You are on page 1of 228

Gempa Christchurch NZ, 22-02-2011

Gempa Jepang, 11.03.2011

Prosedur Analisis Struktur Beton


Akibat Gempa Menurut
SNI 03-1726-2010
Steffie Tumilar ir, M.Eng, MBA, IPU(HAKI)

Himpunan Akhli Konstruksi Indonesia


Shortcourse, 28 Juli 2011, Hotel Borobudur
Jakarta, Indonesia

Pendahuluan
(Introduction)

NEHRP 2003 - FEMA 273 membagi Earthquake Hazard


dalam 4 tingkatan, sebagai berikut.
Earthquake Hazard Level (NEHRP 2003 - FEMA 273)
Probabilitas

Perioda Ulang

Frekuensi

50% dalam kurun waktu 50 tahun

72 tahun

Sering (frequent)

20% dalam kurun waktu 50 tahun

225 tahun

10% dalam kurun waktu 50 tahun

474 tahun

Kadang-kadang
(occasional).
Jarang (rare).

2% dalam kurun waktu 50 tahun

2475 tahun

Sangat jarang
(very rare)

Operational

Immediate
Occupancy

Life Safety

Collapse
prevention

Earthquake Hazard Level (NEHRP 2003 - FEMA 273)

1. Peta Zonasi Gempa Indonesia


Kementerian Pekerjaan Umum
Juli 2010

Peta Zonasi Gempa 2010

PGA, 2% dalam 50 tahun (redaman 5%)

Peta Zonasi Gempa 2010

Respons Spektra Percepatan pada 0.20 detik, 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) - SS

Peta Zonasi Gempa 2010

Respons Spektra Percepatan Pada1.0 detik, 2% dalam 50 tahun (redaman 5%) S1

2. Peta Zonasi Gempa


Kota Jakarta
Menentukan nilai
Spektral percepatan-SS
Spektral percepatan-S1

3. Menentukan Kategori Risiko


(Risk Category) Bangunan
serta Faktor Keutamaan, Ie

4. Menentukan Kategori Disain


Seismik-KDS
(Seismic Design Category -SDC)
untuk Jakarta

4.1. Menentukan Koefisien Situs


(Site Coefficient), Fa dan FV
untuk Jakarta

4.2. Menentukan Spektral Respons


Percepatan
(Spectral Response Acceleration)
SDS dan SD1
untuk Jakarta

4.3. Peta Zonasi Gempa


Kota Surabaya
Menentukan nilai
Spektral percepatan-SS
Spektral percepatan-S1

Peta Zonasi Gempa untuk Surabaya 2010

Respons Spektra Percepatan, Surabaya, Pada 0.2 detik, SS ~ 0.65g

Peta Zonasi Gempa untuk Surabaya 2010

Respons Spektra Percepatan, Surabaya, Pada 1.0 detik, S1 ~ 0.225g

4.4 Menentukan Kategori Disain


Seismik-KDS
(Seismic Design Category -SDC)
untuk Surabaya

4.5. Menentukan Koefisien Situs


(Site Coefficient), Fa dan FV
untuk Surabaya

Untuk Ss = 0.65g

Fa
1.14
1.28
1.40

Untuk S1 = 0.225g

Fv
1.575
1.950
3.100

4.6. Menentukan Spektral Respons


Percepatan
(Spectral Response Acceleration)
SDS dan SD1
untuk Surabaya

Perencana Seismic di pantai barat Amerika secara tradisional menggunakan ground


acceleration dengan perioda ulang 475 tahunan. Di California besaran gempa 2500
tahunan dianggap gempa yang terbesar yang mungkin terjadi, dan jika perencanaan
didasarkan pada gempa 475 tahunan yang dilakukan dan didetail dengan baik, maka
struktur mempunyai margin terhadap keruntuhan sebesar 1.50 terhadap Maximum
Considered Earthquake (MCE).
Pada sisi lain dari Amerika seperti pada daerah patahan New Madrid jika perencanaan
menggunakan dengan perioda ulang 2500 tahunan, maka margin terhadap keruntuhan
dapat mencapai 4 - 5 kali dari yang direncanakan berdasarkan perioda ulang 475
tahunan.
Jadi bangunan gedung di California yang direncanakan berdasarkan gempa dengan
perioda ulang 475 tahunan memiliki peluang tidak akan runtuh pada level gempa 2500
tahunan, dan tidak memiliki peluang yang sama untuk daerah-daerah lainnya.
Untuk tetap memiliki margin terhadap keruntuhan yang seragam maka ASCE 7-05
menggunakan spectral response acceleration dengan perioda ulang 2500 tahunan
untuk seluruh daerah Amerika. Demi untuk mendapatkan perencanaan yang setingkat /
sejalan dengan praktek saat kini yaitu yang memiliki margin 1.50 terhadap keruntuhan
maka dipergunakan nilai sebesar 2/3 kali (kebalikan dari 1.50) MCE, yaitu 2/3 kali SMS,
SM1, SDS dan SD1

Menentukan

Menentukan

Menentukan

KESIMPULAN
Kategori Disain Seismik - KDS
(Seismic Design Category SDC)

Untuk Kota Surabaya


Untuk Semua Jenis
Pemanfaatan, Semua Kategori
Risiko, diperoleh:
Kategori Disain Seismik - KDS
(Seismic Design Category SDC)

4.7. Menentukan Kategori Disain


Seismik-KDS
(Seismic Design Category -SDC)
untuk Yogyakarta

4.8. Menentukan Koefisien Situs


(Site Coefficient), Fa dan FV
untuk Yogyakarta

4.9. Menentukan Spektral Respons


Percepatan
(Spectral Response Acceleration)
SDS dan SD1
untuk Yogyakarta

KESIMPULAN
Kategori Disain Seismik - KDS
(Seismic Design Category SDC)

Untuk Kota Yogyakarta


Untuk Semua Jenis
Pemanfaatan, Semua Kategori
Risiko, diperoleh:
Kategori Disain Seismik - KDS
(Seismic Design Category SDC)

Ringkasan Penentuan Kategori Disain Seismik-KDS


(Seismic Design Category-SDC)
tersebut diatas dapat dilihat dari diagram berikut.
Risiko Kategori
bangunan

Faktor Keutamaan
Bangunan

Lokasi Bangunan

Peta kontur percepatan


untuk Ss, dan S1

Kondisi tanah (kelas situs)


Tentukan: SDs, dan SD1

Kategori Risiko & (SDs atau SD1)


Penentuan KDS (SDC)

5. Membuat Spectrum Respons Disain


(Design Response Spectrum)

Rumusan tersebut diatas dapat dinyatakan dalam


bentuk kurva sebagai berikut, yaitu kurva spektrum
respons disain (design response spectrum)

SNI 03-1726-2002 (Tanah Lunak)

Jakarta

SNI 03-1726-2010 (Tanah Lunak)

Sa = (SD1)/T

Surabaya

Yogyakarta

6.0 Menentukan
Perkiraan Perioda Fundamental Alami
(Approximate Fundamental period)

Untuk struktur dengan ketinggian tidak


melebihi 12 tingkat di mana sistem
penahan gaya seismik terdiri dari rangka
penahan momen beton atau baja secara
keseluruhan dan tinggi tingkat paling
sedikit 3 m

Ta = 0,10 N
di mana N = jumlah tingkat.

Perioda fundamental pendekatan, Ta , dalam detik


untuk struktur dinding geser batu bata atau beton
diijinkan untuk ditentukan dari persamaan
sebagai berikut:

0.0062
Ta =
hn , dan
CW
CW

100
=
AB

Ai
hn

hi
2

i =1
i
h

1 + 0.83
Di

di mana :
AB = luas dasar struktur, m2
Ai = luas badan dinding geser i dalam m2
Di = panjang dinding geser i dalam m
hi = tinggi dinding geser i dalam m
x = jumlah dinding geser dalam bangunan yang
efektif dalam menahan gaya lateral dalam
arah yang ditinjau.

Untuk struktur dengan ketinggian lebih dari 12 tingkat


Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus
ditentukan dari persamaan berikut

x
t n

Ta = C h

TMax = CU Ta
di mana hn adalah ketinggian struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel-tabel berikut:

Contoh: Struktur beton bertulang dengan sistem rangka penahan momen khusus
Setback

9.90 M
6.60 M

CT = 0.0466 ; x = 0.90
Ta = CT(hn)x = 0.046(9.90)0.90
= 0.36 sec

Tinggi struktur = 9.90 M,


(penthouse tidak diperhitungkan
dalam menentukan hn untuk
perhitungan perioda bangunan).
Bila setback > 130% maka
struktur
termasuk
vertical
geometric irregularity (Tabel-11).
Untuk bangunan > 5 tingkat atau
lebih tinggi dari 20.00 M, perlu
dilakukan analisa dinamik.dalam
menentukan perioda.

7. Menentukan
Sistem Struktur Bangunan
Penahan Gaya Seismik

Sistem Struktur
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Sistem Dinding Penumpu (Bearing Wall Systems)


Sistem Rangka Bangunan (Building Frame Systems)
Sistem Rangka Pemikul Momen (Moment Resisting Frame Systems)
Sistem Ganda dengan Rangka Pemikul Momen Khusus
(Dual Systems with Special Moment Frames Capable of Resisting at Least 25% of
Prescribed Seismic Forces).
Sistem Ganda dengan Rangka Pemikul Momen Menengah
(Dual Systems with Intermediate Moment Frames Capable of Resisting at Least 25%
of Prescribed Seismic Forces).
Sistem Interaksi Struktur Beton Bertulang Rangka Pemikul Momen Biasa dan
Dinding Geser Beton Biasa
(Shear WallFrame Interactive System with Ordinary Reinforced Concrete Moment
Frames and Ordinary Reinforced Concrete Shear Walls)
Sistem Kolom Kantilever (Cantilevered Column Systems)
Sistem Struktur Baja yang Tidak Didetail Khusus Untuk Menahan Gempa, Tidak
Termasuk Sistem Kolom Kantilever.
(Steel Systems Not Specifically Detailed For Seismic Resistance, Excluding
Cantilever Column Systems)

Pengertian berbagai istilah yang


dipakai dalam menentukan kategori
sistem struktur

8. Berbagai Parameter Sistem


Struktur Dengan Batasannya Serta
Keterkaitannya Dengan Kategori
Disain Seismik- KDS (SDC)
R = Koefisien Modifikasi Respon (Response Modification Factor)
0 = Faktor Kuat Lebih Sistem (System Overstrength Factor)
Cd = Faktor Pembesaran Defleksi (Deflection Amplification Factor)

Catatan:

8.1 Dari Berbagai Tabel Tersebut Diatas,


Khusus Untuk Struktur Baja dan Beton
Dapat Diringkas Sebagai Berikut.

Ringkasan Parameter Sistem Struktur Beton Umum

Ringkasan Sistem struktur beton untuk KDS (SDC) B

Catatan: Sistem No.4: Kuat geser


dinding geser harus 75%
dan rangka harus 25%

Ringkasan Sistem struktur beton untuk KDS (SDC) C

Ringkasan Sistem struktur beton untuk KDS (SDC), D, E, F

8.2 Sistem Bangunan Yang


Diperkenankan Untuk Berbagai
Kategori Disain Seismik

8.3 Nilai-nilai R, Cd , 0
Untuk Berbagai Kombinasi
Vertikal dan Horisontal

Ref. IBC 2009 Handbook

Ref. IBC 2009 Handbook

Ref. IBC 2009 Handbook

(1.2 + 0.2 SDS) D + 0QE + 0.5 L


(0.9 -0.2 SDS) D + 0QE

Nilai 0 : 2 ~ 3

9. Ketidakberaturan
Struktur Vertikal

Tabel Ketidakberaturan struktur vertikal

6
D sampai F

Langkah-langkah perbaikan

10. Ketidakberaturan
Struktur Horisontal

Tabel Ketidakberaturan struktur horisontal

Langkah-langkah perbaikan

Elemen Kolektor
Elemen yang mampu menyaluran gaya seismik yang berasal dari
bagian lain struktur ke elemen yang menyediakan tahanan
terhadap gaya tersebut.
Dalam contoh ini elemen
kolektor
harus
mampu
menyalurkan gaya seismik ke
elemen vertikal (shear wall)
penahan gaya seismik, sehingga
elemen vertikal (shear wall)
mampu
mendisipasi
energi
melalui deformasi inelastik.

11. Menentukan
Kekakuan Diafragma
Struktur

12. Menentukan
Perioda Fundamental Alami
(Fundamental period)
Untuk Perhitungan Gaya
Geser Dasar

Sebagaimana telah diuraikan didepan, penentuan pendekatan


perioda fundamental alami dari struktur adalah sebagai berikut:

Untuk struktur dengan ketinggian tidak


melebihi 12 tingkat di mana sistem
penahan gaya seismik terdiri dari rangka
penahan momen beton atau baja secara
keseluruhan dan tinggi tingkat paling
sedikit 3 m

Ta = 0,10 N
di mana N = jumlah tingkat.

Untuk struktur dengan ketinggian lebih dari 12 tingkat


Perioda fundamental pendekatan (Ta), dalam detik, harus
ditentukan dari persamaan berikut

x
t n

Ta = C h

TMax = CU Ta
di mana hn adalah ketinggian struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel-tabel berikut:

Hitung TC (dari dynamic analysis)


dengan bantuan software
berdasarkan penampang-retak
(cracked section) (SIN-03-28472002, Halaman 77).

TC yang dipakai untuk menentukan base shear adalah TC


yang tidak lebih besar dari TC-cracked dan tidak lebih kecil dari
TC-uncracked, sebagai berikut:

Contoh: Apartment 38 Lantai dengan total ketinggian = 109.95 m


seperti gambar berikut

Contoh: Apartment 38 Lantai dengan total ketinggian = 109.95 m


seperti gambar berikut

Contoh: Apartment 38 Lantai dengan total ketinggian = 109.95 m


seperti gambar berikut

Sistem struktur adalah Sistem ganda dengandinding geser beton bertulang


khusus dan rangka pemikul momen khusus, yang mampu menahan paling sedikit
25% gaya seismik yang ditetapkan
RX = 7.00 ; RY =7.00
Ie = 1.00
0 = 2.50 SDS = 0.607g V = CSW
Cd = 5.50 SD1 = 0.500g

x
t n = ( 0 .0488 )( 109 .95 )
Ta = Ch

( 0 .75 )

SDS 0.607
=
= 0.0867
CSx = CSy =
x
R
7.00

Ie
SD1
SD1
CSmax::CSx =
CSy =
Rx
Ry
Tx
Ty
Ie
Ie
= 1657
.
sec

T max = CU .Ta = ( 1 .40 )( 1 .657 ) = 2 .32 sec


T berdasarkan Icrack ; TX = 5.25 sec ; TY = 4.28 sec
T berdasarkan Igross ; TX = 4.26 sec ; TY = 3.81 sec

Yang menentukan/
yang dipakai

CSx = CSy =

CSx =

SDS 0.607
=
= 0.0867
Rx 7.00

Ie

SD1
0.50
=
= 0.0168
Rx 4.26 (7.0 )
Tx
Ie

CSy =

SD1
0.50
=
= 0.0187
Ry 3.81(7.0 )
Ty
Ie

CS min = 0.044.SDS .Ie 0.01


= ( 0.044 )( 0.607 )( 1.0 )
= 0.0267
Dari serangkaian analisis tersebut diatas terlihat bahwa CS yang
menentukan adalah Csmin =0.0267
Sehingga Base-shear yang dipakai adalah
Base-shear minimum =0.0267W

Catatan:
Jika yang dipakai adalah berdasarkan Icrack , maka diperoleh:

CSx =

SD1
0.50
=
= 0.0136
Rx 5.25 (7.0 )
Tx
Ie

CSy =

SD1
0.50
=
= 0.0167
Ry 4.28 (7.0 )
Ty
Ie

Ketentuan

CSX

CSY

Tmax

2.32 sec; 0.0305

2.32 sec; 0.0305

Igross

4.26 sec; 0.0168W

3.81 sec; 0.0187W

Icrack

5.25 sec; 0.0136W

4.28 sec; 0.0167W

Akhirnya yang menentukan adalah,


Base-shear minimum = 0.0267W

Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Nilai TC yang menentukan tersebut hanya
dipakai dalam rangka untuk menentukan gaya
geser dasar (base shear) bangunan akibat
gempa.
2. Untuk perhitungan kekuatan gaya-gaya dalam
dan simpangan pada struktur harus didasarkan
pada model struktur yang didasarkan pada
elemen penampang retak (crack section)
3. Dengan demikian dalam analisis terdapat dua
model yang berbeda, model untuk penetuan
gaya geser dasar serta model untuk
perhitungan gaya-gaya dalam dan simpangan.

13. Menentukan
Gaya Geser Dasar
Akibat Gempa

Jakarta

Surabaya

Yogyakarta

Beberapa Contoh
Response Spectra
dari Beberapa Kota di
Indonesia

(Pontianak~Palangkaraya, ~ Banjarmasin)

Kurva untuk struktur yang mempunyai


perioda panjang (long period structures)
tidak terdapat pada SNI-03-1726-2010

WARNING

S D1
C s(max) =
R
T
IE

Berat Seismik Effektif - W


Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh
beban mati dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:
1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum
sebesar 25 persen beban hidup lantai yang diperhitungkan
(beban hidup lantai di garasi publik dan struktur parkiran
terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5
persen dari berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu
disertakan).
2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkan dalam disain beban
lantai: diambil sebagai yang terbesar di antara berat partisi
aktual atau berat daerah lantai minimum sebesar 0,48 kN/m2.
3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen.
4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan
sejenis lainnya.

14. Tentukan prosedur


analisis beban lateral

Prosedur Analisis Beban Lateral

SNI 1726 - 2010 memberikan petunjuk untuk tiga


prosedur analisis (lihat pada tabel diatas), yaitu:
Analisis gaya lateral equivalent (ELF)
Analisis Superposisi Ragam( MSA)
Analisis Riwayat Waktu(RHA)

SD1
TS =
SDS

Batasan Penggunaan Prosedur Analisis


Gaya Lateral Ekivalen (ELF)
1. Berlaku hanya untuk struktur seragam (regular) dengan T < 3.5 Ts

SD1
TS =
SDS
2. Kekakuan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari 30%
3. Kekuatan tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari 20%
4. Massa pada tingkat-tingkat yang berdekatan tidak berbeda lebih dari 50%
Catatan:
Jika pembatasan diatas tidak dipenuhi, maka harus digunakan analisis dinamik
yang biasanya dilakukan menggunakan analisis ragam spektrum respons.
Analisis riwayat waktu dapat dipakai, tetapi tidak disyaratkan secara khusus.

; TS = SD1/SDS

15. Kombinasi Beban

Kombinasi Beban Batas :


1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr atau R)
3. 1.2D + 1.6 (Lr atau R) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (Lr atau R)
5. 0.9D + 1.0W
6. 1.2D + 1.0E + L
7. 0.9D + 1.0E
Perkecualian:
Faktor beban untuk L pada kombinasi 3,4,dan 6 boleh diambil sama
dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua
ruangan yang nilai beban hidupnya lebih besar dari pada 500kg/m2.

Kombinasi Beban Layan


(Metoda Tegangan Ijin) :
1. 1.0D
2. 1.0D + 1.0L
3. 1.0D + 1.0 (Lr atau R)
4. 1.0D + 0.75L + 0.75 (Lr atau R)
5. 0.6D + 0.6W
6. 1.0D + (0.6W atau 0.7E)
7. 1.0D + 0.75(0.6W atau 0.7E) + 0.75L+
0.75(Lr atau R)
8. 0.6D + 0.7E

Kombinasi dan Pengaruh


Beban Seismik:
E = Eh Ev

Pengaruh Gaya Seismik Vertikal


Ev = 0.20 SDS D
Pengaruh Gaya Seismik Horisontal
Eh = QE
Pengaruh Beban Seismik
E = QE 0.20 SDS D

Dengan demikian maka persamaan berikut :

1.2D + 1.0E + L
menjadi:
(1.2 + 0.2 SDS) D + QE + 0.5 L
(Compression Controlled)

dan
0.9D + 1.0E
menjadi:
(0.9 -0.2 SDS) D + QE
(Tension Controlled)

Kalau memperhitungkan faktor Kuat Lebih 0


maka persamaan berubah seperti berikut :

(1.2 + 0.2 SDS) D + QE + 0.5 L


menjadi:
(1.2 + 0.2 SDS) D + 0QE + 0.5 L
(Compression Controlled)

dan
(0.9 -0.2 SDS) D + QE
menjadi:
(0.9 -0.2 SDS) D + 0QE
(Tension Controlled)

16. Tentukan Faktor


Redundansi

Faktor redundansi, , harus dikenakan pada sistem penahan


gaya seismik pada masing-masing kedua arah ortogonal untuk
semua struktur sesuai dengan pasal ini.
Nilai diijinkan sama dengan 1,0 untuk hal-hal berikut ini:
-

Struktur dirancang untuk Kategori Disain Seismik B atau C.


Perhitungan simpangan antar lantai dan pengaruh P-delta.
Disain komponen nonstruktural.
Disain struktur non gedung yang tidak mirip dengan bangunan gedung.
Disain elemen kolektor, sambungan lewatan, dan sambungannya di mana
kombinasi beban dengan faktor kuat-lebih berdasarkan Pasal 7.4.3 digunakan.
- Disain elemen struktur atau sambungan di mana kombinasi beban dengan faktor
kuat-lebih berdasarkan Pasal 7.4.3 disyaratkan untuk disain.
- Beban diafragma ditentukan menggunakan Persamaan (43).
- Struktur dengan sistem peredaman
- Disain dinding struktural terhadap gaya keluar bidang, termasuk sistem
angkurnya

Faktor Redundansi, , untuk


Kategori Disain Seismik
D sampai F
Untuk struktur yang dirancang untuk Kategori Disain Seismik D, E, atau F,
harus sama dengan 1,30 kecuali jika satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, di
mana diijinkan diambil sebesar 1,0:
a. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 % geser dasar dalam
arah yang ditinjau harus sesuai dengan Tabel 12
b. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan
gaya seismik terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya
seismik yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam masingmasing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 %
geser dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang
dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat untuk konstruksi rangka ringan.

17. Hitung/komputasi
Gaya Lateral
17.1. Analisis Gaya Lateral
Ekivalen (ELF)

Distribusi Vertikal Gaya Gempa

Fx =CvxV

dan,Cvx =

w xh x

wi h

i=1

k
i

dimana,
Cvx
= faktor distribusi vertikal,
V
= gaya lateral disain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan atau
dikenakan pada tingkat i atau x;
hi and hx = tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x
k
= eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:

untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2
atau harus ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2

Faktor k untuk memperhitungkan


pengaruh ragam tinggi

Contoh:
Distribusi vertikal beban seismik . Ref. ASCE 7-10; 12.8.3, SNI 03-1726-2010; 12.5.5
Suatu gedung sembilan lantai struktur baja, sistem penahan gaya lateral terdiri dari
Moment Resisting Frame.
Tentukan : Distribusi vertikal gaya lateral Fx .
2

Lantai

8.00 M

Informasi lainnya adalah :

8.00 M

W
CS
R
0
I
T

Berat Tingkat

952 kN

1801kN

1801kN

1801kN

2598kN

1877kN

1877kN

1957kN

2068kN

GF

3.60 M
3.60 M
3.60 M

= 16732 kN
= 0.062
= 8.0
= 3.0
= 1.0
=1.06 sec

3.60 M

Penyelesaiannya dilakukan sesuai

3.60 M

dengan tahapan berikut,

3.60 M
3.60 M

1.Tentukan V

3.60 M

2.Hitung Fx untuk setiap lantai

6.00 M

3.Tentukan eksponen distribusi k


4.Tentukan distribusi vertikal dari gaya

Total = 16732 kN

lateral

1. Tentukan base shear V

12.8.1

Total beban lateral rencana yang bekerja pada dasar atau base shear dari struktur
ditentukan berdasarkan persamaan 12.8-1.
V = CSW = 0.062(16732) = 1037 kN

2. Hitung Fx untuk setiap lantai


Fx = CvxV
dimana:

Cvx =

(persamaan 12.8-11)

wxh kx
n

(persamaan 12.8-12)

wh

k
i i

Karena ada 9 lantai diatas ground , n = 9, sehingga

Fx =

k
x x

1037w h
9

wh
1

k
i i

Lantai
9

8.00 M

8.00 M

Berat Tingkat
952 kN

1801kN

1801kN

1801kN

2598kN

1877kN

1877kN

1957kN

2068kN

3.60 M
3.60 M
3.60 M
3.60 M
3.60 M
3.60 M
3.60 M
3.60 M
6.00 M

GF
Total = 16732 kN

3. Tentukan eksponen distribusi k


Eksponen distribusi k = 1.0 untuk T 0.5 sec.
k = 2.0 untuk T 2.5 sec.
k = interpolasi linear untuk 0.50 T 2.5

Untuk T = 1.06 sec, maka diperoleh


k = 1.0 + (1.06 0.5) ( 1/(2.5-0.5)) = 1.28
jadi, pakai k =1.28

4. Tentukan distribusi vertikal dari gaya lateral melalui persamaan 12.8-12 dimana nilai
V = 1037 kN dan k =1.28
Lantai x

hx (m)

hxk (m)

wx (kN)

wxhxk
(kNm)

C vx =

w x h kx
n

w i h ik

Fx = CvxV
(kN)

Sa

34.80

94.02

952

89507

0.117

121.33

0.127

31.20

81.76

1801

147250

0.192

199.10

0.110

27.60

69.88

1801

125854

0.164

170.07

0.094

24.00

58.43

1801

105232

0.137

142.07

0.079

20.40

47.46

2598

123301

0.161

166.96

0.064

16.80

37.02

1877

69487

0.091

94.37

0.050

13.20

27.19

1877

51036

0.066

68.44

0.036

9.60

18.08

1957

35383

0.046

47.70

0.024

6.00

9.91

2068

20494

0.027

28.00

0.014

1.001

1038.04

=16732

=767544

Contoh:
Pengaruh P-delta

Ref. ASCE 7-10; 12.8.7, SNI 03-1726-2010; 7.8.7

Dalam perencanaan bangunan tinggi, pergerakan lateral kolom akibat pengaruh beban aksial P
dan horizontal displacement akan menimbulkan momen sekunder pada balok dan kolom, serta
tambahan story drift. Pengaruh ini dikenal dengan istilah P-delta. Stabilitas dari sistem struktur
perlu diperiksa akibat adanya pengaruh P-delta ini. Pada contoh berikut ditunjukkan prosedur
pemeriksaan stabilitas sistem struktur akibat dari P-delta.
Diketahui, gedung baja 15 lantai jenis
Special Moment Frame (SMF) dengan data
sebagai berikut:
Seismic Use Group (SUG)
:I
Seismic Design Category (SDC) : D
R =8
Cd = 5.50
I = 1.0

Pada tingkat 1 diketahui:


D = W = 38446 kN
L
= 17126 kN
V1 = V = 0.042 W = 1615 kN, = 0.80
h1
= 6.00 M
Deflection pada lantai x =1 akibat seismic base shear
(tanpa pengaruh P-), 1e = 0.003 h1 = 18 mm.

Tentukan : 1. Story drift perencanaan awal pada tingkat 1.


2. Kriteria P-
3. Periksa persyaratan P- pada tingkat 1.
h1 = 6.00 M

4. Perencanaan akhir story drift dan story shear


pada tingkat 1
5. Periksa story drift compliance pada tingkat 1

1. Story drift perencanaan awal pada tingkat 1.

12.8.6

Pada tingkat x = 1, preliminary design story drift adalah:


= (x x-1) = (1 0) = (1 0) = 1
dimana:

1 =

Cd1e (5.50)(18)
=
= 99.00mm
I
1.0

(persamaan 12.8-15)

Jadi : = 99.00 mm
Nilai ini adalah nilai awal dan harus ditingkatkan dengan incremental factor
ad = 1.0/(1-) yang akan diuraikan pada no.4 contoh ini.
2. Kriteria P-.

12.8.7

Pengaruh P- harus diperhitungkan bila rasio momen sekunder terhadap momen


primer melampaui 10%. Rasio ini dinyatakan sebagai koefisien stabilitas
dimana: = koefisien stabilitas pada tingkat x.

P x
=
Vx hsx Cd
Pengaruh P-delta harus
diperhitungkan bila > 0.10.

Px= beban total vertikal perencanaan pada semua


kolom tingkat x.
= initial design story drift pada tingkat x.
Vx = gaya geser seismik pada tingkat x.
hsx= tinggi tingkat x.
Cd = deflection amplification factor pada Tabel 12.2-1
(dalam contoh ini ditentukan sebesar 5.50)

3. Periksa persyaratan P- pada tingkat 1.

12.8.7

Beban vertikal total P1 pada tingkat 1 memperhitungkan beban mati total D dan
beban hidup total L diatas tingkat 1.
Catatan, dalam memperhitungkan pengaruh P-delta, beban yang dipakai adalah
beban tak terfaktor (unfactored load).
P1 = D + L
P1 = 38446 kN + 17126 kN = 55572 kN
Untuk tingkat x =1.

1 =

P1
(55572)(99)
=
= 0.103 > 0.10
V1 hs1 Cd (1615)(6000)(5.50)

Jadi, pengaruh P- harus diperhitungkan.


Periksa untuk max dengan = 0.80
max = 0.50/( Cd)
= 0.50/(0.80x5.50) = 0.1136.
1 = 0.103 < max = 0.113 ..(ok).

(persamaan 12.8-17)

4. Perencanaan akhir story drift dan story shear pada tingkat 1.

12.8.7

jika > 0.10, maka initial design story drift dan design story shear harus diperbesar
dengan incremental factor ad = 1.0/(1-).
ad = 1.0/(1-0.103) = 1.115.
Perencanaan akhir story drift pada tingkat 1 adalah:
1 = ad 1 = (1.115)(99) = 110.40 mm
Perencanaan akhir story shear pada tingkat 1 adalah:
V1 = ad V1 = (1.115)(1615) = 1800 kN
arti fisiknya adalah, bahwa pada tingkat yang bersangkutan (tingkat 1
pada contioh ini) ada tambahan gaya lateral ekivalen sebesar:
(1.115-1.00)V1 = 0.115 V1 = 0.115(1615) =186 kN.
5. Periksa story drift compliance pada tingkat 1.
Story drift yang diijinkan ijin = 0.020 h1
ijin = 0.020 (6000) = 120 mm.
1 = 110.40 < 120 mm. .(ok).

12.8.7
(Tabel 12.12-1)

17. Hitung/komputasi
Gaya Lateral
17.2. Analisis Superposisi Ragam
(menggunakan analisis ragam
spektrum respons)

1. Jumlah Ragam

Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan


partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari
massa aktual dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons
yang ditinjau oleh model.

2. Parameter Respons Ragam

Nilai untuk masing-masing parameter disain terkait gaya yang ditinjau,


termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen
struktur individu untuk masing-masing ragam respons harus dihitung
menggunakan properti masing-masing ragam dan spektrum respons
didefinisikan dalam Bab 6 atau Pasal 15.2 dibagi dengan kuantitas (R/I).
Nilai untuk perpindahan dan kuantitas simpangan antar lantai harus
dikalikan dengan kuantitas (Cd/I).

3. Parameter Respons Terkombinasi

Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk


berbagai ragam, harus dikombinasikan menggunakan metoda akar
kuadrat jumlah kuadrat (SRSS) atau metoda kombinasi kuadrat lengkap
(CQC), sesuai dengan SNI 1726. Metoda CQC harus digunakan untuk
masing-masing nilai ragam di mana ragam berjarak dekat mempunyai
korelasi silang yang signifikan di antara respons translasi dan torsi.

18. Hitung Gaya


Tambahan Akibat
Torsi Sesuai Ketentuan

Faktor pembesaran torsi harus diperhitungkan pada sistem


struktur seperti yang ditunjukkan pada Tabel Ketidakberaturan
struktur horisontal

Contoh:
Iregularitas horizontal Tipe 1a dan 1b.

Ref. SNI-03-1726-2010; 7.3.2.1

Diketahui gedung tiga lantai dari jenis Special Moment-Resisting Frame (SMRF) dengan
rigid floor diaphragm. Akibat gaya seismik yang bekerja termasuk pengaruh akibat torsi,
diketahui displacement elastic xe pada lantai -1 dan 2 adalah sebagai berikut.

R,,2

Lantai
3

R,,1
L,,2

2
Lantai 2

L,,1

L,2 = 30.48 mm R,2 = 48.26 mm


L,1 = 25.40 mm R,1 = 30.48 mm

Lantai 1

Tentukan : Apakah struktur termasuk pada Ketidakberaturan (iregularitas) torsi tipe 1a


dan 1b pada tingkat-2. Selanjutnya, hitung berapa amplifikasi torsi AX pada
lantai dua.

Iregularitas torsi tipe 1a terjadi jika strory drift maksimum termasuk pengaruh torsi lebih
besar 1.20 kali strory drift rata-rata sebagaimana dijelaskan pada SNI-03-1726-2010.
7.8.4.3
Story drift pada lantai x didefinisikan sebagai, x = (x - x-1) pada ujung kanan dan kiri
dari struktur. Dengan demikian maka iregularitas torsi pada lantai -x terjadi bila :

max > 1.20 (avg

1.20 (L,x + R,x)


)=
2
dimana, L,2 = L,2 - L,1
R,2 = R,2 R,1
R,,2

Lantai
3

R,,1
L,,2

2
Lantai 2

L,,1

1
Lantai 1

avg = (L,2 + R,2)

Hitung story drift pada lantai -2.


L,2 = 30.48 25.40 = 5.08 mm
R,2 = 48.26 30.48 = 17.78 mm
avg = (5.08 + 17.78)
= 11.43 mm
max= R,2 = 17.78 mm

Selanjutnya periksa apakah dipenuhi kriteria max > 1.20 (avg )


max = 17.78 mm > 1.20 (avg ) = 13.716 mm, atau dapat juga ditulis,

max 17.78
=
= 1.56 > 1.20
avg 11.43
Kesimpulan: Iregularitas torsi tipe 1a terpenuhi.
Periksa apakah kondisi extreme torsional irregularity terjadi.
max > 1.40 (avg )

max 17.78
=
= 1.56 > 1.40
avg 11.43
Kesimpulan: Iregularitas torsi tipe 1b terpenuhi.

Perhitungan faktor amplifikasi AX . 7.8.4.3


Jika iregularitas torsi terjadi pada lantai x, maka accidental momen torsi Mta harus
diperbesar dengan faktor amplifikasi AX . Amplifikasi harus dilakukan pada setiap lantai
dan setiap lantai mempunyai nilai faktor amplifikasi AX yang berbeda. Dalam contoh ini
AX dihitung untuk lantai -2.
2

max ..(SNI-03-1726-2010 pasal 7.8.4.3, persamaan 39)


Ax =

avg
1.20

max = R,2 = 48.26 mm


L , 2 + R , 2 30.48 + 48.26
avg =
=
= 39.37mm
2
2
2

48.26
Ax =
= 1.04
1.20(39.37)
Catatan : Jika dalam analisis diperoleh nilai AX < 1.0 maka pakai AX = 1.0

Beban Gempa Arah-X dan Arah-Y

10. Pemeriksaan soft story (tingkat lunak).


Ketidakberaturan vertikal tipe 1A.

Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak (soft story)


didefinisikan ada jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan
lateralnya kurang dari 70 persen kekakuan lateral tingkat di
atasnya atau kurang dari 80 persen kekakuan rata-rata tiga
tingkat di atasnya.

Ketidakberaturan vertikal tipe 1B.

Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak Berlebihan didefinisikan


ada jika terdapat suatu tingkat di mana kekakuan lateralnya
kurang dari 60 persen kekakuan lateral tingkat di atasnya atau
kurang dari 70 persen kekakuan rata-rata tiga tingkat di atasnya.

Menurut ASCE 7-10 pasal 12.3.2.2 dan SNI 03-1726201X pasal 7.3.2.2, pemeriksaan terhadap soft story
effect diberikan pengecualian sebagai berikut:
a. Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, atau 2 dalam
Tabel 7.3-2 tidak berlaku jika tidak ada rasio simpangan antar
lantai akibat gaya seismik lateral disain yang nilainya lebih
besar dari 130 persen rasio simpangan antar lantai tingkat
diatasnya. Pengaruh torsi tidak perlu ditinjau pada
perhitungan simpangan antar lantai. Hubungan rasio
simpangan antar lantai tingkat untuk dua tingkat teratas
struktur bangunan tidak perlu dievaluasi.
b. Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, dan 2 dalam
Tabel 7.3-2 tidak perlu ditinjau pada bangunan satu tingkat
dalam semua kategori disain seismik atau bangunan dua
tingkat yang dirancang untuk Kategori Disain Seismik B, C,
atau D.

OK

11. Analisa berdasarkan modal respons spectrum


a. Persyaratan jumlah mode (ragam)
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi
massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual
dalam masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh
model.

b.

Parameter modal respons (modal redsponse parameters)

Nilai untuk masing-masing parameter disain terkait gaya yang ditinjau, termasuk
simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen struktur individu
untuk masing-masing ragam respons harus dihitung menggunakan properti masingmasing ragam dan spektrum respons didefinisikan dalam SNI-03-1726-201X-Bab 6
atau Pasal 15.2 dibagi dengan kuantitas (R/I). Nilai untuk perpindahan dan
kuantitas simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/I).

Pada contoh ini diambil pada 10 mode pertama dengan nilai


yang diperoleh pada kombinasi partisipassi massa > 90 %,
baik pada arah-X dan arah-Y sebagai berikut.

Pada tabel diatas, nilai Sax dan Say adalah nilai respons spektrum yang telah direduksi
sesuai daktilitas rencana.
Faktor reduksi untuk ordinat respons spektrum ini adalah sebesar Ie / R, dimana nilai Ie
yang dipakai dalam contoh soal ini adalah=1.0, dan RX = 8.0 serta RY = 7.0

Gaya geser dasar yang didapatkan dari hasil analisa


respons spektrum minimum adalah sebesar 85% gaya
geser dasar yang dihitung berdasarkan cara statik
ekivalen. Dengan demikian apabila gaya geser dasar
hasil analisa respons spektrum lebih kecil dari 85% gaya
geser dasar statik ekivalen, maka ordinat respons
spektrum harus dikalikan dengan nilai 0.85 V/Vt,
dimana,
V = gaya geser dasar dari perhitungan statik ekivalen,
Vt = gaya geser dasar dari kombinasi modal respons
spektrum

VX = 4981 kN
VY = 9573 kN

Output gaya geser hasil analisa modal respons spektrum dan


faktor skala untuk beban gempa respons spektrum adalah :

Statik ekivalen
Arah-X

Modal respons
Arah-X

Statik ekivalen
Arah-Y

Modal respons
Arah-Y

19. Hitung Gaya-gaya


Berdasarkan Beban
Kombinasi

20. Periksa hasil gaya-gaya


dalam dan deformasi
yang meliputi kekuatan,
deformasi dan stabilitas

Catatan: Nilai-nilai Cd lihat


pada Tabel 9

Contoh.
Building separation

Ref. SNI-03-1726-2010; 7.12.3

Separasi pada umumnya dibutuhkan untuk melindungi atau mereduksi kemungkinan


terjadinya benturan pada struktur-struktur yang berdampingan. Persyaratan separasi
antar struktur tersebut dapat dilihat pada 7.12.3. Pada contoh berikut, displacement
statik xe yang diakibatkan gaya lateral (sesuai prosedur SNI-03-1726-2010, 7.8) dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Struktur -1
Struktur-2
Separasi
Lantai

Struktur - 1

Lantai x

xe (mm)

Lantai x

35.05

25.40

19.05

11.94

8.90

R=8

R=6

Cd =5.50

Cd =5.00

xe (mm)

Struktur - 2

Tentukan : 1. Separasi dalam gedung yang sama.


2. Separasi dari gedung yang berbatasan, tetapi pemiliknya sama.
3. Separasi dari gedung yang berbatasan, dari pemilik yang berlainan.

1. Separasi dalam gedung yang sama.


Expansion joint sering dipergunakan untuk memisahkan gedung yang luas atau pada gedung
yang iregular dalam beberapa bagian diatas level fundasi. Untuk kondisi tersebut peraturan
mensyaratkan suatu jarak pemisah sebesar MT.
MT = M1 + M2
M1 = displacement inelastik maksimum dari struktur-1
M2 = displacement inelastik maksimum dari struktur-2

Cdxe
M = (x ) max =
Ie

(persamaan - 48)

Perhitungan selanjutnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :


a. Tentukan displacement inelastik dari masing-masing struktur.
Untuk menentukan separasi minimum dari expansion joint, maka untuk setiap struktur perlu
ditentukan displacement inelastik maksimum lantai x , yang dalam contoh ini adalah pada
lantai x =2.

Cd21 5.50(25.40)
M1 =
=
= 139.70mm
Ie
1.0

(persamaan 12.8-15)

Cd22 5.00(19.05)
Untuk Struktur-2 : M2 =
=
= 95.25mm
Ie
1.0

(persamaan 12.8-15)

Untuk Struktur-1 :

b. Tentukan jarak separasi yang dibutuhkan.

SNI-03-1726-2010, 7.12.3

MT = M1 + M2 = (139.70) + (95.25) mm
MT = 234.95 mm.
2. Separasi dari gedung yang berbatasan, tetapi pemiliknya sama.
Jika struktur-1 dan struktur-2 adalah gedung yang berdampingan, dan masing-masing gedung
pemiliknya sama, penentuan separasinya sama seperti uraian pada butir 1 diatas. Dengan
demikian, maka MT = 234.95 mm.
3. Separasi dari gedung yang berbatasan, dari pemilik yang berlainan.
Jika struktur-1 adalah gedung baru yang sedang dalam perencanaan dan struktur-2 yang
berdampingan adalah gedung existing dengan pemilik yang berlainan, dan umumnya kita tidak
mempunyai informasi mengenai displacement dari struktur-2 tersebut, bahkan tidak jarang
sistem struktur dari gedung tersebut juga tidak diketahui. Pada kasus demikian maka separasi
hanya dapat didasarkan pada informasi dari struktur-1. Sebagaimana diketahui bahwa
displacement elastik terbesar dari struktur-1 adalah 35.05 mm, yang terjadi pada lantai-3.
Displacement inelastik maksimum dari struktur-1 adalah:

M =

Cd3e 5.50(35.05)
=
= 192.78mm
Ie
1.0

(persamaan - 48)

Dengan demikian maka struktur-1 harus set back sejauh 192.78 mm dari garis property, jarak yang
lebih kecil dapat dilakukan bila dilakukan analisis yang rasional yang didasarkan pada maximum
ground motions. Analisis tersebut sulit ditampilkan, dan umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk
kasus yang sangat khusus.

21. Persyaratan Detailing


dari Struktur Beton
Bertulang

Struktur beton yang termasuk dalam


kategori biasa (Ordinary), menengah
(Intermediate) dan khusus (Special)
memiliki berbagai ketentuan, batasan
dan persyaratan tulangan dan
detailing yang berbeda. Berikut
disampaikan berbagai tabel dan
gambar-gambar untuk memudahkan
penggunaan berbagai ketentuan
tersebut.

Lokasi penulangan pada pelat dua-arah tanpa balok

Detail penulangan untuk pelat dua-arah tanpa balok.

Detailing tulangan transversal untuk balok


pada Special Moment Frame

Persyaratan lokasi, jenis dan jarak dari berbagai jenis tulangan


transversal pada balok untuk perencanaan seismik

Smax d/4
100 mm

Seismic
strirrups

Splice
hoops

Seismic
strirrups

2h

2d
hoops

50mm

2d
hoops

S d/2

50mm

50mm

Smax d/4
8db
24dt
300 mm

2d
hoops

Seismic
strirrups

Splice
hoops

2h

Detailing tulangan balok pada Special Moment Frame

Detailing tulangan balok dan kolom pada


Special Moment Frame

Detailing tulangan transversal untuk kolom


pada Special Moment Frame

h=C1

C2

You might also like