You are on page 1of 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya pergeseran demografi, pergeseran sosial ekonomi, serta meningkat
dan bertambah rumitnya masalah kesehatan akan berdampak pada tuntutan dan
kebutuhan

masyarakat

akan

pelayanan

kesehatan

termasuk

pelayanan

keperawatan. Masyarakat lebih sadar akan hak dan kewajiban untuk menuntut
tersedianya pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan mutu yang secara
profesional dapat dipertanggungjawabkan. Menghadapi globalisasi ini tiada
upaya lain yang perlu dilakukan keculai mengadakan penyesuaian dan perbaikan
terhadap mutu layanan keperawatan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang diberikan
kepada klien untuk memenuhi kebutuhan secara holistik dan komprehensif.
Pelayanan

keperawatan

didasarkan

ilmu

dan

kiat

keperawatan

yang

mengintegrasikan intelektual, ketrampilan dan sikap perawat.


Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan
teori-teori keperawatan, salah satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson.
Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan
keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat
sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi faktor caring, seperti umur, gender,
lingkungan kerja dan kualifikasi perawat. melihat banyak faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang didasari
prinsip caring, kelompok tertarik untuk melihat fenomena yang terjadi di lahan
praktek, apakah caring dapat dilaksanakan oleh perawat tanpa dibatasi tempat,
waktu dan kondisi klien.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum:
Memahami penerapan model konseptual caring Watson dalam pelayanan
keperawatan
b. Tujuan khusus:

Menjelaskan konsep caring dalam pemberian asuhan keperawatan

Menjelaskan konseptual caring dalam aplikasinya pada studi kasus.

Merencanakan penerapan model konseptual caring dalam pelayanan


keperawatan di rumah sakit secara nyata.

Mengaplikasikan model konseptual caring dalam pelayanan keperawatan


di rumah sakit.

Melakukan analisa data terhadap penerapan konseptual caring di rumah


sakit.

Melakukan pembahasan pada hasil penerapan konseptual caring di rumah


sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP CARING
1. Pengertian Caring Science
Caring science merupakan suatu orientasi

human science

dan

kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring


science, seperti juga science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan.
Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan
yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik dari individu, pada orang
lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta
(Watson, 2004).
Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari
sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya
caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi
spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran
diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari
keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien,
dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan
dan meningkatkan kesehatan.
Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 19751979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk
memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson
menganggap istilah factors terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa
kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan
evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah clinical
caritas dan caritas processes, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide
dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004)

2. Paradigma Keperawatan Menurut Watson

Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan
pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan self-knowlegde, self-control, selfcare, dan self-healing.

Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan
pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan
keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi,
self-control, pilihan dan self-determination.

Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga
antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.

Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara klien
dan perawat.

B.

Asumsi Dasar Science of Caring


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari
transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi
oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of
caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:

Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara


interpersonal

Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap


kebutuhan manusia tertentu

Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan


keluarga

Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi
juga menerima akan jadi apa dia kemudian

Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari


potensi yang ada, dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih
tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu

Caring lebih healthogenic daripada curing.

Praktek caring merupakan sentral bagi keperawatan.

1. Faktor Carative dalam Caring


Sepuluh factor carative yang mendasari teori caring pada praktek keperawatan
adalah sebagai berikut:
a. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik
Nilai-nilai humanistik-altruistik adalah sikap-sikap yang didasari pada nilai
manusiawi dan mementingkan orang lain daripada kepentingan pribadi
b. Menanamkan sikap penuh pengharapan
Faktor

ini

menggabungkan

nilai-nilai

humanistic-altruistik

dalam

memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistic dan kesehatan


yang positif terhadap kelompok klien. Faktor ini menjelaskan tentang peran
perawat dlam memgembangkan hubungan timbal balik perawat klien yang
efektif dan meningkatkan kesejahteraan dengan membeantu klien mengadopsi
perilaku hidup sehat.
c. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
Kepekaan dan perasaan yang tajam membuat perawat lebih sungguhsungguh, percaya diri, peka terhadap orang lain.
d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu
Menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu perawat sangat
penting dilakukan untuk terbinanya transpersonal caring atau saling bersikap
caring.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif

Sikap menerima ekspresi positif maupun negatif merupakan sikap untuk


menciptakan hubungan perawat klien yang terbuka, saling berbagi perasaan
dan pengalaman antara klien dan perawat.
f. Menggunakan metoda sistematis dalam pemecahan masalah dengan
menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan pada klien dan keluarga
Faktor ini memfasilitasi penyelesaikan masalah secara ilmiah pada asuhan
keperawatan dan menghilangkan pemikiran konvensional tentang gambaran
perawat sebagai perpanjangan tangan profesi lain.
g. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal
Faktor ini memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar mengajar yang
dirancang untuk memungkinkan klien mandiri, mengidentifikasi kebutuhan
personalnya, dan memberi kesempatan untuk berkembang.
h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural dan spiritual yang
suportif, protektif dan korektif
Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi kondisi sehat-sakit individu. Konsep yang relevan dengan
lingkungan internal adalah kesehatan mental spiritual, kesejahteraan, dan
sosiokultural yang dimiliki individu. Sedangkan lingkungngan eksternalnya
meliputi kenyamanan, keamanan, privacy, kebersihan, dan lingkungan yang
estetik. Melalui faktor ini, perawat menyediakan lingkungan yang suportif
yang menjamin rasa aman dan nyaman baik fisik maupun psikologis klien.
i. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan dasar menurut Watson dibagi menurut 4 tingkatan, yaitu
kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan interpersonal. Faktor ini
memberi dasar pada perawat untuk menyadari bahwa klien harus terpenuhi
kebutuhan dasarnya dan mengidentifikasi prioritas kebutuhan, mulai dari
kebutuhan tingkat rendah sampai kebutuhan tingkat tinggi.

j. Menghargai adanya kekuatan existenstial-phenomenologikal-spiritual


Faktor ini mengarahkan pada pemahaman yang lebih baik tentang diri kita,
orang lain, dan memberikan kebebasan kepada individu untuk memilih
alternatif pengobatan yang diyakini atau dipercaya.
Original carative factors diatas kemudian dikembangkan oleh Watson
menjadi clinical caritas processes yang menawarkan pandangan yang lebih
terbuka (Watson, 2004), yaitu:
1) Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan ketenangan
dalam konteks kesadaran terhadap caring.
2) Hadir dengan sepenuhnya, dan mewujudkan dan mempertahankan sistem
keperacayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan
orang dirawat.
3) Memberikan perhatian terhadap praktek-praktek spiritual dan transpersonal
diri orang lain, melebihi ego dirinya.
4) Mengembangkan

dan

mempertahakan

suatu

hubungan

caring

yang

sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.


5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan
negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri sendiri
dan orang yang dirawat.
6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif
sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caringhealing yang artistik.
7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang mengakui
keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang
lain.
8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun
non fisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang
memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang
penuh,

memberikan

human

care

essentials,

yang

memunculkan

penyesuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri dalam
seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara spiritual.

10) Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial dari
kehidupan dan kematian seseorang, soul care bagi diri sendiri dan orang
yang dirawat.
Yang terlihat berbeda dari Clinical Caritas framework adalah bahwa
adanya dimensi spiritual yang tegas serta cinta dan caring yang tampak jelas
dimasukkan dalam suatu paradigma baru untuk millenium yang akan datang.
Perspektif yang demikian menempatkan keperawatan dalam frame work yang
sangat matang, konsisten dengan model keperawatan Nightingale, yang
sebelumnya telah diaktualisasikan, tapi sedang menunggu evolusinya dalam suatu
teori caring-healing (Watson, 2004).
2. Perilaku Caring
Daftar dimensi caring (Caring Dimensions Inventory = CDI) yang didesain oleh
Watson dan Lea (1997) merupakan instrumen yang dikembangkan untuk meneliti
perilaku perawat (perilaku caring). Daftar dimensi caring tersebut antara lain:
CDI 1. Membantu klien dalam ADL
CDI 2. Membuat catatan keperawatan mengenai klien
CDI 3. Merasa bersalah/menyesal kepada klien
CDI 4. Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
CDI 5. Menjelaskan prosedur klinik
CDI 6. Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
CDI 7. Duduk dengan klien
CDI 8. Mengidentifikasi gaya hidup klien
CDI 9

Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior

CDI 10. Bersama klien selama prosedur klinik


CDI 11. Bersikap manis dengan klien
CDI 12. Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
CDI 13. Mendengarkan klien
CDI 14. Konsultasi dengan dokter mengenai klien
CDI 15. Menganjurkan klien mengenai aspek self care
CDI 16. Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
CDI 17. Memberikan informasi mengenai klien

CDI 18. Mengukur tanda vital klien


CDI 19. Menempatkan kebutuhan klien sebelum kebutuhan pribadi
CDI 20. Bersikap kompeten dalam prosedur klinik
CDI 21. Melibatkan klien dalam perawatan
CDI 22. Memberikan jaminan mengenai prosedur klinik
CDI 23. Memberikan privacy kepada klien
CDI 24. Bersikap gembira dengan klien
CDI 25. Mengobservasi efek medikasi kepada klien
Hasil penelitian Lea Amanda et all (1998) menjelaskan bahwa semua item pada
CDI mempunyai korelasi positif dengan item lainnya kecuali CDI no. 3 dan 16.
Untuk mengukur perilaku caring perawat, kelompok IV menyusun instrumen
berdasarkan CDI 1-25. Instrumen tersebut meliputi instrumen observasi dan
kuesioner, yang dapat lihat pada lampiran 1 dan lampiran 2.
1.

PROSES KEPERAWATAN DALAM TEORI CARING


Watson (1979) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkahlangkah yang sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba
untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Lebih lanjut
Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai berikut (tulisan yang
dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam proses keperawatan):
2. Pengkajian
Meliputi

observasi,

identifikasi,

dan

review

masalah;

menggunakan

pengetahuan dari literature yang dapat diterapkan


Melibatkan pengetahuan konseptual untuk pembentukan dan konseptualisasi
kerangka kerja yang digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah
Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam
memecahkan masalah
Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji oleh
perawat yaitu:
a. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup
meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.

10

b. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,


meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
c. Higher order needs (psychosocial needs), yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
d. Higher order needs (intrapersonal-interpersonal needs), yaitu kebutuhan
untuk aktualisasi diri.
2. Perencanaan:
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel akan
diteliti atau diukur
Meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk memecahan masalah
yang mengacu pada asuhan keperawatan
Juga meliputi penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan
bagaimana data akan dikumpulkan
3. Intervensi:
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana
Meliputi pengumpulan data
4. Evaluasi
Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti
efek dari intervensi berdasarkan data
Meliputi interpretasi hasil, tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai,
dan apakah hasil tersebut dapat digeneralisasikan.

11

BAB III
TINJUAN KASUS

Gambaran Kasus
Ny. P, usia 26 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, usia kehamilan 40 minggu,
G1P0A0, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri perut, keluar bercak
merah dari vagina.

B.

Pengkajian sesuai dengan teori Watson:


1. Lower order needs (biophysical needs):
Ibu (Ny. P):

suhu 370C

nadi 100 kali/menit, teratur dan tidak lemah

tekanan darah 120/80 mmHg

pernafasan 20X/menit, teratur, tidak dangkal, tidak ada bunyi abnormal

keluar bercak merah dari vagina

klien banyak mengeluarkan keringat

klien mengatakan takut minum banyak karena susah kalau mau kencing

Janin:

DJJ 140 kali/menit

Letak punggung kanan, presentasi kepala, periksa dalam: pembukaan 3


cm, kekuatan kontraksi sedang dengan lama 25 detik, frekuensi: 2 kali/10
menit.

2. Lower order needs (psychophysical needs):

Klien tampak menahan nyeri

Wajah pucat

Klien mengeluh kesakitan sambil memegang perutnya

12

Klien mengatakan ia merasa khawatir dengan persalinannya. Ia sering


bertanya apakah masih lama ia harus menahan nyeri dan apakah
persalinannya masih lama.

3. Higher order needs (psychosocial needs):

Support system klien saat ini: suami dan ibunya yang akan menemani
klien menjalani proses persalinan

4. Higher order needs (intrapersonal-interpersonal needs):

Klien menginginkan suami atau ibunya boleh menemani klien saat


menjalani persalinan

Klien menginginkan agar bila persalinan mengalami kesulitan, ia tidak


ingin dilakukan tindakan ekstraksi vakuum atau forceps

Klien meminta agar setelah persalinan nanti, ia boleh membawa pulang


plasenta.

C. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan dilatasi jaringan, stimulasi ujung saraf


simpatis dan parasimpatis

Cemas berhubungan dengan krisis situasi, nyeri dan kurangnya pengetahuan


tentang kemajuan persalinan

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan intake


cairan dan peningkatan kehilangan cairan

Risiko infeksi maternal berhubungan dengan pemeriksaan vagina berulang,


prosedur invasif

Risiko cidera terhadap janin berhubungan dengan penurunan perfusi maternal


a.

Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan untuk diagnosa keperawatan utama: nyeri


berhubungan dengan dilatasi jaringan, stimulasi ujung saraf simpatis dan
parasimpatis adalah sebagai berikut:

13
Nursing Outcome
NO
Classification
(NOC)
Dx Outcome yang
1.
dianjurkan:
Tingkat
kenyamanan
Kontrol depresi
Tingkat depresi
Kontrol nyeri
Nyeri: efek
disruptif
Nyeri: respon
psikologis
Tingkat nyeri
Outcome tambahan
yang terkait:
Kualitas hidup
Tidur
Kontrol gejala
Keparahan
gejala
Kesejahteraan
Keinginan
untuk hidup

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori


Caring
a. Treatment:
1) Siapkan lingkungan untuk proses
persalinan (CF 8)
2) Jaga privacy selama pemeriksaan
(CF1)
3) Motivasi ambulasi selama fase
latent (CF 4)
4) Bantu posisi klien yang dapat
meningkatkan kenyamanan dan
mempertahankan perfusi plasenta
(CF 10)
5) Gunakan monitor elektronik sesuai
protokol untuk mendapatkan
informasi tambahan (CF 6)
6) Berikan metode alternatif
pengurangan rasa nyeri seperti
massase, sentuhan, aroma terapi,
hipnosis, TENS (Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation) (CF
3, 4, 8)
7) Siapkan alat-alat persalinan (CF 8)
8) Pimpin persalinan dan dorong
keluarga dalam memberikan
dukungan dan kenyamanan selama
persalinan (CF 8)

Nursing Intervention Classification


Physiological Physiological
Behavioral Safety
Family
Basic
Complex

Health System

14

NO

Nursing Outcome
Classification
(NOC)

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori


Caring
b. Observasi:
1) Observasi kemajuan persalian (CF
3, 4, 8)
2) Monitor tanda-tanda vital (CF 6)
3) Monitor DJJ (CF 6)
4) Observasi intensitas dan durasi
kontraksi (CF 6)
5) Monitor tingkat nyeri selama
persalinan (CF 1, 2, 3, 4)
6) Observasi efek medikasi pada ibu
dan janin (CF 3)
7) Observasi koping keluarga selama
persalinan (CF 8)
c. Pendidikan kesehatan
1) Jelaskan tujuan intervensi yang
diperlukan selama persalinan (CF 2
dan 3)
2) Ajarkan teknik nafas dalam,
relaksasi dan visualisasi (CF 7)
3) Ajarkan teknik mendorong pada
kala II sebagai dasar dalam
persiapan persalinan (CF 7)

Nursing Intervention Classification


Physiological Physiological
Behavioral Safety
Family
Basic
Complex

Health System

15

NO

Nursing Outcome
Classification
(NOC)

Nursing Intervention Classification


Physiological Physiological
Behavioral Safety
Family
Basic
Complex

Klasifikasi Intervensi Menurut Teori


Caring
d. Kolaborasi
1) Berikan analgesik untuk
meningkatkan kenyamanan dan
relaksasi selama persalinan (CF 8)
2) Bantu prosedur amniotomi jika
diperlukan (CF 9)
3) Laporkan DJJ abnormal pada
dokter (CF 8)
4) Pastikan klien mendapatkan
informed consent sebelum tindakan
invasif (CF 10)
a)

Health System

16

b.

Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat dan klien menjalankan rencana perawatan .


perawat bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang
berfokus pada klien dan berorientasi pada tujuan.
c.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan pemberian asuhan keperawatan,


berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan keperawatan.

17

BAB IV
RENCANA OBSERVASI PENERAPAN
TEORI CARING WATSON DI RUMAH SAKIT
A. Latar Belakang
Nilai-nilai caring dalam teori Wastson sangat kritikal dalam mempertahankan
kemanusiaan dan meningkatkan kesehatan dan proses healing dalam praktek
keperawatan. Walaupun caring juga diuraikan dalam beberapa model keperawatan
lain, teori human caring dari Watson menghadirkan perspektif yang berbeda dalam
ilmu keperawatan. Teori Watson mencakup nilai-nilai dan faktor-faktor caring yang
relevan untuk memandu aplikasi proses keperawatan melalui caring transactional.
Melihat besarnya manfaat caring, seharusnya caring tercermin dalam setiap
interaksi perawat dan klien, bukan malah dianggap sebagai sesuatu yang sulit
diwujudkan dengan dalih beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen askep
ruangan yg kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi
keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan
kesehatan, bukan hanya sebagai pelengkap penderita.
Untuk mengidentifikasi sejauh mana perilaku Caring terlihat nyata dalam
asuhan keperawatan, maka diperlukan observasi secara langsung di rumah sakit.

Tujuan
2. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan teori
caring Watson di rumah sakit
3. Tujuan khusus
a.

Mengidentifikasi penerapan model konseptual model caring watson yang


ada di rumah sakit

b.

Membandingkan hasil observasi penerapan model caring watson di rumah


sakit dengan teori caring

Waktu Pelaksanaan

Kegiatan akan dilaksanakan Bulan Desember minggu kedua

18

Tempat Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di ruang interne wanita rumah sakit Umum Dr Soebandi
Jember

Sasaran
Perawat pelaksana di ruang interne wanita rumah sakit Umum Daerah Dr. Soebandi
Jember sebanyak 3 orang

Metode
Observasi langsung dengan menggunakan instrumen (terlampir) dan evaluasi diri
perawat juga dalam bentuk instrumen (terlampir).

Bentuk Kegiatan
Penulis melakukan observasi secara langsung di RIW RSUD Dr. Soebandi Jember
terhadap 3 orang perawat pelaksana selama 4 hari. Kemudian perawat pelaksana juga
melakukan evaluasi diri tentang perilaku caringnya dengan mengisi lembar instrumen
yang sudah disediakan

Evaluasi
Bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai pelaksanaan teori Caring Watson
dengan menilai prilaku ya dan tidak. Kemudian jumlah perilaku ya dibagi dengan
total item menjadi nilai perilaku caring. Sedangkan evaluasi diri perawat terhadap
perilaku caringnya dengan mengisi skala Linkert. Jumlah total hasil skala Linkert
merupakan nilai hasil evaluasi diri.

Penutup
Dengan dibuatnya acuan penilaian dan observasi penerapan teori Caring Watson di
rumah sakit dapat memberikan gambaran tentang pelaksanaan atau penerapan teori
tersebut yang sebenarnya. Untuk selanjutnya penerapan teori ini diberbagai tatanan
layanan keperawatan akan memberikan nuansa keilmuan keperawatan, sehingga
diharapkan mutu manajemen asuhan keperawatan.

19

BAB V
HASIL PENGKAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengkajian
Untuk menelusuri apakah konseptual Model Caring watson telah diterapkan dengan
baik dalam Asuhan Keperawatan di rumah sakit, maka penulis mengambil sampel
salah satu rumah sakit tepatnya di Ruang Interna Wanita rumah sakit umum dr.
Soebandi jember. Identifikasi aplikasi Caring

dilakukan dengan pengamatan

terhadap 3 perawat pelaksana di ruang tersebut.


1. Analisa Situasi
a.

Hasil Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan kepala Ruang Interna Wanita (RIW)
untuk mengetahui gambaran umum keadaan ruangan.Hasil wawancara
didapatkan gambaran yaitu RIW merupakan ruang rawat inap dengan
kategori intermediate care. Jumlah tempat tidur keseluruhan 21 tempat tidur
dengan BOR 30-40 %. Rata-rata tingkat ketergantungan pasien yang dirawat
adalah minimal care 45%, intermediate care 44% dan terdapat maksimal care
11%. Karakteristik tenaga yang ada di ruangan adalah jumlah pegawai 12
orang, dengan tenaga perawat 9 orang, pekarya kesehatan 2 orang dan tenaga
administrasi 1 orang. Adapun tenaga keperawatan terdiri dari 7 orang
kualifikasi pendidikan DIII keperawatan (termasuk kepala ruang), dan 2
orang berlatar belakang pendidikan SPK. Kalau kepala ruang sudah
berpendidikan DIII keperawtan , tetapi wakil kepala ruang masih
berpendidikan SPK. Rata-rata perawat dinas pagi adalah 1 kepala ruang, 1
wakil kepala ruang ,2-3 perawat pelaksana.Dinas malam biasanya rata-rata 12 orang perawat dibantu dengan 1 tenaga pekarya kesehatan. Kepala ruang
dan wakil kepala ruang dalam sehari-hari di rumah sakit masih terlibat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara langsung. Metode
penugasan yang ditetapkan pada ruang ini diinformasikan menggunakan
metode Team. Pada pelaksanaan yang penulis amati masih terdapat ada
perawat yang menjalankan tugas injeksi, kadang rawat luka, pemberian obat
secara serentak oleh seorang perawat. Jadi penulis menyimpulkan bahwa

20

pelaksanaan metode team belum optimal dan pelaksanaannya masih digabung


dengan menggunakan metode fungsional. Kegiatan Pre Conference dan Post
Conference tidak rutin dilaksanakan, tetapi untuk kegiatan pre conference
dilaksanakan lebih sering daripada post conference. Selain kegiatan tersebut
terdapat kegiatan pertemuan rutin 1 bulan sekali termasuk didalamnya
melaksanakan arisan. Keluhan yang dirasakan oleh perawat di ruang tersebut
antara lain alat-alat keperawatan yang kadang tidak lengkapdan tidak
memadai untuk melakukan kegiatan asuhan keperawatan. Komunikasi dan
kerjasama yang ditunjukkan oleh staf di ruang tersebut menurut pengamatan
penulis cukup baik.
b.

Hasil Observasi Penerapan Model Konseptual Caring


terhadap perawat pelaksana.
Penulis mengadakan pengamatan kepada 3 orang perawat pelaksana di ruang
tersebut dalam waktu 4 hari secara berturut turut.Perawat yang diamati adalah
perawat dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan dengan masa
kerja lebih dari 5 tahun. Adapun hasil kesimpulan data dari observasi tersebut
adalah sebagai berikut :

No

Aspek Yang Diobservasi

Hasil Observasi
Perawa Perawa Perawat
t satu t dua
tiga
3
3
3

CDI 1 Membantu klien melakukan


ADL (3 item)

2.

CDI 2 Membuat catatan keperawatan


mengenai klien (4 item)

3.

CDI 3 Merasa bersalah/menyesal pada


klien (3 item)

4.

CDI 4 Memberikan pengetahuan pada


klien (8 item)

5.

CDI 5 Menjelaskan prosedur klinik (7


item)

6.

CDI 6 Berpakaian rapi jika bekerja


dengan klien (3 item)

21

CDI 7 Duduk dengan klien (1 item)

8.

CDI 8 Mengidentifikasi gaya hidup


klien (3 item)

9.

CDI 9 Melaporkan kondisi klien


selama prosedur ( 3 item)

10. CDI 10 Bersama klien selama prosedur


(3 item)

11. CDI 11 Bersikap manis dengan klien


(4 item)

12. CDI 12 Mengorganisasikan pekerjaan


dengan perawat lain untuk klien ( 3
item)

13. CDI 13 Mendengarkan klien ( 3 item)

14. CDI 14 Berkonsultasi dengan dokter


mengenai kondisi klien (3 item)

15. CDI 15 menganjurkan klien mengenai


aspek self care (4 item)

16. CDI 16 Melakukan sharing mengenai


masalah pribadi (2 item)

17

CDI 17 Memberikan informasi


mengenai klien (3 item)

18

CDI 18 Mengukur tanda vital (4 item)

19. CDI 19 Menempatkan kebutuhan klien


sebelum kebutuhan pribadi (3 item)

20. CDI 20 Bersikap kompeten dalam


prosedur klinik (6 item)

21. CDI 21 Melibatkan klien dalam


perawatannya (3 item0

22

22. CDI 22 Memberikan jaminan


mengenai prosedur klinik (2 item)

23. CDI 23 Memberikan privacy pada


klien (3 item)

24. CDI 24 bersikap gembira saat dengan


klien (3 item)

25. CDI 25 Mengobservasi efek medikasi


pada klien (5 item)
Jumlah rata-rata

65/90

69/90

61/90

Dari data tabel hasil observasi didapatkan hasil rata-rata penerapan caring untuk
masing-masing perawat adalah perawat pertama 72,2 %, perawat kedua 76,6%
dan perawat ketiga 67,8%. Jadi rata- rata ketiga perawat dalam menerapkan
model konsep caring adalah 72,2 %.
c.Hasil Evaluasi Diri Perawat pelaksana terhadap Penerapan Model
Konseptual Caring dalam Asuhan Keperawatan

No.
1.

Pernyataan Perawat
CDI 1 CDI 25 (lembar evaluasi
diri di lampiran )

Jumlah Nilai Hasil Evaluasi Diri


Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3
72%

80%

75%

2. Perumusan Masalah
Penerapan 10 faktor caratif Watson yang telah dikembangkan dalam 25
CDI(Caring Dimentions Inventory) yang didesain oleh Watson dan Lea (1997),
saat diterapkan di RIW RSUD Dr. Soebandi Jember disimpulkan datanya adalah
perawat 1 telah menerapkan 72,2%, perawat 2 menerapkan 76,6% dan perawat 3
menerapkan 67,8%. Sehingga rata-rata penerapan caring watson pada ketiga
perawat tersebut adalah 72,2%. Sedangkan hasil evaluasi diri yang diisi oleh
perawat tersebut tentang dirinya sendiri didapatkan hasil data pada perawat 1
merasa

telah

melakukan

penerapan

caring

saat

melaksanakan

asuhan

keperawatan dengan nilai 72, pada perawat 2 nilai dirinya 80dan perawat 3
dengan nilai 75, sehingga rata-rata evaluasi diri adalah 75.7. Berdasarkan data
tersebut bahwa di ruang interna wanita RSUD Dr. Soebandi tersebut telah

23

menerapkan perilaku caring sebesar 72,2% dengan kesadaran diri perawatnya


cukup baik yaitu perbedaan nilai observasi dengan nilai diri tidak jauh yaitu
hanya sebesar 3,5. Besarnya nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
perilaku caring tergolong baik.
Pembahasan
1. Analisa Hasil Pengkajian
Faktor karatif Watson Setelah disimpulkan bahwa penerapan perilaku caring
tercapai 72,2% dengan evaluasi diri perawat 75,7, maka sebenarnya menurut
analisa penulis bahwa kesadaran diri perawat di sana tergolong cukup baik dalam
menerapkan perilaku caring. Adapun CDI yang belum diterapkan oleh ketiga
perawat terutama adalah CDI 7 duduk dengan klien, dan CDI 16 melakukan
sharing mengenai masalah pribadi. Hal ini kemungkinan karena pada CDI 7
perawat biasanya pada saat senggang kadang melakukan kegiatan dalam
pendokumentasian, atau hal ini belum dimegerti bahwa meluangkan waktu untuk
duduk bersama klien dalam meningkatkan rasa kedekatan dan saling percaya
sangat diperlukan. Sedangkan untuk CDI 16 kemungkinan terdapat perasaan
tidak nyaman untuk sharing masalah pribadi baik pribadi perawat maupun pribadi
klien. Ketidaknyamanan ini bisa terjadi karena perawat belum terbiasa dengan
perilaku tersebut. Selain itu biasanya sharing masalah pribadi kadang dibatasi
adanya value yang tidak sama antara perawat dengan klien, sehingga mereka bisa
menyimpulkan bahwa hal tersebut kurang lazim, kecuali mungkin jika perawat
menemukan klien dengan masalah keperawatan yang menonjol tentang gangguan
psikologis.
Menitik beratkan pada hasil kesimpulan nilai tersebut di atas maka penulis dapat
menganalisa bahwa perilaku caring tersebut diterapkan cukup baik mungkin
karena caring sudah dipahami sebagai reflek yang perlu diterapkan dalam
berinteraksi dengan klien saat asuhan keperawatan. Hal lain mungkin juga karena
jumlah BOR di RIW tergolong rendah yaitu 30%-40% dan rata-rata tingkat
ketergantungan klien adalah minimal care 45 %,intermediate care 44 % ,
maksimal care 11 %,sehingga akan memungkinkan perawat untuk memiliki

24

peluang waktu dalam berinteraksi dengan klien secara intensif. Analisa lain dari
peneliti hal tersebut juga dapat disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor
kekeluargaan dan kesukuan. Rata-rata klien yang rawat inap di RIW tersebut
seringkali merupakan klien yang berdomisili tidak jauh dari daerah asal tempat
tinggal perawat, seperti tetangga desa, saudara atau klien tidak jauh dari wilayah
rumah sakit berada. Sehingga hal ini dapat menimbulkan reflek jiwa
kekeluargaan dan sikap kepedulian yang lebih tinggi dari perawat tersebut.
Walaupun dalam kode etik keperawatan ditetapkan untuk tidak mebeda-bedakan
klien, tetapi kadang-kadang rasa kekeluargaan dapat timbul sendiri tanpa bisa
dihindari oleh perawat bila orang yang mereka rawat adalah sudah familier.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Karena dari data tersebut di atas penerapan caring masih belum didapatkan hasil
penerapan yang optimal (diharapkan lebih dari 72,2 %), maka penulis akan
memberikan uraian pemecahan masalah untuk membantu kemungkinan perilaku
caring akan diterapkan lebih optimal. Penulis mengajukan usulan yang meliputi
usulan jangka pendek dan jangka panjang.
Rencana jangka pendek yang penulis usulkan

yaitu diadakannya pelatihan

tentang model konseptual caring watson dan cara aplikasinya di ruang interna
wanita tersebut. Hal ini untuk lebih meningkatkan pemahaman perawat tentang
model konseptual caring, sehingga dengan peningkatan pemahaman diharapkan
akan merubah dari apa yang belum diketahui menjadi tahu dan dari yang belum
dilaksanakan akan menjadi dilaksanakan. Karena menurut teori berubah dapat
dikatakan bahwa manusia akan selalu beradaptasi terhadap setiap perubahan bila
salah satu penyebabnya adalah ketersediaan/kecukupan informasi yang dia
pahami. Jadi dengan pemahaman tentang konsep caring yang meningkat, maka
perilaku caring diharapkan akan mengikuti dalam refleksi kegiatan pemberian
asuhan keperawatan di ruang interna wanita tersebut.
Adapun planning of action (POA) adalah sebagai berikut :
a.Tujuan Pelatihan

25

1). Tujuan Umum


Perawat mampu memahami dengan jelas model konseptual caring Watson
dan aplikasinya dalam pemberian asuhan keperawatan
2). Tujuan Khusus
a)

Perawat di ruang interna wanita RSUD Dr. Soebandi dapat


menjelaskan kembali konsep model caring watson.

b)

Perawat di RIW RSUD Dr. Soebandi mampu


mengaplikasikan model konseptual caring dalam asuhan keperawatan
sesuai dengan CDI yang telah dikembangkan dari 10 caratif watson.

c)

Perawat mampu mengaplikasikan model konseptual


caringbersamasama dengan model konseptual keperawatan yang lain
untuk mengoptimalkan manajemen asuhan keperawatan.

b.Sasaran
Perawat di ruang interna wanita sebanyak 9 orang
c.Waktu
Hari Senin sampai Sabtu selama jam 08.00-16.00 .
d.Tempat
RSUD Dr. Soebandi Jember.
e.Narasumber

Staf pengajar Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Indonesia

Mahasiswa S2 Keperawatan FIK UI

f.Materi

Pengertian Caring

10 Asumsi dasar Caring Watson

Pengembangan 10 faktor karatif caring dalam 25 CDI.

Paradigma Keperawatan

Konsep manajemen asuhan keperawatan

Aplikasi caring dalam asuhan keperawatan di rumah sakit (klinik)

g.Metode pelatihan

26

Ceramah/tanya jawab

Diskusi kelompok

Role play

Simulasi

Demonstrasi ( dengan penerapan langsung di lapangan/klinik)

h.Strategi

Persiapan : penyelesaian administrasi, pembuatan alat pendukungpelatihan,


pembuatan penghargaan dan pembagian tugas kepanitiaan.

Pelaksanaan

Evaluasi : Pre post test , Evaluasi jangka panjang setelah proses pelatihan
berakhir.

Selain alternatif pelatihan penulis mengusulkan agar kepala ruang memasang


slogan-slogan di ruangan yang isinya menghimbau agar perawat berperilaku caring
dalam pemberian asuhan keperawatan. Slogan yang diletakkan di ruangan ini
sebagai pengingat bahwa apakah caring masih tetap menyertai perilaku perawat
sehari-hari.
Kalau tadi telah dibahas tentang rencana jangka pendek, maka pada rencana jangka
panjang, mengusulkan antara lain adalah agar kualitas sumber daya perawat dapat
ditingkatkan melalui pendidikan berkelanjutan. Perawat yang masih berpendidikan
SPK hendaknya ditingkatkan minimal DIII kkeperawatan, sedangkan yang sudah
DIII Keperawatan harus mulai berpikir untuk melanjutkan ke S1 Keperawatan.

27

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Caring Science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan
terhadap proses, fenomena dan pengalaman human caring.
2. Nilai-nilai caring dalam teori Watson sangat kritikal dalam mempertahankan
kemanusiaan dan meningkatkan kesehatan dan proses healing dalam praktek
keperawatan.
3. Dalam caring terdapat 10 karatif faktor yang telah dikembangkan menjadi 25
CDI (Caring Dimensions Inventory).
4. Paradigma Keperawatan menurut Watson bahwa keperawatan merupakan
penerapan art dan human science untuk mencapai keharmonisan pikiran, jiwa dan
raga,

dengan

klien

merupakan

individu/kelompok

yang

mengalami

ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan raga untuk dapat mencapai kesehatan


sebagai kesatuan dan keharmonisan dalam pikiran,jiwa dan raga dalam
lingkungan interaksi tranpersonal caring perawat- klien.
5. Watson menekankan bahwa proses keperawatan memiliki langkah-langkah yang
sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses tersebut mencoba untuk
menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik.
6. Penerapan model konseptual Caring Watson di Ruang interna wanita didapatkan
bahwa dengan sampel 3 perawat pelaksana diperoleh rata-rata perilaku caring
sebesar 72,2% dengan evaluasi diri perawat terhadap perilaku caringnya rata-rata
sebesar 75,7 %.
B. Saran
1. Kepada Perawat
Perilaku Caring merupakan filosofi keperawatan yang mendasari peilaku perawat
dalam berinteraksi dengan klien, sehingga diharapkan perawat menjiwai dan
memiliki refleksi perilaku caring tersebut dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.

28

Model Konseptual Caring Watson hendaknya diaplikasikan bersamaan dengan


model konsep keperawatan yang lain untuk lebih mengkomplementer kualitas
manajemen asuhan keperawatan.
2. Institusi Rumah sakit bidang keperawatan
Hendaknya memfasilitasi peningkatan pemahaman perawat di rumah sakit tentang
model konseptual Caring Watson melalui pelatihan, seminar dan lain-lain.

29

DAFTAR PUSTAKA
Christerisen, P.J & Kenney J. 1995. Nursing process aplication of conceptual models, 4th
edition. St. Louis: The C.V. Mosby Company
Filzpatrick, J.J & Whall, A.L. 1989. Conceptual models of nursing analysis and
application. California: Appleton & Lange
George, Julia B. 1995. Nursing theories: the base for professional nursing practice, 4th
edition. Connecticut: Apleton & Lange
Kozier, B. 2004. Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. New Jersey:
Pearson Education Inc.
Mariner, Ann. 1986. Nursing theoriests and their work. St. Louis: Mosby Company
Meleis, A.I. 1997.

Theoritical nursing: development and progress. Philadelphia:

Lippincott
Tomey, A. (1994). Nursing theorist and their work, 3th edition. Philadelphia: Mosby Year
Book Inc.
Tutiyani. (2000). Hubungan antara persepsi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap
perilaku caring. Tidak dipublikasikan
Watson, Jean. (2004). Theory of human caring. Http://www2.uchsc.edu/son/caring.

You might also like