You are on page 1of 40

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PLTA SUTAMI


(KARANGKATES)

HALAMAN JUDUL

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DALAM


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR PLTA SUTAMI
(KARANGKATES)

DAFTAR ISI
ii

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1

Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3

Tujuan Penulisan.......................................................................................4

1.4

Manfaat Penulisan....................................................................................4

1.5

Batasan masalah.......................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1

Tinjauan Pustaka Tentang PLTA...............................................................5

2.1.1

Sejarah PLTA.....................................................................................5

2.1.2

Komponen PLTA................................................................................8

2.1.3

Jenis-jenis PLTA..............................................................................15

2.1.3.1 PLTA Berdasarkan Tinggi Terjun.................................................15


2.1.3.2 PLTA Berdasarkan Aliran Sungai.................................................15
2.1.3.3 Parameter Operasi PLTA..............................................................17
BAB III..................................................................................................................23
PEMBAHASAN....................................................................................................23
3.1

Daerah Wilayah Studi..............................................................................23

3.1.1

Profil Daerah Umum (Profil Kota)..................................................23

3.1.2

Kondisi Umum Bendungan Sutami.................................................24

3.2
Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Menjadi Tenaga Listrik (PLTA)
Bendung Sutami.................................................................................................28
3.3

Flow Chart Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik....31

3.4
Analisis Permasalahan Terhadap Pengendalian Debit Maksimum Atau
Minimum Pada Bendungan - PLTA Sutami.......................................................32
3.5
Grafik Hubungan Curah Hujan dan Debit Inflow Rerata Tahunan Musim
Hujan Pada Sub Das Sutami...............................................................................35
BAB IV..................................................................................................................36
PENUTUP..............................................................................................................36
iii

4.1

Kesimpulan..............................................................................................36

4.2

Saran........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................37

iv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keberadaan listrik merupakan hal yang sangat essensial bagi kehidupan
manusia karena hampir semua kegiatan manusia tidak terlepas dari kebutuhan
terhadap listrik mulai dari kalangan perumahan biasa sampai kepada kalangan
perindustrian, kebutuhan yang besar tehadap listrik inilah kemudian melahirkan
Industri pembangkitan listrik. Begitu juga yang terjadi di Indonesia kebutuhan
terhadap energi listrik sangat besar, bahkan setelah pulih dari krisis moneter 1998
kebutuhan enegri listrik di Indonesia mengalami trend peningkatan, menurut data
pada tahun 1995 2000 konsumsi listrik di Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 2,9 % pertahun, sedangkan pada tahun 2000 2004 konsumsi energi
listrik juga mengalami peningkatan signifikan yaitu sebesar 5,2% per tahunnya.
Grafik perkembangannya dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Kebutuhan dan Produksi Energi Di Indonesia


Listrik diproduksi di pembangkit dengan cara mengubah energi mekanis
menjadi energi listrik dengan menggunakan generator yang bekerja berdasarkan
prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin diaktifkan dengan
menggunakan berbagai sumber energi sebagai penggerak mulanya (prime mover)
untuk memutar turbin sehingga dapat menggerakan generator dan menghasilkan
energi listrik. Adapun berdasarkan kemampuan prime mover maka pembangkit

tenaga listrik dibedakan menjadi dua hal yakni energi listrik untuk diperbaharui
kembali (renewable source) atau tidak

dapat diperbaharui kembali (non

renewable source).
Selanjutnya salah satu contoh energi listrik yang dapat diperbaharui kembali
(renewable source) adalah PLTA karena memanfaatkan sumber daya air dalam
proses penjanaan tenaganya dan keberadaan air termasuk jenis sumber daya yang
dapat diperbaharui. Dalam PLTA, potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga
listrik. Mula - mula potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga mekanik
dalam turbin air. Kemudian turbin air memutar generator yang membangkitkan
tenaga listrik. Gambar 1 menggambarkan secara skematis bagaimana potensi
tenaga air, yaitu sejumlah air

yang terletak pada ketinggian tertentu diubah

menjadi tenaga mekanik dalam turbin air.

Gambar 1.1 Proses Konversi Energi dalam Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Gambar1.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat dari Atas


Bendungan menjadi salah satu komponen penting dalam PLTA. Bendungan
merupakan tempat mengumpulkan energi air sebelum dialirkan ke turbin.
Ketentuan teknis mengenai bendungan besar yang dimanfaatkan untuk PLTA
diatur oleh International commission on large Dams (ICOLD). PLTA dapat
beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, apabila mempunyai Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhi
kebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut. Pada operasi PLTA tersebut,
perhitungan keadaan air yang masuk pada bendungan

atau dam tempat

penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam bendungan atau dam dan
perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk
menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik tersebut, merupakan suatu
keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk
maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin
harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat
dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun

pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang


tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana cara pengelolaan air untuk PLTA?
2. Bagaimana cara mengatasi beban puncak air pada bendungan PLTA?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui cara pengelolaan air untuk PLTA
2. Untuk mengetahui cara mengatasi beban puncak air pada bendungan PLTA.
1.4 Manfaat Penulisan
1.

Manfaat penulisan makalah ini adalah


Memberikan sumber informasi mengenai pengelolaan air untuk PLTA dan
permasalahannya

1.5 Batasan masalah


Batasan masalah dalam makalah ini adalah proses penjanaan listrik dari
bendungan Sutami hingga pendistribusian kepada masyarakat dan cara
penyelesaian

atas

permasalahan-permasalahan

menyebabkan terhambatnya operasi PLTA.

bendungan

yang

bisa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Tentang PLTA


2.1.1

Sejarah PLTA
Tenaga air telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan

manusia sejak beberapa puluh abad yang lalu. Beberapa catatan sejarah
mengatakan bahwa penggunaan kincir air untuk pertanian, pompa dan fungsi
lainnya telah ada sejak 300 SM di Yunani, meskipun peralatan-peralatan tersebut
kemungkinan telah digunakan jauh sebelum masa itu. Pada masa-masa antara
jaman tersebut hingga revolusi industri, aliran air dan angin merupakan sumber
energi mekanik yang dapat digunakan selain energi yang dibangkitkan dari tenaga
hewan. Perkembangan penggunaan energi dari air yang mengalir kemudian
berkembang secara berkelanjutan sebagaimana dicontohkan pada desain tenaga
air yang menakjubkan pada tahun 1600-an untuk istana Versailles dibagian luar
Paris, Prancis. Sistem tersebut memiliki kapasitas yang sepadan dengan 56 kW
energi listrik.
Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi energi
mekanik dan kemudian biasanya menjadi energi listrik. Air mengalir melalui
kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana air akan menabrak sudusudu yang menyebabkan kincir air ataupun turbin berputar. Ketika digunakan
untuk membangkitkan energi listrik, perputaran turbin menyebabkan perputaran
poros rotor pada generator. Energi yang dibangkitkan dapat digunakan secara
langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas
listrik pada jaringan.
Jumlah daya listrik yang dapat dibangkitkan pada suatu pusat pembangkit
listrik tenaga air tergantung pada ketinggian (h) dimana air jatuh dan laju aliran
airnya. Ketinggian (h) menentukan besarnya energi potensial (EP) pada pusat
pembangkit (EP = m x g x h). Laju aliran air adalah volume dari air (m 3) yang
melalui penampang kanal air per detiknya (q m3/s). Daya teoritis kasar (P kW)
yang tersedia dapat ditulis sebagai:
5

Daya yang tersedia ini kemudian akan diubah menggunakan turbin air
menjadi daya mekanik. Karena turbin dan peralatan elektro-mekanis lainnya
memiliki efisiensi yang lebih rendah dari 100% (biasanya 90% hingga 95%), daya
listrik yang dibangkitkan akan lebih kecil dari energi kasar yang tersedia.

Gambar 2.1 Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air Pada Umumnya


Laju q dimana air jatuh dari ketinggian efektif h tergantung dari besarnya
luas penampang kanal. Jika luas penampang kanal terlalu kecil, daya keluaran
akan lebih kecil dari daya optimal karena laju air q dapat lebih besar. Di lain
pihak, ukuran kanal tidak dapat dibuat besar secara sembarangan karena laju air q
yang melalui kanal tergantung dari laju pengisian air pada reservoir air di
belakang bendungan.
Volume air pada reservoir dan ketinggian h yang bersangkutan, tergantung
dari laju air yang masuk ke dalam reservoir. Selama musim kering, ketinggian air
pada reservoir dapat berkurang karena jumlah air dalam reservoir lebih sedikit.
Selama musim hujan, ketinggiannya dapat naik kembali karena air yang masuk
dari berbagai aliran air yang mengisi bendungan. Fasilitas pembangkit listrik
tenaga air harus di desain untuk menyeimbangkan aliran air yang digunakan untuk
membangkitkan energi listrik dan jumlah air yang mengisi reservoir melalui
sumber alami seperti curahan hujan, salju, dan aliran air lainnya.

Pembangkit listrik tenaga air merupakan aplikasi energi terbaru yang


terbesar dan paling matang secara teknologi, dimana terdapat 678.000 MW
kapasitas daya listrik yang terpasang di seluruh dunia, yang menghasilkan lebih
dari 22% listrik dunia (2564 TWh/tahun pada 1998). Dalam hal ini, 27.900 MW
merupakan pembangkit skala kecil yang menghasilkan listrik 115 TWh/tahun. Di
eropa barat, pembangkit listrik tenaga air berkontribusi sebesar 520 TWh listrik
pada tahun 1998, atau sekitar 19% dari energi listrik di Eropa (sehingga
menghindari emisi dari sejumlah 70 juta ton CO2 per tahun-nya). Pada sejumlah
negara di Afrika dan Amerika Selatan, pembangkit listrik tenaga air merupakan
sumber listrik yang menghasilkan lebih 90% kebutuhan energi listriknya. Grafik 2
memperlihatkan pembangkitan energi listrik dari air dunia yang meningkat secara
dinamis tiap tahunnya. Di samping pembangkit listrik tenaga air yang
berkapasitas besar yang telah ada, masih terdapat ruang untuk pengembangan
lebih jauh dimana diperkirakan hanya sekitar 10% dari total potensi air di dunia
yang telah digunakan.

Grafik 2. Pembangkitan energi listrik tenaga air dunia dalam TWh [5]

Grafik Pie 1. Kondisi Pembangkitan Energi Listrik (Sumber PLN 2007)


7

2.1.2

Komponen PLTA
Secara garis besar komponen kompnen PLTA berupa dam, turbin,

generator ,transmisi dan reservoir air. Adapun penjelasan beberapa macam


komponen PLTA tersebut disajikan dalam penjelasan berikut ini :
1. Dam
Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin
memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi
untuk pengendalian banjir. contoh bendungan Jatiluhur yang berkapasitas 3
miliar kubik air dengan volume efektif sebesar 2,6 miliar kubik.
2. Intake
Intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap
aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan
sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi
bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan
pembilas.
3. Penstock
Penstock adalah saluran dimana air dari resevoir bergerak untuk menuju turbin.
Aliran fluida pada penstock mempengaruhi unjuk kerja sebuah turbin. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penstock untuk PLTA adalah
diameter. Dimana semakin kecil diameter maka kecepatan air dalam penstock
akan semakin naik untuk debit yang sama, kerugian pada penstock disebabkan
debit air dan tinggi jatuh yang relatif kecil dan ketersediaan material di daerah
lokal.

Penstock

Power House

Gambar 2.2 Penstock


Dibawah ini perhitungan dari penampang pipa saluran (penstock) dengan
menggunakan pipa beton :
-

Rumus penampang saluran


A = .d2

Rumus debit
Q=AxV
Setelah diketahui A = Q / V
maka diperoleh diameter pipa sebesar D =
Dalam perencanaan pembangkit ini, direncanakan menggunakan pipa

pesat atau penstock terbuat dari pipa beton dibuat lurus untuk mengurangi rugi
rugi pusaran dan rugi gesekan. Untuk mengurangi rugi-rugi pusaran air pada
sisi masuk penstock maka minimum intake penstok dari permukaan air forebay:
- Jarak minimum batang pipa dari permukaan penampung air :

- Ketebalan dinding batang pipa adalah :


P = V + [ 20% x V ]

4. Turbin
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
mekanik. Air akan memukul sudu-sudu dari turbin sehingga turbin berputar.
Perputaran turbin ini di hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai
jenis seperti turbin Francis, Kaplan, Pelton, dan lain-lain.
Turbin memiliki prinsip kerja yakni sebagai berikut gaya jatuh air yang
mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air kebanyakan
seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar

baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah


energi.
Perencanaan mesin turbin
Dari pengukuran diperoleh Hn dalam m dengan Q dalam m3/det
digunakan turbin Impuls aliran radial yaitu turbin Crossflow dengan konversi :
-

Hn dalam m dikonversikan ke ft

Q dalam m3/det dikonversikan ke ft3/det

Gambar 2.3 Jalan Air Pada Turbin Crossflow

10

Lebar dan Diameter Runner


L = 144.QN/(862)(C)(k)(2g)1/2H
Dengan:
C = 0,98
k = 0,087
N = (862 / D1)H1/2
Maka:
L=
= 210,6.Q / D1H1/2
Untuk mencari lebar turbin :
Dimana L dan D dalam inch, dan nilai D mulai dari 50 cm sampai 100 cm.
Pemilihan lebar L turbin akan berpengaruh pada N, D1, so, dan t.
Tabel Jarak Diameter Runner Berdasarkan Lebar Turbin
L (inch) D (inch) L (cm) D (cm)
104,06 19,69
264,31 50
94,59

21,65

240,23 55

86,71

23,62

220,24 60

80,03

25,59

203,28 65

74,31

27,56

188,75 70

69,35

29,53

176,05 75

65,02

31,50

165,15 80

61,21

33.46

155,45 85

57,80

35,43

146,81 90

54,76

37,40

139,07 95

52,02

39,37

132,13 100

Putaran Turbin
N = ( 862/D1)H1/2
Tebal Pancaran
11

Luas pancaran dengan V adalah kecepatan absolut air :


A = Q/V
sehingga tebal pancaran so :
so = A/L
Jarak Antar Sudut
s1 = kD1
maka
t = s1/sin1
Jumlah Sudut
Jika jarak antar sudut, maka jumlah sudut dan diperoleh :
n = .D1/t
Lebar Keliling Radial
a = 0,17.D1
Kelengkungan Sudut
= 0,326.r1
Jarak Pancaran dari Pusat Poros
y1 = (0,1986 - 0,945.k)D1
Jarak Pancaran dari Tepi Dalam Runner
y2 = (0,1314 0,945.k)D1
Daya Output Turbin
Dari persamaan house power dengan efisiensi maksimum turbin 0,87 :
HP = QHt /8,8
Dikonversikan dalam kW
P = (HP x 0,746)
Perhitungan Pembanding
Dari persamaan umum daya output :
P = t . 9,81.QH
5. Generator

12

Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.


Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet didalam
generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC.

Gambar 2.4 Komponen Generator Dalam PLTA


Berdasarkan perhitungan dalam perencanaan digunakan generator dengan
kapasitas tertentu. Generator tersebut merupakan generator yang mempunyai
kecepatan putar dalam rpm dengan tegangan keluaran dalam volt, cos dan
frekuensi output dalam Hz. Untuk menaikan kecepatan dalam rpm digunakan
speed increaser dengan gearing ratio :

Besarnya daya yang dapat dihasilkan setelah memperhitungkan besarnya


efisiensi turbin, efisiensi speed increaser, efisiensi generator adalah sekitar 0,70
diperoleh :
P = .9,81.Q.H
Keterangan :

13

- P : Daya (KW)
- : Efisiensi Generator
- Q: Debit aliran (m3/s)
- H : Tinggi jatuh / Head (m)
- Arus Generator Sinkron :

- Dimensi Utama Generator :


S = 1,11 x k.2.B.ac.D2.Ln x 10-3
Jika jumlah saluran adalah 3 buah dengan panjang masing-masing 10 cm
maka panjang bersih inti armatur :
Larm = L 3x10 = 970 mm
6. Travo
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik
tidak banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi.
7. Transmisi
Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah rumah atau
industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo
step down.

Gambar 2.5 Komponen PLTA Secara Keseluruhan

14

2.1.3

Jenis-jenis PLTA

2.1.3.1 PLTA Berdasarkan Tinggi Terjun


Berdasarkan tinggi terjun terdapat jenis-jenis PLTA seperti:
1. PLTA jenis terusan air (water way)
Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai
dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan (gradient)
yang agak kecil. Tenaga listrik dibangkitkan dengan cara memanfaatkan tinggi
terjun dan kemiringan sungai.
2. PLTA Jenis DAM atau Bendungan
Adalah pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang di sungai,
pembuatan bendungan ini dimaksudkan untuk menaikkan permukaan air
dibagian hulu sungai guna membangkitkan energi potensial yang lebih besar
sebagai pembangkit listrik.
3. PLTA Jenis Terusan dan DAM (campuran)
Adalah pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis sebelumnya,
jadi energi potensial yang diperoleh dari bendungan dan terusan.
2.1.3.2 PLTA Berdasarkan Aliran Sungai
Ditinjau dari caranya membendung air, PLTA dapat bagi menjadi dua
kategori yaitu:
a. PLTA run off river
b. PLTA dengan kolam tando (reservoir)

Gambar 2.6 Prinsip Kerja PLTA Run Off River

15

Gambar 2.7 Potongan Memanjang Pipa Pesat


PLTA Sutami Dengan Kolam Tando Reservoir

Pada PLTA run off river, air sungai dialihkan dengan menggunakan dam
yang dibangun memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke
bangunan air PLTA seperti pada Gambar 8. Banyak dipakai dalam PLTA saluran
air atau terusan, jenis ini membangkitkan listrik dengan memanfaatkan aliran
sungai itu sendiri secara alamiah.
Adapun PLTA dengan kolam tando (reservoir), aliran sungai dibendung
dengan bendungan besar agar terjadi penimbunan air sehingga terjadi kolam
tando. Selanjutnya air dari kolam tando dialirkan ke bangunan air PLTA seperti
Gambar 9. Dengan adanya penimbunan air terlebih dahulu dalam kolam tando,
maka pada musin hujan di mana debit air sungai besarnya melebihi kapasitas
penyaluran air bangunan air PLTA, air dapat ditampung dalam kolam tando. Pada
musim kemarau di mana debit air sungai lebih kecil dari pada kapasitas
penyaluran air bangunan air PLTA, selisih kekurangan air ini dapat di atasi dengan
mengambil air dari timbunan air yang ada dalam kolam tando. Inilah keuntungan
penggunaan kolam tando pada PLTA. Hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA
run off river. PLTA run off river, daya yang dapat dibangkitkan tergantung pada
debit air sungai. Tetapi PLTA run off river memerlukan biaya pembangunan yang
lebih murah dari pada PLTA dengan kolam tando (reservoir), karena kolam tando
memerlukan bendungan yang besar dan juga memerlukan daerah genangan yang
luas. Jika ada sungai yang mengalir keluar dari sebuah danau, maka dapat
dibangun PLTA dengan menggunakan danau tersebut sebagai kolam tando.
2.1.3.3 Parameter Operasi PLTA

16

Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi operasi PLTA,


disebabkan oleh :
Keberadaan Air
Konstruksi pintu saluran air
A. Keberadaan Air

Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan


musim penghujan maupun musim kemarau panjang, diperlukan perhitungan besar
volume air yang tersedia dalam bendungan atau dam, guna perhitungan berapa
besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin. Bila
terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibuang keluar dari bendungan
atau dam melalui pintu pembuangan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air
dalam bendungan atau dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan
bendungan atau dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk
kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada
dalam bendungan atau dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter yang
mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang ada dalam bendungan
atau dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar
pada DAS dalam bendungan atau dam tersebut. Data hasil pengukuran yang
diperoleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan melalui media komunikasi
yang digunakan ke pusat kontrol operasi PLTA untuk diproses sesuai fungsinya
dalam sistem kontrol tersebut. Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada
beberapa parameter yang harus diperhatikan antara lain:
a. Aliran permukaan ( surface flow)
Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama
turunnya hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama waktu
turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar sungai.
Tinggi permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin
besar aliran permukaan dan aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi,
sehingga semakin besar volume air yang mengalir ke dalam bendungan atau
dam.
b. Aliran dasar (base flow)
c. Tinggi muka air
d. Kehilangan air karena keadaan lingkungan

17

Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi


antara lain :
o Suhu udara : semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air
o Kelembaban : semakin kecil kelembaban (humidity) maka semakin besar
kehilangan air
o Kecepatan angin : semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar
kehilangan air
o Penyinaran Matahari

: semakin panas dan semakin lama penyinaran

matahari, semakin besar kehilangan air


e. Keadaan DAS
Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara lain :
o Vegetasi
: semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan (pohon) dalam
DAS, semakin besar aliran dasar sungai
o Penduduk
: semakin padat atau ramai penduduk yang bermukim dalam
DAS, semakin besar kehilangan air
o Industri
: semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS,
semakin besar kehilangan air
B. Konstruksi Saluran Air
Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran air yang
dialirkan ke turbin. Besar tekanan aliran air yang dialirkan tersebut, dipengaruhi
debit air yang dialirkan beserta konstruksi dan penempatan saluran air yang
mengalirkan air tersebut. Semakin lebar diameter dan semakin tinggi pintu saluran
air dibuka, semakin besar debit air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang
terjadi masuk ke turbin. Selain hal tersebut diatas, rancangan dan peletakan
saluran air tersebut, juga mempengaruhi tekanan air yang dialirkan ke turbin.
Semakin besar perbedaan sudut

antara

posisi saluran pintu masuk air dari

bendungan atau dam (Q2) dengan posisi saluran pintu air keluar yang
mengalirkan air masuk ke turbin (Q1) pada gambar di bawah ini, semakin besar
tekanan air yang mengalir masuk ke turbin, dengan demikian perputaran turbin
semakin cepat. Semakin cepat perputaran turbin, semakin besar listrik yang
terjadi. Bentuk peletakan posisi saluran air yang mengalirkan air ke turbin,
dipaparkan pada gambar di bawah ini :

18

Gambar 2.8 Bentuk posisi pintu saluran masuk air dan keluar, dengan Q1 = sudut
posisi peletakan pintu keluar air dengan garis horizontal, Q2 = sudut posisi peletakan
pintu saluran air masuk dari bendungan/dam dengan garis horizontal

Data hasil pengukuran yang ditransmisikan ke pusat kontrol operasi PLTA


tersebut diproses sesuai kebutuhan masing-masing data tersebut. Dari hasil olahan
data tersebut, diketahui berapa besar listrik yang dapat dihasilkan dari setiap
operasi yang dilakukan, berdasarkan besar debit air yang dialirkan melalui pintu
saluran air ke turbin, beserta keputusan apa yang segera diinstruksikan untuk
dioperasikan, dalam upaya pengamanan sistem pembangkit listrik tenaga

air

secara menyeluruh. block diagram alur data hasil pengukuran dipaparkan


pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.9 Block diagram alur data hasil pengukuran, dengan St1 s/d Stn=stasiun
ukur pada DAS, WD = stasiun ukur pada bendungan / dam, Pi1 s/d Pin = pintu-pintu
masuk air ke saluran air, Po1 s/d Pon=pintu-pintu keluar air dari saluran, T = turbin,
L = listrik yang dihasilkan

19

2.2 Tinjauan Tentang Bendungan


2.2.1 Pengertian Bendungan
Bendungan (dam) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi bendungan, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
2.2.2 Bagian-Bagian Bendungan
Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Badan bendungan (body of dams)
Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan
umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain seperti
pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke
dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang
disimpan dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik
bagi jutaan konsumen.
2. Pondasi (foundation)
Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya
bendungan.
3. Pintu air (gates)
Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik
yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :
a. Daun pintu (gate leaf) adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan
air dan dapat digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup aliran
air.
b. Rangka pengatur arah gerakan (guide frame) adalah alur dari baja atau besi
yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk menjaga agar
gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
c. Angker (anchorage) adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan
digunakan untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat
memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d. Hoist adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.
4. Bangunan pelimpah (spill way) adalah bangunan beserta intalasinya untuk
mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam bendungan agar tidak
membahayakan keamanan bendungan. Bagian-bagian penting dari bangunan
pelimpah :

20

a. Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures) digunakan untuk


mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan alirannya kecil tetapi
debit airnya besar.
b. Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute, discharge carrier,
flood way). Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara
permukaan air tertinggi di dalam bendungan dengan permukaan air sungai
di sebelah hilir bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit
air dibuat kecil, maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat
bangunan menjadi mahal. Oleh karena itu, kemiringannya terpaksa dibuat
besar, dengan sendirinya disesuaikan dengan keadaan topografi setempat.
c. Bangunan peredam energi (energi dissipator)
Digunakan untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi
air agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan instalasi lain
di sebelah hilir bangunan pelimpah.
5. Kanal (canal)
Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.
6. Reservoir
Digunakan untuk menampung atau menerima limpahan air dari bendungan.
7. Stilling basin
Memiliki fungsi yang sama dengan energi dissipater.
8. Katup (kelep, valves)
Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang
lebih tinggi (pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan). Merupakan alat untuk
membuka, mengatur dan menutup aliran air dengan cara memutar,
menggerakkan kea rah melintang atau memenjang di dalam saluran airnya.
9. Drainage galeri
Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan
2.2.3 Tipe Bendungan
Berdasarkan ukuran :
1. Bendungan besar (h 15 )
2. Bendungan kecil (h < 15 )
Berdasarkan tujuan pembangunan :
1. Tujuan tunggal (single purpose)
2. Tujuan serbaguna (multi purpose)
Berdasarkan penggunanya :
1. Bendungan untuk membentuk bendungan
2. Bendungan penangkap/pembelok air
Berdasarkan jalan airnya :
1. Bendungan untuk dilewati air
2. Bendungan untuk menahan air
21

Berdasarkan konstruksinya :
1. Bendungan urugan (fill dams, embankment dams)
a. Urugan serbasama
b. Urugan berlapis-lapis
c. Urugan batu dengan lapisan kedap air dimuka
2. Bendungan beton
Berdasarkan fungsinya :
1. Bendungan pengelak pendahulu
2. Bendungan pengelak
3. Bendungan utama
4. Bendungan sisi

22

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Daerah Wilayah Studi


3.1.1

Profil Daerah Umum (Profil Kota)


Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia. Ibu kotanya saat ini berada di Kota Malang. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibu kota
Kabupaten Malang yang baru. Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah diri agar
nantinya layak sebagai ibu kota kabupaten. Kabupaten ini berbatasan langsung
dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Batu, dan Kabupaten
Pasuruan di utara, Kabupaten Lumajang di timur, Samudra Hindia di selatan, serta
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya
merupakan pegunungan yang berhawa sejuk, Malang dikenal sebagai salah satu
daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur.
Kabupaten Malang terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi
sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kepanjen. Pusat
pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang. Kota Batu dahulu bagian dari
Kabupaten Malang, sejak tahun 2001 memisahkan diri setelah ditetapkan menjadi
kota. Ibukota kecamatan yang cukup besar di Kabupaten Malang antara lain
Lawang, Singosari, Dampit, dan Kepanjen. Berikut ini merupakan gambaran
(peta) kota Malang :

Gambar 3.1 Peta Kota Malang Jawa Timur

23

3.1.2

Kondisi Umum Bendungan Sutami


Bendungan Karangkates atau yang sekarang biasa disebut dengan

Bendungan Sutami terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung,


Kabupaten Malang, Jawa Timur. Daerah tangkapan air (DTA) Bendungan sutami
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Daerah tersebut
terbentang antara 074420 hingga 081745 Lintang Selatan dan antara
1125755 Bujur Timur (Sub BRLKT, 1996). Secara geografis terdiri atas Subsub DAS : Bango, Sumber Brantas, Amprong, Lesti dan Metro. Batas
administrative sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lumjang dan
Kecamatan Ampelgading dan Donomulyo; di sebelah Barat berbatasan dengan
wilayah Kanupaten Blitar dan Kecamatan Kalipare (Kabupaten Malang);
sedangkan secara geografis, DTA Bendungan Sutami dikelilingi gugusan gunung.
Sebelah timur terbentang pegunungan Tengger (dengan puncaknya Gunung
Bromo) dan pegunungan Semeru (dengan puncaknya gunung Mahameru);
wilayah selatan terdapat gugusan Pegunungan Kendeng Selatan; di bagian barat
terbentang gugusan Gunung Kawi dan Butak; serta di wilayah Utara terdapat
gugusan Gunung Arjuno dan Anjasmoro
Bendungan yang airnya berasal dari Sungai Brantas ini mulai dibangun oleh
pemerintah antara tahun 1975-1977 dengan dana sekitar US$37,97 juta atau
Rp.10.093 milyar untuk dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Untuk dapat mencapai Bendungan Karangkates relatif mudah (menggunakan
kendaraan umum), karena lokasinya berada di tepi jalan raya Malang-Blitar,
sekitar 35 kilometer di sebelah selatan Kota Malang atau 16 kilometer arah barat
obyek wisata Gunung Kawi. Berikut merupakan gambaran DAS Brantas

24

Gambar 3.2 Lokasi Bendung Sutami di DAS Brantas

Gambar 3.3 Tampak Atas Bendungan Sutami


Bendungan dan bendungan Karangkates yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta
I (PJT I) yang berkedudukan di Kota Malang ini mempunyai luas keseluruhan
sekitar 6 hektar. Air bendungannya hanya berasal dari Sungai Brantas yang
semakin hari bertambah keruh dan kotor karena polusi. Hal ini menyebabkan
beberapa tahun yang lalu banyak ikan di Bendungan Karangkates mati karena
kekurangan oksigen. Menurut Ir Tjoek Walujo Subijanto (Direktur Pengelolaan
Sungai Brantas), oksigen yang menipis itu merupakan dampak dari polusi limbah
cair berbahaya yang berasal dari deterjen dan limbah industri yang merangsang
berkembang biaknya tumbuhan algae.

25

Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Sutami merupakan dua diantara sebelas
unit kegiatan usaha inti dari Unit Pembangkitan (UP) Brantas. UP Brantas secara
keseluruhan mempunyai 25 unit pembangkit (turbin) dengan daya total sebesar
274.88 MW yang dapat menyediakan energi listrik 1 200 GWh per tahun. PLTA
yang dikelola UP Brantas tersebar di tujuh daerah tingkat II wilayah Propinsi
Jawa Timur. Dari susunan organisasi, UP Brantas dibawah PT Pembangkitan Jawa
Bali (PT PJB). UP Brantas berperan sebagai pengoperasi pembangkit untuk
menghasilkan energi listrik, sedangkan harga daya listrik ditetapkan oleh PT PJB.
PT PJB selain mengelola PLTA juga mengelola Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Produksi daya listrik yang dikelola oleh PT PJB untuk memenuhi permintaan
konsumen akhir di setengah wilayah Pulau Jawa dan keseluruhan wilayah
Propinsi Bali. Ditinjau dari penguasaan sumberdaya untuk menghasilkan output
(daya listrik) dan sebaran wilayah konsumen akhir.
Selanjutnya lepas dari masalah itu, yang jelas Bendungan Karangkates
memiliki tiga turbin dengan kapasitas terpasang 3x35 megawatt (MW) dan
mampu memproduksi listrik sekitar

400 juta kwh per tahun. Selain itu,

Bendungan Karangkates saat ini juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan
olahraga, terutama bagi masyarakat yang berasal dari Malang dan Kediri. Konon,
hijaunya pepohonan serta suasananya yang tenang, membuat banyak orang
tertarik untuk berkunjung ke sana, walau terkadang harus diselingi oleh bau tak
sedap dari sampah yang mengapung di bendungan.
3.1.3 Profil Bendungan Sutami
A. Informasi Umum
Lokasi

: Kabupaten Malang, Jawa Timur

Kontraktor

: Nichimen/Sakai/Toshiba

Konsultan

: Nippon Koei

Pengelola

: Perum Jasa Tirta I

26

B. Manfaat
Adapun manfaat pembangunan Bendungan Sutami adalah sebagai berikut :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
2. Pengendali banjir, mengurangi debit banjir periode 1000 tahun dari 4200
m3/detik menjadi 1580 m3/detik, mengurangi debit bajir periode 200 tahun
dari 3000 m3/detik menjadi 1060 m3/detik, dan mengendalikan bajir periode
10 tahun dari 1540 m3/detik menjadi 350 m3/detik
3. Irigasi, memberikan tambahan debit untuk daerah hilir Karangkates
4. Pengembangan perikanan darat dan pariwisata
C. Data Teknis
Tipe bendungan

: Rockfill

Tinggi bendungan

: 97,5 m

Panjang

:820 m

Volume normal bendungan

: 343 juta m3

Catchment area

: 2.050 km2

Spillway capacity

:1.600 m3/detik

Elevasi muka air normal

:+ 272,5 m

Elevasi muka air banjir

:+ 277 m

Kedalaman maksimum

: 31 meter

Ketinggian permukaan

: 297 meter

Luas permukaan

: 15 km2

Volume air

: 343.000.000 m3

Daerah pengumpulan air

: 2050 km2

Gambar 3.4 Bendungan Sutami

27

Gambar 3.5 Gardu Pembangkit Listrik Bendungan Sutami


3.2 Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Menjadi Tenaga Listrik (PLTA)
Bendung Sutami
Air dari sungai sungai Berantas dengan system PLTA menggunakan kolam
tando (reservoir) dimana aliran sungai yang masuk melalui pintu intake yang
memiliki katup pengaman sebagai katup pengatur intake akan dibendung sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitas bendung yang direncanakan. Selanjutnya untuk
pengolahan sebagai PLTA maka air yang sudah ditampung tadi sebagaian akan
dimanfaatkan lalu dialirkan ke penstock melalui headrace tunnel. Adapun fungsi
penstock dalam komponen PLTA adalah untuk mengalirkan air yang masuk dari
intake menuju turbin. Akan tetapi dalam perencanaan penstock ini juga perlu
dilakukan secara cermat karena . Aliran fluida pada penstock mempengaruhi
unjuk kerja sebuah turbin. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penstock
untuk PLTA adalah diameter. Semakin kecil diameter maka kecepatan air dalam
penstock akan semakin besar untuk debit yang sama.
Sementara itu juga terdapat surge tank pada komponen PLTA. Fungsi surge
tank berfungsi sebagai pengaman tekanan air yang tiba-tiba naik saat katup pintu
intake ditutup. Setelah air masuk menuju penstock maka air menuju turbin. Akan
tetapi sebelum masuk ke turbin debit air dikontrol oleh main stop valpe. Setelah
air masuk maka turbin akan mengubah energi potensial air menjadi energi gerak.
Hasil dari turbin akan menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik.

28

Selanjutnya main transformer akan mengconverter listrik yang dihasilkan


oleh turbin menjadi listrik untuk ditransmisikan. Transmission line berfungsi
sebagai penyalur energi listrik ke konsumen. Adapun proses pengolahan energi
potensial air menjadi energi listrik dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.6 Proses Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik
1. Aliran sungai dengan jumlah debit air yang demikian besar ditampung
dalam bendungan yang ditunjang dengan bangunan bendungan .
2. Air tersebut dialirkan melalui saringan Power Intake
3. kemudian masuk ke Pipa Pesat (Penstock) untuk merubah energi potensial
menjadi energi kinetik.
4. Pada ujung pipa pesat dipasang Katup Utama (Main Inlet Valve) untuk
mengalirkan air ke turbin. Katup utama akan ditutup otomatis apabila
terjadi gangguan atau di stop atau dilakukan perbaikan/pemeliharaan
turbin.
5. Air yang telah mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik)
dirubah menjadi energi mekanik dengan dialirkan melalui sirip-sirip
pengarah (sudu tetap) akan mendorong sudu jalan/runner yang terpasang
pada turbin .
6. Energi putar yang diterima oleh turbin selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan generator (7) yang kemudian menghasilkan tenaga listrik.

29

7. Air yang keluar dari turbin melalui Tail Race selanjutnya kembali ke
sungai .
8. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator, tegangannya masih rendah .
Oleh karena itu, tegangan tersebut terlebih dahulu dinaikkan dengan Trafo
Utama untuk efisiensi penyaluran energi dari pembangkit ke pusat beban.
Tegangan tinggi tersebut kemudian diatur/dibagi di Switch Yard
9. Apabila terjadi banjir maka kelebihan air tersebut akan dibuang melalui
pintu pelimpas otomatis (spillway).

30

3.3 Flow Chart Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik
Mulai

Air dari Dam


Utama
Intake

Dam Cadangan

Penstock

Main Inlet Valve


Turbin
Generator

Transformer
Pendistribusian

Selesai

31

3.4 Analisis Permasalahan Terhadap Pengendalian Debit Maksimum Atau


Minimum Pada Bendungan - PLTA Sutami
Pada musim penghujan biasanya curah hujan terjadi sangat berlimpah.
Akibatnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara air yang masuk (inflow)
dengan kapasitas debit yang direncanakan. Dengan demikian diperlukan suatu
langkah khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini pernah terjadi
seperti pada tahun Mei 2006 di bendungan Sutami mengalami elevasi air tertinggi,
yaitu 272,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Adapun batas terendah PLTA
untuk bisa beroperasi dan menghasilkan pembangkit listrik tenaga air adalah 253
(mdpl).
Dengan demikian alternative yang dapat diambil untuk penanganan masalah
tersebut adalah dengan mengalirkan.
Air

Intake

Penstock

Turbin

Reservoar

Pembangkit listrik tenaga air bekerja dengan cara mengalirkan air dari
dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada teknologi baru yang dikenal
dengan pumped-storage plant .
Pumped-storage plant memiliki dua penampungan yaitu:

Bendungan Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA konvensional.


Air dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan listrik.

Bendungan cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin


ditampung di lower reservoir sebelum dibuang disungai.

Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir akan di pompa ke upper
reservoir sehingga cadangan air pada Bendungan utama tetap stabil.
Sedangkan permasalahan yang mungkin muncul ketika musim kemarau
adalah terjadi kekurangan debit air yang masuk ke bendungan (inflow) atau
kondisi elevasi aktual debit inflow ke bendungan mengalami penurunan.
Permasalahan kekurangan debit inflow di bendungan Sutami selama ini memang
tidak sampai menimbulkan kekurangan pasokan listrik namun pada beberapa
tahun sebelumnya sempat terjadi krisis listrik sehingga fungsi dan peranan PLTA
menjadi terhambat. Dikarenakan kurangannya pasokan air sehingga menyebabkan
PLTA tidak dapat beroperasi dengan maksimal. Oleh karena itu perlu adanya suatu
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu cara penanganan
32

permasalahan kekurangan debit inflow ini dapat dilakukan dengan cara teknis dan
non teknis. Adapun cara teknis dapat dilakukan melalui pembangunan Dam
cadangan. Sedangkan cara non teknis dapat ditempuh melalui pengadaan
pemadaman listrik secara bergilir kepada masyarakat.
Selanjutnya penanganan jangka pajang juga dapat dilakukan dengan
pengelolaan sumberdaya di daerah tangkapan air bendungan di dam Sutami sebab
selama ini terjadinya kekurangan debit inflow di bendungan Sutami salah satunya
diakibatkan karena adanya sedimentasi yang cukup tinggi. Adapun pengelolaan
sumberdaya di daerah tangkapan air bendungan di dam Sutami berdasarkan pada
ketentuan berikut ini :
1. Letak dan Kondisi fisik
Secara geografis bendungan sutami terletak di bagian hilir bendungan
sengguruh yang membendung kali brantas dan kali lesti. Bendungan
sengguruh ini berfungsi melindungi bendungan Sutami dari sedimentasi.
Penurunan tingkat sedimen kurang lebih sebesar 26%, yaitu dari 6,93 juta
m3/th menjadi 1,79 juta m3/th (socheh, 2002). Apabila bendungan sengguruh
dalam keadaan tidak beroperasi (penuh sedimen), kenaikan tingkat sedimen
bendungan Sutami meningkat menjadi tiga kali lipat, yakni dari 1,79 juta
m3/th menjadi 5,38 juta m3/th.
2. Tataguna Lahan, Erosi dan Hidrologi
Luas DTA Bendungan sengguruh-sutami adalah 177.030 ha yang
tersebar di 1.897 unit SPL (Satuan Pengelolaan Lahan). Luas lahan budidaya
intensif (58%) relatif seimbang dengan lahan non-budidaya intensif (42%).
Jenis penggunaan lahan yang tergolong dalam non-budidaya intensif dijumpai
berbagai tanaman tahunan dan semusim. Pada lahan budidaya intensif
terdapat lima jenis tanaman tahunan (tebu, kopi, cokelat, apel, dan jeruk) serta
terdapat 12 pola tanam yang terdiri dari kombinasi antar tanaman pangan dan
tanaman sayuran.
3. Erosi DAS hulu dan pendangkalan bendungan
Terdapat tiga proses sedimentasi, yaitu tahap produksi, transportasi dan
pengendapan. Sedimen di bendungan Sutami terdiri atas 54.08% pasir, 5,33%
lempung, 12.15% lempung, maka berat jenis sedimen adalah 0,94639.
Beberapa metode pemantauan kerusakan DAS secara empiris yaitu metode:

33

1. Pemantauan langsung dari angkutan sedimen pada suatu pos duga


air secara kontinyu dan berkala,
2. Perkiraan erosi permukaan denganmenggunakan formula universal
soil loss equation (USLE),
3. Model kombinasi erosi dan transport sedimen.
4. Penanganan sedimen
Penanganan sedimen di kali brantas dirumuskan dalam tiga kelompok
menurut dimensi waktu, yakni tindakan yang bersifat jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
Jangka pendek
Penanganan jangka pendek ini lebih ditekankan pada pengambilan langkah
korektif di lapangan yang hasilnya segera terihat dalam waktu singkat.
Terdapat dua bentuk tindakan jangka pendek, yaitu 1) pengerukan
langsung endapan sedimaen di bendungan dan 2) penggelontoran endapan

sedimen di bendungan.
Jangka menengah
Penanganan jangka menengah dimaksudkan untuk melakukan langkah
korelatif sekaligus preventif. Kegiatan yang termasuk dalam tindakan
jangka menegah adalah pembuatan bangunan fisik penahan sedimen dan
pembangunan saluran bypass. Bangunan fisik fisik penahan sedimen

terdiri atas Sabo dam, Check Dam, dan Kantong pasir.


Jangka panjang
Penanganan jangka panjang diambil dengan mengambil langkah preventif
yang bertujuan mencegah erosi dan sedimentasi di kemudian hari.
Tindakan ini meliputi aktifitas penghutanan kembali dan pengendalian
erosi. Penghutanan kembali bertujuan untuk menahan terlepasnya partikel
tanah serta menerapkan metode penghijauan yang bersifat melindungi
tanah.

34

3.5 Grafik Hubungan Curah Hujan dan Debit Inflow Rerata Tahunan Musim Hujan Pada Sub Das Sutami

35

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi
listrik. Energi listrik yang dibangkitkan dari ini biasa disebut sebagai
hidroelektrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sutami merupakan dua diantara
sebelas unit kegiatan usaha inti dari Unit Pembangkitan (UP) Brantas. UP Brantas
secara keseluruhan mempunyai 25 unit pembangkit (turbin) dengan daya total
sebesar 274.88 MW yang dapat menyediakan energi listrik 1.200 GWh per tahun.
Untuk PLTA sutami sendiri menghasilkan

daya 2 x 35.000 kWh (400juta

kWh/tahun) dengan menggunakan tiga turbin.


Untuk mengatasi debit puncak dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi baru yang dikenal dengan pumped-storage plant. Sedangkan untuk
mengatasi debit minimum pada musim kemarau dapat diatasi dengan membangun
Dam cadangan dan mengadakan pemadaman bergilir serta untuk penanganan
jangka pajang dapat dilakukan dengan pengelolaan sumberdaya didaerah
tangkapan air bendungan di dam Sutami.

4.2 Saran
Penggunaan pembangkit listrik tenaga air harus dikembangkan karena air
dimuka bumi masih banyak sehingga dapat menghemat minyak bumi.
Penggunaan air untuk pembangkit listrik juga bisa dikembangkan dengan
Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dimana prinsip kerjanya hampir
sama dengan PLTA yaitu menggunakan air sebagai sumber energi penggerak

36

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ecoton.or.id
http://www.wisatanesia.com/2010/05/bendungan-karangkatesmalang.html#ixzz17sPkDPht
http://doctor-iman.blogspot.com/2010/10/cara-kerja-plta.html
http://www.jasatirta1.co.id/haspem.php?
subaction=showfull&id=1191737150&archive=&start_from=&ucat=5&

37

You might also like