You are on page 1of 8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Stroke adalah sindrom klinis yang timbul secara mendadak berupa defisit neurologis
akut yang dapat bertahan selama lebih dari 24 jam yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah ke otak (Urden, Linda D. 2012).
Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang mengacu pada setiap gangguan
neurologik mendadak yang terjadi akibat terhambatnya atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak (Price, 2002).
Stroke merupakan keadaan ketika aliran darah diotak tidak adekuat atau terjadi
perdarahan di intraserebral yang menghasilkan kematian sel-sel otak (Lewis, 2011).
2.2 Klasifikasi
CVD/Stroke umumnya dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Stroke hemoragik
b. Stroke iskemik
2.3 Anatomi Fisiologi

Aliran darah yang normal sekitar 750-1000 ml/mnt dan bervariasi disetiap bagian
otak. Otak dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu cerebrum, cerebellum dan batang otak,
semua berada dalam satu bagian struktur tulang yang disebut tengkorak yang
melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang
tengkorak yaitu tulang frontal, parietal, temporal dan oksipital.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian dan menahan diri.
Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi,
berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian
tubuhnya.
Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran
dan ingatan jangka pendek.
Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan

Batang otak terletak di fosa anterior terdiri dari otak tengah, pons dan medula
oblongata. Otak tengah merupakan bagian jalur sensorik dan motorik juga sebagai pusat
pendengaran dan penglihatan. Pons didepan serebelum antara otak tengah dan medula
yang berisi jaras sensorik dan motorik. Medula oblongata berguna untuk meneruskan
serabut motorik dari otak ke medula spinalis dan sebaliknya. Serebelum terletak pada
fosa posterior yang berfungsi merangsang dan menghambat koordinasi dan gerakan
halus.
Sirkulasi willisi terletak di dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis berbentuk
lingkaran arteri dari rangkaian arteri karotis internal. Arteri ini secara langsung
mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior, sirkulasi willisi memberi rute alternatif
pada aliran darah jika ada arteri yang fungsinya terganggu.
Sirkulasi anterior serebral diperdarahi oleh internal carotid artery, middle cerebral
artery, dan anterior cerebral artery. Sedangkan sirkulasi posterior serebral diperdarahi
oleh vertebral artery dan basiliar artery.

2.4 Etiologi
a. Thrombosis
b. Emboli
c. Rupture aneurisme
2.5 Factor bresiko
a. Merokok
b. Hipertensi
c. Dislipedimia
d. DM
e. Penyakit Arterosklerotik karotik
2.6 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis
Stroke iskemik dapat disebabkan oleh aterosklerosis yang dapat terjadi akibat
adanya thrombus (timbunan plak pada pembuluh darah) dan menjadi emboli sehingga
dapat menyebabkan obstruksi pada arteri di otak. Hal ini dapat menyebabkan suplai
darah terhambat dan menimbulkan beberapa gejala klinis tergantung pada lokasi yang
terkena. Sedangkan stroke hemoragik dapat disebabkan oleh hipertensi dan rupture
aneurism. Hipetensi merupakan penyebab tersering stroke hemoragik. Tekanan darah
yang tinggi ataupun abnormalitas pembuluh darah dapat menyebabkan rupture
pembuluh darah dan terjadi perdarahan. Gejala yang muncul seperti penurunan fungsi
neurologi, sakit kepala berat, mual muntah, penurunan kesadaran dan hipertensi.
Adanya bekuan darah yang timbul (clothing) akibat rupturenya pembuluh darah
menimbulkan massa. Hal ini mengakibatkan penekanan pada jaringan otak dan
penurunan darah di otak sehingga dapat menyebabkan hipoksia dan gangguan pada
pompa Na + K+ yang mengakibatkan edema serebral. Selain itu penurunan suplai darah
di otak juga mengakibatkan iskemik dan infark.
Stroke hemoragik yang terjadi pada thalamus, menyebabkan kelumpuhan yang lebih
parah pada sendori daripada motorik. Jika terjadi di pons dapat mengganggu dasar
kehidupan seperti gangguan pernapasan secara cepat, selain itu menyebabkan paralisis

penuh, postur tubuh yang abnormal, bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan


perdarahan yang terjadi di supraaranoid dapat menyebabkan kehilangan kesadaran,
penurunan fungsi saraf kranial, mual muntah, kejang dan kaku leher.
CEREBRAL VESSEL
I. Anterior Circulation
Internal carotid artery (ICA)

Konteralateral
kelumpuhan

dan
dan

kelemahan
gangguan

kaki/

sensorik;

kontralateral, hemianopsia; ekspresif dan


Anterior cerebral artery (ACA)

reseptif, apasia/dyspasia
Kelemahan pada kaki atau kelumpuhan
dan ganguan sensorik (leg worse than
arm):

Middle cerebral artery (MCA)

abnormal

pada

hemineglect.
Kelemahan/kelumpuhan

lobus

frontal:

pada

lengan,

gangguan sensorik dan motoric pada otot


wajah; expretif/reseptif, dispasia dibagian
yang dominan
II. Posterior Circulation
Posterior cerebral artery (PCA)

Hemiplegia

Vertebral basilar arteries (VB)

homonymous hemiapnosia
Hemiplegia, kelemhan pada otot wajah,

dan

gangguan

sensori,

disastria, dispagia, vertigo, muntah pusing


Posterior

inferior

cerebellar

dan kaku
artery Ataxia, disartria, vertigo, mual-muntah,

(PICA)

kenaikan suhu badan, dispasia, nistagmus,

Cerebellum
Brain stem

dan disastria
ataxia, disartria, nistagmus
Gangguan
sensori:
ataxia,
nistagmus

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. CT Scan (Computerized Tomography Scan)

disatria,

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.


b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik
c. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke seperti: perdarahan.
d. EEG (Electro Encephalogram)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
e. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan, biasanya ada trombosis, emboli serebral dan TIA.
f. Tes darah lengkap
Hb, leokosit, platelet untuk melihat adanya infeksi atau penurunan trombosit.
g. AGD (Analisa Gas Darah)

2.8 Penatalaksanan
1. Airway dan breathing
Pasien dengan GCS (Glasgow Coma Score) 8 atau kurang, membutuhkan
bantuan bernapas dengan cara memasukan pipa ke jalan napas (intubasi) untuk
menjaga jalan nafas dan mencegah aspirasi. Bila keadaan AGD terjadi
peningkatan pCO 2 dan kebutuhan oksigen belum terpenuhi maka dilakukan
pemasangan trakeostomi untuk mencegah hipoksia karena terjadi gangguan
fungsi respiratori.
Jika hiperkarbia (kandungan CO 2 dalam darah tinggi) terjadi maka dilakukan
pemasangan ventilator sampai untuk mencapai normokarbia, untuk mencegah
eksaserbasi edema serebral.
2.

Circulatory Support
Sejumlah besar pasien stroke akan mengalami peningkatan tekanan darah,
disebabkan karena pusat vasomotor untuk meningkatkan perfusi serebral. Pasien
hipertensi mungkin mengalami gangguan autoregulasi dan perfusi cerebral.

Penanganan pada pasen hipertensi tergantung pada status neurologis dan kondisi
klinis pasien. Control tekanan darah, jika tekenan darah makin tinggi dapat
menyebabkan stroke iskemik. Pasien diberi antihipertensi untuk menurunkan
tekanan darah yang diderita pasien.
3. Metabolic support
Hiperglikemia telah terbukti memperburuk prognosis setelah stroke akut,
sehingga kadar gula harus dijaga dalam keadaan normal. Dalam jangka panjang,
dukungan nutrisi tidak boleh diabaikan dan awal makanan internal dilakukan
dengan intubasi nasogastric. Dalam jangka panjang, terutama dimana fungsi pipa
lambung berkurang.
4. Anticoagulant
Dalam teori, penggunaan antikoagulan mengurangi propagasi dan harus
mencegah emboli. Antikoagulasi hanya dapat direkomendasikan pada individu
yang memiliki resiko tinggi, seperti pasien dengan katup jantung prostetik,
fibrilasi atrium dengan thrombus atau orang-orang dengan gangguan trombofilik.
Pemberian antikoagulan dapat diberikan pada pasien yang mengalami stroke
hemoragik. CT-scan harus dilakukan sebelum memulai terapi untuk mencegah
perdarahan, dan perlu pengamatan.
5. Thrombolysis
Trombolisis sistemik dengan streptokinase carries digunakan untuk melisiskan
trombus pada hemoragic serebral.

6. Pembedahan
Memotong aneurysm sebagai treatment pembedahan yang dilakukan.

Penatalaksanaan Gawat Darurat Pada


Penyakit Stroke

Airway and Breathing

- GCS 9 = Memberi O 2
- GCS 8 = Lakukan
Intubasi
- AGD terdapat pCO 2 lebih
banyak, terjadi gangguan
fungsi respirasi dan
dilakukan trakeostomi.

Circulation

Detection of
neurologi deficits

- Hipertensi >140/90mmHg
- Pemberian obat injeksi

- Menggunakan skala GCS


- Skala GCS 9 = Tidak
koma
- Skala GCS 7 = Koma

MRI/ CT-Scan

Iskemik

Pemberian anti hipertensi


melalui IV
Kontrol kesimbangan cairan
dan elektrolit(meningkatkan
perfusi)
Pemberian seizure
propylaksis
Pemberian tissue
plasminogen activator (tPA)
secara IV 3-4,5 jam setelah
muncul gejala klinis

Hemoragik

Hemoragik serebral > 3 cm


di lakukan pembedahan
Clipping or coiling
aneoresem
Pemberian antihipertensi
melalui oral atau IV
Pemberian seizure
propylaksis

2.9 Komplikasi
a. Kelumpuhan (paralisis)
b. Edema Serbral
c. Peningkatan TIK
d. Gangguan pernapasan yang berujung gagal napas (kematian)

2.10 Asuhan Keperawatan

You might also like