You are on page 1of 10

Definisi dan Penyebab Obesitas

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya


keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan
keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain
aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian
makanan padat terlalu dini pada bayi.
2.1.1 Faktor genetik
Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang tua obesitas,
80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40%
dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.
2.1.2 Faktor lingkungan
a. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga
apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya
pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk
game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik
inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya
energi yang dipergunakan.
b. Gaya hidup
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan fast food yang berkalori tinggi seperti
hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie dan lain-lain.
c. Sosial ekonomi
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan
pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
d. Nutrisi
Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan
pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak anak
dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari
karbohidrat dan lemak.

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy
intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga
kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak.
Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah
menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan
lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan
sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak
akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas.
Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah
kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan.
Regulasi dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak) dan
controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan dalam
menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan
adipose.
Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri
dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi sistem saraf dan
hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal yang diterima oleh
otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, absorpsi serta
metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh terhadap
otak untuk meningkatkan asupan makanan adalah zat lemak.
Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran
cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi asupan
makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide, oksintomodulin,
neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi asupan makanan. Terdapat pula
hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik
meningkatkan ataupun menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin.
Diantaranya histamin, apabila sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan
meningkat.
Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi meskipun juga
dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang
akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide agouti-related (AGRP)

yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin
atau reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan.
Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin
dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan lemak.
2.2 Prevalensi Obesitas
Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World
HealthOrganization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa
(Soegih, 2009).Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab
kematian kedua didunia setelah merokok (Mustofa, 2010).Obesitas kini bukan lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah
merambah ke negara-negara berkembang.
Di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa menderita berat badan lebih dan
obesitas (Soegih, 2009). Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,819,9% (Melnik et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia
6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3%.
Prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5%
sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan adalah 6,4%.
Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas
prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Maluku Utara. Sedangkan prevalensi anak
usia sekolah perempuan di atas prevalensi normal sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera
Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan
Riau, DKI Jakarta, Jaa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Maluku dan Papua.
Di Indonesia khususnya di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar
16,1% (Droomers et al, 1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004) pada 6318 orang
pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 sampai
dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan 40,65% wanita mengalami obesitas.

Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara
pada tahun 1982, didapatkan prevalensi obesitas sebesar

Status gizi
Gizi kurang
Gizi normal
Gizi lebih
Obesitas

Kategori IMT
<5%
5-84 %
85-94 %
95 %

4,2%, di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, yaitu pada

tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1% dimana pada laki-laki sebesar 10,9% dan pada
perempuan sebesar 24,1%. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun
2001 didapatkan 48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang
dengan berat badan lebih dan obes.
Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP Yogyakarta
dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas.
Hasil penelitian Ariani dan Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota Medan,
menunjukkan 17,75% siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.
2.3 Diagnosis obesitas pada anak
Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri,
pada umumnya digunakan:
a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar. Disebutobesitas bila
BB > 120% BB standar, sedangkan disebut overweight bila BB antara 110-120%.
b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantaustatus gizi, baik yang
kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat
badan dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram per meter persegi). Dikatakan obesitas
bila BB/TB2> persentile ke 95 atau > 120% atau Z-score = + 2 SD. Dikatakan overweight
jika IMT persentile 85.
Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State Department of Health
and Human Service Tahun 2000, adalah :

Sumber :United State Department of Health and Human Service Tahun 2000
c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK).
Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.

2.4 Komplikasi
2.4.1 Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas
masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan meningkat.
2.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular
Faktor risiko ini meliputi peningkatankadar insulin, trigliserida, LDL (lowdensity lipoprotein)
kolesterol, dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL (high density lipoprotein)
kolesterol (Soetjiningsih, 2010). IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar insulin.
Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15%
mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi
(Freedman, 2004). Anak obesitas cenderungmengalami peningkatan tekanan darah dan denyut
jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.
2.4.3 Saluran Pernafasan
Pada bayi, obesitas merupakan risiko terjadinya saluran pernafasan bagian bawah, karena
terbatasnya kapasitas paru-paru.Adanya hipertrofi dan adenoid mengakibatkan obstruksi saluran
nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, disebut sindrom
Chubby Puffer. Obstruksi ini dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan
kadar oksigen dalam darah yang abnormal serta nafas yang pendek (Soetjiningsih, 1995).
2.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes Mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas (Syarif, 2003).Prevalensi
penurunan uji toleransi glukosa pada anak obesitas adalah 25% sedangkan Diabetes Mellitus
tipe-2 hanya 4%.Hampir semua anak obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe-2 mempunyai IMT
> + 3SD atau > persentile ke 99.
2.4.5 Obstruktive Sleep Apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok (Syarif,
2003).Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang
mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan
perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur
terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan
peningkatan kadarCO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang
menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran

nafas intermiten dan menyebabkan tidurgelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung
mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan.
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat
dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa
anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya.
Mengingat

penyebab

obesitas

bersifat

multifaktor,

maka

penatalaksanaan

obesitasseharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam


proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta
meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik.
a. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended
Dietary Allowance(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan
perkembangan (Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat
obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta,
diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang
pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet
dengan kalori sangat rendah (very lowcalorie diet).
Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang
Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh <
10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari.
b. Pengaturan aktivitas fisik
Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan
umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan
otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik
selama 20-30 menit per hari.

c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru


Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.Anggota
keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan
aktifitas yang mendukung program diet.
2.6 Pencegahan
Pencegahan obesitas pada saat remaja penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas
pada masa bayi tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini:
a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling sedikit sampai 4-6 bulan
b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan
c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi
d. Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS)
e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas
fisik merupakan faktor pencegahan obesitas
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31665/4/Chapter%20II.pdf

Cara menurunkan berat badan secara alami


1. Tidak perlu menghindari golongan makanan tertentu tapi tetap menjaga keseimbangan
nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Karena untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, tubuh
kita membutuhkan air, vitamin, karbohidrat, lemak, mineral dan juga serat yang bisa
didapatkan dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
2. Tetap memperhatikan kebutuhan protein tubuh. Tubuh kita setiap harinya memerlukan 30
kg protein yang bisa dihasilkan dengan mengkonsumsi daging, susu atau sumber
makanan dari polong-polongan, padi-padian dan kacang-kacangan
3. Jangan

menghindari semua jenis lemak karena bagaimanapun juga tubuh tetap

membutuhkan lemak sekitar 50 gram setiap harinya tetapi konsumsilah lemak pilihan
yang bisa didapatkan dari gandum, kacang-kacangan dan minyak zaitun atau makanan
yang mengndung lemak tak jenuh

4. Makanlah hanya disaat lapar dan hindari makan sampai kekenyangan serta gantilah
cemilan-cemilan yang banyak mengandung lemak dan glukosa dengan mengkonsumsi
buah-buahan
5. Perbanyak minum air putih sedikitnya 8 gelas setiap hari
6. Lakukan detoxifikasi secara berkala
7. Tambahkan makanan nutrisi herbal untuk menjaga vitalitas dan daya tahan tubuh
8. Ubahlah gaya hidup anda dengan berperilaku hidup sehat
http://www.metris-community.com/cara-diet-sehat-menurunkan-berat-badan/

Tata Laksana Penderita Obesitas

You might also like