You are on page 1of 73

FAAL

NEUROMUSKULAR
dr. Hawin
Nurdiana, M.Kes
1

TOPIK MATERI
I. Sistem syaraf syaraf pusat
dan syaraf syaraf perifer
II. Sel syaraf sebagi sel eksitabel
= sel peka rangsang

o Struktur syaraf tepi dan sel syaraf


o Definisi eksitabel
o Ciri sel eksitabel
o Membran potensial istirahat
o Sodium potasium pump
o Potensial difusi
o Aksi potensial dan hukum all or Nane
3

Sistem Syaraf
Terdiri dari :
Syaraf Pusat : otak dan medula spinalis
Syaraf tepi ( perifer ) : Syaraf motorik dan sensorik
Syaraf otonom
Syaraf tepi

Dari Cranium : 12 pasang nervus cranialis

Dari medullas spinalis : nerves spinalis

Untuk Ekstrimitas atas : Pleksus brakialis

Untuk Ekstrimitas bawah : lumbo sakralis

Nerve spinalis : Rami ventralis, sifat motorik, dari


pusat menuju otot ( descenden ). Rami dorsalis sifat
sensorik dari perifer menuju ke pusat ( ascenden )

SEL SYARAF DAN OTOT SEBAGAI


SEL EKSITABEL ( PEKA RANGSANG )
DEFINISI

: sel yang mampu menghantarkan


impuls elektro kimia ( aksi potensial ) sepanjang
permukaan membrannya.
Contoh

:
- Sel syaraf
-Sel otot skelet, sel otot jantung, sel otot polos
- Sel kelenjar , sel bersilia , macrophage.

Sel
exitable
yang
mampu
membangkitkan
aksi
potensial
secara terus menerus (automatik)
disebut sel / jaringan pace maker
Contoh:
- Sel sino-atrial node ( SA NODE )/ AV node
yang ada di jantung
- Sel sel otot-otot polos di saluran
pencernaan
- Sel-sel pusat pernafasan dorsal.
9

Keadaan istirahat sel eksitabel disebut


Potesial Membran Istirahat
( PMI ) atau Resting Membran Potencial
( RMP )
PMI = - 90 mV

10

Teori timbulnya potensial


membran istirahat
1. Transport aktif (sodium potasium
pump) beda konsentrasi ion- ion
(Na+ dan K+) trans membran
2. Difusi akibat adanya beda
konsentrasi ion-ion trans membran
Potensial difusi/potensial
keseimbangan
3. Dalam intra sel terdapat ion-ion
negatif yang tidak dapat berdifusi
seperti: phosphat, sulfat, protein, asam
11
amino.

Besarnya potensial keseimbangan ion-ion


pada sel otot mamalia
Konsentrasi mEq/l
Ion

Di
dalam

Di luar

Potensial
kesembangan

Na+
K+
Cl+

13
13,8
3

110
2,5
90

+65 mv
-95 mv
-90 mv

PMI sel otot = -90 mv


12

POTENSIAL AKSI SYARAF


Reaksi sel eksitabel bila dirangsang:
Bila rangsangan menyebabkan penurunan potensial
membran >15 mV , kemudian rangsangan
dihentikan, maka potensial membran tidak akan
kembali lagi ke PMI, tetapi akan turun terus dengan
drastis sampai 0 mV
( nonpolarisasi) bahkan kadangkadang sampai
terlanjur positif (overshoot). Sesudah itu barulah
kembali ke PMI
( repolarisasi). Peristiwa ini disebut POTENSIAL
AKSI
13

TITIK BAKAR atau "FIRING LEVEL adalah titik


dimana mulai timbul potensial aksi.

NILAI AMBANG atauTRESHOLD adalah besarnya


rangsangan minimal yang dapat menimbulkan
potensial aksi atau minimal yang dapat
menurunkan potensial membran sel eksitabel
sampai titik bakar.

14

Gambar Aksi Potensial

Keterangan gambar
mV
TE: triggering event
+35mV
(rangsang diberikan)
AB: periode laten
0
mV
BC: Depolarisasi pelan
(slow depolarisasi)
CD: Deporarisasi cepat
(spike depolarisasi)
DG: Repolarisasi
-90mV
GH: Hiperpolarisasi
(positive after potential)
IYK: Osilasi
XDY: over shoot
FG: Negatif after
potential

15

Dinamika ion-ion pada potensial aksi :

Penurunan potensial membran permeabilitas


membran terhadap Na meningkat (dapat
mencapai beberapa ribu kali) influx Na yang
sangat deras potensial membran menjadi nol
(nonpolarisasi),
bahkan
dapat
terlanjur
(overshoot) menjadi positif (potensial terbalik =
reversal potencial). Influx yang deras ini hanya
terjadi beberapa saat ( 1 milidetik) karena
permeabilitas Na kembali normal, di samping itu
juga gradien konsentrasi Na di dalam dan di luar
sel menjadi sangat kecil

16

Pada
saat Permeabilitas Na mulai turun

Permeabilitas K
yang mulai naik (sampai 50 kali) eflux Kalium.
Potensial membran akan kembali akibat dari eflux
kalium. Peristiwa ini disebut repolarisasi.

Pada akhir repolarisasi, eflux ion K menjadi lambat


dan disebut "After Depolorization" atau `Negative
After Potential".hal ini diduga karena Permeabilitas
K sudah mulai menurun dan juga karena gradien
konsentrasi ion K di dalam dan diluar membran
menjadi rendah.
17

Sesudah proses repolarisasi tercapai maka potensial


membran
kembali seperti PMI. Akan tetapi
komposisi ion belum, karena komposisi ion menjadi
terbalik. Pada fase ini sodium potassium pump akan
bekerja mengembalikan komposisi ionion dengan
memompa Kalium ke dalam dan ion Natrium keluar.
Kemampuan daya pompa terhadap Natrium lebih
besar dibandingkan terhadap Kalium, sehingga
mulamula potensial membran sedikit Iebih besar
dari
PMI
dan
disebut
"AFTER
HIPERPOLARIZATION atau POSITIVE AFTER
POTENTIAL.

Kadangkadang teriadi "OSCILLATION (gelombang)


karena aktivitas dari sodium potassium pump yang
tidak sekaligus dapat mengembalikan ke PMI.

18

Hukum All or None :


Potensial Aksi mengikuti hukum All or none. Artinya selama
besarnya rangsangan sama atau lebih besar dari nilai ambang
dan kondisinya sama, maka besarnya potensial aksi untuk tiap
sel eksitabel sama besarnya dan tidak tergantung oleh besarnya
rangsangan

19

Macam Rangsangan :
1.Rangsangan mekanis
2. Thermis
3.Rangsangan listrik arus anode atau katode
4.Rangsangan kimia: basa/asam, hormonhormon seperti acetylcholine, adrenalin

20

Berdasarkan intensitas rangsangan,


rangsangan dibedakan:
a.

b.

c.

Subliminal
Rangsangan < nilai ambang potensial
lokal
Liminal
Rangsangan terkecil yang sudah bisa
menimbulkan potensial aksi krn telah
mencapai nilai ambang
Supraliminal
Rangsangan dg intensitas > rangsangan
liminal,menimbulkan potensial
aksi=rangsangan liminal
( mengikuti

Hukum All or None )


21

Berdasarkan frekuensi rangsangan,


rangsangan dibedakan:
1.

Rangsangan tunggal
2. Rangsangan beruntun (multiple)

22

23

Kurva intensitas dan waktu (Strength duration


curve)
1. Rangsangan merupakan fungsi dari intensitas dan
waktu
Rheobase : rangsangan
2. Grafik intensitas dan waktu
terkecil yang masih dapat

Garis Threshold

mencapai threshold
Utiliztion time : waktu
rangsangan sebesar rheobase
untuk mencapai threshold
Chronaxy : waktu yang
diperlukan
rangsangan
sebesar 2 x rheobase
mencapai threshod
Garis
threshod
merupakan fungsi dan
intensitas dari waktu.
24

Kepekaan

( Eksitabilitas )

1. Kepekaan

berbanding terbalik dengan nilai ambang


( kepekaan nilai ambang )
2. Selama potensial aksi terjadi perubahan kepekaan :
a. Periode refrakter absolut : sel eksitabel tidak dapat
dirangsang sama sekali. Mulai awal depolarisasi
sampai 1/3 akhir repolarisasi
b. Periode refrakter relatif : sel eksitabel masih dapat
dirangsang, tapi perlu lebih besar dari normal
( selama hiperpolarisasi )
c. Kepekaan naik : pada fase negatif after potencial
d. Kepekaan turun : pada fase positive after
potencial

25

Sumasi :

Rangsangan tunggal yang subthreshold dapat


mencapai threshod bila ;
a.
Merangsang berulang-ulang dg rangsangan
tunggal. Ini disebut sumasi temporal.
b.
Beberapa
rangsangan
tunggal
yang
subthreshold dilakukan bersama-sama dan
ini disebut sumasi spasial

Akomodasi :
Rangsangan subthreshold yang dinaikkan perlahan-lahan
dapat menyebabkan sel eksitabel tidak memberikan reaksi
meskipun angka threshold dicapai karena sudah mengadakan
adaptasi. Peristiwa ini disebut akomodasi
26

SYARAF PERIFER

Pada vertebrata sebagian besar syaraf bersarung


myelin dan sebagian kecil tidak, Struktur syaraf tepi :

Potongan saraf tepi (saraf perifer)

27

Kumpulan nerve bundle ( fasiculus ) yang


dibungkus epinerium
Setiap
fasiculus
dibungkus
jaringan
ikat
perineurium, tiap fasiculus mengandung beberapa
serabut syaraf ( akson ) sensorik dan motorik yang
masing-masing dibungkus endoneurium
Akson motorik berakhir pada otot rangka, sedang
akson sensorik pangkalnya berupa organ sensorik.
Selubung myelin berbentuk lipatan membran sel
Schwan yang berlapis-lapis, bahannya dari lemak
Sphyngomyelin dan bersifat isolator terhadap
listrik.
Tiap jarak 1 mm, selubung ini akan
menipis/hilang dan titik ini disebut nodus ranvier
yang sifatnya konduktor listrik.
28

29

Potongan Akson
tidak bermielin
Potongan
Akson
bermielin

30

II Penjalaran Potensial Aksi :


1. Syaraf tidak bermyelin :

Hantaran Aksi potensial pada Akson yang tidak bermyelin

31

2. Syaraf Bermyelin

Hantaran Aksi Potensial pada Akson yang bermyelin

32

1.
2.

a.
b.
c.

Penjalaran potensial pada syaraf bermyelin secara saltatory


atau lompatan , krn hanya pada nodus ranvier terjadi aksi
potensial.
Keuntungan konduksi salto ;
Konduksi dipercepat ( sampai 50 x )
Lebih efisien, karena titik depolarisasi lebih sedikit ( hemat
energi )
Pd mamalia syaraf perifer terdiri dari banyak axon dengan
diameter dan sifat hantaran listrik yg berbeda.
Bila syaraf ini mendapat rangsang, maka yg paling peka akan
memberi reaksi terlebih dahulu. Bila rangsangan makin besar
makin banyak axon yg memberi reaksi, shg akhirnya
semuanya bereaksi. Atas dasar ini dapat dibedakan macammacam rangsangan yaitu ;
Subliminal
Liminal
Supraliminal

33

OTOT
dr. Hawin
Nurdiana, M.Kes
34

TOPIK MATERI
o Potensial end plate
o Sel dan jaringan otot

Struktur jaringan otot dan sel otot


Aksi potensial diikuti kontraksi oto
( Exitation contraction Coupling )

Sumber energi untuk


kontraksi
o Summasi / Treppe - Tetani
35

o Sifat sifat otot pada tubuh


Motor unit
Summasi spatsial
Summasi asinkron mator unit
Tonus otot
Otot cepat dan otot lambat
Sistim lever ( pengungkit )
Kelainan otot
Hipertropi
Atropi
Fibrilasi
Fasiculasi
Rigor Mortis
Familial Periodik
Paralisis

36

37

38

Neuromuscular Junction
Mekanisme penjalaran rangsang dari ujung
syaraf motorik menuju motor end plate mirip
sinaps juga. Aksi potensial pada ujung akhir
syaraf motorik mencapai terminal button
peningkatan permeabilitas Ca ++, Ca++ dari
ekstra sel masuk ke terminal button menuju
vesikel,
dan
berakibat
vesikel-vesikel
mengeluarkan isinya asetil kolin menuju ke
celah-celah sinaps & ditangkap oleh reseptorreseptor asetil kolin pd motor end plate. Hal ini
menimbulkan efek peningkatan permeabilitas
Na+ & K+ pada membran motor end plate.
Namun peningkatan permeabilitas terhadap
Na+
jauh
lebih
besar
dibandingkan
K +.
Peningkatan
permeabilitas
thd
Na+
menyebabkan depolarisasi motor end plate/end
plate potensial (EPP).

39

EPP ini
bukan aksi potensial tetapi merupakan
depolarisasi lokal pada motor end plate.
Bila terjadi sumasi (penjumlahan) EPP yang mencapai
treshold potensial (ambang rangsang) serabut otot
rangka aksi potensial serabut otot skelet
kontraksi otot (Exitation Contraction Coupling)
Yang berpengaruh pada motor end plate
-Kurare (kurariform) : Kerja kompetitif inhibisi terhadap
reseptor asetil kolin hambat aksi potensial
kontraksi() (lumpuh).
-Toksin Botulinum : Kerja menghambat pelepasan asetil
kolin pada ujung terminal akson hambat aksi
potensial
lumpuh
-Metakolin; Karbakol; Nikotin : Kerja seperti asetil kolin
tetapi tidak dirusak kolin esterase aksi potensial
berjalan terus kontraksi berjalan terus kejang
beberapa menit jam.

40

Obat

Stimulasi Neuromuscular Junction


Neostigmine
Physostigmine
Diisopropyl Fluro Phospat
(Gas Syaraf)
Kematian

Inaktivasi kolin esterase

Asetil kolin

dapat bekerja
terus

Ok Laring spasme

terus
Kejang otot

End Plate Potensial

Aksi potensial serabut


otot terus menerus

41

OTOT
OTOT
Sel otot merupakan salah satu dari sel
eksitabel
Reaksinya terhadap rangsangan ialah :
1. Potensial aksi
2. Diikuti dengan kontraksi
Macam sel otot :
a. Otot skelet (otot somatis, otot rangka)
b. Otot jantung
c. Otot polos

42

Otot Skelet
Morfologi/anatomi :
1.

Ujung yang mobil/banyak bergerak disebut


INSERTIO,
Ujung yang tidak bergerak disebut
ORIGO.
2. a. Satu sel otot disebut satu muscle fiber atau
serabut otot.
b. Muscle fiber dibungkus oleh membran sel disebut
SARCOLEMMA.
c. Sitoplasmanya disebut SARCOPLASMA.
d. Sel otot berinti banyak ( MULTINUKLEUS ).
3. Beberapa serabut otot mengumpul menjadi
FASCICULUS dan dibungkus oleh jaringan ikat
(fascia)
PERIMYCEUM.
Beberapa
fasciculus
menjadi
satu
otot
dan
dibungkus
fascia
EPIMYCEUM.

43

Otot Skelet

a. Muscle fiber terdiri dari banyak MYOFIBRIL.


b. Myofibril tersusun atas myofilament.
c. Myofilament tersusun atas molekul protein yang
kontraktil yaitu : Actin (BM. 60.000), Myosin
(500.000), Tropommyosin (BM. 70.000) dan Troponim

44

Garis Lintang/Striasi :

Dibawah mikroskop otot skelet akan tampak bergaris


melintang.

Hal ini disebabkan oleh karena tidak meratanya daya


refraksi dari masing-masing bagian otot.

Perbedaan indeks refraksi ini disebabkan oleh susunan


myofilament yang khas.

45

Filament :
Ada 2 macam filament yaitu filament besar dan kecil.
Filament besar :
a.Terdiri atas beberapa ratus molekul myosin dengan
panjang 1,5 U.
b. Terdiri atas dua bagian :

Bagian logitudinal disebut light meromyosin yang


tersusun atas 2 rantai peptida yang membentuk
helix (pintiran).

Bagian crossbridge atau heavy meromyosin


yang terdiri atas bagian tangkai yang merupakan
helix seperti helix meromyosin dan bagian kepala
yang tersusun atas dua massa protein yang globuler.

Filament besar ini mempunyai dua bagian yang


fleksibel
yaitu
pada
persambungan
bagian
longitudinal dengan bagian tangkai dari cross
bridge dan antara bagian tangkai dan bagian
kepala dari cross bridge.

46

Filament kecil :

Terdiri atas : actin, tropomyosin dan troponin.

Actin : berbentuk bola yang tidak simetris,


membentuk dua rantai berpasangan yang
membentuk helix.

Tropomyosin adalah : panjang halus dan terletak


pada celah-celah plintiran actin.

Troponim : berbentuk globuli dan melekat pada


ujung tiap molekul tropomyosin.

Troponin ini mempunyai afinitas yang sangat kuat


terhadap ion calcium. Ikatan ini merupakan trigger
terjadinya kontraksi.

47

Gambar

48

Sistem Sarkotubuler :
sarkotubuler adalah

Fungsi sistem
penjalaran
impuls ke seluruh bagian
menginduksi kontraksi.

sel

otot

mempercepat
dan

49

untuk

Sistem Sarkotubuler :
1.
Myofibril dilingkari oleh struktur yang terdiri dari tubulustubulus dan vesikel yang disebut sistem sarkotubuler.
2.
Sistem sarkotubuler terdiri dari sarrcoplasmic
reticulum dan T system.
3.
T system terdiri dari lekukan membran sel, jadi berisi
cairan interstetiil.
4. a. Sarcoplasmic reticulum merupakan sistem tubulus yang
tidak teratur. Pada daerah yang berhadapan dengan T
system membentuk tonjolan yang disebut junctional
feet.
b. Pada junctional feet yang melingkari T system terjadi
kontak yang memudahkan penjalaran implus listrik, dan
disebut TRIAD.
c. Triad ini terletak kira-kira pada perhubungan antara
sabuk A dan I.
d. Diantara dua triad, sarcoplasmic reticulum membentuk
bentukan yang tidak teratur, melingkari myofibril dan
melebar pada ujung dekat triad dan disebut SISTERNA.

50

51

Sarcolemma

T tub

Tria

Boron 2005

52

53

Kontraksi :
Pada otot potensial aksi akan diikuti dengan satu
kontraksi. (exytation contraction coupling ).
Mekanisme kontraksi :
Salah satu hipotesa mekanisme kontraksi ialah :

Bila timbul potensial aksi potensial aksi akan


diteruskan pula ke tubulus T junctional feet
(dengan sistem triad) dan mencapai sisterna
ion calcium dilepaskan dari sisterna berikatan
dengan troponin yang mempunyai afinitas sangat
besar terhadap calcium.

Ikatan
troponin-calcium
akan
menarik
tropomyosin lebih dalam pada celah-celah
plintiran aktin. Dengan demikian titik-titik aktif
pada
aktin
yang
sebelumnya
tertutup
tropomyosin menjadi terbuka.

54

Begitu active site pada aktin terbuka


kepala dari cross bridge akan segera
melekat pada titik ini crossbridge
melejit
ke
arah
sentral

mendorong/menarik aktin. Peristiwa ini


disebut power stroke. Segera setelah
lejitan ini maka crossbridge akan
kembali ke posisi semula dan mengadakan
kontak dengan titik aktif berikutnya.
Demikian proses ini berlangsung berulangulang dan akhirnya aktin terdorong ke
arah sentral. Teori ini disebut Ratchet
Theory.
55

Tenaga untuk kontraksi

Bila bagian kepala dari cross bridge mengadakan


kontak dengan titik aktif dari aktin maka di dalam
kepala cross bridge tersebut terjadi proses yang
menghasilkan
energi.
Energi
ini
bukan
dari
pemecahan ATP seketika, tetapi berasal dari energi
yang sudah ada sebelumnya.

Kemudian sesudah ini baru bagian kepala dari cross


bridge mengikat ATP yang segera akan dipecah
untuk menghasilkan energi. Sebagian energi dipakai
untuk mengembalikan cross bridge ke posisi
semula, sedang sebagian lain disimpan yang akan
dipergunakan dalam proses power stroke.

56

Calcium Pulse

Dalam keadaan istirahat konsentrasi ion calcium di


dalam sarcoplasma adalah kurang dari 10-7 M.
kadar ini terlalu kecil untuk menginduksi kontraksi.
Arus listrik dari tubulus T ke sisterna pelepasan
ion calcium konsentrasi calcium meningkat
sampai 2 x 10-4 M. Peristiwa ini disebut calcium
pulse yang rata-rata berlangsung kurang lebih
selama 1/50 detik.
Kontraksi terjadi pada waktu calcium pulse, dan
akan berlangsung terus selama kadar di dalam
sarcoplasma cukup tinggi.
Kemudian ion calcium ini akan dipompa oleh
pompa kalsium ke dalam sisterna. Konsentrasi di
dalam sisterna dapat ditingkatkan sampai 2000
kali.

57

Sumber energi
A. Pada proses kontraksi energi dipergunakan antara
lain untuk :
1. power stroke
2. pompa kalsium
3. pompa natrium kalium
B.

ATP yang ada didalam otot hanya cukup untuk


kontraksi 1 detik.

C.

Depot energi Creatine fosfat yang


otot hanya
dapat mensuplai ATP
waktu beberapa detik

ada di dalam
untuk jangka

58

D.

Jadi untuk kontraksi yang lebih lama maka ATP harus


disintesa terus-menerus. Energi ini berasal dari
pemecahan/oksidasi
bahan
makanan
terutama
karbohidrat (glukosa).Bila O2 cukup maka akan terjadi
proses glikolisis yang aerobik :
aerobik / O2

Glukosa + 2 ATP
6 CO2 + 6H2O + 40 ATP
Glikogen + 1 ATP
6 CO2 + 6H2O +
40 ATP
aerobik / O2
Bila oksigen tidak mencukupi maka akan terjadi proses
glikolisis an-aerobik :
Glukosa + 2 ATP
2 asam laktat + 4
ATP
anaerob
Glikogen + 1 ATP
ATP + H2O
kalori

anaerob

2 asam laktat + 4 ATP


ADP + H3PO4 + 12.000

59

E. Oxygen Debt
Bila proses anaerobik terjadi maka sesudah kerja
selesai
masih
diperlukan
oxygen
ekstra
yang
diperlukan untuk mengoksidasi asam laktat, untuk
membayar persediaan ATP dan creatine fosfat yang
dipakai. Oksigen ekstra ini disebut oxygen debt.

F. Efisiensi
Merupakan persentasi masukan energi yang diubah
menjadi kerja, bukan menjadi panas
1. Efisiensi dari suatu kontraksi otot maksimal mencapai
25%. Sisanya akan terbuang sebagai panas.
2. Efisiensi yang tertinggi tercapai bila otot berkontraksi
dengan kecepatan 30% dari kontraksi maksimum.
Dibawah maupun diatasnya efisiensi akan menurun.

60

3. Selama kontraksi, produksi panas dapat timbul pada


tiap fase dari kontraksi
Resting head : panas yang timbul pada waktu istirahat
sebagai akibat dari metabolisme basal.
Initial head : panas yang timbul selama kontraksi yang
dapat dibagi menjadi activation head dan sortening head.
Relaxation head : yaitu panas yang timbul pada waktu
otot kembali ke panjang semula sesudah sewaktu kontraksi
yang isotonis.
Recovery head : panas yang timbul pada waktu kontraksi
sudah selesai sebagai akibat proses-proses yang terjadi
untuk mengembalikan keadaan menjadi seperti pra kontraksi.
4. Efek Fenn.
Bila otot berkontraksi dengan melakukan suatu kerja maka
kebutuhan energi akan lebih banyak, dibandingkan bila suatu
kontraksi tanpa mengahasilkan kerja. Jadi suatu kontraksi
isotonis akan lebih banyak memerlukan energi dibandingkan
dengan kontraksi isometris.

61

Summasi Tetani :

Seperti pada serat syaraf maka otot mempunyai


periode refraktar selama fase-fase tertentu dari
potensial aksi. Sebaliknya proses kontraksi sendiri
tidak
mempunyai
periode
refkater,
sehingga
rangsangan kedua sebelum fase relaksasi akan
meningkatkan kontraksi yang sudah ada. peristiwa ini
disebut summasi
Bila rangsangan diulang dengan frekusensi yang lebih
tinggi dengan waktu yang lama mka akan timbul
kontraksi tetani. Bila frekuensi rangsangan diatas
frekunsi kritis maka akan terjadi tetani lurus tetapi
bila rangsangannya dibawah frekuensi kritis maka
akan terjadi tetani yang bergerigi.
Frekuensi kritis adalah frekuensi terkecil; yang
menghasilkan tetani lurus. Pada frekuensi kontraksi
kedua,
mulai
persis
pada
puncak
kontraksi
sebelumnya.

62

Treppe :

Bila otot dirangsang berulang-ulang dengan frekunsi


yang cukup jarang sehingga kontraksi berikutnya
terjadi sesudah fase relaksasi dari kontraksi
sbelumnya selesai maka akan dihasilkan kontraksi
tunggal yang makin lama makin meningkat.
Peningkatan ini berlangsung sampai kurang lebih 30
kontraksi. Peristiwa ini disebut TREPPE

Mekanismenya masih belum dapat diterangkan


dengan pasti. Tetapi diduga bahwa terjadi aktivasi
yang makin meningkat di dalam sel sehingga
intensitas kontraksi makin bertambah, seperti suatu
proses warming up

63

Gambar Treppe :

64

Hubungan panjang dan kuat kontraksi :


Kuat kontraksi dipengaruhi oleh panjang otot sebelum
kontraksi.
Kuat kontraksi akan maksimal bila otot berkontraksi pada
panjang normalnya. Panjang normal ini kurang lebih sama
dengan posisi otot-otot badan pada waktu relaks.
Hal ini ada hubungannya dengan jumlah kontak antar cross
bridge dengan actin site. Pada panjang normal jumlah
kontak ini maksimal.
Bila otot dilepaskan pada inserto dan origonya maka
panjangnya akan menyusut. Panjang ini disebut equilibrium
length.
Rupture Robek.
Bila otot ditarik dan panjangnya melebihgi dari 3 kali
equilibrium length maka otot dapat robek.
Kekuatan maksimal :
Kuat kontraksi maksimal 3.5 kg/cm 3 otot atau 50 pound/inchi 2.
Otot quadricepfemoris luasnya 16 inchi2 atau 800 pound

65

Sifat-sifat otot pada tubuh :


1. Motor unit
Semua

serat otot yang dipersarafi oleh satu serat


saraf motorik disebut MOTOR UNIT.
2. Tonus
Meskipun

dalam keadaan istirahat tetapi otot


selalu mempunyai tonus
Tonus ini dijaga/diatur oleh suatu modifikasi
dari sel otot yang disebut muscle spindle
dan terletak didalam otot itu sendiri.
Tonus otot timbul karena letupan-letupan
(gama) motor neuron akibat impuls dari
sentral

66

2. Tonus

Meskipun dalam keadaan istirahat tetapi


otot selalu mempunyai tonus
Tonus ini dijaga/diatur oleh suatu modifikasi
dari sel otot yang disebut muscle spindle
dan terletak didalam otot itu sendiri.
Tonus otot timbul karena letupan-letupan
(gama) motor neuron akibat impuls dari
sentral

67

Mengenai

letupan
gama
merangsang
serabut
otot
intrafusal,
muscle
spindle
terangsang, aksi potensial pada
serabut
saraf
Ia,
mengadakan
sinaps eksitasi pada alfa motor
neuron otot yang bersangkutan (di
dalam medulo spinalis) dan terjadi
kontraksi
yang
terus
menerus
sebagai bentuk tonus otot.

Pada

kontraksi normal, eksitasi alfa


motor neuron dikuti eksitasi gama
motor neuron sehingga kontraksi
otot ekstra fusal diikuti oleh
kontraksi entrafusal.

68

3. Jenis otot.
Dapat dibedakan tiga jenis otot pada badan yaitu:
a. Otot merah / otot lambat : banyak myoglobulin,
kontraksi lambat, sedikit garis lintang, periode
latent lambat, motor unit besar.
Contohnya : otot punggung
b. Otot putih / otot cepat: motor unit kecil, untuk
gerakan-gerakan yang halus dan terampil
Misalnya : otot-otot bola mata, jari-jari tangan
c. Jenis peralihan yang sifatnya diantara otot putih
dan merah. Yang harus diperhatikan ialah bahwa
sifat-sifat suatu otot terutama sangat
dipengaruhi oleh jumlah motor unitnya

69

Sistem LEVER

Susunan otot pada badan sedemikian rupa


sehingga dicapai hasil kerja yang optimal. Misal
dalam keadaan relaks maka otot-otot mendekati
panjang normalnya.
Karena otot melekat pada tulang maka titik
lekatan dari sumbu engsel akan mempengaruhi
kekuatan kontraksi otot.
Misalnya otot bicep humeri :
- diameter 6 inchi2 sehingga kekuatan maksimal
mencapai
300 pound
- tetapi otot ini melekat kurang lebih 2 inchi
didepan sumbu sendi.
- Panjang lengan bawah kurang lebih 14 inchi
sehingga kekuatan kontraksi hanya mencapai 1/7
dari maksimal.
Susunan otot-otot akan menghasilkan efisiensi
kerja yang optimal.

70

Elektromiografi :

Peristiwa listrik yang terjadi pada otot baik pada waktu


istirahat maupun pada waktu kontraksi dapat dicatat dan
hasil catatannya disebut elektromigram. Pencatatan dapat
dilakukan dengan meletakkan pada kulit ataupun pada
ototnya.

Beberapa kelainan otot :

Hipertrofi : sel otot membesar tetapi jumlahnya tetap. Hal


ini sebagai hasil latihan yang berat.
Atrofi : Kebalikan dari hipertrofi yaitu sel-sel otot mengecil.
Sebab yang sering adalah karena adanya denervasi. (tidak
ada rangsanan saraf motoris) misalnya pada penderita
poliomyelitis. Atrofi ini dapat disusul dengan kontraktur
bila otot dalam posisi yang memendek tanpa digerakkan.
Fibrilasi :Otot yang mengalami denervasi, setelah beberapa
lama dapat mengalami stimulasi intrisik yang halus dan
menyebabkan suatu kontraksi yang halus pula dan disebut
Fibriasi.

71

Fasciculasi :
Yaitu kontraksi otot yang tidak teratur, kasar
menyentak sebagai akibat rangsangan dari motor
neuron yang tidak normal. Hal ini dapat disbabkan
sebagai akibat trauma atau infeksi.
Rigor Mortis:
Setelah meninggal otot-otot badan mengalami
semacam kekakuan yang disebut rigor mortis. Diduga
hal ini disebabkan oleh tiadanya ATP untuk melepaskan
cross bridge dengan aktin. Keadaan ini berlangsung
sampai protein-protein otot mengalami lysis.
Familial Periodic Paralysis
Secara periodik pada beberapa orang Klium Ekstra
seluler menurun. Penurunan ini menyebabkan Potensial
Membran meningkat sehingga sangat menurunkan
kepekaannya/ akibatnya implus yang datang dari serat
syaraf motoris secara normal masih belum mampu
mencapai nilai ambang.
Penyakit ini adalah suatu penyakit herediter.

72

73

You might also like