You are on page 1of 8
ISSN 2442-7659 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI | pe rl “Vou Can Control Lint Vour Asthma’ “You Can Control Your Asthma’ Pendahuluan ‘Asma adalah penyakitinflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan mematikan. Asma merupakan penyakit kronis yang sering muncul pada masa kanak- kanak dan usia muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja produktif yang berarti, juga menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangananak. Definisi Penyakit Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas”. Penyakit Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan -yang bersifat periodik berupa mengi, sesak napas, aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi kl dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan dengan luasnya inflama: pengobatan (GINA (Global Initiative for Asthma) 2011). i, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible secara spontan maupun dengan atau tanpa Epidemiologi ‘Aneka kejadian Asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obatan Asma banyak dikembangkan. National Health Interview Survey di Amerika Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap bronkhitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta orang menderita salah satu bentuk Asma. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1%, dan Asma0,3%. Saat ini penyakit Asma masih menunjukan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita Asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien Asma mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat Asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat diperkirakan menjadi Penyebab meningkatnya penderita Asma. Data dari berbagai negara menunjukan bahwa prevalensi penyakit ‘Asma ber sar antara 1-18% (GINA, 2011). Sedangkan untuk nasional prevalensi penyakit Asma terlihat pada grafik berikutini. Gambar 1, Prevalensi Asma* Menurut Provinsi Tahun 2007 ‘Sumber Riskesdas 2007, Balitbangkes, Kemenkes Rl Catatan*: penyakit Asma berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan atau dengan gejala Grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2007 ada (18) delapan belas provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Kalimantan Selatan, ‘Aceh, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Papua, dan DI Yogyakarta Sedangkan provinsi yang mempunyai prevalensi di bawah angka nasional yaitu Banten, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, Maluku, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Jawa Timur, ‘Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung. Gambar 2. Prevalensi Asma* Menurut Provinsi Tahun 2013 ‘Sumber Rskesdas 2013, Balitbanakes, Kemenkes Rl Catatan®: diagnosis penyakit Asma melalui wawancara semua umur berdasarkangejala Grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 terdapat (18) delapan belas provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional, dari 18 provinsi tersebut 5 provinsi teratas adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang mempunyai prevalensi penyakit Asma di bawah angka nasional, di mana 5 provinsi yang mempunyai prevalensi ‘Asma terendah yaitu :Sumatera Utara, Jambi, Riau, Bengkulu, dan Lampung. Jika grafik tahun 2007 dibandingkan dengan 2013 didapat kenaikan prevalensi penyakit Asma secara nasional sebesar 1%. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam mendiagnosis penyakit Asma di Riskesdas 2007 melalui ‘wawancara berdasarkan diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala sedangkan Riskesdas 2013 melalui ‘wawancara semua umur berdasarkan gejala, Gambar 3. Prevalensi Asma Berdasarkan Karakteristik Umur Tahun 2007 dan 2013 2007 2013 ‘Sumber Riskesdas 2007, Baitbangkes, Kemenkes Rl ‘Sumber Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes Rl CCatatan*: Asma berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan Catatan*: wawancara semua umurberdasarkan gejala ‘atau dengan gejala Grafik di atas terlihat bahwa berdasarkan riskesdas 2007 terdapat peningkatan prevalensi Asma seiring bertambahnya usia, di mana umur <1 tahun prevalensinya sebesar 1,1% dan umur 75+ prevalensinya sebesar 12,4%. Akan tetapi peningkatan prevalensi Asma pada umur 75+ sebesar 12,4% ini bisa saja bukan murni penyakit Asma, untuk mengidentifikasi/mendiagnosa Asma pada orang tua itu bisa saja menjadi sulit, karena gejala Asma hampir sama dengan gejala penyempitan saluran nafas pada PPOK, berupa sesak dan batuk. ‘Sementara berdasarkan riskesdas 2013 terlihat bahwa umur 25-34 tahun mempunyai prevalensi Asma tertinggi yaitu sebesar 5,7% dan umur-<1 tahun memiliki prevalensi Asma terendah sebesar 1,5%. Untuk diketahui bahwa Kelompok Kerja Internasional Global Initiative for COPD (GOLD) menekankan definisi PPOK sebagai reaksi radang kronik saluran napas akibat terpajan zat kimia, biasanya berupa gas, sehingga terjadi ‘gangguan pernapasan yang bersifat tidaksepenuhnya revesible. Berdasarkan latar belakang demografis, pada umumnya Asma diderita usia muda sementara PPOK terutama diderita usia tua. Diagnosis Asma tidak tertutup kemungkinan bisa terjadi pada kelompok usia tua. Kedua penyakit ini menyababkan keluhan yang hampir sama yaitu sesak dan kadang disertai jengan suara mengi (wheezing) pada saat bernafas atau awamnya disebut bengek. Adapun sifat sesak in bila ditelusuri dengan teliti pada penyakit Asma berbeda dengan PPOK. Seseorang usia tua dengan keluhan sesak dapat didiagnosis sebagai ‘Asma atau PPOK dan untuk menentukan kepastian antara kedua diagnosis ini dengan melakukan pemeriksaan ‘menggunakan peakflow dan spirometri. 6 Gambar 4. Prevalensi Penyakit Asma Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Umur Tahun 2013 Sumber : Data SIRS Tahun 2013 Grafik atas terlihat bahwa prevalen ‘sma pasien rawat inap berdasarkan umur tertinggi pada umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,66% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar 0,10%. Sedangkan prevalensi Asma pasien rawat jalan berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar 0,13% Gambar 5. Prevalensi Status Asmatikus Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan berdasarkan Umur Tahun 2013 sominp Sas . call: “alll, Sumber : Data SIRS Tahun 2013 Grafik di atas terlihat bahwa prevalensi Status Asmatikus pasien rawat inap berdasarkan umur tertinggi pada ‘umur 25-44 tahun yaitu sebesar 31,56% dan prevalensi terendah usia 7-28 hari sebesar 0,059. Sementara prevalensi Status Asmatikus pasien rawat jalan berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 29,95% dan prevalensiterendah usia 7-28 hari sebesar 0,43%, © ‘Adapun faktor risiko terjadinya Asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host factor) dan faktor Ta Tabel 1. Faktor Risiko Pada Asma Predisposis genetik Atoai Hiperresponsfsaluran nerafasan Jeniskelamin Ras/Etnik ‘Alergen dalam ruangan. Mite domestic Alergen binatang Jamur (fungi mold, yeast) Alergen diluar ruangan Tepung sari buna Jamur (fungi mold, veast) Bahan dilingkungan keria ‘Asap rokok Polusi udara Infeksi pernanasan Infeksi parasit Status sosioekonomi Diet dan obat Obesitas ‘Alergen di dalam dan di luar ruangan Polusi di dalam dan di luar ruangan Infeksi pernapasan Aktivitasfisiklexercice) dan hiverventilasi Perubahan cuaca Sulfur dioksida ‘Makanan aditif (oengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekpresi emosi yang berlebihan ‘Asap rokok Iritan (oarfum, bau-bauan meranasang, household sprav) Sumber : Mangunegoro, 2004 Klasifikasi Asma Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan faal paru dapat ditentukan klasifikasi (derajat) Asma sebagai berikut : Tabel 2. Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis E Sumber : PDPI 2006 Klasifikasi berdasarkan GINA 2014: Gejala tipikal Asma: Lebin dari satu gejala berikut: mengi, sesaknapas, batuk, dada terasa berat, terutama pada orang dewasa. Gejala sering memburukmalam hari atau menjelang pagi. Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan intensitasnya, ‘Ada faktor pencetus, Penatalaksanaan Asma Tujvan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapal asma terkontrol sehingga penderita Asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivtivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan Asma dibagi menjadi 2, yaitu penatalaksanaan Asma jangka panjang dan penatalaksanaan Asma akut/saat serangan. 1) Tatalaksana Asma jangka panjang Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan sserangan dan diberikan dalam jangka panjangdan terus menerus. 2 Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa. ‘Tujuan tatalaksana serangan Asma akut: * Mengatasi gejala serangan Asma. ‘© Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan. ‘* Mencegah terjadinya kekambuhan. ‘* Mencegah kematian karena serangan Asma. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan Asma yang terkontrol terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu : medikasi dan pengobatan berdasarkan derajat. kriteria Asma terkontrol pada anak dan dewasa, yaitu: Tidak ada gejala atau minimal Tidak ada serangan asma pada malam hari Tidak ada keterbatasan aktivitas termasukexercise Tidak ada pemakaian obat-obat pelega atau minimal Variasi arian APE (Arus Puncak Ekspirasi) kurang dari 20% Nilai APE normal atau mendekati normal Efek samping obat minimal tidak ada) eNeanaene Tidak ada kunjungan ke unit gawat darurat Penyakit Asma merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek, atau nenek menderita Asma maka bisa diturunkan ke anak. Penyakit Asma juga tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit Asma, penderita bisa bebas dari gejala penyakit Asma yang mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan penyakit Asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik ini diharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi {kumatnya gejala penyakit Asma), menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. ALGORITMA TATA LAKSANA ASMA MANDIRI DI RUMAH ins: ‘Gj fatu, sesak, mengl dada terasaberat) yang bertambah ‘= PengukuranArusPuncak kspitasl APE) < 60% ni pred! ‘atalaksana awal Inhalesi agonis 8-2 kera singhat (salbutamol inhaler), setap 20 meni selama jam Respon Balk: Respon Burak: ‘ Gojala (batuk,sesak, meng, dada torasa bert) ‘+ Gojala menetap atau bertambahburuk berkurang 1 a APE <60% nila pres « Perbskan dengan Inala! agonis 2 Kel soghat (© Tambahlaa kerthosterod oral dan bertahan selama 4 jam (© Inbalas agonisB-2 keri singkataulang «+ Na APE 80% nla pres « Pemberan inal! steroid doss tng! (bla sedang ‘menggunakan Inhalsi steroid) slama 2 mingeu, emudian kemball ke sis ebelumnya ALGORITMA TATA LAKSANA ASMA DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Nai Dera Serangan Tata Lakeana Awal Nebulsas6-2 agons ker singlat, 3, Interval 20 ment Serangan Ringan: Serangan Sedane (nebutsas x, respon bai, gia (Nebutsasi2- 3x, respon pars) hing) + Barkan olsigen + Observasi 12am «= Nila kemba drat serangan,fika + Sika efek berthan, boleh pulang Ssesual dengan serangan_sedang, «ia geiala tbl ag, perlakukan observa’ druanganrawat sohar Sebaga serangansedang + Pasang ifs Serangan Bera (Nebutsas 3x, respon burs * Sook awal berikan oksigon saat/l var nebulssi + Pasanginfus Nal ulang Hnisnys, ka sesual dengan Serangan bert, awat nap + Foto tras uangan rawat schar/control fasitaskesehatan + Oksigenteruskan + Ohsigenteuskan + ntal dehdrasi/asidoss ha ada «+ Serkan steroid ora + Steroid iv tap 6-8 jam «Nebula 2 jom * Nebulsasitap 1-2 am 48 dalam 212 Jam perbattan | | + Aminofiiniv aval erjutkanrumstan ini stabi, pasion boleh pulang Ha membik dalam 4 ~ 6x nebula, ‘ka dalam 12 jam bls belum Ioterval jad 4-6 am rmembsik, ahh rewat ke ruang | | © Jka dalam 24 jam perbatan Klin rawat nap stab boleh plang + Jka dengan. steroid dan aminoiin parenteral tidak mombalk , tahkan timbulancaman hen napa, ah ke ICU oleh Plane: ‘Sekai abst Bagonis (tieapanforat “Ika cudah ada bat pengontrl teruskan ka fnfeksi virus sebagai encetus, dapat liberi steroid oral Dalam 24 a8 Jam kontrol ke palin untuk evaluas catatan 1. Sika menurut peniaianserangannyakuat, nebulsasi cup tx langsung dengan Be sgonis + anttoinereik 2. Jka tidak ada alatnya, nebulsas dapat dlgant dengan adrenalin subkutan 0,02 mg/h 86/kal, masa 0,3 mika 3. Untuk serangan sedang don terutama berat,obsigen 2-4 ment eberkan sla awa termasuk saat nebulsas 4. Dosis aminofiin foding dose 4-6 mg/kg BB iv pelahan, jks terdapat rivayat pemberian golongan xantin (aminofin atau teflin)sebelumnya maka desis aminofiin loading dose diturunkan menjadi 50% (2-3mg/kg BB). Selanutnya anjttan dossrumatan yatu 0.51 me/ke B8Vjam Lv

You might also like