Professional Documents
Culture Documents
Penyaji:
Andrie Febriansyah, S.Ked
Pembimbing:
Dr. Agung Mudapati., Sp.A(K)
Halaman Pengesahan
11310034
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung.
Bandar Lampung, Desember 2015
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1 IDENTIFIKASI
Nama
Jenis kelamin
: Perempuan
Berat Badan
: 10 kg
Tinggi Badan
: 85 cm
Agama
: Islam
Alamat
Kebangsaan
: Indonesia
MRS
: 25 November 2015
I.2 ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 25 November 2015)
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
: demam
Partus
: Persalinan normal/spontan
Ditolong oleh
: Bidan
Tanggal
: 18 Desember 2013
: 3000 gram
: 49 cm
: Langsung menangis
Riwayat Makanan
0-6 bulan
6-12 bulan
12 bulan 24 bulan
Riwayat Perkembangan
Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
: 4 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Kesan
Riwayat Imunisasi
BCG
DPT
: 4x
Polio
: 4x
Hepatitis B
: 3x
Campak
: 1x
Kesan
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong
mampu dengan penghasilan Rp.5.000.000-10.000.000/bulan.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 25 November 2015
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Nadi
Tekanan darah
: tidak dilakukan
Pernapasan
: 26 x/menit
Suhu
: 39,3 C
Anemis
: tidak ada
Sianosis
: tidak ada
Ikterus
: tidak ada
Edema umum
: tidak ada
Berat Badan
: 10 kg
Tinggi Badan
: 85 cm
Keadaan Spesifik
Kulit
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: normal
Palpasi : Lemas, hepar tidak teraba, cubitan kulit perut cepat
kembali
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan
Tungkai
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Fungsi sensorik
GRM
Tungkai
Kanan
Kiri
Luas
Luas
5
5
Eutoni
Eutoni
+ normal
+ normal
: Dalam batas normal
Lengan
Lengan
Kanan
Luas
5
Eutoni
Kiri
Luas
5
Eutoni
+ normal
-
+ normal
-
: 8,9 g/dl
Ht
: 25 vol%
Leukosit
: 11.200/mm3
Trombosit
: 306.000/mm3
Eritrosit
: 4,1 uL
Hitung jenis
: 0/0/0/50/42/8
MCV
: 65 fi
MCH
: 20 pg
MCHC
: 32 g/dl
26 November 2015
Urinalisa
Bakteri
:-
Sel epitel
: + /beberapa
Leukosit
: 3-5/ LPB
Eritrosit
: 16-18/ LPB
Darah samar
: 50 ery/dl
Protein
: 30
Glukosa
: Negatif
Puyer 3x1 pulv dengan kandungan urinex 1/3, amoxcicilin 500 mg 1/3, melact
200 mg 1/3, natrium diclopenat 1/3.
I.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
D.
FOLLOW UP
Tanggal
25-11-2015
Keterangan
S : Keluhan: sakit saat BAK (+), dan menangis apabila selesai
kencing, frekuensi >5x dengan intensitas banyak, bau pesing
menyengat, darah (-), demam (+), menangis dan rewel, nafsu
makan menurun dan minum menurun, bab belum hari ini.
O : Sense: CM
N: 101 x/menit RR: 28 x/menit T: 39,3 oC
BB: 10 Kg
Kulit
: turgor normal
Kepala
Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
26-11-2015
S :
frekuensi 1x, darah (-), BAB 1x, normal, demam (-), anak rewel
dan menangis, nafsu makan menurun, minum baik
O : Sense: CM
N: 119 x/menit RR: 28 x/menit T: 37,2 oC
BB: 10 Kg
Kulit
: turgor normal
Kepala
Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
Ceftriaxone 2x200 mg iv
10
27-11-2015
: turgor normal
Kepala
Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
28-11-2015
Ceftriaxone 2x500 mg iv
11
: turgor normal
Kepala
Thoraks
Pulmo
Cor
Abdomen
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO)
dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bakteriuria): Bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony
forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa
disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert
bakteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK
dinamakn bakteriuria simptomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan
presentasi klinis ISK tanpa bakteriuri bermakna. Banyak faktor yang
menyebabkan negatif palsu pada pasien dengan presentasi klinis ISK (Enday
Sukandar, 2007).
a. Pasien telah mendapat terapi antimikroba
b. Terapi diuretika
c. Minum banyak
d. Waktu pengambilan sampel tidak tepat
e. Peranan bakteriofag
2.2 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun pelbagai antibiotika sudah tersedia luas di
pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua
perempuan dewasa pernah mengalami ISK seumur hidupnya (Sukandar E, 2007).
13
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif
tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti
oleh Proteus
sp., Klebsiella
sp.,
Enterobacter
Mikroorganisme
Persentase
biakan
(%)
1.
Escherichia coli
50-90
2.
10-40
3.
Proteus sp.
5-10
4.
Pseudomonas aeroginosa
2-10
5.
Staphylococcus epidermidis
2-10
6.
Enterococci sp.
2-10
7.
Candida albicans
1-2
8.
Staphylococcus aureus
1-2
cara
hematogen
dan
14
2.4 Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
15
2.5 Patogenesis
Patogenesis bakteriuria asimtomatik menjadi simtomatik dengan presentasi klinis
ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri(host) (Sukandar
E, 2007).
Peranan Patogenisitas Bakteri
Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli diduga berkait dengan
etiologi ISK. Penelitian melaporkan lebih daripada 170 serotipe O (antigen) E.coli
yang patogen. Patogenisitas E.coli terkait dengan bagian permukaan sel
polisakarida
IG
serotipe
dari 170
srotipeO/E.coli yang terhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain
16
17
18
2.
3.
Hematuria
4.
5.
Demam
6.
Menggigil
7.
8.
9.
Malaise
10.
Pusing
11.
19
b) SUA - Sindroma uretra akut adalah presentasi klinis sisititis tanpa ditemukan
mikroorganisme(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan MO anaerobik. Presentasi klinisnya adalah piuria, disuria,
sering kencing, leukosituria.
Presentasi klinis ISK atas:
a) PNA - Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Presentasi klinisnya adalah seperti panas tinggi
(39.5-40.5), disertai menggigil dan sakit pinggang. Sering didahului sistitis.
b) PNK - Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjutan dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
vesikoureter refleks dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal (Sukandar E, 2007) .
2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis
2.8.1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
2.8.1.1. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi
tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki
dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan
spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang
dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil,
20
spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara
terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena
harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine
dalam vesica urinaria (Drdjebrut's Blog, 2009).
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih
dan infeksi saluran kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di
sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >
10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
1. infeksi tuberkulosis;
2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;
3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;
4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);
21
5. nefrolitiasis;
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain:
1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis
ginjal;
2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis;
3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut;
4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi
saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
2.8.1.2. Bakteriologis
22
Kateter
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah
dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin
yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al.menyatakan bahwa
ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin
masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga
masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak
menunjukkan adanya gejala ISK.
2.8.1.3. Tes Kimiawi
23
kuman
yang
terjadi
dengan
serangkaian
gambar
yang
memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL
urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.
Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui .
2.8.2. Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu
atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini
dapat berupa foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan (Drdjebrut's Blog,
2009).
2.9 Penatalaksanaan
Pada ISK yang tidak memberikan gejala klinis tidak perlu pemberian terapi,
namun
bila
sudah
terjadi
keluhan
harus
segera
dapat
diberikan
24
antibiotika. Antibiotika yang diberikan berdasarkan atas kultur kuman dan tes
kepekaan antibiotika.
Banyak obat-obat antimikroba sistemik diekskresikan dalam konsentrasi tinggi ke
dalam urin. Karena itu dosis yang jauh dibawah dosis yang diperlukan untuk
mendapatkan efek sistemik dapat menjadi dosis terapi bagi infeksi saluran kemih.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan pada pasien ISK, antara lain:
- pengobatan dosis tunggal
- pengobatan jangka pendek (10-14 hari)
- pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)
- pengobatan profilaksis dosis rendah
- pengobatan supresif
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :
1. eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai, dan
2. mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi
Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,
mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi
risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karena itu, pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya (Naber KG, 2001).
25
Pemilihan antibiotik sangat dipengaruhi oleh bentuk resistensi lokal suatu daerah.
Amoksisilin secara tradisional merupakan antibiotik lini pertama untuk ISK pada
anak-anak. Namun, peningkatan angka resistensi E.coli terhadap antibiotik ini
menjadikan angka kegagalan kesembuhan ISK yang diterapi dengan antibiotik
ini menjadi tinggi3. Uji sensitivitas antibiotik menjadi pilihan utama dalam
penentuan antibiotik yang dipergunakan. Antibiotik yang sering dipergunakan
untuk terapi ISK, yaitu:
1. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab
ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada
ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
2. Kloramfenikol 50 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4, sedangkan
untuk bayi premature adalah 25 mg/kg berat badan sehari dalam dosis terbagi 4.
3. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2
dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole.
Penelitian menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan
dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
4. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin 1-2 gr dalam dosis tunggal atau
dosis terbagi (2 kali sehari) untuk infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis)
sehari. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih
mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal
usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.) pada anak
perempuan.
Obat-obatan seperti Asam nalidiksat atau Nitrofurantoin tidak digunakan pada
anak-anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu
nitrofurantoin juga lebih mahal dari Cotrimoxazole dan memiliki efek samping
26
seperti mual dan muntah. Fluoroquinolon yang sering dipergunakan pada pasien
dewasa tidak pernah dipergunakan pada anak-anak karena mengganggu
perkembangan pada sistem muskuloskeletal dan sendi .
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya masih menjadi kontroversi. Pada
pasien dewasa, pemberian antibiotik selama 1-3 hari telah menunjukkan
perbaikan berarti, namun dari berbagai penelitian, lamanya antibiotik diberikan
pada anak adalah sebaiknya 7-14 hari.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus
kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan
umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur
sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi
sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan diberikan pada anak penderita ISK. Dalam
penelitiannya, Conway et al.menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis
berkaitan erat dengan meningkatnya risiko terjadinya resistensi dan tidak adanya
pengurangan dalam risiko terjadinya ISK berulang maupun renal scarring. Pada
anak penderita refluks vesiko-urinaria, antibiotik profilaksis tidak memberikan
efek berarti dalam pengurangan risiko terjadinya ISK berulang, sehingga
pemberian antibiotik profilaksis tidaklah diperlukan.
2.7.1. Sulfonamide
Sulfonamide dapat menghambat baik bakteri gram positif dan gram negatif.
Secara struktur analog dengan asam p-amino benzoat (PABA). Biasanya
27
28
Jika kedua obat ini dikombinasikan, maka akan menghambat sintesis folat,
mencegah resistensi, dan bekerja secara sinergis. Sangat bagus untuk mengobati
infeksi pada saluran kemih, pernafasan, telinga dan infeksi sinus yang disebabkan
oleh Haemophilus influenza dan Moraxella catarrhalis. Karena Trimethoprim
lebih bersifat larut dalam lipid daripada Sulfamethoxazole, maka Trimethoprim
memiliki
volume
Sulfamethoxazole.
distribusi
Dua
yang
lebih
besar
dibandingkan
dengan
(Trimethoprim 80 mg
Sulfamethoxazole 400 mg) yang diberikan setiap 12 jam dapat efektif pada
infeksi berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah. Dua tablet per hari
mungkin cukup untuk menekan dalam waktu lama infeksi saluran kemih yang
kronik, dan separuh tablet biasa diberikan 3 kali seminggu untuk berbulan-bulan
sebagai pencegahan infeksi saluran kemih yang berulang-ulang pada beberapa
wanita.
Efek samping : pada pasien AIDS yang diberi TMP-SMX dapat menyebabkan
demam, kemerahan, leukopenia dan diare.
2.7.4. Fluoroquinolones
Mekanisme kerjanya adalah memblok sintesis DNA bakteri dengan menghambat
topoisomerase II (DNA gyrase) topoisomerase IV. Penghambatan DNA gyrase
mencegah relaksasi supercoiled DNA yang diperlukan dalam transkripsi dan
replikasi normal. (9) Fluoroquinolon menghambat bakteri batang gram negatif
termasukenterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per
oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam
cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda.
Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan
dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.
29
Efek samping yang paling menonjol adalah mual, muntah dan diare.
Fluoroquinolon dapat merusak kartilago yang sedang tumbuh dan sebaiknya tidak
diberikan pada pasien di bawah umur 18 tahun.
2.7.5. Norfloxacin
Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat
baik untuk infeksi saluran kemih.
2.7.6. Ciprofloxacin
Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus
dalam
melawan
bakteri
gram
negatif
dan
juga
melawan gonococcus,
30
31
B, Siklosporin.
Pada pasien ISK yang terinfeksi bakteri gram negatif Escherichia coli dengan
kelainan fungsi ginjal adalah dengan mencari antibiotik yang tidak dimetabolisme
di ginjal. Beberapa jurnal dan text book dikatakan penggunaan Trimethoprim +
Sulfamethoxazole (TMP-SMX) mempunyai resiko yang paling kecil dalam hal
gangguan fungsi ginjal. Hanya saja penggunaanya memerlukan dosis yang lebih
kecil dan waktu yang lebih lama. Pada pasien dengan creatine clearance 15
hingga 30 ml/menit, dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis
Trimethoprim 80 mg + Sulfamethoxazole 400 mg yang diberikan tiap 12 jam.
Cara pemberiannya dapat dilakukan secara oral maupun intravena.
Penghitungan creatine clearance: TKK = (140 umur) x berat badan
72 x kreatinin serum
(Om Zainuls Blog, 2010)
2.10 Komplikasi
1. ISK sederhana.
- ISK akut tipe sederhana(sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan
hamil merupakan penyakit ringan dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka
lama.
2. ISK tipe Berkomplikasi
- ISK selama kehamilan. ISK selama kehamilan dari umur kehamilan.
32
2.11 Prognosis
Prognosa Infeksi Saluran Kemih (ISK) menjadi lebih baik dan member pelung
yang lebih cerah kepada pasien bila faktor pencetus dan penyebab yang
menyumbang kepada terjadinya ISK dapat diatasi (Sukandar E, 2007).
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Drdjebrut's Blog, 2009. Pengambilan bahan urin dan urinalisa secara umum
Available from: http://drdjebrut.wordpress.com/tag/urinalisis/
2. Enday Sukandar, 2007. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Aru W.Sudoyo,
Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta, Indonesia: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI, 553-557.
3. Kayser et al, 2005. Medical MIcrobiology, 15th ed, Thieme, Norwalk,
Connecticut/San Mateo California, 7-20.
4. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B (ed). European
Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male Genital Tract Infections. 2001,
11-29
5. OmZainuls
Blog,
2010
Infeksi
saluran
kemih.
Available
from
http://omzainul.wordpress.com/2010/03/29/isk-infeksi-saluran-kemih-dari-berbagaisumber-moga-berguna/
34
35