Professional Documents
Culture Documents
Penguji :
dr. Iman Santoso, Sp.KJ
dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ
Penyusun :
Stanley Haryono
2009.04.0.0003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014
UJIAN
ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HANG TUAH RSAL DR. RAMELAN
SURABAYA
Nama
: Stanley Haryono
NIM
: 2009.04.0.0003
Penguji
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Tempat, tanggal lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status
Suku bangsa
Bangsa
Tanggal berobat
: Kurnia Wahyu
: 26 tahun
: Surabaya, 7 Juli 1985
: Laki-laki
: Jl. Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru
: Islam
: SMA
: Tidak Bekerja
: Belum menikah
: Jawa
: Indonesia
: 20 November 2014
Autaoanamnesa
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 25 November 2014, pukul 16.00 WIB di
rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru
Heteroanamnesa
Heteroanamnesa dengan Ibu Elly ( kakak penderita) dilakukan pada tanggal 25
November 2014, pukul 16.00 WIB di rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A
gang melati , Sawotratap , Waru .
II. RIWAYAT PSIKIATRI
II.1 Keluhan Utama :
Penderita merasa malas berbuat apa-apa
II.2
Keluhan Tambahan :
II.3
Gejala Prodormal
Penderita tidak bisa tidur
Lebih sering berdiam diri di rumah
Tampak lebih cemas
II.4
kakak penderita
untuk
membuat
janji
bertemu.Setelah
penderita
merasa
kehilangan
tapi
tidak
sampai
merasa
dalam
mengasuh
penderita
dulu.
Penderita
tidak
dapat
SMA ia merasa hidupnya sulit dan ia harus bekerja untuk uang sangunya
sehari-hari.Kemudian saat penderita menginjak kelas 2 SMA ia berkenalan
dengan temannya yang bernama Chandra dan mulai tertarik untuk mencoba
sabu-sabu karena diajak temannya.Penderita memakai sabu-sabu dengan
tujuan mencoba-coba dan bersenang-senang setelah itu penderita secara
rutin mengkonsumsi obat-obatan terlarang bersama teman-temanya di rumah
temannya. Pada saat memakai penderita merasa nge-fly dan lebih tenang.
Penderita mengaku setelah memakai sabu penderita merasa lebih percaya
diri, merasa tidak mengantuk sama sekali bisa tidak tidur selama 3 hari, lebih
semangat bekerja. Selama tidak memakai sabu, penderita mengaku badan
terasa lebih lemas, malas untuk melakukan kegiatan apapun. Penderita juga
sering pergi ke diskotik. Setelah lulus SMA kemudian penderita pindah ke
Surabaya dan kuliah di Universitas Dr Soetomo dan bertemu dengan temanteman baru yang semuanya pengguna sabu. Akhirnya penderita merasa
bahwa untuk memenuhi kebutuhannya, membayar uang kuliahnya, dan
membeli sabu-sabu ia harus bekerja lebih keras sehingga ia memutuskan
untuk berhenti kuliah di semester 6.
Kemudian penderita bekerja di suatu perusahaan Finance di surabaya
sebagai marketing, ia merasa karirnya di sana sukses.Di tempat kerjanya ia
juga bertemu dengan teman-teman baru yang juga pengguna sabu , sehingga
pasien lebih sering dalam menggunakan sabu.Setelah itu pasien dipindah
tugaskan ke Jogja , di sana pasien lagi-lagi bertemu dengan teman-teman
yang juga menggunakan sabu dan penderita merasa lingkup temantemannya semakin luas , karena ia merasa ia dapat bertemu dengan
pengguna sabu dari berbagai kota seperti Bali, Makassar, Jakarta,
Semarang,dan lain-lain. Semenjak itu penderita merasa sering paranoid ada
polisi yang mengikutinya dan ingin menangkapnya untuk di bawa ke
BNN.Oleh karena itu penderita sering berobat ke dokter untuk meminta obat
penenang , penderita menceritakan ia diberi obat penenang Xanax oleh
dokter,namun obat ini juga masih tidak bisa melepaskan penderita dari
konsumsi sabu dan rasa paranoidnya.Penderita juga bercerita bahwa ia mulai
ketergantungan dengan Xanax.
Penderita menceritakan bahwa ia menjual mobil kakaknya yang polisi
untuk memenuhi kebutuhan membeli sabunya,sehingga kakaknya marah dan
4
bahwa
ia memiliki
berhenti,namun kakak pasien tidak ada satupun yang percaya dan terus
memarahi pasien dan mendesak pasien untuk pulang ke pondok.Namun
penderita memutuskan untuk tetap berada di Surabaya selama beberapa
minggu membantu menguruskan STNK kakaknya.Kakak-kakak penderita
yang lain masih curiga dengan penderita dan terus menekan penderita
melalui telepon untuk pulang ke Pare.
5
pemeriksa.Kemudian
kakak
penderita
ikut
bergabung
dengan
dengan
kakak
pasien akan marah.Tapi tidak ada saling iri antara saudara-saudara penderita
dengan penderita.Sejak kecil penderita tipe orang yang aktif dan nakal namun
kenakalannya masih bisa ditoleransi.Saat ditinggal meninggal oleh ayahnya
penderita masih kecil jadi masih belum terlalu mengerti dan penderita tidak
terlalu dekat dengan ayahnya,sedangkan saat ibu penderita meninggal
penderita menjadi pribadi yang sensitif dan lebih mudah marah karena
hubungan penderita dan ibunya sangat dekat.
Kakaknya mengetahui bahwa penderita menggunakan narkoba sejak
putus kuliah.Semenjak itu kakak penderita berusaha untuk mendekatkan diri
dengan penderita agar penderita mau berhenti mengkonsumsi narkoba,karena
ia beranggapan bahwa pengkonsumsi narkoba tidak dapat dikerasi , melainkan
harus didekatkan dari hati ke hati.Setelah keluar dari INABA , kakak penderita
memutuskan untuk merawat penderita di rumahnya dan membawa penderita ke
RSAL karena menurutnya pengobatan medis lebih bagus daripada di INABA
yang menggunakan kekerasan.Akhirya penderita mengajak adiknya tinggal
bersama dirinya dan menyarankan adiknya untuk berhenti kerja , karena
lingkungan pekerjaannya juga salah satu penyebab adiknya tidak bisa lepas dari
sabu-sabu.
Semenjak tinggal bersama adiknya , kakak penderita menceritakan
bahwa penderita sering terlihat gelisah di malam hari , bahkan penderita pernah
membongkar semua isi kulkas dan masuk kedalamnya karena ia merasa
kepanasan.
Saat terjadi perdebatan dengan saudara-saudaranya yang lain untuk
memasukan penderita ke Pondok Pesanteren , ia beranggapan bahwa
pengobatan medis dan pendekatan dari hati ke hati lebih baik daripada
pengobatan secara agama.Sebenarnya kakak penderita juga sudah merasa
lelah dengan kelakuan adiknya yang tidak mau berhenti mengkonsumi narkoba
dan beranggapan lebih baik penderita mati saja karena merepotkan kakakkakaknya.
Pada suatu malam , saat penderita ingin mencoba bunuh diri kakaknya
kaget karena ada suara keras dari arah dapur.Kemudian kakak penderita berlari
ke arah dapur dan menemukan adiknya terbaring di lantai dengan leher yang
terikat tali rafia. Kakak penderita menjabarkan bahwa wajah adiknya saat itu
sudah tampak abu-abu kehitaman dan otot-otot lehernya kaku semua.Kemudian
ia segera mengambil gunting dan memotong tali rafia tersebut dan memeluk
adiknya sambil menangis.
Karena malu dengan kondisi adiknya maka saat itu penderita hanya
dirawat di rumah dan tidak di bawa ke Rumah Sakit. Kakak penderita
menyarankan adiknya untuk berhenti kerja karena ia merasa adiknya tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tampak masih kebingungan.Kakak
penderita sering memperhatikan adiknya ketika berjalan tidak dapat lurus, dan
suatu ketika adiknya membawa motor tampak oleng.Akhirnya penderita dibawa
ke RSAL untuk berobat tanggal 20 November 2014.
Setelah itu pemeriksa meminta ijin pada kakak penderita untuk
membangunkan adiknya untuk berfoto bersama.Setelah berfoto bersama
pemeriksa berpamitan dengan penderita dan kakaknya sekitar pukul 18.30 .
II.6
II.8
: 6 tahun
: 3 tahun
: 3 tahun
: 6 semester
2. Riwayat Pekerjaan
Penderita dulunya bekerja di perusahaan Finance di Surabaya
dibagian
marketing
obat
terlarang,tetapi
sejak
ada
keinginan
untuk
10
8. Riwayat Hukum
Penderita tidak pernah terlibat pelanggaran hukum dan melakukan
tindak kriminal
Penderita pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang
9. Riwayat Psikoseksual
Penderita mendapatkan pendidikan mendapatkan pendidikan normanorma yang berlaku dari orang tua, kakak-kakak penderita dan
lingkungannya, dan penderita dapat menerimanya dengan baik. Penderita
selalu mematuhi peraturan yang ada
10. Riwayat Keluarga
Penderita merupakan anak keenam dari enam bersaudara, Secara
keseluruhan, hubungan Penderita dengan keluarga cukup harmonis dan
Kadang karena penderita merupakan anak bungsu kakak-kakak penderita
sering mengikutcampuri keputusan penderita.
SILSILAH KELUARGA
11
Sejak lahir hingga kelas 5 SD tinggal dengan kedua orang tuanya, namun
ayahnya meninggal, lalu penderita tinggal bersama ibunya sampai kelas 3
SMP. Setelah ibu nya meninggal penderita tinggal berpindah-pindah ikut
kakaknya.
1. Orang tua penderita :
A. Ayah penderita
Nama ayah
: (Alm) Mukhlas
Usia
: Menikah
Pekerjaan
: TNI AL
B. Ibu penderita
Nama ibu
: (Alm) Sutiyani
Usia
: Menikah
Pekerjaan
12
Nama
: Siti Elmiati
Umur
: 47 tahun
: Menikah
Pekerjaan
: Guru
Pendidikan
: S1
B. Saudara kedua
Nama
: Elly
Umur
: 44 tahun
: Menikah
Pekerjaan
: Terapis
Pendidikan
: SMA
C.Saudara ketiga
Nama
: Agus
Umur
: 42 tahun
: Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: S1
D. Saudara keempat
Nama
: Yusuf
Umur
: 40 tahun
: Menikah
Pekerjaan
: Polisi
Pendidikan
: S1
E. Saudara kelima
13
Nama
: Susiati Elia
Umur
: 36 tahun
: Menikah
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
Mood/Afek
Keserasian
c. Pembicaraan
Kuantitas
Kualitas
: Cemas
: Ekspresi afek cukup serasi dengan isi pembicaraan
: cukup, jawaban sesuai dengan pertanyaan pemeriksa
: lancar, artikulasi jelas
d. Persepsi
Halusinasi Optik
: (+)
Delusions of being controlled : (+)
Halusinasi Dengar
: (-)
Ilusi
: (-)
e. Pikiran
Bentuk
Arus
Isi
: non-realistik
: Koheren
: Pikiran bunuh diri,PTM (+)
v.
vi.
15
Baik, Penderita dapat menjelaskan keadaan rumah dengan baik dan dapat
vii.
viii.
g. Pengendalian Impuls
Selama wawancara Penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik. Jawaban
yang diberikan penderita sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan dirinya dan orang lain.
: normal
: normal
: Derajat 4 (Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
Kemauan
Aspek perawatan diri
: menurun
Aspek sosial
: menurun
Aspek pekerjaan
: menurun
(Penderita dalam kesehariannya hanya tidur dan makan).
d. A/I/C/D
e. Kepala dan Leher
f. Thoraks
Nadi
: 90 x/min
Suhu
: 36,7C
RR
: 24 x/min
h. Ekstrimitas
`
2. Status Neurologis
a. Kesadaran
b. Meningeal Sign
c. Mata
d.
e.
f.
g.
Motorik
Sensorik
Reflek fisiologis
Reflek patologis
: inspeksi
Palpasi
: datar simetris
: nyeri tekan (-)
Hepar, lien, ginjal tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
: akral hangat pada keempat ekstrimitas
+
+
+
+
Oedem pada keempat ekstrimitas
: GCS 4-5-6
: (-)
: Gerakan normal, pupil isokor
Reflek cahaya : +/+
Reflek kornea : +/+
: Normotonus, turgor baik, koordinasi baik
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: (-)
Riwayat Psikiatri : Penderita pertama kali datang ke poli jiwa RSAL pada
2.
: koheren
Isi
: Pikiran bunuh diri,PTM (+)
Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)
Persepsi
:
Halusinasi Optik : (+), Delusion of being controlled
Halusinasi Dengar : (-)
Kemauan : Aspek Perawatan Diri
: menurun
Aspek Sosial
: menurun
Aspek Pekerjaan
: menurun
Psikomotor: Stereotipik (memainkan kuku jari tangannya)
Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat
dipercaya.Keseluruhan informasi juga telah mendapatkan konfirmasi dari
kakak Penderita.
Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar.
3.
Faktor Penyebab
RTTGJ
: Penderita merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara
Keturunan : Disangkal
Premorbid : immature
4.
Faktor Pencetus
18
DIAGNOSIS
Formulasi Diagnostik
Pada Penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis
yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu
gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) dan atau terganggunya
fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, perilaku, pekerjaan).
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa Penderita mengalami suatu
Gangguan Jiwa.
Pada Penderita
ini
ditemukan
adanya
gangguan
pada
19
pengaruh kakak-kakaknya
Masalah Pekerjaan yaitu penderita keluar dari pekerjaannya akibat
penggunaan zat psikoaktif
Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan
Formulasi Psikodinamik
Penderita adalah anak keenam dari enam bersaudara. Penderita
dididik dengan manja oleh orang tuanya. Penderita merupakan orang
yang aktif dan senang bergaul dengan banyak orang.Kematian ibu
membuat penderita menjadi lebih sensitif. Gejala mulai timbul sejak
tinggal berpisah dengan orang tuanya.
Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada Penderita berdasarkan
intervensi 3 variabel penting yaitu:
1. Stress yang diterima diinterprestasikan berat oleh Penderita
2. Sumber daya penyesuaian individu yang kurang dalam hal daya
tahan Penderita terhadap stress
3. Diathesis-stress = kerentanan = bakat Penderita
20
reaction
yaitu
terjadinya
pembangkitan
emosi
dan
3.
disintegrasi pribadi.
4. Kepayahan (Distress)
o Terjadi gangguan jiwa psikosa
o Terjadi disintegrasi kepribadian
Diagnosis Multiaksial
Axis I : F14.5 = Gangguan mental
dan
perilaku
akibat
DAFTAR MASALAH
A. Organobiologis
Faktor Genetik
: Disangkal
Faktor Penyakit Lainnya : Disangkal
21
Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
Baik
Baik
Baik
B. Psikologis
Afek/emosi
Proses berpikir
: cemas
: Bentuk
: non realistik
Arus
: Koheren
Isi
: pikiran bunuh diri,PTM (+)
Kemauan
: Aspek Perawatan Diri
: menurun
Aspek Sosial
: menurun
Aspek Pekerjaan
: menurun
Psikomotor
: Stereotipik
Kepribadian
: Immature
Daya nilai dan tilikan : terganggu (derajat 4)
C. Aspek Sosial-Budaya
Faktor Pencetus : Kematian ibu penderita,tertekan oleh kakak-kakaknya
Faktor Keluarga : (+)
IX. MANAJEMEN TERAPI
1. Somatoterapi
Quetiapine 25 mg (0-1-1)
o Nama dagang : Serequel
o Derivat dari : Dibenzothiazepine
o Dosis yang dianjurkan : 50-400 mg/hari
o Sediaan : Tab.oral 25mg, 50mg, 100mg, 200mg, 300mg, 400mg
o Bentuk sediaan : Tablet
o Efek sedasi : (+)
o Gangguan
sistem
saraf
otonom
:
(+)
(mulut
kering,konstipasi,dyspepsia, hipotensi postural, takikardi, sinkop,
edema perifer)
o Sindrom Ekstrapiramidal : (+++) => sering menimbulkan EPS
(distonia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)
o Kontraindikasi:
Penderita sensitif dengan haloperidol
Penurunan kesadaran hebat karena CNS depresan
Waspada pada penderita dengan penyakit jantung, insufisiensi
hati dan ginjal
Alasan pemilihan obat :
Pada pasien ini terdapat gejala positif dan negative sehingga obat yang
dipakai adalah Seroquel, yang merupakan obat antipsikosis atipikal yaitu
obat yang berkerja sebagai dopamine serotonin antagonis sehingga efektif
terhadap gejala positf (halusinasi), maupun gejala negative (kemauan
menurun).Obat atipikal juga memiliki efek sedasi dan EPS yang lebih
rendah dari obat tipikal
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi Suportif
22
dunia
narkotika
dengan
mengganti
nomer
handphone
Memotivasi penderita agar bisa kembali bersemangat
lingkungan
agar
mendukung
kesembuhan
Tes MMPI
Hipnoterapi
23
III. LAMPIRAN
24
1. Foto bersama kakak penderita dan penderita saat home visite ke rumah kakak
penderita
25
26
27
28
29
30