Professional Documents
Culture Documents
C.
Metode Penulisan
Metode penulisan laporan ini penulis menggunakan metode pustaka dan mengambil
dari berbagai sumber. Dengan metode penulisan seperti ini, penulis dapat
menggabungkan berbagai materi dari berbagai sumber, antara lain buku-buku
keperawatan dan penyakit, artikel-artikel, serta bahan-bahan pendukung yang lain.
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN
B.
ETIOLOGI
C.
PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung
dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan
tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel .
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan
sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema
sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem
saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu
kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir
ini akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan
preload. Meskipun adaptasi adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac
output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu , takikardi
dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan
preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ organ vital, tetapi jika aktivasi
ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi
vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel,
sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu
sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran
darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan
retensi sodium dan cairan. Sitem rennin angiotensin - aldosteron juga akan
teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan
penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal
jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi
yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan.
Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan
tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek
natriuretik dan vasodilator.
Presipitasi
Hipertropi
neurohormonal bekerja
afterload
Pean
D.
vasokontriksi pembuluh
Kelas I
Kelas II
sehari-hari
: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas
Kelas III
Kelas IV ; bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring
E.
MANIFESTASI KLINIK
1.
2.
kongesti jaringan
3.
peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk
dan sesak nafas.
4.
peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer
umum dan penambahan berat badan.
5.
penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental,
keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.
kardiomegali
irama S3
refluk hepatojugular
Criteria minor:
dipsnea deeffort
hepatomegali
effuse pleura
takikardia
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal
jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung
lainnya
2.
3.
tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan
azotemia prerenal
4.
5.
fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
6.
pemeriksaan EKG
7.
Radiografi dada
8.
Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan
analisis gerakan dinding regional
9.
kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas
yang terkena.
G.
KOMPLIKASI
1.
kematian
2.
H.
PENATALAKSANAAN
1.
Koreksi sebab sebab yang dapt diperbaiki , penyebab penyebab utama
yang dapt diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi
miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output tinggi.
2.
Diet dan aktivitas, pasien pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium
atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
3.
Terapi diuretic
4.
5.
6.
7.
terapi vasodilator
8.
9.
10. Atikoagulan
11. Terapi antiaritmia
12. Revaskularisasi koroner
13. Transplantasi jantung
14. Kardoimioplasti
I.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kurang pengetahuan tentang penyakit gagal jantung b.d. kurangnya sumber
informasi.
J.
Rencana Keperawatan
N Diagnosa
o
Tujuan/KH
Intervensi
NOC:
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
pada klien
selama 5x24
jam
Evaluasi adanya
nyeri dada
Klien
dapat
memiliki
pompa
jantung
efektif,
Auskultasi suara
jantung
Penurunan
kardiak
output b.d
infark
miokardiu
m
status
sirkulasi,
perfusi
jaringan &
status tanda
vital yang
normal.
Evaluasi adanya
krackels
Monitor status
neurology
Rasional
Adanya nyeri
menunjukkan
ketidakadekuatan
suplai darah ke
jantung
Masih adanya
irama gallop,
krackels, takikardi
mengindikasikan
gagal jantung
Gangguan dalan
SSP mungkin
berhubungan dengan
penurunan curah
jantung
Pengeluaran
urine kurang dari 30
ml/jam menunjukkan
curah jantung
Kriteria Hasil:
menunjukkan
kardiak output
adekuat yang
ditunjukkan
dg TD, nadi,
ritme normal,
nadi perifer
kuat,
melakukan
aktivitas
tanpa dipsnea
dan nyeri
bebas dari
efek samping
obat yang
digunakan
Monitor
intake/output, urine
output
Ciptakan lingkungan
yang kondusif untuk
istirahat
cirkulatory care;
evaluasi nadi dan
edema perifer
monitor kulit dan
ekstrimitas
monitor tanda-tanda
vital
pindah posisi klien
setiap 2 jam jika
diperlukan
ajarkan ROM selama
bedrest
monitor pemenuhan
cairan
Munculnya tanda
gagal jantung,
menunjukkan
kardiak output
Intoleransi
aktivitas
B.d
ketidaksei
mbangan
suplai &
kebutuhan
O2
Klien dapat
menoleransi
aktivitas &
melakukan
ADL dgn baik
1. Menentukan
penyebab intoleransi
aktivitas&menentukan
apakah penyebab dari
fisik, psikis/motivasi
Menentukan
penyebab dapat
membantu
menentukan
intoleransi
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik
dgn TD, HR,
RR yang
sesuai
Warna
kulit
normal,hangat
&kering
Memverbalisa
sikan
pentingnya
aktivitas
secara
bertahap
2. Kaji kesesuaian
aktivitas&istirahat klien
sehari-hari
3. aktivitas secara
bertahap, biarkan klien
berpartisipasi dapat
perubahan posisi,
berpindah&perawatan
diri
4. Pastikan klien
mengubah posisi secara
bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
Mengekspresi
kan
pengertian
pentingnya
keseimbangan
latihan &
istirahat
5. Ketika membantu
klien berdiri, observasi
gejala intoleransi spt
mual, pucat, pusing,
gangguan
kesadaran&tanda vital
toleransi
aktivitas
Peningkatan aktivitas
membantu
mempertahankan
kekuatan otot, tonus
TV & HR respon
terhadap ortostatis
sangat beragam
Ketidakaktifan
berkontribusi
terhadap kekuatan
otot & struktur sendi
Pola nafas
tidak
efektif b.d.
kelemahan
NOC:
Respiratory monitoring:
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 5x 24
jam, pola
nafas pasien
menjadi
efektif.
monitor rata-rata
irama, kedalaman dan
usaha untuk bernafas.
Mengetahui
keefektifan
pernafasan
Untuk mengetahui
penggunaan otot
bantu pernafasan
Criteria hasil:
menunjukkan
pola nafas
yang efektif
tanpa adanya
sesak nafas
Monitor kelemahan
otot diafragma
Catat omset,
karakteristik dan durasi
batuk
Catat hail foto
rontgen
Kelebihan
volume
cairan b.d.
gangguan
mekanism
e regulasi
NOC:
Fluit manajemen:
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 5
haripasien
mengalami
keseimbangan
cairan dan
elektrolit.
Monitor status
hidrasi 9kelembaban
membran mukosa, nadi
adekuat)
-
Monitor adanya
indikasi
overload/retraksi
-
Mengetahui
penyebab nafas tidak
efektif
Kriteria hasil:
jika ada
Bebas dari
edema
anasarka,
efusi
Fluit monitoring:
Suara
paru bersih
Co, tanda
vital dalam
batas normal
Monitor
intake/output cairan
Monitor serum
albumin dan protein
total
-
Monitor RR, HR
Resiko
infeksi b.d.
tindakan
invasive
NOC:
Kontrol infeksi
dan kontrol
resiko, setelah
diberikan
perawatan
selama 3x24
jam tidak
terjadi infeksi
sekunder dg:
Indikator:
Bebas dari
tanda-tanda
infeksi
Angka
leukosit
normal
Ps
mengatakan
tahu tentang
tanda-tanda
dan gejala
Daerah ini
merupakan port de
entry kuman
1. Penanda proses
infeksi
2. Menghindari
infeksi
3.Anjurkan pada ps
untuk melaporkan dan
mengenali tanda-tanda
infeksi
4.Kelola th/ sesuai
program
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat
infeksi
gejala infeksi
penyembuhan
2. Pantau hasil
laboratorium
3. Amati faktor-faktor
yang bisa meningkatkan
infeksi
4. monitor VS
2.
Cuci tangan
sebelum dan sesudah
merawat ps
3.
Tingkatkan
masukan gizi yang
cukup
4.
Anjurkan
istirahat cukup
1. Mencegah infeksi
sekunder
2. Mencegah INOS
5.
Pastikan
penanganan aseptic
daerah IV
6.
Berikan
PEN-KES tentang risk
infeksi
3. Meningkatkan
daya tahan tubuh
4. Membantu
relaksasi dan
membantu proteksi
infeksi
5. Mencegah tjdnya
infeksi
6. Meningkatkan
pengetahuan ps
Kurang
pengetahu
an tentang
penyakit
dan
pengobata
nnya b.d.
kurangnya
sumber
informasi
NOC:
Pengetahuan
tentang
penyakit,
setelah
diberikan
penjelasan
selama 2 x
pasien
mengerti
proses
penyakitnya
dan Program
perawatan
serta Therapi
yg diberikan
dg:
Indikator:
Pasien
mampu:
Menjelaskan
kembali
tentang
penyakit,
Mengenal
kebutuhan
NIC: Pengetahuan
penyakit
Aktifitas:
1. Kaji pengetahuan
klien tentang
penyakitnya
2. Jelaskan tentang
proses penyakit (tanda
dan gejala), identifikasi
kemungkinan penyebab.
Jelaskan kondisi
tentangklien
3. Jelaskan tentang
program pengobatan
dan alternatif
pengobantan
4. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin digunakan
untuk mencegah
komplikasi
1.
Mempermudah
dalam memberikan
penjelasan pada
klien
2.
Meningkatan
pengetahuan dan
mengurangi cemas
3.
Mempermudah
intervensi
4.
Mencegah
keparahan penyakit
5.
Memberi
gambaran tentang
perawatan
dan
pengobatan
tanpa cemas
5. Diskusikan tentang
terapi dan pilihannya
6. Eksplorasi
kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/
mendukung
7.
Mencegah
kekambuhan kembali
8.
7. instruksikan kapan
harus ke pelayanan
8. Tanyakan kembali
pengetahuan klien
tentang penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan
Mereviw