandung-perjalanan muluslancar) ; 3. Dapat tidur dengan tenang dan nyenyak ; 4. Tidak mengalami hal-hal yang
mengejutkan/ mengagetkan secara tiba-tiba ; 4. Tidak mengalami hukuman kebinasaan
seperti orang fasik ; 5. Terhindar dari jerat pada kaki, karena Tuhan sebagai sandarannya.
(ay.21-26)
Ayat 27-31 : berisi tentang anjuran untuk berbuat baik.

Berbuat baik kepada orang yang berhak menerimanya (ay.27

Tidak menahan/ menunda sesuatu yang diminta orang lain, apabila saat itu yang
diminta ada (ay.28)
Tidak merencanakan kejahatan pada orang lain, bahkan kepada orang yang
tidak curiga buruk kepada kita (ay.29)
(ay.30)

Tidak melakukan pertengkaran dengan orang tidak berbuat jahat kepada kita

Tidak iri hati dan meniru perbuatan orang lalim (jahat, kejam, sewenangwenang, bemgis) (ay.31)

Ayat 32-35 : berisi tentang perbandingan hasil perbuatan orang benar dan orang fasik.
Tuhan menganggap kekejian pad orang yang sesat (melakukan penyimpangan),
tetapi bergaul erat dengan orang jujur (ay.32)
Kediaman orang fasik mendapat kutuk dari Tuhan, tetapi memberkati kediaman
orang benar (ay.33).
(ay.34).

Ia mencemooh kepada pencemooh, tetapi mengasihi orang yang rendah hati

Orang bijak mewarisi kehormatan, tetapi orang bebal/bodoh menerima cemooh


(ay.35).

D.

PASAL 4 (Nasihat untuk MENCARI HIKMAT)

Kembali Salomo menasihatkan supaya mendengar dan memperhatikan didikan


seorang ayah (ay.1), dan mengikuti petunjuk untuk mendapatkan ilmu yang baik (ay.2) ;
dia juga menuturkan keadaannya pada waktu tinggal di rumah ayahnya yaitu Daud,
untuk memberikan contoh sikap sebagai seorang anak yang lemah dan sebagai anak
tunggal bagi ibunya (Betsyeba) (ay.3). Pada ayat ke 4 dijelaskan, bagaimana ayahnya
mengajarkan tentang keteguhan hati memegang ajaran benar, dengan tujuan supaya
memperoleh hidup, memeperoleh pengertian untuk meraih hikmat (ay.5), dan tidak
menyimpang dari perkataan mulutku (mulut Daud) tentang hikmat, supaya mendapatkan
pemeliharaan dan penjagaan ; dan pengertian (ay.6-7)

Dengan benar-benar menghargai didikan hikmat, maka yang diperoleh adalah


penghargaan dan kehormatan (ay.8)

Pada ayat 9 sebagai penegasan ayat 8, mengenai karangan bunga yang indah. Hal
ini juga berbicara masalah penghargaan ; juga mahkota sebagai karunia kehormatan
yang tinggi (merujuk pada tahta kerajaan). Namun ada makna ke depan bagi orangorang percaya, bahwa mereka akan dimahkotai dengan berbagai mahkota penghargaan
dari sorga, atas keberhasilan pekerjaan di bumi (bnd. I Kor. 9 : 25 ; Yak. 1 : 12).

Ayat 10 membicarakan panjang umur yang diberikan, dengan suatu syarat harus
mendengarkan perkataan hikmat.

Dalam ayat 11 hingga 27 rupanya memiliki arah dan pengertian yang sama dengan
ayat-ayat sebelumnya dari pasal-pasal sebelumnya juga. Mungkin hal ini dimaksudkan
sebagai penegasan dan penjelasan ulang, supaya tetap diingat dan diperhatikan oleh
pendengar dan pembacanya. Namun ada sedikit tambahannya pada ayat1 s.d. 3 yang
sudah penulis jelaskan di atas, mengenai nasihat-nasihat raja Daud kepada Salomo,
anaknya, yang dimaksudkan untuk diajarkan pula kepada anak-anak didik Salomo, yaitu
orang-orang yang bersedia menerima didikan hikmat dan ajaran kebenaran.

E.

PASAL 5 (Nasihat mengenai PERZINAHAN)

Pada bagian ini cukup berbeda dari pasal-pasal sebelumnya, walaupun masih
menyangkut tentang hikmat yang diajarkan.
Pada ayat 3 mulai, diulang tentang perempuan jalang yang sudah dibahas dalam pasal 2
: 16-17. Namun mungkin ini tambahan dari pasal 2 itu, bahwa bibir perempuan jalang
menitikkan tetesan madu. Madu adalah benda cair yang rasanya manis. Kalimat
menitikkan tetesan madumemberi makna tentang bibir (mulut) perempuan jalang
yang suka berkata-kata manis seperti madu. Sebagai lanjutan kalimat itu adalah
langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak, yang berarti pandai berkata-kata
atau memutar balik kata untuk tujuan memberikan daya tarik kepada lawan bicaranya.
Dan jika kita perhatikan kalimat berikutnya pada ayat 4 : tetapi kemudian ia pahit
seperti empedu, memberi makna tentang kata-kata yang mencelakai, menjerumuskan,
memberi racun yang mematikan. Hal ini bisa disamakan dengan dusta atau kebohongan.
Setelah kita perhatikan kalimat berikutnya, yaitu : .tajam seperti pedang bermata
dua, dapat diartikan bahwa perkataan perempuan jalang itu keras, tajam, melukai,
menyakiti.
Ayat 5 dan 6 merupakan ganjaran bagi perempuan jalang, yaitu kematian, dan
tidak mendapatkan kehidupan.
Nasihat Salomo kembali diulang pada ayat 8, supaya anak-anak berhikmat menjauhkan
diri dari perempuan itu (tidak menghampiri rumahnya), supaya keremajaan anak bijak
tidak ternodai. (ay.9). Keremajaan di sini mungkin dimaksudkan orang-orang yang baru
saja menerima ajaran kebenaran, yang bila diukur waktu, mereka belum mengenal dunia
kejahatan secara dalam atau pengalaman mereka masih dangkal. Dalam hal ini Salomo
menjaga agar remaja (usia rohani yang masih muda), tidak sampai terpengaruh oleh
dunia kejahatan yang menjerumuskan (Jauhkanlah dirimu dari pada dia). Dan pada ayat
ke 10 bila diperhatikan tidak singkrun dengan ayat sebelumnya. Di sini berbicara
mengenai kekayaan, dan hasil pekerjaan (hasil jerih payah) tidak masuk ke rumah orang
yang tidak dikenal. Siapa yang dimaksud orang yang tidak itu ? dan apa hubungannya
dengan kekayaan ? Dalam hal ini penulis memberi makna, bahwa jika pikiran seseorang
sudah dikuasai dengan perzinahan, maka secara otomatis ia akan menghabiskan uang
atau hartanya untuk memenuhi keinginannya / hawa nafsunya. Selanjutnya dalam ayat
11-14 orang itu menyesali perbuatannya dan masih ada kesempatan untuk kembali ke
jalan yang benar. (Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka). Kalimat ini
menunjukkan seseorang itu belum jauh melangkah meninggalkan kebenaran. Pada ayat
15-19, merupakan proses pertobatan dan harapan-harapan kembali muncul, agar
berkat-berkat kebenaran kembali dapat dia raih dalam pertobatannya. Dia mulai
mendengar kata-kata nasihat :
Minumlah air dari kulahmu sendiri (ay.15) menunjuk pada peringatan akan
dirinya, supaya menikmati apa yang sudah dimilikinya.
Patutkah mata airmu meluap keluar seperti batang-batang air ke lapanganlapangan ? (ay.16) pertanyaan ini merupakan usaha untuk menanamkan kesadaran,
bahwa perbuatan yang sudah dilakukan itu adalah sesuatu yang tidak patut dilakukan.
Dilanjutkan dengan ayat 17, Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga
menjadi kepunyaan orang lain. Kalimat ini juga menyadarkan bahwa air itu adalah
miliknya, bukan milik orang lain.
Air adalah lambang dari kehidupan. Semua makhluk di dunia ini tidak bisa hidup tanpa
air.
Jadi benar, bila air yang sudah dimiliki tidak patut menjadi milik orang lain yang
berdosa. Air itu harus tetap menjadi milik orang-orang berhikmat. Karena orang
berhikmat patut mendapatkan kehidupan. Kalau orang berhikmat mulai berbuat dosa,
maka maka air kehidupan itu sama dengan dia buang tidak ada artinya lagi, dan dia
kehilangan kehidupan.

Ayat 18-19 adalah ajakan, atau anjuran supaya tetap bersukacita dengan pasangan yang
sudah ditentukan baginya, tidak lagi menyimpang ke lain perempuan ; dan sendang yang
berisi air kehidupan tetap diberkati.
Ayat 20 merupakan penyesalan Amsal karena perbuatan perselingkuhan orang bijak atau
orang berhikmat. Hal ini adalah gambaran dari orang-oarng percaya sekarang, bahwa
mereka tega meninggalkan Allah, menukar berkat-berkat Allah, dengan segala keinginan
dunia yang menyesatkan.
Ayat 21 23 amsal menegaskan kemabali akan kuasa dan kemanatahuan Allah, bahwa
tidak ada satupun perkara di dunia ini yang tersembunyi. Semuanya terbuka di mata
Tuhan, dan Dia selalu mengawasinya. Siapapun yang melakukan kejahatan akan menuai
buah kejahatannya (seperti perbuatan orang fasik) yang terjerat oleh perbuatannya
sendiri.

F.

PASAL 6 (Berbagai-bagai Nasihat)

Ayat 1-5 berbicara tentang orang yang dalam keadaan tertekan atau terjepit oleh suatu
masalah dengan orang lain, oleh sebab perkataannya sendiri.
Pada ayat 2 mengatakan :tertangkap dalam perkataan mulutmu. Ayat ini
menggambarkan tentang orang yang sedang tertangkap basah, ketika sedang
membicarakan orang lain. Tetapi Amsal menasihatkan pada ayat 3 dan 4, orang yang
mengalami demikian harus mau merendahkan diri
(berlututlah, dan desaklah
sesamamu itu), memohon ampun kepada orang yang telah dibicarakan. Dan ada
larangan pada ayat ke 4, (jangan membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu
mengantuk), artinya orang yang sudah melakukan kesalahan itu tidak boleh menutup
mata (seolah-olah tidak tahu), tetapi dia harus terbuka dan meminta maaf.
Ayat 5 merupakan dorongan semangat yang kuat (lepaskanlah dirimu seperti kijang
dari pada tangkapan, seperti burung daripada tangan permikat). Hal ini mengandung
pengertian akan pentingnya semangat hidup untuk melakukan segala yang baik.
Ayat 6-11. Rupanya ayat-ayat ini tidak ada hubungannya dengan ayat-ayat
sebelumnya. Ayat- ayat ini berbicara kepada pemalas (orang-orang yang malas bekerja),
bahwa mereka harus belajar kepada semut, yang dapat mengatur dirinya sendiri (tanpa
pemimpin) untuk mendapatkan rejekinya,menyediakan makanannya pada waktu musim
panas dan mengumpulkan makanan pada musim panen. Dikatakan pada ayat yang ke
11, bahwa orang yang malas akan mengalami kekeringan atau kemiskinan.
Ayat 12-15 tidak ada kaitannya pula dengan ayat sebelumnya. Ayat-ayat ini
memberikan beberapa criteria perbuatan yang tidak berguna a.l. : mulut serong (yang
dimaksud mulut serong di sini adalah, mulut yang suka mengatakan hal-hal yang tidak
sesuai dengan kenyataan, termasuk fitnah, kebohongan) ; mengedipkan mata (seperti
bermain mata, namun untuk memberi kode dan sebagai ajakan akan suatu perbuatan
jahat. Atau dapat dikatakan sebagai bahasa isyarat kejahatan) ; bermain kaki, bisa
diartikan perbuatan menendang sama artinya dengan menyakiti orang dengan
menggunakan kaki ; menunjuk-nunjuk dengan jari. Ini gambaran suatu tuduhan kepada
orang lain berupa fitnah kejahatan. ; hati dusta/ tipu muslihat, suka merencanakan
kejahatan dan menimbulkan pertengkaran. Ayat 15 merupakan klimaks akan perbuatanperbuatan jahat yang diuraikan pada ayat-ayat sebelumnya, kebinasaan secara tiba-tiba
dan kehancuran, tanpa ada pemulihan lagi.
Ayat 16-19 menunjukkan beberapa criteria (7) perbuatan yang dibenci oleh Tuhan, a.l.
:
Sombong, lidah dusta, penumpahan darah (pembunuhan terhadap orang yang tidak
bersalah), merencanakan kejahatan dalam hati, kaki yang segera lari menuju kejahatan,
ini berarti tak ada waktu pertimbangan untuk membatalkan perbuatan jahat ;
kebohongan yang menimbulkan perang saudara.

Ayat 20-23 berisi nasihat supaya tetap memelihara perintah ayah dan tidak menyianyiakan ajaran ibu (1:6 ; 3:1 ; 4:1 ; 6:20 ). Karena perintah = pelita, ajaran = cahaya;
mendidik = jalan kehidupan.
Ayat 24-26 merupakan nasihat yang sama seperti yang disampaikan pada pasal 5 .
Dalam pasal 6 merupakan pengulangan, mungkin sebagai penegasan kembali, karena ini
suatu yang penting, supaya mendapat perhatian lebih dalam dari para pembaca Amsal.
Perlu penulis jelaskan mengenai isi dari ayat 26 : Karena bagi orang sundal sepotong
rotilah yang penting. Ini berbicara tentang perkara dunia yang sia-sia. Bagi seorang
pendosa yang terpenting adalah masalah kedagingan, yaitu urusan duniawi, dan tidak
memikirkan hari depan yang akan membawa mereka pada penghakiman dan
penghukuman.
Ayat 27-35, berisi tentang gambaran-gambaran dari perbuatan manusia yang tidak
mungkin dilakukan, missal : membawa api dalam gelembung baju (tentu terbakar) ;
berjalan di atas bara (pasti hangus kakinya) ; penghukuman bagi orang yang
berselingkuh ; pencuri (pasti dihina) karena mencuri untuk mengenyangkan perutnya ;
orang yang melakukan perzinahan disebut orang yang tidak berakal budi, dan yang
didapat oleh mereka adalah cemoohan dan siksa.

G.

PASAL 7

Ayat 1-5 berisi wejangan hikmat seperti pada ayat-ayat sebelumnya, yaitu pemeliharaan
didikan dan ajaran tentang kebenaran.
Ayat 6-23 membicarakan tentang pemuda yang tidak berakal budi / berpengalaman
sedang bertemu dengan perempuan perayu (tidak baik), yang mengajak teruna untuk
melakukan kemesuman (perselingkuhan). Namun ada suatu kalimat yang mendapat
perhatian penulis terdapat pada ayat 14 :Aku harus mempersembahkan korban
keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku. Ini adalah perkataan perempuan
itu, yang berkata harus mempersembahkan korban keselamatan. Namun di saat bertemu
pemuda, ia mengajak tidur di rumahnya, karena suaminya sedang tidak ada di rumah.
Dalam hal ini penulis menangkap arti pada perbuatan yang sia-sia. Perempuan itu
menginginkan keselamatan dengan memberikan korban persembahan, tetapi yang
dilakukan adalah menyongsong perbuatan jahat. Makna yang dapat penulis berikan dari
kisah ini adalah berbicara masalah komitmen diri untuk melakukan yang benar. Jika
seseorang berkomitmen untuk berbuat kebaikan demi keselamatan diri, maka ia dengan
segala upaya akan mengerjakannya, dengan menghalaukan pengaruh-pengaruh dunia
yang menggiurkan. Perempuan di sini adalah
gambaran tipuan dunia yang
mencelakakan umat Allah
Oleh sebab itu, Amsal dalam ayat 24-27 menasihatkan supaya memperhatikan
perkataan-perkataan hikmat (kebenaran), tidak membelokkan hati kepada perzinahan
(menyimpang). Diberitahukan pula, karena tipu muslihat iblis, sang penggoda, banyak
yang tewas / binasa dan tidak sedikit jumlahnya.

H.

PASAL 8

Pasal 8 berisi tentang wejangan hikmat : mendengar didikan, berusaha menuntut


kecerdasan dan kepandaian, nasihat untuk takut akan Tuhan dan membenci kejahatan.
Pada ayat 5 disebutkan tentang orang yang tak berpengalaman. Sebenarnya dari segi
mental mereka bukan orang-orang bodoh, melainkan seperti ditunjukkan sebelumnya
adalah orang-orang berdosa. Istilah lain dari berdosa ini adalah bebal. Kata bebal
dipakai 49 kali dalam Amsal, 18 kali dalam Pengkhotbah, dan 3 kali di tempat lainnya.
Kata itu adalah bagian dari kosakata moral dari Amsal. Kata bebal dalam kitab
Pengkhotbah sedikit berbeda pemakaiannya, demikian juga dengan kata hikmat. Dalam
Pengkhotbah, hikmat adalah kemampuan berpikir yang jenius dan berdaya cipta ;
sedangkan bebal / kebebalan = kebodohan, yang mengacu pada kesenangan akan
karya-karya arsitektur, pertamanan, dsb. Namun dalam kitab Amsal, baik hikmat
maupun kebodohan adalah jenis moral.

I.

PASAL 9

Sesuai perikop, pasal 9 berisi tentang undangan hikmat dan undangan kebodohan.
-

Ditujukan kepada orang-orang yang tak berpengalaman dan tak berakal budi (ay.4)

Makan roti dan minum anggur yang telah dicampur (ay.5)

Membuang kebodohan, mengikuti pengertian. (ay.6).

Takut akan Tuhan dan mengenal Yang Mahakudus. (ay.10)

You might also like