Professional Documents
Culture Documents
2
20.17 | Posted in INSPEKSI
Inspeksi : adalah suatu kegiatan penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik atau
rusak ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima atau tidak berdasarkan metode &
standard yang sudah ditentukan.
Dengan kata lain inspeksi adalah kegiatan operasional untuk memeriksa material atau part yang
diperlukan oleh proses produksi untuk dapat memenuhi spesifikasi pada proses berikutnya atau
memenuhi spesifikasi pelanggan sebelum produk tersebut dikirim.
Inpeksi mencakup pengukuran material, part-part atau produk jadi dengan methode tertentu dan
membandingkan hasilnya dengan standard (drawing, JIS dsb) untuk penentuan
keberterimaannya.
Pengukuran yang dimaksudkan disini, tidak hanya bersifat dimensional (vernier caliper,
micrometer, dsb) ataupun pengujian properties (hardness serta komposisi kimia) tetapi juga
sensory (noise check , visual check : noda dan crack)
Testing / Pengujian adalah pelaksanaan pengecheckan berbagai sifat properties dan karakteristik
produk seperti pengukuran dimensinya, kekuatan material dan komposisinya.
Inspeksi / Pemeriksaan adalah pelaksanaan penilaian apakah produk dapat diterima atau tidak
dengan membandingkannya terhadap Standard Penilaian.
Inspeksi merupakan bagian yang penting bagian yang penting dari Quality Control /
Pengendalian Mutu & kegiatan jaminan kualitas.
Fungsi Inspeksi / Pemeriksaan :
1. Fungsi Assurance :
Maksudnya adalah kegiatan pemeriksaan tiap-tiap part / lot dan membandingkan hasilnya
dengan Judgement Standard untuk penentuan keberterimaan part / lot tersebut sebelum
pengiriman selanjutnya.
Fungsi Assurance ini akan berhasil dengan baik apabila ada : methode, sistem, standard &
judgement inspeksi, keakurasian peralatan inspeksi, training dan pendidikan inspector yang baik
serta adanya kriteria yang jelas terhadap penanganan part/lot yang diperiksa.
2. Fungsi Preventive :
Inspeksi yang ketat dapat mendeteksi ketidaksesuaian part / NG dan memisahkannya dari part
yang sesuai / OK, tetapi tetap saja tidak dapat mencegah ketidaksesuaian part tersebut untuk
tetap diproduksi.
Untuk menghilangkan ketidaksesuaian part, adalah diperlukan untuk mengontrol proses produksi
dan menentukan penyebabnya serta mengambil tindakan corrective yang diperlukan.
Ungkapan Quality is Build in Process :
Ketika ditemukan ketidaksesuaian produk, berdasarkan data seharusnya langsung diberikan
feedback pada proses terkait sehingga ketidaksesuaian produk tidak terus diproduksi.
Hal ini dinamakan fungsi Preventive yang merupakan fungsi yang paling diperlukan dalam
Quality Control namun seringkali kurang dimanfaatkan.
Untuk optimalisasi fungsi preventive ini, maka bagian inspeksi seharusnya secara rutin
memberikan data feedback dari part yang diperiksa dari kegiatan Quality Control kepada bagian
terkait mis : desain, engineering dan produksi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencegah
Supaya data feedback bisa efektif, methode pengumpulan data dan prosedur feedback dari
bagian inspeksi terhadap bagian desain, engineering dan produksi perlu diatur lebih rinci. (mis ;
Instruksi kerja, SOP, Prosedure ISO dsb)
Inspeksi & Quality Control :
Sebagaimana diungkapkan Quality is Built in Process , kualitas tidak bisa hanya diperoleh
dengan melakukan proses inspeksi.
Tujuan dari pemeriksaan dalam Quality control mulai dari material mentah, blanks sampai
pengiriman adalah memastikan bahwa kualitas dibangun dalam tiap proses dan tidak hanya men
sortir part kedalam OK atau NG dan menjamin part NG tidak terus diproduksi.
Banyak hal yang masih kurang sampai sekarang adalah pemeriksaan dibuat hanya untuk
penyaringan part yang NG dari part yang OK.
Adalah sama-sama pentingnya untuk tetap melaksanakan pemeriksaan sampling dan juga
memastikan bahwa Kualitas telah dibangun di setiap proses produksi. Yaitu dengan cara
melakukan kontrol proses produksi dengan menggunakan Bagan Kendali / Control Chart dll dan
berdasarkan analisa data yang diperoleh, memastikan bahwa part NG tidak akan terus
diproduksi.
Untuk mencapai hal ini , analisa capability proses, control limit proses, daily quality inspection,
effective corrective action dan berbagai aktivitas lainnya diperlukan sehingga penyebab dari
ketidaknormalan proses produksi dapat dideteksi dan diambil langkah-langkah pengatasannya.
Kemudian, tindakan-tindakan yang diperlukan dilakukan untuk mencegah ketidaksesuaian
produk yang berulang sehingga didapat kestabilan proses dan menjadikan produk memiliki
1. Destructive Inspeksi :
Adalah inspeksi yang dilakukan dengan cara desctructive / merusak part atau produk. Misalnya
test penetrasi pada welding, test tarik pada material dsb
2. Non Destructive Test Inspeksi
Adalah inspeksi yang tidak mengakibatkan part/produk menjadi rusak. Misalnya Ultrasonic
inspection, x-ray inspection
Inspeksi Sensory :
Adalah Inspeksi Kualitas yang dilakukan dengan menggunakan indera manusia, dikarenakan
belum adanya instrumentasi yang cukup mewadahi dibandingkan dengan kemampuan inderawi
manusia.
Yang termasuk inspeksi sensory ini meliputi : visual, aural / pendengaran, tactile / touch /
persentuhan, olfactory / smell / penciuman dan taste / rasa.
Visual : misalnya inspeksi appearance, color matching.
Aural : misalnya engine noise, gear shift feeling.
Tactile : misalnya kekerasan seat double pada unit motor.
Smell : misalnya inspeksi bau pada tembakau, rokok,
Taste : misalnya inspeksi rasa pada teh, kopi .
Akhir akhir ini seiring perkembangan teknik instrumentasi, berbagai karakteristik kualitas
menjadi dapat terukur, tetapi tetap saja tersisa beberapa karakteristik yang evaluasinya masih
mengandalkan indera manusia.
Beberapa kelebihan Inspeksi Sensory :
1. Beberapa keputusan/judgement hanya dapat dibuat oleh indra manusia.
2. Inspeksi sensor lebih cepat dibanding dengan instrument.
3. Tidak memerlukan investasi untuk peralatan.
Beberapa kelemahan Inspeksi Sensor :
1. Properties atau karakteristik yang sama dapat dinilai berbeda oleh orang yang beda.
2. Orang yang sama dapat secara berbeda menilai properties atau karakteristik yang sama bahkan
pada kondisi yang terkontrol.
3. Data secara quantitative sulit didapat.
4. Evaluasi yang salah dapat dibuat dengan. kesengajaan.
Untuk menanggulangi kelemahan Inspeksi Sensory ini diantaranya termasuk penetapan Limit
Sampe OK/NG atau Go/No Go untuk meminimumkan variasi dari evaluator.
Inspeksi K3
Selasa, 26 Juni 2012
Inspeksi K3
INSPEKSI K3
Mengapa perlu Inspeksi K3
Banyak pimpinan perusahaan maupun karyawan tidak mengetahui besarnya
kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya kecelakaan kerja
Kerugian yang terjadi tidak hanya masalah biaya akan tetapi juga terhentinya
proses produksi, hilangnya jam kerja, dll
Manfaat Inspeksi K3
Sebagai sarana feedback, yaitu : komunikasi dan interaksi pekerja dengan
pihak manajemen mengenai K3
engertian Inspeksi
1.
2.
3.
Aktifitas untuk menguji produk, komponen, perakitan, material yang akan diproses,
agar sesuai dengan spesifikasi desain
Tujuan Inspeksi
Untuk tujuan dari dilakukan inspeksi adalah sebagai berikut :
1.
2.
Cara Inspeksi
a.
b.
c.
antara
rekaman
Jaminan
Varietas
yang
diproduksi,
input
yang
Inspeksi awal (initial inspection) yaitu inspeksi yang dilakukan sesudah masa
konversi pada panen dan/atau pengolahan pertama.
b.
Inspeksi berkala (routine inspection) yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala
selama masa sertifikasi.
c.
Inspeksi khusus (targeted inspection) yaitu inspeksi yang dilakukan untuk tujuan
khusus.
Teknologi Inspeksi
Teknologi inspeksi dibagi menjadi dua kategori:
1.
Inspeksi Contact
Inspeksi contact melibatkan penggunaan alat yang dapat membuat hubungan
dengan objek selama diinspeksi.
Prinsip teknik inspeksi contact meliputi:
2.
Inspeksi Noncontact
Mampu melindungi barang produksi dari ancaman ancaman yang dapat merusak
barang
Mudah dibuka dan di tutup, dan dapat mempermudah dalam pengiriman barang
Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar yang ada
2. Struktur Sistem Kemas Berdasarkan letak atau kedudukan suatu bahan kemas di
dalam sistem kemasan keseluruhan dapat dibedakan atas :
Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam.
Kemasan semi kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifatsifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku, seperti botol plastik (susu,
kecap, saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
Kemasan Hermetis, yaitu wadah yang secara sempurna tidak dapat dilalui
oleh gas, misalnya kaleng dan botol gelas.
Kemasan Tahan Suhu Tinggi, jenis ini digunakan untuk bahan pangan yang
memerlukan proses pemanasan, sterilisasi, atau pasteurisasi.
Wadah Siap Pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah
botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
Wadah Siap Dirakit atau disebut juga wadah lipatan, yaitu kemasan yang
masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng
dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari
kertas, foil atau plastik
TEKNOLOGI PACKAGING
Kemampuan/daya
penanganan,
membungkus
pengangkutan,
yang
distribusi,
baik
untuk
memudahkan
penyimpanan
dan
dalam
penyusunan/
penumpukan.
-
Kemampuan
perlindungan
melindungi
dari
udara
isinya
dari
panas/dingin,
berbagai
risiko
sinar/cahaya
dari
luar,
matahari,
misalnya
bau
asing,
Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi,
informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan
harus mendapatkan perhatian.
Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar yang ada,
mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.
mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan praktis dibawa-bawa, dipegang
atau dibuka ketika hendak disantap membantu tangan dalam melakukan tugas.
Contoh kemasan tradisional :
-
Bambu
Kulit pohon
Daun
Batu
Gerabah
Kemasan tradisional Kemasan modern
Faktor penyebab berkembangnya kemasan modern :
Meningkatnya industri
Kemajuan IPTEK
Kemasan agar menarik harus dirancang dan dibuat sebaik mungkin. Berikut ini
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang atau merencanakan
pembuatan suatu kemasan :
1.
adalah
dalam
menentukan
bahan
pengemas
kita
harus
mempertimbangkan produk yang kita miliki. Jika produk kita berbentuk cairan
seperti jus atau sirup, kita bisa memilih bahan pengemas seperti botol atau gelas
plastik. Jika produk kita berupa makanan kering seperti keripik, kerupuk, atau yang
lainnya kita bisa menggunakan plastik transparan dan lain sebagainya. Plastik
dapat digunakan sebagai kemasan primer sekaligus dengan labelnya, juga bisa
dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder.
2.
kemasan
sedangkan
berkaitan
ketebalan
dengan
berkaitan
banyak
dengan
sedikitnya
keawetan
dari
isi
yang
produk
diinginkan,
yang
ada
Bentuk kemasan.
Agar kemasan menarik bentuk pengemas bisa dirancang dalam bentuk yang unik
tergantung dari kreativitas perancangnya. Misalnya kemasan dus kertas bisa di buat
seperti tabung, kubus, balok, trapesium atau bentuk-bentuk lainnya.