You are on page 1of 31

UJIAN

ILMU KEDOKTERAN JIWA

Penguji :
dr. Iman Santoso, Sp.KJ
dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ
Penyusun :
Stanley Haryono
2009.04.0.0003

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2014

UJIAN
ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HANG TUAH RSAL DR. RAMELAN
SURABAYA
Nama

: Stanley Haryono

NIM

: 2009.04.0.0003

Penguji

: dr. Iman Santoso, Sp. KJ


dr. Ketut Tirka Nandaka, Sp.KJ

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Tempat, tanggal lahir
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status
Suku bangsa
Bangsa
Tanggal berobat

: Kurnia Wahyu
: 26 tahun
: Surabaya, 7 Juli 1985
: Laki-laki
: Jl. Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru
: Islam
: SMA
: Tidak Bekerja
: Belum menikah
: Jawa
: Indonesia
: 20 November 2014

Autaoanamnesa
Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 25 November 2014, pukul 16.00 WIB di
rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru

Heteroanamnesa
Heteroanamnesa dengan Ibu Elly ( kakak penderita) dilakukan pada tanggal 25
November 2014, pukul 16.00 WIB di rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A
gang melati , Sawotratap , Waru .
II. RIWAYAT PSIKIATRI
II.1 Keluhan Utama :
Penderita merasa malas berbuat apa-apa

II.2

Keluhan Tambahan :

Penderita merasa sering bingung , kalau jalan tidak bisa lurus

Penderita merasa gelisah , kesulitan tidur , dan sering mondar-mandir

II.3

Gejala Prodormal
Penderita tidak bisa tidur
Lebih sering berdiam diri di rumah
Tampak lebih cemas

II.4

Peristiwa Terkait Keluhan Utama

Penderita telah menggunakan sabu-sabu sejak tahun 2002

Orang tua penderita meninggal pada saat penderita remaja

Penderita merupakan anak bungsu dari 6 saudara

Pergaulan yang tidak sehat

II.5 Riwayat Penyakit Sekarang :


Autoanamnesa dilakukan pada tanggal 25 November 2014, pukul 16.00
WIB di rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A gang melati ,
Sawotratap , Waru
Sebelum pemeriksa menemui penderita di rumahnya , pemeriksa
menghubungi

kakak penderita

untuk

membuat

janji

bertemu.Setelah

menemukan hari dan jam yang sesuai , pemeriksa berkunjung ke rumah


penderita di Jalan Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru . Tepat
pukul 16.00 WIB pemeriksa tiba di rumah penderita.Awalnya tidak ada yang
membukakan pintu, kemudian pemeriksa menghubungi kakak penderita dan
ternyata kakak penderita sedang tidak berada di rumah,namun penderita di
dalam rumah.Kemudian pemeriksa menelepon penderita , ternyata penderita
tadi sedang tidur sehingga tidak mendengar saat pemeriksa mengetuk pintu.
Akhirnya penderita membukakan pintu dengan ramah dan mempersilakan
pemeriksa masuk untuk duduk di ruang tamu.
Pada saat pemeriksa tampilan penderita rapi , hanya rambutnya yang
sedikit acak-acakan karena baru bangun tidur. Lalu pemeriksa mengajak
penderita mengobrol ringan untuk mencairkan suasana. Setelah suasana
dirasa cukup cair , pemeriksa menanyakan hal-hal yang terkait dengan
penderita , keluarga, dan gangguan yang dideritanya.
Pertama pemeriksa menanyakan identitas penderita dan keluarganya.
Mulai dari identitas penderita , orang tua , dan saudara-saudaranya ,
2

penderita mampu menjawab dengan lancar tanpa ada yang terlupa.


Pemeriksa lalu bertanya bagaimana hubungan penderita dengan orang
tuanya , kemudian penderita menceritakan bahwa ayahnya telah meninggal
saat ia duduk di kelas 5 SD , kemudian ibunya meninggal saat ia duduk di
kelas 3 SMP.Saat pemeriksa bertanya bagaimana perasaan penderita ketika
ditinggalkan orang tuanya , penderita menjawab bahwa saat kehilangan
ayahnya ia masih kecil jadi belum terlalu mengerti , namun saat ibunya
meninggal

penderita

merasa

kehilangan

tapi

tidak

sampai

merasa

terpukul.Saat ditanya bagaimana hubungan dengan orang tuanya , penderita


mengatakan bahwa ia tidak begitu dekat dengan ayahnya karena sering pergi
berlayar, sedangkan ia merasa bahwa hubungan dengan ibunya lebih dekat
karena ia lebih sering bersama ibunya di rumah.
Pemeriksa lalu bertanya hubungan penderita dengan saudarasaudaranya , penderita menjawab bahwa hubungannya cukup baik , tapi ia
merasa paling dekat dangan kakak perempuannya yang ke dua.Ia juga
menceritakan semenjak orang tuanya meninggal ia sering berpindah-pindah
ikut kakaknya.Pemeriksa lalu meminta penderita untuk menceritakan
mengenai masa kecil dan masa remaja dan bagaimana kedua orang tua
penderita

dalam

mengasuh

penderita

dulu.

Penderita

tidak

dapat

menceritakan tentang masa kecilnya karena ia lupa.Namun penderita masih


dapat menceritakan tentang masa remajanya, dimana ia dulu merupakan
siswa yang nakal dan aktif di sekolahnya.Ia tidak pernah memilih-milih teman
dan bergaul dengan siapa saja , dan suka mencoba hal-hal baru.
Kemudian pemeriksa menanyakan alasan penderita datang untuk
berobat ke Poli Jiwa RSAL.Penderita pun menjawab bahwa ia ke sana diajak
kakaknya karena kakaknya melihat ia dirumah tidak mau melakukan apa-apa
dan tidak bersemangat dalam menjalani hidupnya semenjak pindah dari
Jogja.Lalu pemeriksa bertanya sejak kapan penderita mengalami hal seperti
ini dan meminta penderita untuk menceritakannya.Penderita bercerita bahwa
ia pernah memakai narkoba sejak kelas 2 SMA, maka pemeriksa
menanyakan bagaimana ceritanya sampai penderita terjerumus dan memakai
narkoba.Kemudian penderita menceritakan semenjak ibunya meninggal saat
kelas 3 SMP ia hidup ikut kakak-kakaknya,kemudian saat naik ke kelas 1
SMA ia pindah ke Pekalongan bersama kakak laki-lakinya yang polisi. Saat
3

SMA ia merasa hidupnya sulit dan ia harus bekerja untuk uang sangunya
sehari-hari.Kemudian saat penderita menginjak kelas 2 SMA ia berkenalan
dengan temannya yang bernama Chandra dan mulai tertarik untuk mencoba
sabu-sabu karena diajak temannya.Penderita memakai sabu-sabu dengan
tujuan mencoba-coba dan bersenang-senang setelah itu penderita secara
rutin mengkonsumsi obat-obatan terlarang bersama teman-temanya di rumah
temannya. Pada saat memakai penderita merasa nge-fly dan lebih tenang.
Penderita mengaku setelah memakai sabu penderita merasa lebih percaya
diri, merasa tidak mengantuk sama sekali bisa tidak tidur selama 3 hari, lebih
semangat bekerja. Selama tidak memakai sabu, penderita mengaku badan
terasa lebih lemas, malas untuk melakukan kegiatan apapun. Penderita juga
sering pergi ke diskotik. Setelah lulus SMA kemudian penderita pindah ke
Surabaya dan kuliah di Universitas Dr Soetomo dan bertemu dengan temanteman baru yang semuanya pengguna sabu. Akhirnya penderita merasa
bahwa untuk memenuhi kebutuhannya, membayar uang kuliahnya, dan
membeli sabu-sabu ia harus bekerja lebih keras sehingga ia memutuskan
untuk berhenti kuliah di semester 6.
Kemudian penderita bekerja di suatu perusahaan Finance di surabaya
sebagai marketing, ia merasa karirnya di sana sukses.Di tempat kerjanya ia
juga bertemu dengan teman-teman baru yang juga pengguna sabu , sehingga
pasien lebih sering dalam menggunakan sabu.Setelah itu pasien dipindah
tugaskan ke Jogja , di sana pasien lagi-lagi bertemu dengan teman-teman
yang juga menggunakan sabu dan penderita merasa lingkup temantemannya semakin luas , karena ia merasa ia dapat bertemu dengan
pengguna sabu dari berbagai kota seperti Bali, Makassar, Jakarta,
Semarang,dan lain-lain. Semenjak itu penderita merasa sering paranoid ada
polisi yang mengikutinya dan ingin menangkapnya untuk di bawa ke
BNN.Oleh karena itu penderita sering berobat ke dokter untuk meminta obat
penenang , penderita menceritakan ia diberi obat penenang Xanax oleh
dokter,namun obat ini juga masih tidak bisa melepaskan penderita dari
konsumsi sabu dan rasa paranoidnya.Penderita juga bercerita bahwa ia mulai
ketergantungan dengan Xanax.
Penderita menceritakan bahwa ia menjual mobil kakaknya yang polisi
untuk memenuhi kebutuhan membeli sabunya,sehingga kakaknya marah dan
4

berdiskusi dengan kakak-kakaknya yang lain untuk memasukkan penderita ke


INABA di Tasikmalaya.Penderita berhenti bekerja sementara dan dimasukkan
ke INABA.Di sana ia merasa bahwa hidupnya seperti penjara , disiksa , dan
tertekan.Ia juga merasa seharusnya ia dibantu oleh keluarganya bukan
dijauhkan dan diasingkan dari keluarganya.Ia tidak merasa lebih baik berada
di INABA ,setelah 6 bulan di INABA kemudian penderita dibawa kakaknya
yang bernama Elly keluar dari sana.Semenjak keluar dari INABA , ia merasa
bahwa teman-temannya untuk mengkonsumsi sabu semakin banyak
sehingga ia masih juga tidak bisa lepas dari sabu.
Penderita bercerita ia sering sekali diajak teman yang berbeda-beda
setiap harinya untuk mengkonsumi sabu.Kemudian di tahun 2012 kakak
perempuannya yang bernama Elly membawa penderita ke RSAL untuk
berobat,di sana penderita bercerita ia dirawat oleh Dr. Wayan. Awalnya
penderita rutin datang berobat , namun karena pengaruh pergaulan akhirnya
penderita tetap menggunakan sabu.Di tahun 2013 penderita kembali lagi
berobat di RSAL namun Dr. Wayan sudah meninggal sehingga penderita
sekarang berobat dengan Dr. Sadya. Namun lagi-lagi pasien tetap terbawa
oleh ajakan temannya untuk mengkonsumi sabu, sampai akhirnya di
pertengahan 2014 , kakak-kakak penderita berdiskusi dan memutuskan untuk
memasukkan penderita ke Pondok Pesanteren di Pare.
Penderita menolak untuk dimasukkan ke pondok , begitupula dengan
kakaknya yang bernama Elly.Namun karena suadara-saudara yang lain terus
mendesak penderita akhirnya penderita masuk ke pondok.Sekitar bulan
Oktober saat ada temannya di Surabaya yang meninggal penderita datang ke
Surabaya selama beberapa hari.Timbulah rasa curiga dari kakak-kakak
pasien yang berfikir bahwa pasien kembali ke Surabaya untuk berkumpul
bersama teman-temannya untuk menggunakan sabu.Penderita menjelaskan
ke kakak-kakaknya

bahwa

ia memiliki

niat untuk sungguh-sungguh

berhenti,namun kakak pasien tidak ada satupun yang percaya dan terus
memarahi pasien dan mendesak pasien untuk pulang ke pondok.Namun
penderita memutuskan untuk tetap berada di Surabaya selama beberapa
minggu membantu menguruskan STNK kakaknya.Kakak-kakak penderita
yang lain masih curiga dengan penderita dan terus menekan penderita
melalui telepon untuk pulang ke Pare.
5

Akhirnya penderita merasa semakin tertekan karena menganggap


walapun ia bertindak benar namun oleh orang sekitarnya tetap dipandang
jelek , sehingga ia sering merasa gelisah dan mondar-mandir.Pada suatu
malam hari penderita merasa ada suatu suara dari hatinya yang mendorong
dirinya untuk bunuh diri saja karena tidak ada orang yang percaya bahwa
penderita ingin sembuh.Sekitar jam 2 pagi penderita merasa ada sosok yang
menuntunnya ke dapur dan menyuruh penderita untuk gantung diri.Akhirnya
penderita mengambil tali rafia dan menggantung dirinya di dapur.Namun
percobaan bunuh dirinya gagal karena tali rafianya terputus dan penderita
diselamatkan oleh kakaknya.
Semenjak itu penderita diangkat anak oleh kakaknya yang bernama
Elly.Lalu penderita diajak kakaknya kembali berobat di RSAL.Di sana
penderita diberikan obat-obatan untuk menangani masalahnya.Semenjak
penderita mengkonsumsi obat-obat yang diberikan oleh dokter ia merasa
sering mengantuk,sehingga sehari-hari ia hanya bangun untuk mandi dan
makan kemudian tidur lagi.Saat pemeriksa mengajak penderita untuk berfoto
ia merasa takut dan paranoid kalau fotonya nanti akan di kirim ke BNN dan ia
ditangkap oleh BNN.

Heteroanamesa dengan Ibu Elly (kakak penderita) tanggal 25 November


2014, pukul 17.00 WIB di rumah penderita, Jalan Anusanata no 72 A
gang melati , Sawotratap , Waru
Ketika pemeriksa tiba di rumah penderita, kakak penderita belum ada di
rumah. Sekitar pk 17.00, kakak penderita tiba dirumah dan memberi salam
kepada

pemeriksa.Kemudian

kakak

penderita

ikut

bergabung

dengan

pemeriksa.Kemudian penderita permisi kepada pemeriksa untuk tidur di


kamarnya karena ia merasa sangat mengantuk.
Pemeriksa
pun
melakukan
heteroanamnesa

dengan

kakak

penderita.Pemeriksa menanyakan perihal sifat yang dimiliki oleh penderita.


Kakak penderita menjelaskan bahwa sejak kecil penderita adalah anak yang
sering dimanja oleh orang tua karena ia merupakan anak bungsu.Penderita
sering meminta sesuatu kepada orang tuanya dan jika dikabulkan biasanya
6

pasien akan marah.Tapi tidak ada saling iri antara saudara-saudara penderita
dengan penderita.Sejak kecil penderita tipe orang yang aktif dan nakal namun
kenakalannya masih bisa ditoleransi.Saat ditinggal meninggal oleh ayahnya
penderita masih kecil jadi masih belum terlalu mengerti dan penderita tidak
terlalu dekat dengan ayahnya,sedangkan saat ibu penderita meninggal
penderita menjadi pribadi yang sensitif dan lebih mudah marah karena
hubungan penderita dan ibunya sangat dekat.
Kakaknya mengetahui bahwa penderita menggunakan narkoba sejak
putus kuliah.Semenjak itu kakak penderita berusaha untuk mendekatkan diri
dengan penderita agar penderita mau berhenti mengkonsumsi narkoba,karena
ia beranggapan bahwa pengkonsumsi narkoba tidak dapat dikerasi , melainkan
harus didekatkan dari hati ke hati.Setelah keluar dari INABA , kakak penderita
memutuskan untuk merawat penderita di rumahnya dan membawa penderita ke
RSAL karena menurutnya pengobatan medis lebih bagus daripada di INABA
yang menggunakan kekerasan.Akhirya penderita mengajak adiknya tinggal
bersama dirinya dan menyarankan adiknya untuk berhenti kerja , karena
lingkungan pekerjaannya juga salah satu penyebab adiknya tidak bisa lepas dari
sabu-sabu.
Semenjak tinggal bersama adiknya , kakak penderita menceritakan
bahwa penderita sering terlihat gelisah di malam hari , bahkan penderita pernah
membongkar semua isi kulkas dan masuk kedalamnya karena ia merasa
kepanasan.
Saat terjadi perdebatan dengan saudara-saudaranya yang lain untuk
memasukan penderita ke Pondok Pesanteren , ia beranggapan bahwa
pengobatan medis dan pendekatan dari hati ke hati lebih baik daripada
pengobatan secara agama.Sebenarnya kakak penderita juga sudah merasa
lelah dengan kelakuan adiknya yang tidak mau berhenti mengkonsumi narkoba
dan beranggapan lebih baik penderita mati saja karena merepotkan kakakkakaknya.
Pada suatu malam , saat penderita ingin mencoba bunuh diri kakaknya
kaget karena ada suara keras dari arah dapur.Kemudian kakak penderita berlari
ke arah dapur dan menemukan adiknya terbaring di lantai dengan leher yang
terikat tali rafia. Kakak penderita menjabarkan bahwa wajah adiknya saat itu
sudah tampak abu-abu kehitaman dan otot-otot lehernya kaku semua.Kemudian

ia segera mengambil gunting dan memotong tali rafia tersebut dan memeluk
adiknya sambil menangis.
Karena malu dengan kondisi adiknya maka saat itu penderita hanya
dirawat di rumah dan tidak di bawa ke Rumah Sakit. Kakak penderita
menyarankan adiknya untuk berhenti kerja karena ia merasa adiknya tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan tampak masih kebingungan.Kakak
penderita sering memperhatikan adiknya ketika berjalan tidak dapat lurus, dan
suatu ketika adiknya membawa motor tampak oleng.Akhirnya penderita dibawa
ke RSAL untuk berobat tanggal 20 November 2014.
Setelah itu pemeriksa meminta ijin pada kakak penderita untuk
membangunkan adiknya untuk berfoto bersama.Setelah berfoto bersama
pemeriksa berpamitan dengan penderita dan kakaknya sekitar pukul 18.30 .

II.6

Riwayat Penyakit Dahulu


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik :
Penderita pertama kali kontrol di poli jiwa RSAL pada tanggal 20 November
2014. Untuk riwayat MRS disangkal penderita
B. Riwayat Gangguan Medik
- Hipertensi
: Disangkal
- Gastritis
: Disangkal
- Trauma kepala
: Disangkal
- Penyakit SSP
: Disangkal
- Vertigo
: Disangkal
- Tumor
: Disangkal
- Asma
: Disangkal
- Alergi
: Disangkal
- Penyakit jantung
: Disangkal
- Penyakit ginjal
: Disangkal
- Diabetes Melitus
: Disangkal
- Intoksikasi obat
: Disangkal
- Hipertiroidisme
: Disangkal
-

Riwayat Penggunaan Obat obatan Terlarang dan Alkohol:

Penderita mengkonsumsi sabu-sabu sejak 2 SMA dan penderita sering


mengkonsumsi alkohol dan inex saat ke diskotik.
II.7

II.8

Riwayat Penyakit Keluarga


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Tidak ada anggota keluarga lain baik dari pihak penderita yang
memiliki riwayat gangguan jiwa
B. Riwayat Gangguan Medik
- Hipertensi
: Disangkal
- Stroke
: (+)
- Diabetes Melitus
: Disangkal
- Asma
: Disangkal
- Penyakit jantung
: (+)
- Alergi
: Disangkal
- Vertigo
: Disangkal
- Gastritis
: Disangkal
Riwayat Hidup
A. Prenatal dan Perinatal
Kelahiran Penderita diharapkan dan tidak direncanakan
Persalinan normal dan tidak ada cacat congenital
Penderita dan semua saudaranya mendapatkan asupan ASI eksklusif dari
ibunya
Ibu Penderita tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang maupun alcohol
B. Masa Kanak Awal (usia 0 - 3 tahun)
Penderita dirawat oleh ayah dan ibunya
Hubungan dengan ayah, ibu dan saudaranya baik
Tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada Penderita
Tidak terdapat kenakalan yang berarti pada Penderita
C. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)
Tidak terdapat gangguan belajar dan membaca
Tidak terdapat gangguan menulis
D. Masa Kanak Akhir (7-11 tahun) dan Masa Pra Remaja
Penderita bersekolah di SD Hang Tuah 3 Surabaya
Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya serta
guru-gurunya,
Penderita tidak pernah tinggal kelas
Penderita adalah anak yang aktif
E. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)
Penderita bersekolah di SMP Negeri 5
Penderita menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman dan guruguruya,
Penderita mengaku aktif di sekolah dan mempunyai banyak teman
Penderita tidak pernah tinggal kelas
F. Masa Remaja Akhir (15-18 tahun)
Penderita bersekolah di SMAN 2 Pekalongan
9

Penderita tidak pernah tinggal kelas


Penderita menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang
G. Masa Dewasa
Penderita kulia pada universitas Unitomo selama 6 semester
Penderita masih menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang
Penderita sering pergi ke diskotik untuk bersenang-senang
Pernah dimasukan dalam pusat rehabilitasi
1. Riwayat Pendidikan
- SD Hang Tuah 3 Surabaya
- SMP Negeri 5
- SMAN 2 Pekalongan
- Perguruan tinggi univ Unitomo

: 6 tahun
: 3 tahun
: 3 tahun
: 6 semester

2. Riwayat Pekerjaan
Penderita dulunya bekerja di perusahaan Finance di Surabaya
dibagian

marketing

kuarang lebih selama 3 tahun lalu dipindah

tugaskan oleh perusahaanya ke Jogja.


3. Riwayat Pernikahan
Belum menikah.
4. Riwayat Agama
Penderita beragama Islam. Pendidikan agama didapatkan dari orang
tua dan sekolah sejak kecil. Penderita tidak rajin sholat.
5. Riwayat Militer
Penderita tidak pernah mendapatkan pendidikan militer dan tidak
memiliki keinginan untuk masuk pendidikan militer
6. Aktivitas Sosial
Hubungan Penderita dengan orang tuanya baik. Dan dengan saudarasaudaranya cukup harmonis. Hubungan dengan tetangga baik. Penderita
mempunyai banyak teman yang seringkali mengajak penderita untuk
memakai

obat

terlarang,tetapi

sejak

ada

keinginan

untuk

sembuh,penderita tidak mau bertemu dengan mereka.


7. Situasi Kehidupan Sekarang
Penderita sekarang tinggal bertiga dengan kakaknya, ibu Elly di jalan
Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap , Waru. Keadaan ekonomi
Penderita cukup. Sumber keuangan dari kakak penderita.

10

8. Riwayat Hukum
Penderita tidak pernah terlibat pelanggaran hukum dan melakukan
tindak kriminal
Penderita pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obat terlarang
9. Riwayat Psikoseksual
Penderita mendapatkan pendidikan mendapatkan pendidikan normanorma yang berlaku dari orang tua, kakak-kakak penderita dan
lingkungannya, dan penderita dapat menerimanya dengan baik. Penderita
selalu mematuhi peraturan yang ada
10. Riwayat Keluarga
Penderita merupakan anak keenam dari enam bersaudara, Secara
keseluruhan, hubungan Penderita dengan keluarga cukup harmonis dan
Kadang karena penderita merupakan anak bungsu kakak-kakak penderita
sering mengikutcampuri keputusan penderita.

SILSILAH KELUARGA

11

Sejak lahir hingga kelas 5 SD tinggal dengan kedua orang tuanya, namun
ayahnya meninggal, lalu penderita tinggal bersama ibunya sampai kelas 3
SMP. Setelah ibu nya meninggal penderita tinggal berpindah-pindah ikut
kakaknya.
1. Orang tua penderita :
A. Ayah penderita
Nama ayah

: (Alm) Mukhlas

Usia

: (Meninggal saat umur 60 tahun)

Jenis Kelamin : Laki - laki


Status

: Menikah

Pekerjaan

: TNI AL

B. Ibu penderita
Nama ibu

: (Alm) Sutiyani

Usia

: (Meninggal saat umur 50 tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

C. Penderita merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara :


A. Saudara pertama

12

Nama

: Siti Elmiati

Umur

: 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Guru

Pendidikan

: S1

B. Saudara kedua
Nama

: Elly

Umur

: 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Terapis

Pendidikan

: SMA

C.Saudara ketiga
Nama

: Agus

Umur

: 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: S1

D. Saudara keempat
Nama

: Yusuf

Umur

: 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Polisi

Pendidikan

: S1

E. Saudara kelima
13

Nama

: Susiati Elia

Umur

: 36 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SMA

F. Saudara keenam (Penderita)


Nama
: Kurnia Wahyu
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
:Pendidikan
: SMA
11. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Penderita ingin sembuh dulu dari penyakit yang dideritanya
III. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang pria berusia 26 tahun. Wajah Penderita sesuai usia. Berkulit sawo
matang. Penderita mengenakan kaos polo berwarna coklat. Tidak terdapat
cacat bawaan.
2. Kontak
Kontak mata terhadap pemeriksa (+), mata Penderita memandang ke arah
mata pemeriksa
Kontak verbal (+) , Penderita dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar.Selama wawancara penderita tampak memainkan kuku jari
tangannya.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Penderita kooperatif dan mau menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
baik. Dan terkadang penderita juga menceritakan efek-efek obat yang setelah
ia minum dan jenis-jenisnya.
b. Mood dan Afek
14

Mood/Afek
Keserasian
c. Pembicaraan
Kuantitas
Kualitas

: Cemas
: Ekspresi afek cukup serasi dengan isi pembicaraan
: cukup, jawaban sesuai dengan pertanyaan pemeriksa
: lancar, artikulasi jelas

d. Persepsi
Halusinasi Optik
: (+)
Delusions of being controlled : (+)
Halusinasi Dengar
: (-)
Ilusi
: (-)
e. Pikiran
Bentuk
Arus
Isi

: non-realistik
: Koheren
: Pikiran bunuh diri,PTM (+)

f. Sensorium dan Kognisi


i.
Tingkat Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)
ii.
Orientasi
Waktu : Orientasi waktu baik. Penderita dapat menyebutkan hari,
tanggal, bulan dan tahun saat diperiksa.
Tempat : Orientasi tempat baik. Penderita dapat menyebutkan alamat
tempat tinggalnya.
Orang : Orientasi orang baik. Penderita dapat mengenali kakaknya
yang serumah dengannya. Juga dapat menyebutkan nama-nama
iii.

kakaknya dengan benar.


Daya Ingat
Daya Ingat Jangka Panjang

: Dalam batas normal, Penderita dapat

mengingat kejadian masa kecilnya


Daya Ingat Jangka Sedang
: Dalam batas normal, Penderita ingat dia
pernah sekolah dimana
Daya Ingat Jangka Pendek
iv.

v.
vi.

: Dalam batas normal, Penderita ingat

kegiatan hari ini


Konsentrasi dan Perhatian
Baik, Penderita mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatiannya
selama pembicaraan.
Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, Penderita tidak dapat menulis dan membaca dengan lancar
Kemampuan Visuospasial

15

Baik, Penderita dapat menjelaskan keadaan rumah dengan baik dan dapat
vii.
viii.

menggambarkan denah rumah..


Berpikir Abstrak
Baik.
Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Baik

g. Pengendalian Impuls
Selama wawancara Penderita memperhatikan pemeriksa dengan baik. Jawaban
yang diberikan penderita sesuai dengan pertanyaan pemeriksa. Penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda yang membahayakan dirinya dan orang lain.

h. Daya Nilai dan Tilikan


Daya nilai realitas
Daya nilai sosial
Tilikan

: normal
: normal
: Derajat 4 (Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan

namun tidak memahami penyebab sakitnya).


i.
a.
b.
c.

Kemauan
Aspek perawatan diri
: menurun
Aspek sosial
: menurun
Aspek pekerjaan
: menurun
(Penderita dalam kesehariannya hanya tidur dan makan).

j. Derajat Dapat Dipercaya


Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat dipercaya.
Keseluruhan informasi juga telah mendapatkan konfirmasi dari kakak Penderita.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. Status Interna
a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Vital Sign
: Tekanan darah
: 120/80 mmHg

d. A/I/C/D
e. Kepala dan Leher
f. Thoraks

Nadi

: 90 x/min

Suhu

: 36,7C

RR

: 24 x/min

: -/-/-/: pembesaran KGB : (-)


Pembesaran Thyroid : (-)
: Cor : S1 S2 Tunggal, gallop (-), murmur (-)
16

Pulmo : Vesikular, Gerak nafas simetris, ronki -/Wheezing -/g. Abdomen

h. Ekstrimitas
`

2. Status Neurologis
a. Kesadaran
b. Meningeal Sign
c. Mata
d.
e.
f.
g.

Motorik
Sensorik
Reflek fisiologis
Reflek patologis

: inspeksi
Palpasi

: datar simetris
: nyeri tekan (-)
Hepar, lien, ginjal tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
: akral hangat pada keempat ekstrimitas
+
+
+
+
Oedem pada keempat ekstrimitas

: GCS 4-5-6
: (-)
: Gerakan normal, pupil isokor
Reflek cahaya : +/+
Reflek kornea : +/+
: Normotonus, turgor baik, koordinasi baik
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: (-)

V. IKHTISIAR PENEMUAN POSITIF DAN BERMAKNA


Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. Wahyu Kurnia, 26 tahun, merupakan anak ke enam dari enam bersaudara
dan sangat dimanja oleh ibunya semenjak kecil.Penderita pertama kali datang
berobat ke poli jiwa RSAL tahun 2012 dengan keluhan utama ketergantungan
sabu-sabu dan ingin lepas dari ketergantungannya.Kemudian penderita putus
berobat dan baru kontrol lagi tahun 2013, namun lagi-lagi penderita tidak rutin
kontrol dan baru datang lagi tahun 2014 dengan keluhan malas ngapa-ngapain
dan ada percobaan bunuh diri 2 minggu sebelum kontrol.
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan penderita telah mengkonsumsi sabu
sejak kelas 2 SMA sampai sekarang , dan baru 1 bulan terakhir ini penderita
benar-benar bebas dari konsumsi sabu.Karena tekanan dari keluarga yang selalu
berpikiran negatif tentang dirinya penderita menjadi stress dan muncul dorongan
untuk bunuh diri dari hati karena ia menganggap semua orang selalu berpikiran
negatif terhadap dirinya.Selain itu penderita juga keluar dari pekerjaannya dan
semenjak itu malas untuk melakukan aktivitasnya.
17

Berdasarkan heteroanamnesa dengan kakak penderita didapatkan bahwa


memang sejak kecil penderita adalah anak yang paling dimanjakan dan semua
kemaunnya harus dituruti jika tidak penderita akan marah-marah.Semenjak
ditinggal meninggal oleh ibunya penderita menjadi lebih mudah marah dan
sensitif.Kakak penderita yang sekarang tinggal bersama penderita menceritakan
bahwa kakak-kakak penderita yang lain lebih percaya dengan pengobatan nonmedis untuk membantu penderita lepas dari ketergantungannya,namun Ny. Elly (
kakak penderita nomer 2 ) beranggapan bahwa penderita membutuhka perhatian
dan kasih sayang serta pengobatan medis untuk lepas dari ketergantungannya.
1.

Riwayat Psikiatri : Penderita pertama kali datang ke poli jiwa RSAL pada

2.

tanggal 20 November 2014. Penderita tidak pernah dirawat di rumah sakit


Status Mental
Penampilan : Wajah sesuai usia. Penampilan tampak rapi. Tidak ada cacat
fisik bawaan.
Kesadaran : Berubah
Afek / Emosi
: Cemas
Proses Berpikir
:
Bentuk : non Realistik
Arus

: koheren

Isi
: Pikiran bunuh diri,PTM (+)
Kesadaran : Meningkat (sulit tidur)
Persepsi
:
Halusinasi Optik : (+), Delusion of being controlled
Halusinasi Dengar : (-)
Kemauan : Aspek Perawatan Diri
: menurun
Aspek Sosial

: menurun

Aspek Pekerjaan
: menurun
Psikomotor: Stereotipik (memainkan kuku jari tangannya)
Secara keseluruhan informasi yang telah disampaikan Penderita, dapat
dipercaya.Keseluruhan informasi juga telah mendapatkan konfirmasi dari
kakak Penderita.
Selama wawancara, Penderita mampu menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan lancar.
3.

Faktor Penyebab
RTTGJ
: Penderita merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara
Keturunan : Disangkal
Premorbid : immature

4.

Faktor Pencetus
18

Penderita stress dan tertekan karena desakan dari kakak-kakaknya dan


riwayat penggunaan NAPZA
1.

DIAGNOSIS
Formulasi Diagnostik
Pada Penderita ditemukan adanya pola perilaku dan psikologis
yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu
gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) dan atau terganggunya
fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, biologis, perilaku, pekerjaan).
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa Penderita mengalami suatu
Gangguan Jiwa.
Pada Penderita

ini

ditemukan

adanya

gangguan

pada

penghayatan akan realitas (sense of reality) dan kemampuan menilai


realitasnya juga terganggu (reality testing ability). Dimana pada awalnya
Penderita mengalami halusinasi optik dan merasa dituntun orang, yang
secara realitas tidak ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Penderita mengalami gangguan jiwa Psikosa.
Pada Penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun
penyakit organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi
jaringan otak sebelum gejala terjadi. Pada penderita ditemukan riwayat
penyalahgunaan zat psikoaktif. Dengan demikian, Penderita dapat
digolongkan mengalami Gangguan Psikosa Akibat Penggunaan Zat.
Menurut PPDGJ III, Penderita termasuk dalam Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat dengan pedoman
diagnostik gejala-gejala yang sering muncul pada Penderita ini yaitu:
a. Adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif
b. Delusion of being controlled: pikiran tentang dirinya dikontrol
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c. Adanya halusinasi optik yaitu yang berupa sosok hitam yang
menuntun dirinya.
d. Adanya gangguan proses berpikir, yaitu pada isi pikiran (bunuh
diri),PTM (+)
e. Adanya afek emosi cemas yang juga ditunjukan dengan
peningkatan psikomotor (Memainkan jari-jari tangan).
f. Adanya keinginan untuk memakai zat psikoaktif tersebut.
g. Terjadi perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

19

(personal behavior), yaitu bermanifestasi sebagai hilangnya


perawatan diri, minat bekerja, dan penarikan diri secara sosial.
Menurut PPDGJ III, Axis I Penderita termasuk Gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan kokain dengan gangguan psikotik dengan
pedoman diagnostik gejala-gejala yang muncul pada Penderita ini:
a. Adanya riwayat penggunaan obat psikoaktif khususnya kokain
b. Adanya distorsi dari persepsi pada penderita ditunjukan dengan
adanya halusinasi berupa sosok hitam yang menuntun penderita
untuk bunuh diri.
Penderita adalah orang yang manja sejak kecil keinginannya harus
selalu dituruti. Hal tersebut merupakan gambaran kepribadian Immature.
Sehingga diagnosa pada Axis II, Penderita memiliki Gambaran Kepribadian
Immature.
Pada Axis III belum ditemukan kelainan.
Pada Axis IV ditemukan stressor psikososial yang jelas, yaitu
-

Masalah Keluarga yaitu kematian ibu penderita, penderita tertekan oleh

pengaruh kakak-kakaknya
Masalah Pekerjaan yaitu penderita keluar dari pekerjaannya akibat
penggunaan zat psikoaktif
Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri dengan

menggunakan skala Global Assesment of Functioning (GAF) :


GAF Scale Current : 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).
2.

Formulasi Psikodinamik
Penderita adalah anak keenam dari enam bersaudara. Penderita
dididik dengan manja oleh orang tuanya. Penderita merupakan orang
yang aktif dan senang bergaul dengan banyak orang.Kematian ibu
membuat penderita menjadi lebih sensitif. Gejala mulai timbul sejak
tinggal berpisah dengan orang tuanya.
Mekanisme timbulnya gangguan jiwa pada Penderita berdasarkan
intervensi 3 variabel penting yaitu:
1. Stress yang diterima diinterprestasikan berat oleh Penderita
2. Sumber daya penyesuaian individu yang kurang dalam hal daya
tahan Penderita terhadap stress
3. Diathesis-stress = kerentanan = bakat Penderita
20

Ketiga hal tersebut dapat menimbulkan berbagai klinis gangguan jiwa.


Berdasarkan teori Dr. Hans Selye, apabila dilihat dari fase
terjadinya stress pada Penderita, maka akan didapatkan perkembangan
yang signifikan dan sesuai, yang dimulai dari :
1. Alarm

reaction

yaitu

terjadinya

pembangkitan

emosi

dan

ketegangan pada diri Penderita.


2. Pertahanan
o Menimbulkan pola-pola neurotik seperti afek cemas, mood amarah,
aspek pekerjaan serta sosial menurun
o Terjadi perubahan perilaku menjadi cepat marah dan apabila sudah
marah akan mudah mengamuk
3. Hasil adaptasi Penderita : Maladaptasi
Penyesuaian diri yang gagal dan tidak sesuai, serta berlebihan.
Apabila terus menerus dapat mengakibatkan kepayahan dan

3.

disintegrasi pribadi.
4. Kepayahan (Distress)
o Terjadi gangguan jiwa psikosa
o Terjadi disintegrasi kepribadian
Diagnosis Multiaksial
Axis I : F14.5 = Gangguan mental

dan

perilaku

akibat

penggunaan kokain dengan gangguan psikotik.


F.1x.30 = Sindroma putus zat tanpa komplikasi
Axis II : Gambaran Kepribadian immature
Axis III : Saat ini belum ditemukan
Axis IV : Masalah Keluarga
Axis V : GAF scale: 50-41(gejala berat (serious),disabiltas berat)
VI. PROGNOSIS
1. Kepribadian premorbid : immature
2. Onset usia
: Muda
3. Onset pengobatan
: terlambat
4. Onset timbulnya
: kronis
5. Faktor pencetus
: Berat
6. Faktor keturunan
: Disangkal
7. Intelegensi
: Baik
Ad Vitam
: Baik
Ad Functionam : Jelek
Ad Sanactionam : Tanpa obat dapat kambuh
Kesimpulan
: Jelek
VII.

DAFTAR MASALAH
A. Organobiologis
Faktor Genetik
: Disangkal
Faktor Penyakit Lainnya : Disangkal
21

Jelek
Jelek
Jelek
Jelek
Baik
Baik
Baik

B. Psikologis
Afek/emosi
Proses berpikir

: cemas
: Bentuk
: non realistik
Arus
: Koheren
Isi
: pikiran bunuh diri,PTM (+)
Kemauan
: Aspek Perawatan Diri
: menurun
Aspek Sosial
: menurun
Aspek Pekerjaan
: menurun
Psikomotor
: Stereotipik
Kepribadian
: Immature
Daya nilai dan tilikan : terganggu (derajat 4)
C. Aspek Sosial-Budaya
Faktor Pencetus : Kematian ibu penderita,tertekan oleh kakak-kakaknya
Faktor Keluarga : (+)
IX. MANAJEMEN TERAPI
1. Somatoterapi
Quetiapine 25 mg (0-1-1)
o Nama dagang : Serequel
o Derivat dari : Dibenzothiazepine
o Dosis yang dianjurkan : 50-400 mg/hari
o Sediaan : Tab.oral 25mg, 50mg, 100mg, 200mg, 300mg, 400mg
o Bentuk sediaan : Tablet
o Efek sedasi : (+)
o Gangguan
sistem
saraf
otonom
:
(+)
(mulut
kering,konstipasi,dyspepsia, hipotensi postural, takikardi, sinkop,
edema perifer)
o Sindrom Ekstrapiramidal : (+++) => sering menimbulkan EPS
(distonia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas)
o Kontraindikasi:
Penderita sensitif dengan haloperidol
Penurunan kesadaran hebat karena CNS depresan
Waspada pada penderita dengan penyakit jantung, insufisiensi
hati dan ginjal
Alasan pemilihan obat :
Pada pasien ini terdapat gejala positif dan negative sehingga obat yang
dipakai adalah Seroquel, yang merupakan obat antipsikosis atipikal yaitu
obat yang berkerja sebagai dopamine serotonin antagonis sehingga efektif
terhadap gejala positf (halusinasi), maupun gejala negative (kemauan
menurun).Obat atipikal juga memiliki efek sedasi dan EPS yang lebih
rendah dari obat tipikal
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi Suportif
22

Memotivasi Penderita untuk meminum obat secara teratur


Menyarankan Penderita untuk rutin kontrol ke Poli Jiwa
Menyarankan penderita untuk menjauhi teman-temannya
dalam

dunia

narkotika

dengan

mengganti

nomer

handphone
Memotivasi penderita agar bisa kembali bersemangat

dalam menjalani hidup


Menganjurkan penderita mengisi waktu luang dengan berbagai
kegiatan
Melakukan konseling untuk berupaya meringankan gejala
Penderita dan menyelesaikan masalah Penderita
b. Psikoterapi Reedukatif
Memberikan pembelajaran agar Penderita tidak terlalu sering
berdiam diri di rumah dan kembali bersosialisasi
3. Sosioterapi
Dengan manipulasi

lingkungan

agar

mendukung

kesembuhan

penderita, yaitu dengan cara :


Menyarankan keluarga untuk mengawasi penderita agar teratur
minum obat
Menyarankan keluarga untuk lebih memberikan perhatian dan
dukungan moril kepada penderita
Memberikan edukasi kepada keluarga tentang gangguan yang
dialami penderita dan rencana penatalaksanaan
Memberikan edukasi kepada keluarga agar tidak terlalu menekan
penderita sehingga penderita menjadi stress.
MONITORING DAN USUL
Monitoring
o Perkembangan Penderita pada masa pengobatan
o Status Psikiatri Penderita
o Keteraturan minum obat
o Efek samping obat
Usul :

Tes MMPI

Hipnoterapi

23

III. LAMPIRAN

24

1. Foto bersama kakak penderita dan penderita saat home visite ke rumah kakak
penderita

25

26

27

2. Denah rumah Penderita dengan kakaknya

28

Peta rumah penderita Jalan Anusanata no 72 A gang melati , Sawotratap ,


Waru

29

30

You might also like