Professional Documents
Culture Documents
1102010020
1.
1.1
A.Meninges
Duramater ( Lapisan Luar )
Selaput keras pembungkus otak merupakan jaringan ikat tebal dan kuat,
dibagian tengkorak dan duramater propia di bagian dalam.
Dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini terpisah. Duramater terdapat
rongga
yang
mengalirkan
darah
vena
dari
otak,
dinamakan
sinus
Arachnoid
Selaput halus yang memisahkan duramater dengan piamater
membentuk sebuah kantung
yang
Piameter
Selaput tipis pada permukaan jaringan otak yang berhubungan dengan
arakhnoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut turbekel, Tepi Falks
1.2
2.
Sirkulasi
o Pada otak
Dari ventrikulus lateralis melalui monroi berhubungan dengan
ventrikulus 3 kemudian melalui aquaductus cerebri masuk ek
ventrikulus 4 dan melalui magendi dan lusckha masuk ke cavum
sub arachnioid.
o Medulla spinalis
Dalam cavum sub arachnoid spinalis dimana cranial berhubungan
dengan ventrikulus 4 melalui foramen magendi dan foramen
lusckha.lalu melalui medulla spinalis.
Mikro
Fisiologi LCS
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah
satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap
trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial
kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan
serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80%
dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau
500ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150
ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa
pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah
Kejang Demam
Patofisiologi
Untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidup
sel
atau
organ
otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan melalui fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskuler. Melalui proses oksidasi glukosa dipecah
menjadi CO2 dan air (Staf Pengajar IKA FKUI, 1995).
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal,
membran sel dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terjadi sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
yang disebut sebagai potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat dirubah oleh adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular,
rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya, dan perubahan pathofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan (Staf Pengajar IKA FKUI, 1995).
Demam adalah meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal (35,837,2)0C dalam rentang waktu tertentu. Demam merupakan salah satu keluhan
dan gejala yang paling sering terjadi pada anak dengan penyebab berupa infeksi
dan non infeksi. Paling sering penyebabnya adalah infeksi, dalam hal ini adalah
infeksi saluran nafas disusul dengan infeksi saluran cerna pada anak-anak. Pada
keadaan demam, kenaikan suhu 10 celsius akan mengakibatkan kenaikan
metabolism basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak usia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
pada orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu
dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion K+ maupun ion Na+ melalui membran
tersebut, dengan akibat akan terjadi lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke sel-sel
tetangganya melalui bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
memiliki ambang kejang yang berbeda. Tergantung dari ambang kejang yang
dimilikinya, seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada
anak yang memiliki ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 0 C
dan pada anak yang memiliki batas ambang kejang yang tinggi, kejang baru
terjadi pada suhu 400 C atau lebih. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering tejadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu berapa
penderita kejang (Staf Pengajar IKA FKUI, 1995).
3.2
Tatalaksana
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang
Kejang yang tetap belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2 kali
dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan orang tua untuk segera ke
rumah sakit. Dan disini dapat dimulai pemberian diazepam intravena dengan
dosis 0,3 0,5 mg/kgBB/kali. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenithoin
secara iv dengan loading dose 10-20 mg/kgbb/kali dengan kecepatan 1
mg/kgbb/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti, selanjutnya
diberikan dosis rumatan 4-8 mg/kgbb/hari (12 jam setelah pemberian loading
dose). Bila kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang intensif
(Fukuyama Y dkk, 1996). Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demamnya dan faktor resikonya apakah kejang
demam sederhana atau kejang demam kompleks.
b. Turunkan Demam
Antipiretik pada saat kejang dianjurkan walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam.
Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak boleh diberikan lebih dari 5x per hari. Dosis ibuprofen 5-10
mg/kgbb/kali diberikan 3-4x per hari. Asetaminofen dapat menyebabkan
sindroma Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, meskipun jarang.
Parasetamol 10 mg/kgbb sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kgbb dalam
menurunkan suhu tubuh (Van Esch A dkk, 1995). Kompres anak dengan suhu >
39 0C dengan air hangat, suhu > 38 0C dengan air biasa.
c. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang (1/3 s.d 2/3 kasus). Begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgbb setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi yang
cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada
saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam (Uhari dkk, 1995)
d. Pengobatan Penyebab
Antibiotik diberikan sesuai indikasi dengan penyakit penyebabnya
e. Penanganan supportif lainnya
Meliputi
bebaskan
jalan
nafas,
pemberian
oksigen,
menjaga
4.
Meningitis
4.1
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
6. Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus,
kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu
makan, kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria
meningitidis(meningokok),
Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas
aeruginosa.
Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada
cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan
sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono., 2003)
4.4
4.5
Epidemiologi
usia : anak-anak dan bayi lebih banyak terkena dari pada orang dewasa
dikarenakan belum terbentuk imunitas yang kuat
Jenis kelamin : meningitis lebih banyak diderita oleh pria
Lingkungan : banyak pada lingkungan dengan social-ekonomi rendah,
lingkungan padat, dan daerah dengan kasus ISPA yang tinggi
Patofisiologi
Invasi Lokal
Bacterimia
Invasi ke meningitis
Vaskulitis
Edem Vasogenik
Edema Intersisial
Infraksi cerebral
4.6
Manfestasi Klinis
Anak sering muntah, nyeri kepala pada anak besar, kesadaran bayi/
anak menurun dari apatis sampai koma. Moaning cry (pada anak
neonates) yakni tangis yang merintih. Kejang bersifat umum, fokal
atau twitching. (dijelaskan lebih lanjut pada kejang demam) , Ubun
ubun menjadi besar dan menegang. Gejala lain nya berupa
paresis atau paralisis, trabismus. Crack pot sign dan pernafasan
Cheyne Stokes. Kadang terdapat hypertensi dan Chocked disc dari
papilla nervus opticus.
Kaku kuduk
Keluhan pertama biasanya adalah nyeri kepala,rasa ini bias menjalar ke tengkuk
dan punggung,tengkuk menjadi kaku,kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot otot ekstensor tengkuk. Bila hebat menjadi Opistotonus yakni tengkuk
menjadi kaku dalam kepala mengadah dan tengkuk menjadi dalam sikap hiper
ekstensi, kesadaran menurun
Sumber : http://infeksi.wordpress.com/2009/04/14/meningitis/
Sumber : http://gliauab.infomedia.com/content.asp?id=113337
Edema otak disebabkan peningkatan volume
cairan dalam pembesaran otak
Terdapat 2 karakteristik:
Sitotoksik
o Peningkatan permeabilitas
vaskuler darah (blood brain barrier
bekerja diluar normal) dan
peningkatan cairan di ruangan
intersisial
Vasogenic
o Sitotoksik edema berperan dalam blood brain barrier independent
dan akumulasi seluler air dalam astrosit dan syaraf dan mengurangi
rongga intersisial
MRI kepala
Lebih baik disbanding CT scan dalam menunjukkan edema dan iskemik
otak
Penambahan kontras gadolinium menunjukkan Diffuse meningeal
enhancement
Gejala Klinis
Gejala klinis meningitis tuberculosa disebabkan 4 macam efek terhadap sistem
saraf pusat yaitu :
1. Iritasi mekanik akibat eksudat meningen, menyebabkan gejala
perangsangan meningens, gangguan saraf otak dan hidrosefalus.
2. Perluasan infeksi ke dalam parenkim otak, menyebabkan gejala
penurunan kesadaran, kejang epileptik serta gejala defisit neurologi fokal.
3. Arteritis dan oklusi pembuluh darah menimbulkan gejala defisit neurologi
fokal.
4. Respons alergi atau hipersensitifitas menyebabkan edema otak hebat dan
tekanan tinggi intrakranial tanpa disertai hidrosefalus.
Gambaran klasik meningitis tuberkulosa terdiri dari :
1. Stadium Prodromal
Stadium ini berlangsung selama 1 3 minggu dan terdiri dari keluhan umum
seperti :
Stadium I :
Penderita dengan sedikit atau tanpa gejala klinik meningitis. Tidak didapatkan
kelumpuhan dan sadar penuh. Penderita tampak tak sehat, suhu subfebris, nyeri
kepala.
Stadium II :
Stadium III :
4.7
4.8
Tatalaksana
Menghentikan kejang:
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis
REKTAL SUPPOSITORIA, kemudian dilanjutkan dengan:
Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis
Menurunkan panas:
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 510 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
Kompres air hangat/biasa
c. Pengobatan suportif
Cairan intravena
Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
2. Perawatan:
Pada waktu kejang:
Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
Hisap lendir
Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh)
Bila penderita tidak sadar lama:
Beri makanan melalui sonde
Cegah dekubitus dan pnemonia ortostatik dengan merubah posisi
penderita sesering mungkin, minimal ke kiri dan ke kanan setiap 6 jam
Cegah kekeringan kornea dengan boorwater/salep antibiotika
Bila mengalami inkontinensia urin lakukan pemasangan kateter
Bila mengalami inkontinensia alvi (keadaan ketika individu mengalami
perubahan kebiasaan defekasi yang normal yang dikarakteristikkan
dengan pengeluaran feses yang tidak disadari) maka lakukan lavement
(prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus).
Pemantauan ketat:
Tekanan darah
Pernafasan
Nadi
Produksi air kemih
Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
Fisioterapi dan rehabilitasi.
4.9
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna atau
pengobatan yang terlambat. Komplikasi yang sering terjadi akibat meningitis
otogenik adalah efusi subdural, empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri,
gejala sisa neurologis berupa paresis sampai deserebrasi, epilepsi maupun
meningitis yang berulang. Pada anak-anak dapat mengakibatkan epilepsi,
retardasi mental dan hidrosefalus akibat sumbatan pada saluran CSF ataupun
produksi CSF yang berlebihan. Selain itu juga bisa terjadi deafness.
4.10
5.
Batasan Mukallaf
Mukallaf adalah mukmin yang memenuhi syarat balig dan berakal sehat.
Perempuan mencapai usia 9 tahun atau mengalami haid menjadi
mukallafah. Pria bila mencapai usia 14 tahun atau mengalami mimpi
jenabat atau mengalami perubahan hormonal.
Seoarang mukallaf oleh Allah SWT dianggap sebagai orang yang telah
dapat dibebani hukum dan tanggung jawab atas perbuatannya. Perbuatan
seorang mukallaf telah mempunyai nilai dan resiko, sesuai dengan bentuk
pekerjaan yang ia lakukan, apakah ia mengerjakan perintah Allah SWT
sehingga ia diberi imbalan pahala dan tanggungannya lepas, atau ia
melakukan sesuatu yang dilarang dan ia mendapat resiko dosa dan
tanggunggannya belum lepas.
Dalam Hal ini Rasulluah SAW bersabda, Tidak dibebani hukum
(seseorang) dalam tiga hal: yaitu orang yang tidur sampai ia bangun, anak
kecil sampai ia mimpi orang gila sampai ia sembuh (berakal). (HR
Bukhari, Abu Daud, at Tirmidzi, an-Nasai, Ibu Majah dan Daruqutni).
Inilah bentuk kemudahan dan toleransi Islam sebagaimana Allah SWT
menjelaskan di dalam firman-Nya Allah menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Berdasarkan ayat ini
tiap perintah yang diwajibkan kepada mukallaf adalah perintah yang
sesuia dengan kemampuannya baik dalam tataran pengetahuan maupun
praktik sedangkan perintah yang diluar kemampuannya tidak menjadi
kewajiban yang harus dilaksanakan. Maka kewajiban yang harus
dilaksanakan seorang muslim yang benar-benar memperhatikan
keselamatannya di akhirat kelak adalah mencurahkan segala
kemampuannya untuk mempelajari semua perintah Allah hingga ibdahnya
benar tidak terjebak kepada kejahilan dan menggantungkan harapan
kepada Allah. Hal demikian disebabkan karena ibadah akan diterima jika
telah memenuhi dua syarat yaitu ikhlas dan taat.