Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya. Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk
ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Dalam tubuh, besi esensial memproduksi hemoglobin
yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut
elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan
untuk menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler. Pada tubuh manusia
yang memiliki berat sekitar 70 kg hanya terkandung besi sebanyak 3,5 g, 70%
diantaranya dalam bentuk hemoglobin. Namun apabila jumlah kadar besi yang
dikonsumsi terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, diabetes dan
penyumbatan pembuluh jantung (Shyla B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu sumber mineral yang terdapat dalam air minum. Fe logam
berat esensial, di mana keberadaannya dalam kadar tertentu sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia, namun dalam kadar yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun.
Dalam air minum, kadar besi dan mangan yang diperbolehkan yakni masing- masing
0,3 mg/L dan 0,4 mg/L.
Terkait dengan pemikiran inilah, maka dilakukan percobaan penentuan kadar besi
(Fe) secara spektrofotometri sinar tampak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Besi
Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah aluminium pada
kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen dimana dalam bentuk
divalent berperan sebagai mikronutrisi esensial. Penentuan besi dapat menggunakan
berbagai metode, seperti spektrofotometri serapan atom, metode flow injection, dan
fluorometri, namun yang banyak digunakan pada penentuan besi adalah
spektrofotometri UV-tampak karena akurasi yang baik, cepat, dan mudah (Shyla
B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu logam transisi bernomor massa 26. Dilihat dari nomor
massanya dapat diketahui bahwa besi memiliki elektron yang tidak berpasangan
dalam bentuk ionnya. Sedangkan o-Phen memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
yang terdapat pada N sebanyak dua. Berdasarkan definisi dari Rivai tahun 1995,
proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perindahan satu atau lebih
pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi ligan bertindak sebagai pemberi
elektron (basa Lewis) dan ion logam sebagai penerima elektron (asam Lewis) dimana
pada penelitian ini ligan yang digunakan adalah o-Phen, dan logam yang digunakan
adalah besi (Rahayu, 2013).
Keberadaan besi pada kerak bumi berada pada urutan keempat terbesar. Besi
ditemukan dalam bentuk kation Ferro (Fe 2+) dan ferri (Fe3+) (Rahmayani, 2009). Besi
Fe2+ maupun Fe3+ merupakan suatu logam transisi. Ion logam transisi berada dalam
suatu keadaan oksidasi positif, dalam keadaan tersebut yang ditinjau adalah orbital d.
Orbital d yang ada pada logam transisi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pada
keadaan t2g dan eg. Kondisi penempatan elektron pada masing-masing orbital
menyebabkan adanya konfigurasi low-spin dan high-spin (Rhicard, 1994).
2.2 Darah
Di dalam sel darah merah terdapat pigmen berwarna merah yang disebut dengan
hemoglobin. Sebagian besar kandungan dari hemoglobin adalah unsur besi. Adanya
unsur besi ini dapat berfungsi untuk mengatur sistem metabolisme dalam tubuh
manusia (Trianjaya, 2009).
Dalam tubuh manusia terdapat 60 sampai 80 persen besi dalam hemoglobin.
Hemoglobin merupakan senyawa protein heme yang mengandung Fe 2+. Hemoglobin
berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh yang lain. Pada
hemoglobin tersebut besi berperan sebagai pusat pengikat oksigen. Meskipun protein
heme tidak mampu mengikat oksigen, Fe2+ mempunyai kecenderungan cukup besar
untuk mengikat oksigen sehingga pengangkutan oksigen dalam tubuh dapat berjalan
(Rahmayani, 2009).
Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mentransfer hemoglobin.
Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 8 mikron
(normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf
dengan sentral akromia kira-kira - diameter sel. Dalam mengevaluasi morfologi
sel darah merah pada sediaan apus, ada 4 hal yang harus diperlihatkan : 1. bentuknya
(shape), 2. ukurannya (size), 3. warnanya (staining), dan 4. struktur intraselluler
(structure) (Patologi klinik, 2006).
Pada molekul hemoglobin, oksigen dapat berikatan dengan zat besi pada kondisi
tekanan parsial yang tinggi. Agar dapat berikatan dengan zat besi yang terkonjugasi
dengan hemoglobin, oksigen memberikan lone pair-nya pada ion Fe2+ yang berada
dalam keadaan low spin (Winter, 1994).
2.3 Spektrofotometri Sinar Tampak
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif
dan kuantitatif baik yaang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun
dengan cara basah. Alat isntrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu
zat berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per
billion) (Triyati, 1985).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum pada
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Trianjaya, 2009).
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber
cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram.
Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya
yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 C. Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 2200 nanometer
(nm) (Jaya Hardi, 2015 ).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain spektofotometer 20, kuvet, gelas
kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL dan 10 mL, labu ukur (100 mL, 50 mL, dan 25
mL) dan 50 mL, pipet tetes, botol semprot, rak tabung, kuvet, sendok zat, batang
pengaduk, lemari asam, neraca analitik, dan botol bekas.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain feri ammonium sulfat, akuades,
HCl pekat, serbuk besi, kalium tiosianat, larutan HCl 4 N, dan KSCNS 2 M, darah,
larutan standar besi 100 ppm, dan tissu.S
ditambahkan akuades hingga tanda batas. Kemudian diukur serapan dari larutan
tersebut pada panjang gelombang antara 375-525 nm. Lalu dibuat kurva serapan vs
panjang gelombang dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan panjang gelombang maksimun
(nm)
400
-0,008
420
0,002
440
-0,018
460
0,038
480
0,050
500
0,043
520
0,040
maks = 480 nm
4.1.2 Penentuan kurva kalibrasi.
Fe ( mL)
0,030
0,05
0,050
0,1
0,046
0,15
0,049
0,2
0,049
A
0,030
4.2 Pembahasan
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Besi
merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka
bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Tubuh manusia
hanya mengandung besi sebanyak 4 gram. Adanya unsur besi di dalam tubuh
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur
metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam
hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam dalam secara
spektrofotometer sinar tampak. Sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh
mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan
panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometer sinar tampak yang digunakan
pada percobaan ini yaitu spektronik 20.
Perlakuan pertama adalah menentukan panjang gelombang maksimum dari besi.
Sebanyak 0,15 ml larutan standar besi 100 ppm ditambahkan dengan 2,5 ml larutan
tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N dalam labu ukur 25 ml. Kemudian mengukur serapan
dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 400 520 nm, pada tiap
kenaikan 20 nm. Kemudian menentukan panjang gelombang maksimum. Menurut
Day dan Underwood (1994), bahwa Panjang gelombang maksimum pada besi adalah
580-590 nm. Namun hasil yang diperoleh panjang gelombang maksimum yaitu pada
440 nm sehingga diperoleh nilai serapan sebesar 0,050.
Perlakuan kedua adalah penentuan kurva kalibrasi. Tujuannya adalah untuk membuat
kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam
sampel air. Kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara konsentrasi
dan transmitansi. Pertama-tama memasukkan dalam 5 labu 25 ml dengan larutan
standar besi 100 ppm masing-masing 0 ml, 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml dan 0,2 ml.
kemudian menambahkan pada masing-masing labu ukur larutan tiosianat 2,5 ml dan
1,5 ml larutan HCl 4 N sambil menambahkan aquades sampai tanda batas. Dalam
keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu menambahkan larutan
penyerap cahaya yang baik. Dan penambahan HCl adalah untuk mempermudah
proses pembentukan kompleks tiosinat dan besi. Dengan reaksi sebagai berikut :
Fe3+ + SCN-
(FeSCN)2+
Proses selanjutnya mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum yakni 480
nm. Hasil yang diperoleh nilai serapan adalah 0,050. Dari hasil perhitungan dapat
dilihat bahwa kadar besi dalam darah adalah 1,6216 g/ 100 mL. Menurut Trianjaya
dan Zunaidi (2009) Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 g. Adanya
unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut
dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat
dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Jadi dapat dikatakan hasil percobaan yang dilakukan sangat berbeda jauh dengan
literatur yang ada, hal ini disebabkan oleh kurangnya ketepatan, ketelitian, dan
kecermatan pada saat praktikum sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Spektrofotometer adalah sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
2. Spektrofotometer sinar tampak terdiri dari : sumber cahaya, monokromator,
kuvet/tempat sampel, detector dan amplifier.
3. Panjang gelombang maksimum larutan standar adalah 460 nm yang nilai
absorbansi tertinggi sebesar 0,473 nm.
4. Diperoleh nilai kadar besi dalam sampel darah 8, 4486 g/ 100 mL.
Fatimah Rahmayani. 2009. Analisa Kadar Besi (Fe) Dan Tembaga (Cu) Dalam Air
Zamzam Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
LAMPIRAN
1. Diagram Alir
1.1 Penentuan Larutan Standar
1.1.1 Larutan standar besi
+ Air
25 ml akuades
+ 1,5 ml HCN4 N
Ukur serapan dan panjang
gelombang maksimum
2. Analisa Data
1.
Penetapan kadar besi dalam larutan
Perhitungan konsentrasi larutan standar Fe
a. Untuk V1 = 0 mL
V1 . M1
= V2 . M2
0 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0 ppm . 100 mL = 25 mL . M2
0 ppm. 100 mL
M2
=
50 mL
= 0 ppm
b. Untuk V1 = 0.05 mL
V1 . M1
= V2 .M2
= 0.2 ppm
c. Untuk V1 = 0.1 mL
V1 . M1
= V2 .M2
= 25 mL . M2
= 25 mL . M2
M2
= 0.4 ppm
d. Untuk V1 = 0.15 mL
V1 . M1
= V2 .M2
= 0.6 ppm
e. Untuk V1 = 0.2 mL
V1 . M1
= V2 .M2
= 25 mL . M2
= 25 mL . M2
M2
= 0.8 ppm
Perhitungan Regresi
x (ppm)
y (A)
xy
X2
0,044
0,2
0,077
0,0154
0,04
0,4
0,064
0,0256
0,16
0,6
0,067
0,0402
0.36
0,8
0,156
0,1248
0,64
x = 2
y = 0,408
xy =0,206
x2 = 1,2
x =
x 2
= =0,4
n
5
y 0,408
=
=
y = n
0,0816
5
n ( xy ) ( x )( y)
b =
2
n ( x )( x)
5 ( 0,206 )( 2 ) (0,408)
5 ( 1,2 )( 2)
= 0,107
y
y1
= y + b ( xi x)
= 0,0816+ 0,107 (0 0,4) = 0,0388
y2
y3
y4
y5
SEBELUM REGRESI
0.15
Absorbansi
0.1
0.05
Linear ()
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
Konsentrasi (ppm)
SESUDAH REGRESI
0.1
Absirbansi
0.12
0.06
0.05
Linear ()
0.04
0
0 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
Konsentrasi (ppm)
Tg
=k=
k=
dy
dx
y 3 y 2
x 3x 2
k=......?
k=
0,08160,0602
0,40,2
k = 0,107
Dimana :
A= k C
ket: A = Absorbansi Darah
C =
A
k
0,904
0,107
= 8, 4486 g/ 100 mL
Jadi kadar besi dalam sampel darah adalah 8, 4486 g/ 100 mL.
serapan vs P. gelombang
0.5
0.4
0.3
asorbansi
0.2
0.1
0
400
420
440
460
panjang gelombang
480
500
LEMBAR ASSISTENSI
NAMA
STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
No
Hari/tanggal
: ANDINI PRATIWI
: G 301 13 013
: II (Dua)
: DINI NOVIYANDARI
Keterangan
Paraf