Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
tertutup)
dan
aktif
(respons
terbuka,
tindakan
yang
nyata
atau
practice/psychomotor).
Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku
kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan lingkungan.
2.1.5. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit
yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar
dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif
(praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang
terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan pemberian pelayanan
kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu:
a. Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (health promotion behavior)
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)
12
13
2.1.8.
Menurut Sarwono (2004) yang dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat
sebagai berikut :
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman
adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat
dari timbulnya gejala tertentu.
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan
diri dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Penyebab perilaku Sakit Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh
Sarwono (2004) bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
b. Anggapan adanya gejalan serius yang dapat menimbulkan bahaya.
c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
dengan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat
dilihat.
e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
f. Adanya informasi, pengetahuan dan anggapan budaya tentang penyakit.
g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
14
i.
15
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu.
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita perbuat.
3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subjektif membentuk suatu
intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Secara sederhana, teori ini mengatakanbahwa seseorang akan melakukan
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana
keyakinankeyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada
normanorma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen
ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan
menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).
Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa
perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor
dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
1. Faktorfaktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktorfaktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
16
17
18
20
21
4. Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga
macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
5. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua
macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan
mengritik (critiquing).
6. Membuat (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam
proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
merencanakan (planning), dan memproduksi (producing) (Widodo,2006).
22
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
4. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni
suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik
dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman
mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang
melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.
6. Informasi
Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid,
2007)
1) Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
23
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada
upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui
harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah
diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan
tersebut dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak
25
akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat
berhasil memecahkannya.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan pernyataan yang dikemukakan, kemudian
dicari hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan
induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan
pernyataan umum kepada yang khusus.
2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih
popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang
mengembangkan metode berpikir induktif. Mulamula ia mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejalagejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil
kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh
26
Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni:
a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
c. Gejala gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala gejala yang
berubah ubah pada kondisi kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri ciri
atau unsur unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut
dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip prinsip umum
yang
dikembangkan
oleh
Bacon
ini
kemudian
dijadikan
dasar
untuk
b)
(valuing).
Mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
28
atau
Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak
pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang
tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2005).
Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,
tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan
manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan
turut menentukan cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap
akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat
dibedakan menjadi :
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulangulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya
oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual
berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi
diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan untuk
bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon
yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya
2. Biasanya bersifat evaluative
30
3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1.
2.
3.
31
33
Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatantingkatan, yaitu :
a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan
yang akan dilakukan.
b) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan
yang benar sesuai contoh.
c) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sudah menjadi kebiasaan.
d) Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran.
2.3. Konsep Penyakit TB Paru
2.3.1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB Paru (Mycobacterium TB Paru). Sebagian besar kuman TB Paru menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap
dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun (Depkes RI, 2008).
2.3.2. Epidemiologi Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
34
dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan
rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD) sebesar 62,9% .
2.3.3. Kuman dan Cara Penularan Tuberkulosis
Kuman, Mycobacterium tuberculosis sebagai kuman penyebab Tuberkulosis
Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil
yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob,
panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh
optimal pada suhu sekitar 37C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh
manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam
ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung
(sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant (tertidur lama)
selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh
lemah (Alsagaff, 2005).
Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu
optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar
matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan
lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada
debu (Depkes RI, 2002).
Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TB Paru Positif.
Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,
berbicara atau meludah (Soediman, 1995). Kuman TB Paru dari percikan tersebut
melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi
36
yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan
dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis
Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk
terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB
dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
2.3.4 Diagnosa TBC (Tuberkulosis) Paru
Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cara :
1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
2. Pemeriksaan Foto Toraks
1. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang arnat
penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen
hasilnya positif (Depkes RI, 2002).
38
b.
P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit
Pelayanan Kesehatan).
c.
klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan
OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
2. Pemeriksaan Foto Toraks
Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TB Paru hanya dengan berdasarkan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
Paru (Dinkes Provinsi SU, 2007). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai
berikut :
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan
khusus (Dinkes Provinsi SU, 2007).
2.3.5 Gejala TBC (Tuberkulosis) Paru
Gambaran klinik Tuberkulosis paru, (Faizal, 1992).
1.
Batuk
Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau, lebih.
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan
terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi
produktif
yang
berguna
untuk
membuang
produk-produk
ekskresi
peradangan.
2. Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai
purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah.
40
3. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercakbercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang
sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan
kematian yang cepat.
4. Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai
komplikasi tuberkulosis paru.
5. Nyeri Dada
Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang
lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot
karena batuk.
2.3.6 Tipe Penderita TBC (Tuberculosis) Paru
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe penderita yaitu ; (Depkes RI, 2002)
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
41
Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis.
Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persisten
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar 6 bulan (Depkes RI, 2002).
2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu infeksi
ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny
yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama
yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya
karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk (Depkes RI, 2002).
2.3.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis
1. Host
a. Umur
Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi
tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang
cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun), hal ini disebabkan
43
karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk
terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar (Crofton, 2002).
b. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena
TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas
yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru (Crofton, 2002).
c. Nutrisi dan Sosial Ekonomi
Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada
orang dewasa maupun anak-anak (Crofton, 2002).
d. Faktor Toksik
Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan
tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat
menurunkan kekebalan tubuh (Crofton, 2002).
e. Penyakit lain
Pada beberapa negara, infeksi HIV/AIDS Sering ditemukan bersamaan dengan
penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh
(Crofton, 2002).
2. Agent
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk
dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari :
1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi.
44
tuberkulosis
bertujuan
untuk
menyembuhkan
penderita,
45
46
Variabel Dependen
Karakteristik Penderita TB
Paru Positif :
Pencegahan
Penularan
TB Paru pada keluarga
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
47