You are on page 1of 11

I.

II.

III.
IV.
V.

Judul Percobaan
: Titrasi Penetralan dan Aplikasinya
Tujuan Percobaan :
1. Membuat dan menentukan standarisasi larutan asam
2. Membuat dan menentukan standarisasi larutan basa
3. Menentukan kadar H2SO4 dalam accu zuur
Tanggal Percobaan : Senin, 24 November 2014 pukul 07.00 WIB
Selesai Percobaan : Senin, 24 November 2014 pukul 12.00 WIB
Dasar Teori:
Titrasi Penetralan
Asidi alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa
untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga
dikatakan sebagai reaksi antara donor proton ( asam ) dengan penerima
proton

H+

basa

OH-

).

H2O

Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap


senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan
asam, sebaliknya alakalimetri adalah penetapan kadar-kadar senyawasenyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan basa. Untuk
menetapkan titik akhir proses netralisasi ini digunakan indikator.
Menurut W.Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks
dalam bentuk asam atau basa yang mampu berada dalam keadaan dua
macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna
dari bentuk satu kebentuk yang lainnya pada konsentrasi H + tertentu
dan pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan
melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting ialah
perubahan pH pada saat dan disekitar titik ekuivalen karena hal ini
berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi
sekecil-kecilnya.

Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan


garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan
terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda

dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang
memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah
ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau
penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen
dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekuivalen reaksi.
Titik ekuivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat bereaksi
habis dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekuivalen pada
reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan
pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan
titik ekuivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil
reaksi.

Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan


konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan
konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara
penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan
menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi
menyangkut titrasi asam-basa maka disebut titrasi asidi-alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah ( basa bebas ) dengan
suatu asam standar ( asidimetri ), dan titrasi asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah ( asam bebas ) dengan
suatu basa standar ( alkalimetri ). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion
hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi reaksi
tersebut.
Prinsip

Titrasi

Asam

Basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekivalen. Keadaan ini disebut sebagai titik ekivalen. Pada saat titik
ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.

Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer


maka

kita

bisa

menghitung

kadar

titran.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga
tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan
dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan
sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan

warna

indikator

Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah
warna indikator dalam keadaan transisinya.
Reaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi
asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral.
Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai
berikut
aA + tT produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk
menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut
salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah
diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu
pula mol equivalennya juga berlaku sama.
ntitran = nanalit
neq titran = neq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi
larutan ke dua.

Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa


persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan
tidak adanya reaksi sampingan
2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik
ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi
tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi
perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik
ekivalensi.
3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik
ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode
instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran
4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan hanya beberapa menit.
Jenis-jenis titrasi penetralan
a. Penetralan asam kuat oleh basa kuat
Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit, kemudian
terjadi perubahan yang cukup drastis pada sekitar titik ekivalen. Titik
ekivalen terjadi pada saat pH larutan 7, dimana asam dan basa tepat
habis bereaksi. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan
indikator metil merah, bromtimol biru atau fenolftalein. Indikatorindikator tersebut menunjukkan perubahan warna pada sekitar titik
ekivalen. Fenolftalein lebih sering digunakan karena memberikan
perubahan warna yang lebih tajam disekitar titik ekivalen.

b. Penetralan asam lemah oleh basa kuat

Titik ekivalen berada diatas 7, yaitu antara 8 dan 9. Lonjakan


perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3
satuan, yaitu antara pH 7 sampai pH 10. Sebagai indikator
digunakan fenolftalein, karena jika menggunakan metil merah akan
terjadi perubahan warna sebelum tercapai titik ekivalen.

c. Penetralan basa lemah oleh asam kuat.


Titik ekivalen berada dibawah 7, lonjakan perubahan pH pada
sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan, yaitu antara
pH 7 sampai pH 4. Sebagai indikator digunakan metil merah
(trayek ; 4,2 - 6,3)

Indikator PP dan metil jingga


a. Indikator PP
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan,
dan fenolftalein ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada
kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah
muda terang. Contoh indicator phenolphtalein Penambahan ion
hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion
hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang
mengarah ke kanan untuk menggantikannya mengubah indikator
menjadi merah muda.Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena
pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan
warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya
dengan akurat.

b. Indikator metil jingga

Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan


dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna
kuning. Ketika menambahkan asam, ion hidrogen akan ditangkap
oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk
memulainya. Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu
ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen . Pada kasus
jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan
kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 mendekati
netral.
Petunjuk Pemilihan Indikator
1. gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain;
2. asam kuat dititrasi dengan basa kuat menggunakan indikator
merah metil, fenolftalein, jingga metil;
3. asam kuat dititrasi basa lemah menggunakan indikator merah
metil;
4. basa kuat dititrasi asam lemah menggunakan indikator PP;
5. asam lemah dititrasi basa lemah tidak ada inidikator yang dapat
digunakan;
6. lebih mudah mengidentifikasikan warna yang timbul daripada
warna yang hilang.
Perubahan warna indikator terjadi karena:
1. indikator merupakan senyawa asam/basa organik lemah, sehingga
larutan terjadi kesetimbangan pengionan;
2. warna molekul-molekul indikator berbeda dengan ion-ionnya;
3. menentukan keberadaan PH tinggi, PH rendah atau PH sedang
tergantung besar-kecilnya Ka/Kb indikator;
4. terjadinya trayek karena terjadinya kesetimbangan pengionan dan
kemampuan mata membedakan warna terbatas.
Larutan standar primer
Dalam praktik laboratorium umumnya digunakan larutan dari asam
dan basa dengan konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi
dengan larutan standar primer. Reaksi antara zat yang dipilih sebagai
standar utama dan asam atau basa harus memenuhi syarat-syarat untuk

analisis titrimetri. Selain itu, standart utama harus memenuhi


karakteristik sebagai berikut:
1. tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01
sampai 0,02 %, dan diuji adanya pengotor dengan uju kualitatif yang
diketahui kepekaannya.
2. zat tersebut mudah mengering dan tidak terlalu higroskopis, hal itu
mengakibatkan air akan ikut saat penimbangan. Zat itu tidak boleh
kehilangan berat saat terpapar di udara. Pada umumnya hidrat-hidrat
tidak digunakan sebagai standar utama.
3. standar utama sebaiknya memiliki berat ekivalen tinggi, bertujuan
untuk meminimalkan akibat-akibat dari kesalahan saat penimbangan.
4. asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun,
asam basa lemah dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa
kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar itu akan
digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa lemah.
Contoh bahan standar utama adalah
1. (KHC8H4O4) Kalium hidrogen falat, umumnya dipakai untuk larutan
basa.
2. asam sulfamat (HSO3NH2) untuk menstandarisasi basa kuat
3. kalium hidrogen iodat [KH(IO3)2] untuk larutan basa
4. asam sulfosalisilat untuk larutan basa
5. basa organik tris (hidroksimetil) aminometana (CH2OH)3CNH3 biasa
disebut TRIS atau THAM untuk standarisasi asam
6. natrium karbonat (Na2CO3) untuk standarisasi asam kuat

Berbagai zat asam dan basa, baik anorganik maupun organik dapat
ditentukan dengan titrasi asam-basa, diantaranya nitrogen, belerang,
boron, karbonat, gugus fungsi organik, dan lain-lain.
Penentuan nitrogen dilakukan dengan titrasi amonia dengan asam kuat.
Jika amonia terdapat sebagai garam amonia dengan oksidasi -3 amonia
dibebaskan dengan penambahan basa kuat. Sampel tersebut dipanaskan
dalam labu destilasi dengan basa berlebih kemudian baru dititrasi.
Larutan standar primer asam oksalat dan larutan standar
sekunder NaOH
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku
primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat
padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam
divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam
normalnya. .berat ekivalen asam oksalat adalah 63.
Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus
ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada
percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku
sekundere adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku
sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal
sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non polar lainnya.

NaOH
Nama sistematis
Nama lain
Rumus Molekul

Natrium hidroksida
Soda kaustik
NaOH

Densitas
Titik leleh
: Titik didih
Kelarutan dalam air
Massa molar
Penampilan
Titik nyala

2,1 g/ cm3, padat


318oC (591 K)
1390oC (1663 K)
111 g/ 100 mL (20oC)
39,9971 g/mol
zat padt putih
tidak mudah terbakar

Aplikasi titrasi Penetralan


Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga
hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen
penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan pH yang
sangat besar. Perubahan pH yang sangat besar ini seringkali dideteksi
dengan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu suatu senyawa
(organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu.
Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi
perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering diasamkan dengan titik ekivalen,
walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil.
Bermacam-macam zat asam dan basa, baik organik maupun
anorganik dapt ditentukan dengan titrasi asam-basa. Juga banyak
contoh yang analitnya dapat diubah secara kimia menjadi asam atau
basa dan kemudian ditentukan kadarnya dengan titrasi asam basa.
Contohnya H2SO4 dalam accu zuur.
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang
kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utama industri kimia. Dalam keadaan murni, cairan asam sulfat (H2SO4
) tidak berwarna danmemiliki viskositas tinggi (Housecroft dan

Sharpe, 2005: 459). Didalam air,asam sulfat (H 2SO4) merupakan asam


kuat menurut persamaan reaksi (1).Didalam larutan encer, asam sulfat
(H2SO4) dapat mengalami reaksinetralisasi dengan basa (contoh: KOH),
sesuai dengan persamaan (2) :

H2SO4 merupakan jenis asam kuat yang umumdigunakan dalam


produk kimia rumah tangga . Produk rumah tangga yangmengandung
asam sulfat antara lain pembersih toilet, pembersih logam,cairan baterai pada
automotif, amunisi dan pupuk, serta air aki padaautomotif. Salah satu produk
yang mengandung asam sulfat (H2SO4) adalah aki Zuur . Aki Zuur berisi
cairan asam sulfat (H2SO4). Konsentrasi asam sulfatdalam air aki Zuur
ini dalam keadaan encer dan kandungannya di pasaran berbeda-beda.
Umumnya, konsentrasi asam sulfat dalam aki Zuur adalahsebesar 30%
dengan berat jenis sebesar 1,28 Kg/L dan pelarut 100% air murni.
Asam

sulfat

bersifat

akanmenyebabkan

korosif,

gatal-gatal,

jika

jika

kontak

kontak dengan

dengan

kulit

mata

dapat

menyebabkan iritasimata, serta gangguan lain pada tubuh. Bahaya


H2SO4 terhadap kesehatan tergantung pada konsentrasi larutannya, <
10% bersifat iritan dan >10%bersifat korosif.Penentuan konsentrasi
asam sulfat (H2SO4) dalam aki Zuur dilakukandengan metode titrimetri
yang merupakan cara analisis kuantitatif yangdidasarkan pada prinsip
stoikiometri reaksi kimia . Metodetitrimetri yang dilakukan, didasarkan pada
prinsip netralisasi yaitu asidi-alkalimetri. Pada praktikum yang dilakukan,
terjadi reaksi netralisasi antaraanalit (titer) asam sulfat (H2SO4) yang
dititrasi dengan titran NaOH yang telahdiketahui konsentrasinya
menurut persamaan (3) berikut:

Daftar Pustaka

Asuwojo, Mardian. 2008. Titrasi Penetralan Asidi-Alkalimetri. http://mardianasuwojo.blogspot.com/2008/09/titrasi-penetralan-asidi-alkalimetri.html


(online). Diakses pada 29 November 2014
Dadari,

Dian

Wulan.

2010.

Titrasi

Penetralan

dan

Aplikasinya.

http://diantox.blogspot.com/2010/01/titrasi-penetralan-dan-aplikasinyaby.html (online). Diakses pada 29 November 2014


Day, R.A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Pengomplekan,

Titrasi.

2012.

Titrasi

Penetralan

http://titrasipenetralandanaplikasinya.blogspot.com/

dan

Aplikasinya.

(online). Diakses

pada 29 November 2014


Penyusun, Tim. 204. Panduan Praktikum Kimia Analitik 1 Dasar-dasar Kimia
Analitik. Surabaya: FMIPA UNESA
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Ke Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

You might also like