You are on page 1of 12

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65

Desember 2013

ISSN: 2338-0950

PEMANFAATAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG (Zea Mays)


UNTUK PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN SEL RAGI AMOBIL
SECARA BERULANG
Dewi Indriany1, Mappiratu2, dan Nurhaeni2
Lab. Penelitian Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako

ABSTRACT
Study about the Utilization of corn cob waste (Zea mays) for Bioethanol production using
immobilized yeast cells repeated used has been done. The aim of this research was to find
both the ratio of sulfuric acid to corn cob wheat and the hydrolysis time in order to get the
high sugars content, and to know the activity of the immobilized yeast cell for alkohol
content during repeated use. It was done by apply 5 levels of surfuric acid (50%) ratio to
corn cob wheat and 5 levels of hydrolysis. It was 1 : 1 (A), 2 : 1 (B), 3 : 1 (C), 4 : 1 (D), and 5
: 1 (E) based on v/b and 0,5; 1; 1,5; 2; and 2,5 hours respectively.
The result showed that the best ratio of sulfuric acid to corn cob wheat was 5 : 1 (v/b), it
produced the sugars content for about 41,63%. While the best hydrolysis time was 1,5 hours
and it gaved 43,75% of sugars content. The sugar Fermentation was done in 48 hours. The
activity of immobilized yeast cell using sulfuric acid hydrolysis product getting decreased in
repeated used, and there was no alcohol producted at the fourth time of immobilized yeast
cell used.
Keywords: Bioethanol, corn cob waste, hydrolysis, cell immobilization.
ABSTRAK
Penelitian mengenai Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea mays) Untuk Produksi
Bioetanol Menggunakan Sel Ragi Amobil Secara Berulang telah dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan rasio asam sulfat 50% terhadap tepung tongkol jagung dan
waktu hidrolisis yang menghasilkan kadar gula yang tinggi, serta mengetahui aktivitas sel
ragi amobil terhadap kadar alkohol selama penggunaan berulang. Pencapaian tujuan
dilakukan melalui penerapan perlakuan pengaruh rasio asam sulfat 50% terhadap tepung
tongkol jagung dan waktu hidrolisis terhadap kadar gula total yang dihasilkan, serta
fermentasi gula menggunakan sel ragi secara berulang. Pada pengaruh rasio asam sulfat 50%
terhadap tepung tongkol jagung diterapkan lima tingkatan masing-masing 1 : 1 (A), 2 : 1 (B),
3 : 1 (C), 4 : 1 (D), dan 5 : 1 (E) atas dasar volume per berat (v/b), sedangkan pengaruh waktu
hidrolisis diterapkan lima tingkatan masing-masing 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5
jam.
Dari hasil penelitian diperoleh rasio asam sulfat 50% terhadap tepung tongkol jagung yang
baik diterapkan untuk proses hidrolisis sellulosa tepung tongkol jagung adalah pada rasio 5 :

54

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013

ISSN: 2338-0950

1 (v/b) menghasilkan kadar gula total sebesar 41,63%. Penggunaan waktu hidrolisis yang
baik diterapkan untuk proses hidrolisis sellulosa tepung tongkol jagung dengan asam sulfat
50% adalah pada 1,5 menghasilkan kadar gula sebesar 43,75 %. Fermentasi gula hasil
hidrolisis dilakukan pada suhu ruang selama 48 jam. Sel ragi amobil dalam fermentasi
alkohol menggunakan produk hidrolisis asam sulfat mengalami penurunan aktivitas pada
penggunaan berulang, dan pada penggunaan yang keempat kali, tidak ditemukan adanya
alkohol dalam arti hanya dapat digunakan selama tiga kali pengulangan.
Kata Kunci : Bioetanol, tongkol jagung, hidrolisis, immobilisasi sel.
I.

yang dapat diubah menjadi etanol adalah

PENDAHULUAN
Seiring

dengan

pertumbuhan

bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam

penduduk, pengembangan wilayah, dan

beberapa dekade terakhir, menjadi salah

pembangunan

tahun,

satu obyek penelitian yang menarik untuk

kebutuhan akan pemenuhan energi listrik

mengetahui potensi dari bahan bahan

dan juga bahan bakar secara nasional pun

lignoselulosa dalam memproduksi etanol

semakin besar. Selama ini kebutuhan

(Wiratmaja,dkk, 2011).

dari

tahun

ke

energi dunia dipenuhi oleh sumber daya

Bahan

lignoselulosa

merupakan

tak terbarukan seperti minyak bumi dan

biomassa yang berasal dari tanaman

batu bara. Energi tersebut tidak selamanya

dengan komponen utama lignin, selulosa,

bisa

dan

mencukupi

seluruh

kebutuhan

hemiselulosa.

Salah

satu

proses

manusia dalam jangka waktu yang panjang

konversi bahan lignoselulosa yang banyak

mengingat cadangan energi yang semakin

diteliti

lama semakin menipis dan juga proses

lignoselulosa menjadi etanol yang dapat

produksinya yang membutuhkan waktu

digunakan untuk

jutaan tahun. Perlu adanya energi alternatif

bakar bensin untuk keperluan transportasi

untuk

(Hermiati,dkk, 2010).

mencukupi

kebutuhan

manusia

dengan cara memanfaatkan biomassa,

adalah

Salah

satu

proses

konversi

mensubstitusi

limbah

bahan

pertanian

senyawa organik maupun limbah untuk

berlignoselulosa yang dapat digunakan

dikonversi menjadi energi yang bersifat

sebagai bahan baku pembuatan bioetanol

dapat diperbaharui (Arias dan Astriana W,

adalah limbah jagung. Limbah jagung

2011).

meliputi jerami dan tongkol. Penggunaan


Sumber bahan baku potensial yang

ketersediaannya

melimpah,

jerami jagung semakin populer untuk

berharga

makanan ternak, sedangkan untuk tongkol

murah, belum banyak dimanfaatkan orang

belum ada pemanfaatan yang bernilai

dan mengandung struktur gula sederhana

ekonomi (Richana dan Suarni, 2010).

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
55

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013

ISSN: 2338-0950

Tongkol jagung mengandung selulosa

yaitu dengan cara hidrolisis menggunakan

sekitar

asam

44,9

%.

Umumnya

jagung

menjadi

gula-gula

sederhana

mengandung kurang lebih 30 % tongkol

terutama heksosa (glukosa dan manosa)

jagung, sehingga akan menambah jumlah

(Subekti, H., 2006).

limbah tidak bermanfaat yang merugikan

Berdasarkan

lingkungan jika tidak ditangani dengan

Jenis
limbah
Batang
kayu daun
lebar
Batang
kayu daun
jarum
Daun
Tongkol
jagung
Kulit
kacang
Jerami
gandum
Ampas
tebu
Tandan
kosong
kelapa
sawit

proses

hidrolisis

konsentrasi

Selulosa
(%)

Lignin
(%)

40-55

24-40

18-25

dan

lama

oleh
waktu

yang digunakan akan menurunkan glukosa


yang dihasilkan karena glukosa yang
terbentuk akan terdegradasi lebih lanjut.
Lama waktu hidrolisis mempengaruhi

45-50

25-35

25-35

15-20

80-85

45

35

15

25-30

25-30

30-40

30

50

15

50

25

25

41,3046,50

25,3033,80

27,6032-50

proses degradasi selulosa menjadi glukosa


dan

juga

memepengaruhi

degradasi

glukosa sebagai produk. Waktu hidrolisis


yang melebihi waktu

optimum akan

mendegradasi glukosa menjadi komponenkomponen yang lebih sederhana yang


biasanya

bersifat

racun

terhadap

mikroorganisme (Syam,dkk, 2009).


Etanol yang merupakan salah satu
produk penting dalam bidang kesehatan
dan energi jua dapat dibuat menggunakan
metode

fermentasi.

dilakukan
dari

tongkol

hasil

jagung

samping

Proses

fermentasi

merupakan salah satu cara yang banyak

Fraksi selulosa sebagai komponen

merupakan

asam

dipengaruhi

hidrolisis. Peningkatan konsentrasi asam

Tabel 1. Kandungan selulosa, hemiselulosa, dan


lignin pada beberapalimbah pertanian
dan hasil hutan

terbesar

Ashadi

(1988), kadar glukosa yang dihasilkan dari

benar (Susilowati, 2011).


Hemis
elulosa
(%)

penelitian

dalam

dan

untuk
dunia

mendapatkan
industri

memanfaatkan

ekstraksi

etanol
dengan

kemampuan

mikroorganisme. Mikroorganisme yang

hemiselulosa, sebenarnya dapat dijadikan

digunakan untuk memproduksi etanol

salah satu bahan baku alternatif sebagai

dalam

sumber karbon untuk memproduksi etanol,

penelitian

ini

adalah

khamir

Saccaromices cerevisiae. Efisiensi proses

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
56

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
fermentasi

dapat

ditingkatkan

ISSN: 2338-0950

dengan

fermentasi, terjadi penurunan produksi

mengamobilisasi sel mikroorganisme yang

etanol sebesar 20,05% (Elevri dan Putra,

digunakan.

2006).

Amobilisasi

sel

bertujuan

untuk membuat sel menjadi berkurang

Menurut

Mappiratu,dkk

(1993)

ruang geraknya, namun dengan tetap

dalam penelitiannya mengenai produksi

mempertahankan

gula dari serbuk gergaji yang dilanjutkan

aktivitas

katalitiknya

(Aria, 2011).

dengan produksi alkohol menggunakan sel

Proses
dijalankan

fermentasi
adalah

yang

proses

amobil diperoleh hasil bahwa kondisi

umum

perlakuan yang memberikan kadar gula

fermentasi

tertinggi adalah ukuran partikel serbuk

konvesional menggunakan sistem batch.

gergaji 0,7 mm dan perbandingan serbuk

Fermentasi ini mempunyai kendala bahwa

gergaji : asam sulfat 70% : methanol : air =

konsentrasi etanol yang dihasilkan sangat


rendah

karena

terakumulasi

produksi

etanol

akan

1 : 2 : 2 : 4 atas dasar berat. Kondisi

yang

fermentasi yang menghasilkan alkohol

meracuni

tertinggi adalah pH medium 4,65 dan

mikroorganisme pada proses fermentasi.

perbandingan sel amobil : substrat = 1 : 0,5

Akumulasi dari produk terlarut yang

atas dasar berat serta waktu inkubasi 6

bersifat racun akan menurunkan secara


perlahan-lahan

dan

bahkan

jam.

dapat

Fermentasi menggunakan metode

menghentikan pertumbuhan serta produksi

imobilisasi ini, sangat efisien, karena

dari mikroorganisme (Minier dan Goma,

produk (etanol) dapat mudah dipisahkan

1982 dalam Mulyanto, dkk, 2009).

dari sel amobil. Selain itu, sel amobilnya

Menurut Youseff, dkk (1989) dalam

dapat digunakan kembali untuk produksi

Elevri dan Putra (2006) sel saccharomyces


cerevisiae
matriks

yang

teramobilisasi

Ca-alginat

masih

bioetanol selanjutnya.

dalam

Berdasarkan latar belakang tersebut,

mampu

perlu adanya upaya pemanfaatan tongkol

mengubah 85% gula menjadi etanol

jagung

selama 28 hari fermentasi sistem batch.

batang

cukup

baik

agar

dignakan

untuk

bioetanol

upaya tersebut, dua hal tertangani, yaitu

batang, penggunaan ulang ragi roti amobil


pengamobil

memproduksi

menggunakan sel ragi amobil. Dengan

Sementara pada bahan pengamobil agar

membuktikan bahan

untuk

akan pemanfaatan limbah dan pemenuhi


energi

terbarukan

dengan

efisien.

penggunaan ulang dengan pengulangan


selama lima kali, dimana setelah lima kali

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
57

cara

yang

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
II.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1

Waktu dan Tempat


Penelitian

ini

2.4.1 Persiapan Bahan Baku


Perlakuan awal terhadap tongkol

berlangsung

jagung meliputi pencucian, pengeringan,

pada

dan pengayakan. Pencucian dilakukan

bulan Februari sampai bulan juni 2013.

untuk menghilangkan bahan-bahan yang

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

terikut

Penelitian Kimia Jurusan Kimia, Fakultas

untuk

injector,

dalam

proses

untuk dihancurkan. Tahap penghancuran

sakarometer,

bertujuan

alcoholmeter, sheker, autoclave (hiclave

untuk

memperkecil

ukuran

tongkol jagung. Alat yang digunakan

HTV 50), blander (panasonic) dan alat-alat

adalah blender. Tongkol yang sudah

gelas (pyrex) yang umum digunakan

dihancurkan

dalam laboratorium kimia. Bahan-bahan

kemudian

diayak

menggunakan ayakan 60 mesh.

yang digunakan adalah limbah tongkol

2.4.2 Produksi Gula (Mappiratu,dkk,

jagung, asam sulfat, ragi roti, aquadest,

1993)

alginat, kalsium klorida, dan natrium

Pada tahap produksi gula dari

hidroksida.

tepung tongkol jagung dilakukan dengan

Rancangan Penelitian
ini

memudahkan

pada keadaan lembab tongkol jagung sukar

ayakan 60 mesh, kertas saring, pH meter

berbagai jenis perlakuan. Perlakuan yang

dirancang

dimaksud adalah :

menggunakan rancangan acak lengkap


(RAL) dengan melihat faktor penentuan
rasio asam sulfat 50% terhadap tepung
tongkol jagung dan waktu hidrolisis yang
menghasilkan kadar gula tertinggi.
2.4

tanah,

penggilingan serat tongkol jagung, karena

baskom plastik, neraca analisis, blender,

Penelitian

seperti

matahari langsung. Pengeringan dilakukan

Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan adalah talang,

2.3

tongkol

dilakukan dengan menggunakan sinar

Universitas Tadulako.

digital,

dalam

cangkang dan kotoran lain. Pengeringan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

2.2

ISSN: 2338-0950

Tahapan Cara Kerja Penelitian


Penelitian ini terdiri atas beberapa

tahap kerja, yaitu tahap persiapan bahan


baku, tahap produksi gula, imobilisasi sel
mikroba, dan tahap produksi bioetanol.
Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol
(Dewi Indriany et al.)
58

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013

ISSN: 2338-0950

3.1.1.1 Pengaruh Rasio Asam Sulfat

dilakukan proses netralisasi menggunakan

50% Terhadap Tepung Tongkol

natrium hidroksida untuk mempertahankan

Jagung

pH optimum, yaitu pH 4,5-5. Selanjutnya,

Perlakuan pengaruh rasio asam

larutan

50%

kalsium klorida untuk menghilangkan sisa

sulfat

terhadap

tongkol

jagung

hasil

netralisasi

ditambahkan

digunakan lima tingkatan rasio yang terdiri

sulfat yang ada pada larutan.

atas 1 : 1 (A), 2 : 1 (B), 3 : 1 (C), 4 : 1 (D),

3.1.2

Produksi

Bioetanol

dan 5 : 1 (E), atas dasar volume/berat

(Mappiratu,dkk, 1993)

(v/b). Tepung tongkol jagung terlebih

Tahapan kerja produksi bioetanol

dahulu ditambahkan asam sulfat 5% dan

dengan menggunakan sel amobil, diawali

disaring, sebelum dihidrolisis dengan asam

dengan tahapan kerja imobilisasi sel. Sel

sulfat 50% sesuai perlakuan. Tahap ini

amobil yang dibuat selanjutnya digunakan

dilakukan pada suhu ruang selama 2 jam,

untuk produksi bioetanol.

disertai

3.1.2.1 Imobilisasi Sel

pengadukan.

Parameter

yang

diamati adalah kadar gula dalam filtrat.

Sel

Penentuan kadar gula dilakukan dengan

imobilisasi

menggunakan sakarometer.

Sacharomises

3.1.1.2 Pengaruh Waktu Hidrolisis

bahan pengimobilsasi digunakan larutan

Perlakuan

pengaruh

waktu

yang

digunakan

adalah

dalam

sel

cereviceae,

khamir
sedangkan

alginate 2%. Pembuatan natrium alginate 2

hidrolisis terhadap kadar gula digunakan

lima tingkatan waktu pengadukan

ditambahkan

yang

adalah

natrium
100

alginat
ml

akuades

gram
dan

terdiri atas 1 jam (A), 2 jam (B), 3 jam (C),

dipanaskan hingga alginat larut. Campuran

4 jam (D), dan 5 jam (E). Rasio asam

ditutup dengan kapas dan disterilkan

sulfat 50% terhadap tongkol jagung (rasio

selama 15 menit. Larutan alginat yang

asam sulfat 50% / tongkol jagung) yang

telah dingin, dicampur dengan suspensi

digunakan diambil dari rasio asam sulfat

ragi roti (10 gram ragi ditambahkan

50% / tongkol jagung yang terseleksi dari

akuades 30 ml, diaduk hingga membentuk

tahap sebelumnya. Tahap ini dilakukan

larutan suspensi). Campuran dimasukkan

pada suhu ruang. Parameter yang diamati

ke dalam injektor, kemudian diteteskan ke

adalah kadar gula dalam filtrat. Penentuan

dalam larutan kalsium klorida 1M sambil

kadar

diaduk. Setelah itu amobil telah siap untuk

gula

dilakukan

dengan

menggunakan sakarometer.
Setelah dilakukan proses hidrolisis
menggunakan asam kuat, selanjutnya akan
Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol
(Dewi Indriany et al.)
59

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
digunakan

pada

proses

ISSN: 2338-0950

fermentasi

Kadar gula (%)

(Mappiratu,dkk. 1993).
3.1.2.2 Uji Aktivitas Sel Ragi Amobil
Perlakuan

ini

bertujuan

untuk

mengetahui aktivitas sel ragi amobil yang


telah dibuat pada tahap sebelumnya. Uji
aktivitas sel ragi amobil dilakukan dengan

60
40
20
0
1:01 2:01 3:01 4:01 5:01
Rasio asam sulfat 50 %
terhadap tepung tongkol jagung

cara penggunaan berulang sel amobil


dalam proses fermentasi alkohol. Rasio

Gambar 1

cairan (substrat) terhadap sel ragi amobil


yang digunakan adalah 1 : 1 atas dasar

Kurva hasil pengukuran kadar gula


dalam produk hidrolisis pada
berbagai rasio asam sulfat 50%
terhadap tepung tongkol jagung.

volume/berat (v/b). Waktu inkubasi yang

Hasil yang diperoleh (Gambar 1)

digunakan adalah 50 jam. Parameter yang

menunjukkan semakin tinggi penggunaan

diamati
medium.

adalah

kadar

Penentuan

dilakukan

dengan

etanol

dalam

asam sulfat 50% atau semakin meningkat

kadar

etanol

rasio asam sulfat 50% terhadap tepung

menggunakan

tongkol jagung semakin tinggi pula kadar

alkoholmeter.

gula yang dihasilkan. Kadar gula tertinggi


(41,63%) ditemukan pada penggunaan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

rasio asam sulfat 50 % terhadap tepung


3.1

Pengaruh Rasio Asam Sulfat 50%

tongkol jagung 5 : 1 atas dasar v/b, dan

Terhadap

kadar gula terendah (29,35%) terdapat

Tepung

Tongkol

Jagung

pada penggunaan rasio asam sulfat 50%

Untuk mengetahui rasio asam sulfat

terhadap tepung tongkol jagung 1 : 1 atas

50% terhadap tepung tongkol jagung yang

dasar v/b. Pola perubahan kadar gula pada

menghasilkan kadar gula yang tinggi,

peningkatan penggunaan asam sulfat 50 %

diterapkan lima tingkatan rasio masing

menyerupai pola perubahan kadar gula

masing 1 : 1, 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dan 5 : 1,

pada penggunaan asam sulfat dengan

atas dasar volume/berat (v/b).

konsentrasi yang meningkat. Fatmawati


dkk (2008) menemukan konsentrasi gula
total dalam produk hidrolisis meningkat
dengan meningkatnya konsentrasi asam

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
60

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
sulfat. Pada konsentrasi 0,9 % dihasilkan

3.2

kadar gula total 29,75 %.

ISSN: 2338-0950
Pengaruh Waktu Hidrolisis
Selain suhu dan konsentrasi asam

Hal ini diduga disebabkan semakin

sulfat, waktu reaksi juga berpengaruh

besar konsentrasi asam sufat maka proses

terhadap

pelarutan tepung tongkol jagung semakin

hidrolisis

cepat,

Untuk

sehingga

fasa

menjadi

lebih

kadar

gula

dalam

produk

dkk.,

2010).

pengaruh

waktu

(Gusmawarni
mengetahui

homogen dan reaksipun berlangsung lebih

hidrolisis tepung tongkol jagung dengan

cepat. Semakin benyaknya ion H+ juga

asam sulfat 50% terhadap kadar gula yang

akan

dihasilkan,

memperbanyak

kemungkinan

diterapkan

lima

tingkatan

terbentuknya asam konjugat (II), sehingga

waktu hidrolisis masing-masing 0,5 jam, 1

pemecahan ikatan semakin cepat seperti

jam. 1,5 jam, 2 jam, dan 2,5 jam.

yang terlihat pada mekanisme pemutusan

Kadar gula (%)

ikatan sellulosa pada gambar 2.


60
40
20
0
0.5

1.5

2.5

Waktu hidrolisis (jam)


Gambar 3

Gambar 2

Mekanisme hidrolisis selulosa dengan


asam (Xiang,dkk, 2003 dalam
Fatmawati,dkk, 2008)

Kurva hasil pengukuran kadar gula


dalam produk hidrolisis pada
berbagai waktu reaksi

Hasil yang diperoleh (Gambar 3)


menunjukkan peningkatan kadar gula pada
selang waktu hidrolisis 0,5 jam sampai 1,5

Berdasarkan analisis ragam dan hasil


analisis uji lanjut memberikan petunjuk

jam

perlakuan

belum

penggunaan waktu hidrolisis di atas 1,5

atau

jam. Hal ini diduga disebabkan karena

terdapat

pada waktu kurang dari 0,5-1,5 jam

yang

memberikan
optimum
peluang

diterapkan

hasil

dalam
kadar

arti
gula

maksimum
masih

meningkat

dan

glukosa

pada

cenderung

yang semula

konstant

belum

pada

banyak

penggunaan rasio asam sulfat 50 %

terbentuk mulai banyak terbentuk hingga

terhadap tepung tongkol jagung di atas 5 :

hasil maksimal pada waktu hidrolisis 1,5

1 atas dasar v/b.

jam. Pada waktu hidrolisis lebih dari 1,5

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
61

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013

ISSN: 2338-0950

jam, sebagian glukosa rusak karena reaksi

mencapai maksimum pada waktu reaksi

lanjut.

tertentu.

Pada penelitian ini kadar gula dalam

3.3

produk hidrolisis cenderung konstant pada

Berulang Sel S. cereviceae Amobil

penggunaan waktu hidrolisis di atas 1,5

Hasil analisis kadar etanol yang

Jam. Pada penggunaan waktu hidrolisis 1,5

terbentuk pada waktu fermentasi 5 jam

jam dihasilkan gula dengan kadar 43,75 %,

menunjukkan kadar etanol nol persen

sedangkan pada waktu hidrolisis 2 dan 2,5

dalam arti tidak terbentuk alkohol pada

jam dihasilkan gula dengan kadar masing-

waktu

masing 43,10 % dan 41,20 %. Nilai

peneliti

aktivitas sel ragi amobil. Berdasarkan hal


itu, maka diduga tidak terbentuknya

dalam penelitian ini. Peningkatan waktu

alkohol

reaksi dari 10 menit hingga 90 menit

pada

waktu

reaksi

jam

disebabkan karena adanya zat kimia

menit

produk hidrolisis dan adanya asam sulfat

menghasilkan kadar gula tertinggi (13,08

sisa yang menghambat aktivitas sel ragi

%) pada waktu reaksi 80 menit, dan

amobil. Menurut Taherzadeh dan Karimi

menurun menjadi 10,04 % pada waktu

(2007)

reaksi 90 menit. Menurut Gusmawarni

silulosa

termasuk

zat

yang

menghambat aktivitas sel ragi dalam

(2010) faktor penyebab penurunan kadar

proses fermentasi. Silulosa dapat terbentuk

gula pada penggunaan waktu reaksi 90

dari hasil hidrolisis hemiselulosa.

menit diduga disebabkan karena faktor


analisis,

oleh

bersifat racun atau bersifat menghambat

(2011)

menemukan hal yang sama dengan temuan

dalam

dilakukan

senyawa-senyawa kimia yang mungkin

karena faktor ketelitian dalam analisis.

ketelitian

yang

untuk menarik kelebihan asam sulfat dan

Perbedaan tersebut diduga disebabkan

10

dan

serbuk gergaji adalah penggunaan metanol

tidak signifikan, hanya sebesar 1,47 %.

waktu

menemukan

Mappiratu dkk., (1993) pada hidrolisis

hidrolisis 2 jam. Namun perbedaannya

selang

(1993)

Sementara

proses hidrolisis yang dilakukan oleh

pada perlakuan

tersebut adalah 41,63% dengan waktu

dengan

jam.

reaksi 5 jam, yakni 8,3 %. Perbedaan

50 % terhadap tepung tongkol jagung.

dkk.,

dkk.,

adanya etanol yang terbentuk pada waktu

temuan pada penggunaan rasio asam sulfat

Gusmawarni

fermentasi

Mappiratu

tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan

Kadar gula tertinggi

Kadar Alkohol Pada Penggunaan

Usaha yang dilakukan dalam proses

menurutnya

fermentasi adalah memperpanjang waktu

kadar gula harusnya tetap dalam arti

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
62

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
fermentasi,

yakni

fermentasinya

ISSN: 2338-0950

selulosa, tetapi nira aren. Elevri dan Putra

berlangsung selama 48 jam (relative sama

(2006)

dengan fermentasi sel ragi bebas). Hasil

menggunakan

yang diperoleh menunjukkan terdapat

pemrosesnya

alkohol dalam produk fermentasi sebesar

(Saccharomyces

9,0 %. Ketika digunakan ulang, hasil yang

menemukan terjadi penurunan produksi

diperoleh untuk pengulangan kedua dan

etanol sebesar 20,05 % setelah lima kali

ketiga masing-masing 7,0 % dan 4,0 %

penggunaan

(Gambar 4); sedangkan pada pengulangan

berlangsung selama 36 jam. Temuan

keempat tidak terdeteksi adanya alkohol.

tersebut masih lebih baik dibandingkan

Keadaan tersebut memberikan petunjuk sel

dengan temuan dalam penelitian ini, sebab

ragi amobil hanya dapat digunakan selama

dalam penelitian ini hanya bisa digunakan

tiga kali untuk produk hidrolisis yang

tiga kali pengulangan.

menggunakan asam sulfat 50 % tanpa

Kadar alkohol (%)

pencucian dengan metanol.


10
8
6
4
2
0

melakukan

fermentasi

molase

dan

adalah

PENUTUP

4.1

Kesimpulan

mikroba

ragi

roti

cereviceae),

dan

ulang.

IV.

alkohol

Proses

fermentasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat


disimpulkan:
1.
1

Rasio asam sulfat terhadap tepung


tongkol

jagung

berpengaruh

terhadap kadar gula yang dihasilkan.

Penggunaan ulang sel ragi amobil

Pada rasio asam sulfat 50 % terhadap


Gambar 4

tepung tongkol jagung 5 : 1 (v/b)

Kurva hasil pengukuran kadar


alkohol produk fermentasi pada
pengulangan satu sampai 4 kali

belum menghasilkan kadar gula


maksimal.
2.

Tri Widjaja dkk,(2008) menemukan

Waktu maksimum hidrolisis tepung

kadar alkohol dalam produk fermentasi

tongkol jagung dengan asam sulfat

bersinambung

pada

50 % berada pada waktu hidrolisis

penggunaan alginate sebesar 4 %. Mikroba

1,5 jam dengan kadar gula sebesar

yang digunakan Zymomonas mobilis yang

43,75

sebesar

1,53

diimobilisasi dengan kalsium alginate pada


berbagai
digunakan

konsentrasi.
bukan

Medium

produk

yang

hidrolisis

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
63

%.

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
3.

Sel ragi amobil dalam fermentasi


alkohol

menggunakan

Elevri, P.A. dan Putra, S.R., 2006,

produk

Produksi

Etanol

Saccharomyces

cerevisiae

yang

penurunan

pada

Diamobilisasi

dengan

Agar

pada

Batang, Akta Kimia Indonesia Vol.

penggunaan yang keempat kali, tidak

1 No. 2 April 2006: 105-114,

ditemukan adanya alcohol dalam arti

Jurusan

hanya dapat digunakan selama tiga

Surabaya.

aktivitas
berulang,

dan

kali pengulangan.

melakukan

2010,

penelitian

S.R.,

Budi,

M.S.P.,

faktor

Pisang,

Gula

Jurnal

Biofuel, STTNAS dan Jurusan

Universitas
2011,

Ulang

Kajian

Ragi

Dalam

T.C., Suparno, O., dan Prasetya,

Batch

B., 2010, Pemanfaatan Biomassa


Lignoselulosa Ampas Tebu untuk

Jurusan Kimia, FMIPA UNTAD,

Produksi Bioetanol, UPT BPP

Palu.

Biomaterial

Arias, G., dan Astriana W, E., 2011,

Pertanian

Variasi Kondisi Operasi Steam


Sawdust

Sebagai

Bahan

Mada,

Hermiati, E., Mangunwidjaja, D., Sunarti,

Bioreaktor

Sistem

Gajah

Yogyakarta.

Roti

Menggunakan Substrat Gula Pasir,

Pretreatment

Kimia

Teknik Kimia Fakultas Teknik

Gani.,

Fermentasi

Teknik

2010, 77-82. Grup Riset Energi

DAFTAR PUSTAKA

Amobil

Pereduksi

Indonesia Vol. 9 No. 3 Desember

penyebab

menurunnya aktivitas sel ragi amobil.

Penggunaan

Perbandingan

Terbentuk pada Hidrolisis Bonggol

dalam menghilangkan asam sulfat yang


sebagai

Pengaruh

Terhadap

menggunakan cara yang efisien dan efektif

Kayu)

ITS,

Berat Padatan dan Waktu Reaksi

asam sufat yang lebih rendah serta

S.A.

FMIPA

Sediawan, W.B., dan Hidayat, M.,

lanjut dengan menggunakan konsentrasi

diduga

Kimia

Gusmawarni,

Saran
Disarankan

Aria,

Menggunakan

hidrolisis asam sulfat mengalami

penggunaan

4.2

ISSN: 2338-0950

Bogor,

LIPI,
dan

Institut
Pusat

Penelitian Bioteknologi LIPI,

(Serbuk

Bandung.

Baku

Produksi Glukosa, Jurusan Teknik


Kimia FTI-ITS, Surabaya.

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
64

Online Jurnal of Natural Science, Vol 2(3) : 54-65


Desember 2013
Mappiratu, Alam, N., dan Muhardi, 1993,

Terbarukan,

Alkohol dan Obat Nyamuk Koil


dari

Limbah

Serbuk

ISSN: 2338-0950
PKM-GT,

Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Gergaji,

Taherzadeh, M.J. dan Karimi, K, 2007,

Universitas Tadulako, Palu.

Acid-Based Hydrolysis Processes


For Ethanol From Lignosellulosic

Mulyanto., Widjaja, T., Hakim M, A., dan

Materials:A Review, BioResource.

Frastiawan, E., 2009, Produktivitas


Etanol

dari

Proses

Molases

2, 707-738.

dengan

Fermentasi

Widjaja, T., Mulyanto, Arif, A., dan

Kontinyu

Marlissa,

Menggunakan Zymomonas Mobilis

dalam

Packed-Bed,

Prosiding

Ekstraksi

Seminar

ITS, Surabaya.
Wiratmaja, I Gede., Kusuma, I Gusti

Subekti, H., 2006, Produksi Etanol dari

B.W., dan Winaya, I Nyoman S.,

Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol

2011, Pembuatan Etanol Generasi

Saccharomyces

Fakultas

Kedua

Teknologi

2011,

Jagung

Sebagai

Memanfaatkan

Cottonii Sebagai Bahan Baku,


Tugas

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5

Tongkol

No.1, Teknik Mesin Universitas

Laporan

Akhir:Pemanfaatan

dengan

Limbah Rumput Laut Eucheuma

Pertanian ITB, Bogor.


Susilowati,

Bahan

Udayana, Bali.

Baku

Bioetanol dengan Proses Hidrolisis


H2SO4 Fermentasi Saccharomyces
Cereviceae,

Universitas

Diponegoro, Semarang.
Syam, L.K., Farikha, J., dan Fitriana, D.N.,
2009, Pemanfaatan Limbah Pod
Kakao untuk Menghasilkan Etanol
Sebagai

Teknik

Kimia Fakultas Teknologi Industri-

Sukolilo, Surabaya.

cerevisiae,

Menggunaan

Imobilisasi Sel, Jurusan Teknik

Teknik Kimia Fti-Its Kampus Its

oleh

Produksi

Zymomonas Mobilis Proses Fermentasi-

Bioreaktor

Nasional Xiv - Fti-Its, Jurusan

Jagung

2008,

Etanol dari Nira dengan

dengan Teknik Immobilisasi Sel KKaraginan

T.,

Sumber

Energi

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung (Zea Mays) Untuk Produksi Bioetanol


(Dewi Indriany et al.)
65

You might also like