Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
ABSTRAK
Objektif: Laporan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang pengaruh sosial
ekonomi terhadap penyalahgunaan NAPZA.
Desain Studi: Laporan kasus.
Metode: Penelitian deskriptif studi kasus, yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu yang
dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu
atau unit sosial yang diteliti dan dieksplorasi dari beberapa artikel, jurnal, dan buku.
Diskusi: Penyalahgunaan NAPZA sangat memakan biaya besar. Pada masyarakat berekonomi tinggi lebih
beresiko terjadinya penyalahgunaan NAPZA karena terdapatnya fasilitas, yaitu uang, untuk membelinya
sehingga akses untuk mendapatkan NAPZA menjadi lebih mudah. Pemakaian narkoba secara terus
menerus dapat menyebabkan ketergantungan atau kecanduan. Pada pengguna narkoba yang sudah
mengalami kecanduan, saat ia kehabisan narkoba maka ia akan mengusahakan segala cara agar dapat
menggunakan barang tersebut kembali sehingga hal ini juga akan berdampak pada aspek sosial dan
ekonomi.
Kesimpulan: Sosial ekonomi berpengaruh terhadap penyalahgunaan NAPZA.
PENDAHULUAN
Drug abuse atau penyalahgunaan obat adalah cara menggunakan obat yang hanya
untuk kesenangan pribadi atau golongan saja. Obat itulah yang dinamakan obat-obatan
terlarang atau NAPZA. Obat jenis ini adalah obat yang dapat menimbulkan efek perasaan
senang, tenang, dan rasa percaya diri. Pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh NAPZA
adalah membuat peminumnya menjadi ketergantungan atau kecanduan. Semakin kuat
obat tersebut, maka semakin besar kemungkinan peminumnya menjadi kecanduan.
Terjadinya penyalahgunaan NAPZA disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu
faktor diri, lingkungan, dan ketersediaan obat. Selain itu, terdapat jua beberapa faktor
pendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Salah satunya adalah faktor ekonomi.
Tinggi atau rendahnya ekonomi suatu individu mempengaruhi tingkat kemudahan untuk
mendapatkan narkoba. Pada individu berekonomi tinggi lebih beresiko terjadinya
penyalahgunaan NAPZA karena tersedianya uang yang cukup untuk membeli barang
terlarang tersebut. Terlebih lagi jika didukung dengan lingkungan yang sudah terlebih
dahulu terjerumus ke dalam narkoba maka akses untuk mendapatkan narkoba menjadi
lebih mudah. Laporan kasus ini akan membahas tentang hubungan sosial ekonomi
terhadap penyalahgunaan NAPZA.
Tujuan dibuatnya laporan kasus ini adalah agar pembaca mendapat wawasan yang
lebih luas mengenai faktor-faktor yang mendorong individu melakukan penyalahgunaan
NAPZA, terutama pada faktor social ekonomi.
LAPORAN KASUS
Tn. A, usia 41 tahun, suku Palembang, agama Islam, sudah menikah dan memiliki
2 orang anak, lulusan S1, pegawai negeri sipil, merupakan mantan pencandu narkoba
yang sedang di rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Tn. A tumbuh dari
keluarga yang harmonis, akan tetapi ia sudah terbiasa dengan didikan yang sangat disiplin
semenjak kecil oleh ayahnya yang seorang polisi.
Tn. A telah merokok semasa kuliah, lalu mulai diperkenalkan oleh teman satu
komunitasnya dengan shabu, ganja, dan alkohol pada tahun 1994. Saat itu ia belum
menggunakannya dengan rutin, ia mengaku alasan utamanya adalah hanya untuk
mencoba dan bersenang-senang. Karena Tn. A belum memiliki penghasilan semasa
kuliah, maka ia membohongi kedua orang tuanya untuk membeli shabu dan ganja dengan
alasan keperluan kuliah. Ia juga menjual barang-barang miliknya satu persatu demi
membeli barang terlarang tersebut.
Setelah sarjana Tn. A bekerja di Dinas Pendapatan Daerah dengan pendapatan
uang pungut 25 juta rupiah per bulan. Ia mengaku telah menghabiskan biaya sekitar 12
juta rupiah per bulan untuk membeli shabu dan ganja. Ia juga mengatakan mudahnya
untuk mengakses pembelian obat terlarang ini. Pada tahun 2012, Tn. A mulai merasa
kecanduan dan mulai menyadari perubahan fisik, perilaku, dan pola hidup yang
dialaminya saat sedang tidak mengkonsumsi shabu dan ganja. Pada tahun 2013 keluarga
Tn. A mulai menyadari perubahan tersebut seperti lesu, meriang, dan penurunan berat
badan. Lalu Tn. A melakukan rehabilitasi di BNN selama 3 bulan dengan kemauan diri
sendiri dan juga dukungan dari keluarga. Setelah 1 tahun keluar dari BNN, beliau
3
ditawari kembali oleh teman-temannya untuk mengkonsumsi shabu dan ganja. Tn. A
mulai terjerumus kembali ke dalam narkoba. Selain karena lingkungan tetapi juga karena
adanya sarana yaitu pendapatan yang cukup untuk membeli barang terlarang tersebut.
Pada bulan September 2015 Tn. A mulai menjalani rehabilitasi kembali di Rumah Sakit
Ketergantungan Obat, Cibubur.
DISKUSI
Narkoba adalah zat pembunuh secara perlahan, sehingga penting untuk
memahami pengertian dan jenis-jenis narkoba secara jelas dan lengkap. Pengertian
narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau narkotik, psikotropika, dan zat
adiktif (NAPZA) adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau
psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi. (BNN, 2015)
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan psikotropika adalah zat
atau obat, baik alami maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf dan menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku. Zat Adiktif adalah obat dan bahan-bahan lainnya yang
menimbulkan kerja biologi, ketergantungan, dan ketagihan bila dikonsumsi organisme
hidup termasuk manusia. Zat adiktif jika dihentikan akan menimbulkan efek yang luar
biasa atau sakit. Zat adiktif tidak tergolong narkotika dan psikotropika, tetapi zat adiktif
menimbulkan ketagihan, zat adiktif antara lain minuman keras, kopi, dan rokok.
Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan 3 faktor utama, yaitu: (1) faktor
lingkungan yang mencakup hubungan tidak harmonis dengan orang tua, lingkungan
rawan NAPZA, kurang kontrol sosial, dan tekanan kelompok sebaya; (2) faktor individu
yang mencakup keinginan untuk mencoba, ingin diterima, ikut tren, cari kenikmatan
sesaat, cari perhatian, dan ikut tokoh idola; (3) faktor zat yang mencakup ketergantungan
fisik dan psikis, mudah didapat, dan relatif murah. (Tambunan, 2007)
Penyalahgunaan NAPZA ini juga dapat terjadi karena beberapa faktor pendorong,
yaitu:
1
Lemahnya pilar agama dan tidak kembali kepada Allah dalam menghadapi
cobaan dan penderitaan dunia.
Kemewahan
berlebihan
yang
dapat
mendorong
seseorang
untuk
Lari dari masalah. Biasanya si penderita tidak tahu lagi bagaimana cara
mangatasi masalahnya, sehingga dia akan mencoba NAPZA.
Kurangnya aktifitas fisik. Saat ini sudah banyak orang yang menghabiskan
waktunya dengan alat elektronik, misalnya televisi, gadget, dll. Alat elektronik
tersebut bisa menjadi sarana penyebar luas iklan-iklan tentang NAPZA,
sehingga rasa ingin tahu meningkat.
Keinginan untuk bertambah kuat dalam bekerja, tidak mengantuk, dan fokus
dalam belajar.
Salah asuh dan salah didik serta kurangnya perhatian dari orang tua.
Secara makro, menimbulkan kerugian yang amat sangat besar bagi bangsa dan
Negara seperti rendahnya mutu atau hancurnya SDM generasi bangsa.
Dampak Sosial:
a) Terhadap pribadi, seperti :
1. Merubah kepribadian secara drastis, pemurung, pemarah dan tidak takut
dengan siapapun,
Rasulullah saw bersabda, laa dharara wa laa dhirar. Maksud hadist ini adalah,
tidak boleh menimbulkan kemudharatan dan bahaya terhadap diri sendiri atau orang lain.
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh membahayakan dirinya sendiri atau orang lain
tanpa alasan yang benar dan tanpa adanya tindak kejahatan sebelumnya. Juga, tidak boleh
membalas kemudharatan dengan kemudharatan yang lain, karena itu, apabila ada seorang
mencaci-maki, maka janganlah membalasnya dengan cacaian yang serupa.
Mabuk dan zina adalah dua perkara yang dilarang karena bahaya dan
kejelekannya, begitu juga dengan narkoba dan obat-obatan terlarang yang sangat
berbahaya bagi akal pikiran, merusak jiwa, hati nurani, dan perasaan. Dampak bahaya
dari mengonsumsi minuman keras, narkoba, dan obat-onatan terlarang adalah sanagat
luas dan multidimensial, tidak hanya membahayakan bagi pemakainya saja, akan tetapi
juga bagi keluarga, anak-anak, masyarakat dan umat.
Adapun bahaya bagi si pemakai sendiri adalah efek buruk bagi tubuh dan akal
sekaligus. Karena minuman keras dan obat-obatan terlarang memiliki kekuatan merusak
yang sangat dahsyat terhadap kesehatan, syaraf, akal, pikiran, berbagai organ pencernaan
dan sebagainya berupa berbagai bahaya yang sangat dahsyat bagi tubuh secara
keseluruhan. Tidak hanya itu saja, dampak bahaya minuman keras dan obat-obatan
terlarang juga menyerang reputasi, nama baik, kedudukan dan kehormatan seseorang.
Disamping dampak buruk itu, kondisi mabuk dan kecanduan obat terlarang sangat
berpotensi mendorong pelakunya melakukan berbagai tindak kriminal terhadap jiwa,
harta, dan kehormatan. Bahkan dampak bahaya narkoba lebih berat dari dampak bahaya
minuman keras, karena narkoba dan obat obatan terlarang merusak nilai-nilai moral.
(Rahman 2013)
Berdasarkan literatur yang ada, sosial ekonomi menjadi salah satu faktor
pendorong penyalahgunaan NAPZA karena tinggi rendahnya ekonomi yang dimiliki
berpengaruh terhadap akses untuk mendapatkan narkoba. Tingginya ekonomi yang
dimiliki lebih beresiko karena tersedianya fasilitas, yaitu uang, untuk membelinya.
Sedangkan pada pecandu narkoba yang berekonomi rendah akan berdampak buruk pada
aspek ekonomi dan sosial karena NAPZA menghabiskan biaya besar dan membebani
keluarga yang bersangkutan.
Pengendalian diri, pergaulan teman sebaya yang baik, pengawasan dari orang tua,
dan pendidikan yang baik tentang bahaya penggunaan narkoba dapat mencegah
terjerumusnya ke dalam penyalahgunaan NAPZA. NAPZA dapat menjauhkan kita dari
Allah SWT maka hendaknya kita selalu mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
BNN.
2015.
Pengertian
Narkoba.
10
11