You are on page 1of 18

1.

Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa
menggantungkan kelenjar ini pada fascia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan
selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah cranial, yang merupakan ciri
khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu
bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Setiap lobus tiroid yang
berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5 4 cm, lebar 1,5 2 cm dan tebal 1 1,5 cm.
Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang
dewasa beratnya berkisar antara 10 20 gram.
Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. Arteri tiroidea superior berasal
dari a. karotis komunis atau a. karotis eksterna, a. tiroidea inferior dari a. subclavia,
dan a. tiroid berasal dari a. brakiosefalik salah satu cabang arkus aorta. Ternyata setiap
folikel tiroid diselubungi oleh jalajala kapiler dan limfatik, sedangkan system venanya
berasal dari pleksus perifollikuler yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea
superior, lateral dan inferior. Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram
kelenjar/menit; dalam keadaan hipertiroidisme aliran ini akan meningkat sehingga dengan
stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar.
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar paratiroid
menempel di belakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di lobus medius, sedangkan
nervus laringeus rekuren berjalan di sepanjang trakea dibelakang tiroid.
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus
trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kea rah nodus pralaring yang tepat berada di atas
ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang langsung ke

duktus torasikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran
keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.
Dengan mikroskop terlihat kelenjar tiroid terdiri atas folikel dalam berbagai ukuran
antara 50 500 mm. Dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak
menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap kea rah membrane basalis.
Folikel ini berkelompok kelompok sebanyak kira kira 40 buah untuk membentuk
lobules yang mendapat darah dari end arteri. Folikel mengandung bahan yang jika
diwarnai dengan hematoksilin eosin berwarna merah muda yang disebut koloid dan
dikelilingi selapis epitel tiroid. Ternyata tiap folikel merupakan kumpulan dari klon sel
tersendiri. Sel ini berbentuk kolumnar apabila dirangsang oleh TSH dan pipih apabila
dalam keadaan tidak terangsang / istirahat. Sel folikel mensintesis tiroglobulin (Tg) yang
disekresikan ke dalam lumen folikel. Tg adalah glikoprotein berukuran 660 kDa, dibuat di
reticulum endoplasmik, dan mengalami glikosilasi secara sempurna di aparat golgi.
Protein lain yang amat penting disini ialah tiroperoksidase (TPO). Enzim ini berukuran
dengan 103 kDa yang 44 %- nya berhomologi dengan mieloperoksidase. Baik TPO
maupun Tg bersifat antigenik seperti halnya pada penyakit tiroid autoimun, sehingga dapat
digunakan sebagai penanda penyakit. Biosintesis hormone T4 dan T3 terjadi di dalam
tiroglobulin pada batas antara apeks sel koloid. Di sana terlihat tonjol tonjol mikrovili
folikel ke lumen; dan tonjol ini terlihat juga dalam proses endositosis tiroglobulin.
Hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan dalam koloid sebagai
bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya akan dibebaskan apabila ikatan
dengan tiroglobulin ini dipecah oleh enzim khusus.
Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroid,
maka harus selalu tersedia yodium yang cukup dan berkesinambungan. Yodium dalam
makanan berasal dari makanan laut, susu, daging, telur, air minum, garam beryodium dan
sebagainya. faktor kandungan yodium dalam lahan setempat sangat penting, khususnya
makan makanan yang berasal dari produksi setempat yang lahannya mempunyai
kandungan yodium rendah.
Yodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan 1/3 hingga
ditangkap kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Ditaksir 95 % yodium
tubuh tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam sirkulasi (0,04 0,57 %) dan
jaringan.

Hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel
parafolikular (sel CO). hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium dan tidak
berperan sama sekali dalam metabolisme yodium. Mengingat asal hormon ini, kalsitonin
seringkali digunakan sebagai penanda untuk mendeteksi adanya

carcinoma medullare

thyroid.
Biosintesis Hormon Tiroid
Hormon tiroid amat istimewa karena mengandung 59 65 % elemen yodium.
Hormon T4 dan T3 berasal dari yodinasi cincin fenol residu tirosin yang ada di
tiroglobulin. Awalnya terbentuk mono- dan diiodotirosin, yang kemudian mengalami
proses penggandengan (coupling) menjadi T3 dan T4.
Proses biosintesis hormon tiroid secara skematis dapat dilihat dalam beberapa tahap,
sebagian besar distimulir oleh TSH, yaitu tahap :
a) Tahap trapping
b) Tahap oksidasi
c) Tahap coupling
d) Tahap penimbunan atau storage
e) Tahap deiyodinasi
f) Tahap proteolisis
g) Tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid.
Iodida (I) bersama dengan Na diserap oleh transporter yang terletak di membrane
plasma basal sel folikel. Protein transporter ini disebut sodium iodide symporter (NIS),
berada di membrane basal, dan kegiatannya tergantung adanya energy, membutuhkan O2
yang didapatkan dari ATP. Proses ini distimulir oleh TSH sehingga mampu meningkatkan
konsentrasi yodium intrasel 100 500x lebih tinggi dibandingkan kadar ekstrasel. Hal ini
dipengaruhi juga oleh tersedianya yodium dan aktivitas tiroid. Beberapa bahan seperti
tiosianat (SCN) dan perklorat (ClO4) justru menghambat proses ini. Beberapa ion lain
dapat menghambat pompa iodida ini dengan urutan kekuatan: TcO4, SeCN, NO2, Br. TcO4
maupun perklorat secara klinis dapat digunakan memblok uptake iodida dengan cara
inhibisi kompetitif pada pompa yodium. Nitrit (NO2) dan Br dengan kadar yang cukup
tinggi juga dapat menghambat, meskipun kekuatannya lebih lemah. Berdasarkan hal ini
maka perchlorate discharge test dilakukan untuk diagnosis adanya defek proses iodinasi

yang bersifat kongenital. Pertechnetat (TcO4-) juga mampu lewat pompa yang sama,
sehingga dalam klinis Pertechnetat radioaktif digunakan memindai kelenjar tiroid.
Tiroglobulin, suatu glikoprotein 660kDa disintesis di retikulum endoplasmik tiroid dan
glikosilasinya diselesaikan di aparatus golgi. Hanya molekul Tg tertentu (folded molecule)
mencapai membran apikal, tempat dimana peristiwa selanjutnya terjadi. Protein kunci
lainnya adalah tiroperoksidase (TPO). Proses di apeks melibatkan Iodide, Tg, TPO, dan
hidrogen peroksida (H2O2). Produksi

H2O2 membutuhkan kalsium, NADPH, dan

NADPH oksidase. Yodida dioksidasi oleh H2O2 dan TPO yang selanjutnya menempel
pada residu tirosil yang ada dalam rantai peptida Tg, membentuk 3- monoiodotirosin (MIT)
atau 3,5- diiodotirosin (DIT). Dua molekul DIT (masih berada dan merupakan bagian dari
Tg) bergabung menjadi T4, dengan menggabungkan grup diiodofenil DIT, donor, dengan
DIT akseptor dengan perantaraan diphenyl eter link. Dengan cara yang sama dibentuk T3
dari donor MIT dengan reseptor DIT.
Sesudah pembentukan hormon selesai, Tg disimpan ekstrasel yaitu di lumen
folikel kelenjar tiroid. Sepertiga yodium disimpan sebagai T3 dan T4, sisanya dalam MIT
dan DIT. Bahan koloid yang ada dalam lumen sebagian besar terdiri dari Tg. Koloid
merupakan tempat menyimpan hormon maupun yodium, yang akan disekresi bilamana
dibutuhkan. Pengeluaran hormon dimulai dengan terbentuknya vesikel endositotik di
ujung vili (atas pengaruh TSH berubah menjadi tetes koloid) dan digesti Tg oleh enzim
endosom dan lisosom. Enzim proteolitik utama adalah endopeptidase katepsin C, B, L,
dan beberapa eksopeptidase. Hasil akhirnya, dilepaskannya T4 dan T3 (iodotironin) bebas
ke sirkulasi, sedang Tg-MIT dan Tg-DIT (iodotirosin) tidak dikeluarkan tapi mengalami
deiodinasi oleh iodotirosin deiodinase, iodidanya masuk kembali ke simpanan yodium
intratiroid (intrathyroid pool) untuk konservasi yodium.
Proses katalisasi yodinasi tiroglaobulin ini terjadi secara maksimal pada
tiroglobulin yang belum di iodinasi sama sekali dan berkurang pada yang telah di iodinasi.
Proses iodinasi ini dipengaruhi oleh berbagai obat seperti: tiourea, propil-tiourasil (PTO),
metaltiourasil (MTU), semuanya mengandung grup N C SH. Obat-obat ini efektif
menghambat pekerjaan kelenjar yang hiperaktif.
Proses tangkapan yodium, sintesis Tg, proses iodinasi di apeks serta proses
endositosis dipengaruhi oleh jenuhnya yodium intrasel. Akan dibentuk iodolips atau
iodolakton yang berpengaruh atas generasi H2O2 yang mempengaruhi keempat proses
tersebut. Ini dikenal sebagai autoregulasi kelenjar tiroid. Pemberian yodium dalam jumlah

banyak dan akut menyebabkan terbentuknya yodolipid banyak, yang berakibat uptake
yodium dan sintesis hormon berkurang (efek Wolff- Chaikoff). Proses ini akan berkurang
dengan sendirinya karena yodolipid yang dibentuk akan berkurang dan hilang, dan terjadi
escape. Bila tiroid gagal dalam adaptasi ini, missal pada tiroiditis autoimun atau pada
dishormogenesis, terjadilah hipotiroidisme Iodine induced.
Goitrogen alamiah juga berefek di tahap ini, sehingga produksi hormon berkurang
dan memberi reaksi umpan balik berupa gondok. Yodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi
kadar yodium plasma, sehingga makin tinggi kadar yodium intrasel akan makin banyak
yodium terikat. Kejadian sebaliknya pada defisiensi yodium, yodium yang terikat
berkurang, akibatnya T3 diproduksi lebih banyak daripada T4. Apabila hormon ini
disekresikan akan terlihat kadar T3 didarah meningkat, suatu fenomena yang umumnya
ditemukan di daerah GAKI berat, dikenal sebagai preferential secretion of hormone.
Transportasi Hormon
T3 maupun T4 diikat oleh protein serum. Hanya 0,35% T4 total dan 0,25% T3
total berada pada keadaan bebas. Ikatan T3 dengan protein, kurang kuat dibandingkan T4,
tapi efek hormonnya lebih kuat dan turnovernya lebih cepat, sehingga T3 ini sangat
penting. Ikatan hormon-protein makin melemah dari TBG (thyroxin binding globulin),
TBPA (thyroxin binding prealbumin atau transtiretin), serum albumin. Normalnya kadar
yodotironin total menggambarkan kadar hormon bebas, namun dalam keadaan tertentu
jumlah protein binding dapat berubah, meningkat pada neonates, penggunaan estrogen
termasuk kontrasepsi oral, penyakit hati kronik dan akut, meningkatnya sintesis di hati
karena pemakaian kortikosteroid dan pada kehamilan. Menurun pada penyakit ginjal dan
hati kronik, penggunaan androgen dan steroid anabolik, sindrom nefrotik dan keadaan
sakit berat. Penggunaan obat salisilat, hidantoin, obat anti-inflamasi seperti fenklofenak
menyebabkan kadar hormon total menurun, karena obat-obat tersebut mengikat protein
secara kompetitif, akibatnya kadar hormon bebas meningkat.

Efek Metabolik Hormon Tiroid


I.
II.

Termoregulasi dan kalorigenik


Metabolisme protein
Dalam dosis fisiologis bersifat anabolik,dalam dosis besar bersifat katabolik.

III.

Metabolisme karbohidrat
Bersifat diabetogenik karena resorpsi intestinal meningkat, cadangan glikogen hati
menipis, glikogen otot menipis dan degradasi insulin meningkat.

IV.

Metabolisme lipid.
T4 mempercepat sintesis kolesterol, namun proses degradasi kolesteol dan ekskresinya
lewat empedu jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid kolesterol rendah.
Sebaliknya pada hipotiroidisme, kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid
meningkat.

V.

Konversi provitamin A menjadi vitamin A


Terjadi di hepar . Pada hipertiroidisme dapat dijumpai karotenemia, kulit kekuningan.
EFEK FISIOLOGIK HORMON TIROID
Efeknya membutuhkan waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Efek genomnya
menghasilkan panas dan konsumsi O2 meningkat, pertumbuhan dan maturasi otak dan
susunan saraf yang melibatkan Na+K+ATPase, sebagian lagi karena reseptor beta
adrenergik yang bertambah. Ada juga efek non genomic misalnya, meningkatnya transport
asam amino dan glukosa, menurunnya enzim tipe-2 5-deyodinasi di hipofisis.

Pertumbuhan fetus
Sebelum minggu 11 tiroid belum bekerja, juga TSHnya. Dalam keadaan ini karena
DIII tinggi di plasenta, hormon tiroid bebas yang masuk fetus amat sedikit, karena
diinaktivasi di plasenta. Tidak adanya hormon yang cukup menyebabkan lahirnya
bayi kretin (retardasi mental dan cebol).

Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas


Dirangsang olehT3 lewat Na+K+ATPase di semua jaringan kecuali otak, testis dan
limpa.

Metabolisme

basal

meningkat.

Hormon

tiroid

menurunkan

superoksida dismutase hingga radikal bebas anion superoksida meningkat.

Efek kardiovaskuler
T3 menstimulasi:

kadar

Transkripsi myosin hc-

dan menghambat miosin hc-

, akibatnya kontraksi

otot miokard menguat.


o

Transkripsi Ca2+ATPase di retikulum sarkoplasma meningkatkan tonus


diastolik.

o Mengubah konsentrasi protein G, reseptor adrenergic, sehingga berefek


ionotropik positif, yang dalam klinis terlihat sebagai naiknya curah jantung dan
takikardia.

Efek simpatik
Karena bertambahnya reseptor adrenergik-beta miokard, otot skelet, lemak, dan
limfosit, efek pasca reseptor dan menurunnya reseptor

adrenergik alfa miokard,

maka sensitivitas terhadap katekolamin amat tinggi pada hipertiroidisme dan


sebaliknya pada hipotiroidisme.

Efek hematopoeitik
Kebutuhan O2

pada hipertiroidisme menyebabkan eritropoeisis dan kebutuhan

eritropoitin meningkat. Volum darah tetap, namun red cell turn over meningkat.

Efek gastrointestinal
Pada hipertiroidisme motilitas usus meningkat, hingga kadang ada diare. Pada
hipotiroidisme terjadi obstipasi dan transit lambung melambat, yang menyebabkan
menurunnya berat badan.

Efek pada skelet


Turn over tulang meningkat, resorbsi tulang lebih terpengaruh dari pada
pembentukannya. Hipertiroidisme dapat menyebabkan osteopenia. Dalam keadaan
berat dapat terjadi hiperkalsemia, hiperkalsiuria, dan penanda hidroksiprolin dan
cross-link piridium.

Efek neuromuskuler
Turn-over yang meningkat juga menyebabkan miopati dan miolisis. Dapat terjadi
kreatinuria spontan, kontraksi serta relaksasi otot meningkat (hiperrefleksia).

Efek endokrin
Hormon tiroid meningkatkan metabolic turn-over berbagai hormonserta bahan
farmakologik.

Maka

dari

itu

hipertiroid

mempermudah (unmasking) kelainan adrenal.


PENGATURAN FAAL KELENJAR TIROID

dapat

menutupi(masking)

atau

Ada 3 dasar pengaturan faal tiroid yaitu :


a. Autoregulasi
Terjadi lewat terbentuknya yodolipid pada pemberian yodium banyak dan
akut, dikenal sebagai efek Wolff Chaikoff. Efek ini bersifat self limiting. Dalam
beberapa keadaan mekanisme escape ini gagal dan terjadilah hipotiroidism.
b. TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH disintesis oleh sel tirotrop hipofisis anterior. Banyak kesamaan dengan
LH dan FSH. Ketiganya terdiri dari subunit dan ketiganya mempunya subunit yang
sama namun berbeda subunit. Efek pada tiroid akan terjadi dengan ikatan TSH
dengan reseptor TSH (TSHr) di membran folikel. Sinyal selanjutnya terjadi lewat
protein G (khususnya Gsa). Dari sinilah terjadi perangsangan protein kinase A oleh
cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk fungsi tiroid seperti pompa yodium,
Tg, pertumbuhan sel tiroid dan TPU, serta faktor transkripsi TTF1, TTF2, dan
PAX8. Efek klinisnya terlihat perubahan morfologi sel, naiknya produksi hormon,
folikel dan vaskularitasnya bertambah oleh pembentukan gondok, dan peningkatan
metabolisme.
T3 intratirotrop mengendalikan sintesis dan sekresinya (mekanisme umpan
balik) sedang TRH mengontrol glikosilasi, aktivasi dan keluarnya TSH. Beberapa

obat bersifat menghambat sekresi TSH : somatostatin, glukokorticoid, dopamine,


agonis dopamine (misalnya bromkriptin), juga berbagai penyakit kronik dan akut.
Pada morbus Graves TSHr ditempati dan dirangsang oleh immunoglobulin,
antibody anti TSH (TSAb = Thyroid Stimulating Antibody, TSI = Thyroid
Stimulating Imunoglobulin), yang secara fungsional tidak dapat dibedakan oleh
TSHr dengan TSH endogen.
c. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Merupakan tripeptida yang dapat disintesis neuron yang korpusnya berada
di nucleus paraventrikularis Hipothalamus (PVN). TRH ini melewati median
eminence, tempat ia disimpan dan dikeluarkan lewat system hipotalamohipofiseal
ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya TSH meningkat. Meskipun tidak ikut
menstimulasi keluarnya growth hormon dan ACTH, TRH menstimulasi keluarnya
prolaktin, kadang FSH dan LH. Apabila TSH naik dengan sendirinya kelenjar
tiroid mengalami hiperplasi dan hiperfungsi.
Sekresi hormon hypothalamus dihambat oleh hormon tiroid (mekanisme
umpan balik), TSH, Dopamin, Hormon korteks adrenal, dan Somatostatin, serta
stress dan sakit berat (non thyroidal illness).
Kompensasi penyesuian terhadap umpan balik ini banyak memberi
informasi klinis. Contohnya, naiknya TSH serum sering menggambarkan produksi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid yang kurang memadai, sebaliknya respon yang
rata (blunted response) TSH terhadap stimulasi TRH eksogen menggambarkan
supresi kronik di tingkat TSH karena kebanyakan hormon, dan sering merupakan
tanda dini hipertiroidisme ringan atau subklinis. (Gambar)
HUBUNGAN

KELENJAR

ENDOKRIN LAIN

TIROID

DENGAN

BEBERAPA

KELENJAR

Korteks adrenal
Kortikosteroid dan adrenokortikotropin hormon (ACTH) menghambat
tiroid dengan cara meningkatkan klirens yodium dan menghambat TSH hipofisis.
Medula Adrenal
Banyak gejala klinis hipertirodisme yang dihubungkan dengan peningkatan
sensitisasi jaringan terhadap efek katekolamin dan bukannya dengan produksi
katekolamin yang tinggi.
Gonad
Kadar tiroid normal sangat diperlukan untuk pengeluaran LH hipofisis,
menstruasi ovulatoar, fertilitas, dan kehidupan fetus. Terlalu banyak hormon tiroid
akan menghambat menarche, meningkatkan infertilitas dan kematian fetus. Pada
hipotiroidisme terjadi menstruasi anovulatoar dengan menorhagia, sedangkan pada
hipertiroidisme terjadi hipomenorahae dan ovulatoar.

2. Definisi
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan
oleh kehilangan hormon tiroid. (Baradero,2009)
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah
satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi
hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon jaringan terhadap hormon
tiroid.
Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hormon tiroid
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon
tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk
tubuh.

3. Epidemiologi
Menurut survey yang dilakukan The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES 1999-2002) dari 4.392 individu populasi AS
dilaporkan mengalami hipotiroidisme (tingkat TSH> 4,5 mIU / L) sekitar 3,7% dari
populasi. Hypothyroidism adalah lebih umum pada wanita dengan tubuh kecil ukuran
saat lahir dan indeks massa tubuh rendah selama masa kanak-kanak . Kekurangan
Yodium sebagai penyebab hipotiroidisme lebih umum terjadi di dunia internasional.
Prevalensi dilaporkan sebagai 2-5% tergantung pada studi, meningkat menjadi 15%
pada usia 75 tahun.
Di negara maju, kematian yang disebabkan oleh hipotiroid jarang terjadi.
NHANES 1999-2002 melaporkan bahwa prevalensi hipotiroidisme (termasuk
subklinis) lebih tinggi dalam putih (5,1%) dan Amerika Meksiko daripada di Afrika
Amerika (1,7%). Afrika Amerika cenderung memiliki nilai TSH yang lebih rendah.
Studi masyarakat menggunakan kriteria yang sedikit berbeda untuk menentukan
hipotiroidisme, karena itu, wanita-pria rasio bervariasi. Umumnya, penyakit tiroid
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, dengan laporan prevalensi 28 kali lebih tinggi pada wanita.
Frekuensi hipotiroidisme, gondok, dan nodul tiroid meningkat dengan usia.
Hypothyroidism adalah paling umum pada populasi lanjut usia, dengan 2% menjadi
sebanyak 20% dari kelompok usia yang lebih tua memiliki beberapa bentuk
hipotiroidisme. Studi Framingham ditemukan hipotiroidisme (TSH> 10 mIU / L) di
5,9% wanita dan 2,4% pria lebih tua dari 60 tahun. Pada laporan NHANES 19992002, kemungkinan memiliki hipotiroidisme adalah 5 kali lebih besar pada orang
yang berusia 80 tahun dan lebih tua dari pada individu berusia 12-49 tahun
4. Etiologi
1. Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior
Malfungsi hipotalamus dan hipofisis anterior akan menyebabkan rendahnya kadar
TRH (Thyroid Stimulating Hormone) dan TSH (Thyrotropin Releasing Hormone),
yang akan berdampak pada kadar HT (Hormon Tiroid) yang rendah.
2. Malfungsi kelenjar tiroid
Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TRH dan TSH karena
tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
3. Sebab-sebab bawaan (kongenital)
a. Ibu kurang mendapat bahan goitrogen (yodium, tiourasil, dsb)
Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari
hipotiroidisme di negara terbelakang. Pada daerah-daerah dari dunia dimana ada suatu
kekurangan yodium dalam makanan, hipotiroid yang berat dapat terlihat pada 5%
sampai 15% dari populasi.
b. Pengobatan yodium radio-aktif
Pasien-pasien yang telah dirawat untuk suatu kondisi hipertiroid (seperti penyakit
Graves) dan menerima yodium ber-radioaktif mungkin menimbulkan sedikit jaringan
tiroid yang tidak berfungsi setelah perawatan. Kemungkinan dari ini tergantung pada
sejumlah faktor-faktor termasuk dosis yodium yang diberikan, bersama dengan
ukuran dan aktivitas dari kelenjar tiroid. Jika tidak ada aktivitas yang signifikan dari
kelenjar tiroid enam bulan setelah perawatan yodium ber-radioaktif, biasanya

diperkirakan bahwa tioroid tidak akan berfungsi lagi secara memadai. Akibatnya
adalah hipotiroid.
c. Induksi obat-obatan
Obat-obatan yang digunakan untuk merawat suatu tiroid yang aktif berlebihan
(hipertiroid) sebenarnya mungkin menyebabkan hipotiroid. Obat-obat ini termasuk
methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU). Obat psikiatris, lithium
(Eskalith, Lithobid) adalah juga diketahui merubah fungsi tiroid dan menyebabkan
hipotiroid. Menariknya, obat-obat yang mengandung suatu jumlah yang besar dari
yodium seperti amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugols
solution dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam fungsi tiroid, yang mungkin
berakibat pada tingkat-tingkat darah dari hormon tiroid yang rendah.
d. Idiopatik.
Hashimotos Thyroiditis
Penyebab yang paling umum dari hipotiroid di Amerika adalah suatu kondisi
yang diwariskan/diturunkan yang disebut Hashimotos thyroiditis. Kondisi ini
dinamakan menurut Dr. Hakaru Hashimoto yang pertama kali menjelaskannya pada
tahu 1912. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya membesar (gondokan) dan
mempunyai suatu kemampuan yang berkurang untuk membuat hormon-hormon
tiroid. Hashimotos adalah suatu penyakit autoimun dimana sistim imun tubuh secara
tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu
basis genetik. Contoh-contoh darah yang diambil dari pasien-pasien dengan penyakit
ini mengungkapkan suatu jumlah yang meningkat dari antibodi-antobodi pada enzim
ini, thyroid peroxidase (antibodi-antibodi anti-TPO).
Karena basis untuk penyakit autoimun mungkin mempunyai suatu asal yang
umum, adalah bukan tidak biasa menemukan bahwa seorang pasien dengan
Hashimotos thyroiditis mempunyai satu atau lebih penyakit autoimun lainnya seperti
diabetes atau pernicious anemia (kekurangan B12). Hashimotos dapat
diidentifikasikan dengan mendeteksi antibodi-antibodi anti-TPO dalam darah dan atau
dengan melakukan suatu thyroid scan.
4. Sebab-sebab yang didapat (acquired):
a. Tiroiditis limfositik menahun
Thyroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan disebabkan
oleh suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu limfosit,
kondisinya dirujuk sebagai lymphocytic thyroiditis. Pada kasus-kasus ini, biasanya
ada suatu fase hipertiroid (dimana jumlah-jumlah hormon tiroid yang berlebihan
bocor keluar dari kelenjar yang meradang), yang diikuti oleh suatu fase hipotiroid
yang dapat berlangsung sampai enam bulan.
b. Tiroidektomi.
Karsinoma tiroid dapat sebagai penyebab, tetapi tidak selalu menyebabkan
hipotiroidisme. Terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah
tiroidektomi. Tiroidektomi merupakan pengangkatan kelenjar tiroid sewaktu operasi,
yang biasanya akan diikuti oleh hipotiroid. Selain itu, pemberian obat penekan TSH,
atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid, semua pengobatan
ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. (Price, 2000).
c. Defisiensi yodium (gondok endemik).
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan.
Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodium terjadi gondok
karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan

disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). (Price, 2000).

5. Klasifikasi
1. Primer : lebih mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
2. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi
yodium.
3. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
4. Sekunder : kegagalan hipotalamus ( TRH, TSH yang berubah-ubah, T4
bebas) atau kegagalan pituitari ( TSH, T4 bebas).
5. Hipotiroidisme tersier, jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis.
Berdasarkan usia awitan hipotiroid dibedakan menjadi tiga, yaitu (Suddart, 2000) :
1. Hipotiroidisme dewasa atau maksidema
2. Hipertiroidisme juvenilis, timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun
3. Hipotiroidisme congenital atau kreatinin disebabkan oleh kekurangan
hormon tiroid sebelum atau segera sesudah lahir.
6. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur
sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya
umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,
TSH, dan TRH.
Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya
otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan
HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang

minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat


kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid
seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat
rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah
pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi
gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha
untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.
Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi,
pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan
jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke
radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium
juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
Karena sebab-sebab yang dijelaskan di atas maka akan terjadi gangguan
metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini, menyebabkan produksi ADP
dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta terjadinya penurunan
fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul dyspneu kemudian
pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam tubuh juga berdampak
pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena suplai oksigen ke jantung ikut
berkurang dan terjadilah bradycardia, disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem
sirkulasi juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa
terjadinya gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak. Selain
itu gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan pada fungsi gastrointestinal
dan pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya fungsi peristaltik usus sehingga
menimbulkan konstipasi. Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada turunnya
suhu tubuh karena produksi kalor yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu
dingin.
1.
3.
5.
6.
7.

7. Manifestasi Klinis
Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung
Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna
Konstipasi
Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
Manifestasi klinis per sistem:
1. Sistem integumen: kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
.

pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik
dan pertumbuhannya buruk.
Sistem pulmonari: hipoventilasi, dipsnea
Sistem kardiovaskular: bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, hipotensi,
toleransi terhadap aktivitas menurun.
Metabolik: penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin.
Sistem muskuloskeletal: nyeri otot, kontraksi dan relaksasi yang melambat
Sistem neurologi: intelektual yang melambat, berbicara lambat dan terbatabata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung,
hilang pendengaran.
Sistem gastrointestinal: anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi,
distensi abdomen.
Sistem reproduksi: pada wanita terjadi perubahan menstruasi seperti
amenore,atau masa menstruasi yang memanjang
Psikologis: apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat
mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya
menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Radiologis
USG atau CT scan tiroid (menunjukkan ada tidaknya goiter), X-foto tengkorak
(menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior), dan Tiroid scintigrafi.

Skor Apgar Hipotiroid Kongenital


Dicurigai adanya hipotiroid bila skor Apgar hipotiroid kongenital > 5; tetapi tidak
adanya gejala atau tanda yang tampak, tidak menyingkirkan kemungkinan hipotiroid
kongenital.
Tabel : Skor Apgar pada hipotiroid kongenital
Gejala klinis

Skore

Hernia umbilicalis

Kromosom Y tidak ada (wanita)

Pucat, dingin, hipotermi

Tipe wajah khas edematus

Makroglosi

Hipotoni

Ikterus lebih dari 3 hari

Kulit kasar, kering

Fontanella posterior terbuka (>3cm)

Konstipasi

Berat badan lahir > 3,5 kg

Kehamilan > 40 minggu

Total

15

9. Pencegahan
Diet
Makanan yang seimbang dianjurkan, antara lain memberi cukup yodium dalam setiap
makanan. Tetapi selama ini ternyata cara kita mengelola yodium masih cenderung
salah. Yodium mudah rusak pada suhu tingggi. Padahal kita selama ini memasak
makanan pada suhu yang panas saat menambah garam yang mengandung yodium,
sehingga yodium yang kita masak sudah tidak berfungsi lagi karena rusak oleh panas.
Untuk itu, sebaiknya kita menambahkan garam pada saat makanan sudah panas dan
cukup dingin sehingga tidak merusak kandungan yodium yang ada pada garam.
Selain itu, makan-makanan yang tidak mengandung pengawet juga diperlukan.
Asupan kalori disesuaikan apabila BB perlu di kurangi. Apabila pasien mengalami
letargi dan defisit perawatan diri, perawat perlu memantau asupan makanan dan
cairan.
Aktivitas
Kelelahan akan menyebabkan pasien tidak bisa melakukan aktivitas hidup sehari-hari
dan kegiatan lainnya. Kegiatan dan istirahat perlu diatur agar pasien tidak menjadi
sangat lelah. Kegiatan ditingkatkan secara bertahap.
10. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Terapi sulih hormon, obat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas
untuk mengukur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
Umur

Dosis g/kg BB/hari

0-3 bulan

10-15

3-6 bulan
6-12 bulan
1-5 tahun

8-10
6-8
5-6

2-12 tahun
> 12 tahun
.

.
.

4-5
2-3

Bila fasilitas untuk mengukur faal tiroid tidak ada, dapat dilakukan therapeutic trial
sampai usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu. Bila ada
perbaikan klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis pemberian +
100 g/m2/hari.
Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4, dan
TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid.
Pembedahan
Tiroidektomi dilaksanakan apabila goiternya besar dan menekan jaringan sekitar.
Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia.
Tekanan pada laring dapat mengakibatkan suara serak.

11. Komplikasi
Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), hormon tiroid bisa
diberikan secara intravena.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita akan
mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu lahir tidak
ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal
dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan
warnanya agak kekuningan. Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya
(ekspresi) seperti orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,
mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan. Pertumbuhan tulang
juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-beda biasanya antara agak cerdik
dan sama sekali imbesil.
Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala
dengan segera.

DAFTAR PUSTAKA
1. Faizi, Muhammad, Netty EP. 2012. Hipotiroid. Surabaya: Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
2. Behrman, Richard E and Victor C. Vaughan. 2005. Hipotiroidisme Kongenital
dan Didapat dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12 bagian 3. USA:
Medical College of Pennsylvania and Temple University School of Medicine
Attending Pediatricians, St. Christophers Hospital for Children, Philadelphia,
Pennsylvania.
3. Satriono, Prof,Dr,dr,M.Sc,SpA(K). 2006. Hipotiroidisme dalam Endokrinologi
Anak. Makassar: bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
4. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1985. Hipotiroidisme dalam Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Widayati S.I.W, Susyati, Purwanti KD. 2006. Uji Saring Hipotiroid Kongenital
Melalui Kadar Neonatal-TSH dengan Teknik IRMA. PTKMR-BATAN.
6. Dallas, Jhon S and Thomas P Foley. 2005. Hypothyroidism. USA: University of
Texas Medical Branch-Galveston, Galveston, Texas, USA.

You might also like