You are on page 1of 28

PTSD

Silvia Erfan

Suatu gangguan yang berkembang


sebagai respon atas suatu kejadian stres
kuat atau situasi yang luar biasa, yang
mengancam atau secara alamiah
disebabkan oleh bencana seperti
penyerangan/peperangan, kecelakaan di
jalan raya, bencana alam, perkosaan
Bencana menimbulkan trauma psikologis
bagi semua orang yang mengalaminya.
Gejala trauma dapat dirasakan segera,
beberapa hari, hingga beberapa bulan
sesudah terjadinya bencana.

Signs and symptoms


Symptoms (DSM IV)
Re-experiencing
Flashbacks(mengenang kembali
trauma terus menerus , termasuk gejala
fisik seperti jantung berdebar atau
berkeringat)
Mimpi buruk
Pikiran2 yang menakutkan.

Avoidance
Menghindari tempat , kejadian, atau
objek yang mengingatkan tentang
pengalaman traumanya
Secara emosional mematikan rasa
Perasaan bersalah, depresi,
kekhawatiran
Kehilangan minat dalam aktivitas yang
sebelumnya dapat dilakukan
Mempunyai kesulitan dalam mengingat
kejadian yang mengancam

Hyperarousal
Mudah terkejut
Merasakan ketegangan atau merasa
berada diujung tanduk
Mempunyai kesulitan dalam tidur atau
mempunyai emosi/ luapan yang tiba2
Penderita PTSD juga mengalami
gangguan konsentrasi atau gangguan
mengingat, sehingga sering
mengakibatkan buruknya hubungan
antar manusia, prestasi pekerjaan.

Gangguan fisik/perilaku ditandai:

sulit tidur
terbangun pagi sekali
Gangguan kemampuan berpikir
Gangguan emosi
Tidur terganggu sepanjang malam dan gelisah
Terbangun dengan keringat dingin
Selalu merasa lelah walaupun tidur sepanjang
malam
Mimpi buruk dan berulang
Sakit kepala
Gemetar dan Mual.

Gangguan kemampuan berpikir :


sulit atau lambat dalam mengambil keputusan
untuk masalah sehari-hari
sulit berkonsentrasi
sulit membuat rencana tentang hal-hal yang
sederhana
banyak memikirkan masalah-masalah kecil
mudah curiga dan perasaan selalu takut disakiti
adanya ide bunuh diri
Teringat kembali pada kajadian traumatis hanya
dengan melihat,mencium,atau mendengar
sesuatu.

Gangguan emosi ditandai

sedih dan putus asa


mudah tersinggung dan cemas
kemarahan dan rasa bersalah
perasaan orang lain tidak akan dapat mengerti
penderitaannya
perasaan takut mengalami kembali kejadian
traumatis tersebut
perasaan kehilangan dan kebingungan
perasaan ditinggalkan
emosi yang naik turun
mudah mengalami kecelakaan dan penyakit
meningkatnya masalah perkawinan dan
pergaulan
perasaan seakan-akan bencana tersebut tidak
terjadi.

Beberapa faktor risiko terjadinya PTSD


pasca bencana dapat dibagi menjadi
beberapa kategori.
Kategori pertama adalah faktor-faktor
sebelum terjadinya bencana antara lain:

jenis kelamin
Umur
pengalaman terhadap bencana sebelumnya
budaya, ras
status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan)
status pernikahan
status di dalam keluarga (Ayah, Ibu, anak)
kepribadian dan riwayat kesehatan jiwa
sebelum terjadinya bencana.

Kategori kedua adalah faktor-faktor yang


ada saat terjadinya bencana antara lain
dalamnya rasa duka selama terjadinya
bencana
melihat dirinya atau keluarga yang cedera
merasakan ancaman terhadap hidupnya
rasa panik selama bencana terjadi
ketakutan yang amat sangat
terpisah dari anggota keluarga
kehilangan anggota keluarga
kehilangan harta yang besar
dipindah dari rumah/ daerah asal.

3 Faktor dalam menghadapi stressor:


1. Sifat stressor
2. Arti sadar dan bawah sadar dari stressor
3. Kerentanan pasien yang telah ada
sebelumnya

Selama perkembangan awal, masing2


anak mengembangkan kumpulan
mekanisme pertahanan yang unik
dalam peristiwa stress, juga hub. dgn
org tuanya(pola asuh) remaja s/d
dewasa menjadi matur/ tidak matur

Kebanyakan orang (50-90%) terpapar


dengan trauma sepanjang hidupnya,
tetapi hanya kira-kira 8%
berkembang menjadi PTSD
Kerentanan menjadi PTSD mungkin
berhubungan dengan diatesis biologi,
pengalaman pada perkembangan
awal masa kanak, beratnya trauma

Diagnosis DSM-IV TR
Kriteria Diagnosis:
A.Orang telah terpapar dengan suatu peristiwa
traumatik dimana terdapat kedua dari berikut
ini:
1. Orang mengalami, menyaksikan atau
dihadapkan dengan suatu peristiwa atau
kejadian-kejadian yang berupa ancaman
kematian atau kematian yang sesungguhnya
atau cedera serius, atau ancaman terhadap
integritas fisik diri sendiri atau orang lain
2. Respon orang tersebut berupa ketakutan yang
hebat, rasa tidak berdaya atau horor
Catatan: pada anak2, hal ini dapat diekspresikan
dengan perilaku yang kacau atau teragitasi

B. Peristiwa traumatik secara menetap


dialami kembali dalam satu(atau lebih)
cara berikut:
1. Ingatan tentang peristiwa yang menyebabkan
penderitaan bersifat berulang dan
mengganggu, meliputi bayangan, pikiran atau
persepsi
Catatan: pada anak kecil, dapat
mengekspresikannya dalam permainan
berulang dgn tema atau aspek trauma
2. Mimpi menakutkan yang berulang tentang
peristiwa
Catatan: pada anak2 , dapat berupa mimpi
menakutkan tanpa isi yang dapat dikenal

3. Bertindak atau merasa seolah-olah peristiwa


kembali terjadi(meliputi perasaan mengalami
kembali, ilusi, halusinasi, dan episode kilas
balik disosiatif, termasuk yg terjadi selama
terjaga atau intoksikasi)
Catatan: pada anak kecil dapat terjadi
penghidupan kembali trauma spesifik
4. Penderitaan psikologis yang kuat pada
pemaparan terhadap tanda internal atau
eksternal yang disimbolkan atau menyerupai
aspek kejadian traumatik
5. Reaktivitas psikologis pada pemaparan
terhadap tanda internal dan eksternal yg
disimbolkan atau menyerupai aspek kejadian
traumatik

C.

Penghindaran menetap dari stimulus yang berhubungan dgn trauma


dan kaku pada responsivitas secara umum(tidak ditemukan sebelum
trauma), seperti yang ditunjukan oleh tiga (atau lebih) berikut:

1. Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau


pecakapan yang dihubungkan dengan trauma
2. Usaha untuk menghindari aktivitas, tempat atau orang yg
membangkitkan ingatan terhadap trauma
3. Tidak mampu untuk mengingat kembali aspek penting dari
trauma
4. Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam
aktivitas penting
5. Perasaan terlepas atau asing dari orang lain
6. Rentang afek terbatas(misalnya tidak mampu untuk
memiliki perasaan cinta)
7. Perasaan masa depan pendek(misalnya tidak berharap
memiliki karier, menikah,anak2 atau umur harapan hidup
yg normal

D. Adanya gejala peningkatan kewaspadaan yg


menetap(tidak ditemukan trauma), seperti yg ditunjukan
oleh dua (atau lebih) berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.

Kesulitan untuk mulai atau tetap tertidur


Iritabilitas atau ledakan kemarahan
Kesulitan untuk berkonsentrasi
Kewaspadaan berlebih
Respon kejut yg berlebih

E. Durasi gangguan(kriteria dlm kriteria B,C,dan D) lebih


dari 1 bulan
F. Gangguan menyebabkan penderitaan secara klinis yang
bermakna atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya
Sebutkan jika:
Akut: jika durasi gejala kurang dari 3 bulan
Kronik: jika durasi gejala 3 bulan atau lebih
Sebutkan jika lambat: jika onset gejala paling kurang 6 bulan setelah
stressor

Differential Diagnosis
Gangguan anxiety disorders, seperti
obsessive-compulsive disorder (OCD)
atau fobia sosial
Depresi

PENATALAKSANAAN
Early interventions
Meningkatkan kewaspadaan dan pengenalan
dini terutama pada perawatan primer
Fokus pada terapi psikologis
Menggunakan medikasi dan sesi tunggal yang
singkat terapi psikologis
Beberapa kasus bermanfaat dengan CBT
selain diberikan pengobatan seperti
propanolol
Critical incident stress management (CISM)
digunakan dalam usaha mencegah atau
mengurangi terjadinya PTSD

Cognitive behavioral therapy


Bertujuan untuk mengubah pola berpikir
dan atau perilaku yang bertanggung
jawab terjadinya emosi negatif dari korban
trauma
Pada CBT, individu belajar
mengidentifikasikan pikiran yang
membuat rasa ketakutan dan
kekecewaan, dan menggantinya dengan
pikiran distress yang lebih rendah
tujuannya untuk mengerti bahwa
pikiranya tersebut menyebabkan stres
dan gejalanya membuat lebih buruk

Lakukan:
Konfrontasi memori traumatik
dengan kekhawatiran/ketakutan
yang kurang
Modifikasi misinterpretasi dimana
ancaman/bahaya penilaiannya
terlalu berlebihan
Kembangkan kemampuan koping
dalam stress

Eye movement desensitization and


reprocessing
Eye Movement Desensitization and
Reprocessing (EMDR) terutama dalam
terapi PTSD
Penderita PTSD ditanyakan untuk
mengingat aspek penting dari kejadian
traumatik
Penderita mengikuti gerakan-gerakan
berulang dari sisi satu kesisi lain , suarasuara atau ketukan sebagai fokus pada
gambaran dirinya

PENGOBATAN
Symptom class
Reexperiencing

Symptom

Medication

intrusive recall

amitriptyline; fluoxetine;
imipramine; lamotrigine; sertraline

intrusive
reexperiencing

amitriptyline; fluoxetine;
imipramine; nefazodone;
sertraline (women only);
topiramate

sleep
disturbance,
nightmares

benzodiazepines; carbamazepine;
clonidine; nefazodone; phenelzine;
prazosin; topiramate; trazodone;
zolpidem

dissociative
recall

Risperidone

intense
psychological
distress (anger,
anxiety) when
exposed to
reminders of
traumatic

benzodiazepines; buspirone;
carbamazepine; lithium (not for
anxiety); nefazodone; trazodone

PENGOBATAN
Symptom class
Avoidance

Symptom
Avoidance

feelings

of detachment
or estrangement from
others
restricted range
of affect
(numbing)
Hyperarousal

Medication
amitriptyline; fluoxetine;
lamotrigine; nefazodone;
sertraline
amitriptyline; risperidone

amitriptyline; lamotrigine; sertraline


(women only)

general
hyperarousal

amitriptyline; nefazodone;
phenelzine; sertraline (women
only)

sleep
disturbance,
nightmares

benzodiazepines; carbamazepine;
clonidine; nefazodone; phenelzine;
trazodone; zolpidem

irritability, anger
carbamazepine; nefazodone; valproic
(and
acid
impulsiveness)

PENGOBATAN
Symptom class

Symptom
Anger
Aggression

Medication
buspirone; fluoxetine; lithium;
trazodone
Risperidone

exaggerated
startle response; benzodiazepines; buspirone;
general
carbamazepine; clonidine;
autonomic
propanolol; valproic acid
hyperexcitability

Intervensi PTSD melewati 3


bulan setelah trauma
Fokus trauma dengan CBT atau
EMDR pada orang dengan lebih dari
3 bulan dan masih terdapat riwayat
gejalanya
Terapi dengan obat2an tidak
seharusnya digunakan secara rutin
dalam terapi lebih difokuskan pada
terapi psikologis

PROGNOSIS
Pada salah satu studi, anak dan remaja
dengan PTSD yang berat meningkatkan
resiko menurunnya volume intrakranial,
berkurangnya area corpus callosum dan
rendahnya IQs. Dibandingkan dengan
anak2 tanpa PTSD.
Anak dan remaja dengan riwayat
kekerasan fisik dan sexual ditemukan
terjadi peningkatan rata2 dari depresi
dan keinginan bunuh diri

You might also like